BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada tikus Diabetes Melitus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus novergicus) berkelamin jantan galur Sprague dawley

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Norvegicus) berkelamin jantan galur Sprague-Dawley berjumlah 30 ekor. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

Effectivity Of Cherry Leaves Steeping (Muntingia calabura L.) To Endogenous Enzyme

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Adnal Khemal Pasha Husein Putra Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh REVO ASTRADA

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

Rianti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY ABSTRACT

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

BAB VI PEMBAHASAN. dipanaskan selama 24 jam sampai terbentuk filtrat jernih, filtrat yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. 2,3% pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun. Diperkirakan pada tahun

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. empat terbesar dari jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO. Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian Potensi Beberapa Bentuk Sediaan Pegagan (Centella

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan di dalam urin/kencing ditemukan gula. Diabetes mellitus (DM) mendapat gelar The

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelainan hati dapat diketahui dengan pemeriksaan kadar enzim dari

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola post testonly

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment menggunakan pendekatan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) memperkirakan secara global PTM

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

BAB V HASIL. menghasilkan ekstrak kering sebanyak 45,60 gram (21,92%). Streptozotocin dua ekor tikus diambil lagi secara acak untuk diperiksa gula

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pendekatan Pretest Posttest with Control Group Design menggunakan hewan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan rancangan penelitian. pretest postest randomized controlled group design. Dua kelompok penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

Siwik Retno N 1, Sudrajat 1 dan Sudiastuti 1, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman * 1

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. 1,2 Hiperglikemia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

Transkripsi:

45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian mengenai efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada tikus Diabetes Melitus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan selama kurang lebih 3 bulan ini menggunakan 36 hewan uji tikus putih berkelamin jantan galur Sprague dawley dengan rentang berat badan 150 gram-220 gram. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Perlakuan dilakukan selama 14 hari (Haqim, 2015). Seluruh tikus ditimbang berat badannya untuk mengetahui perkembangan berat badan selama penelitian. Tikus menjalani adaptasi di tempat pemeliharaan dengan suhu ruangan 25 o C dan kelembaban 75% selama 7 hari. Ukuran kandang panjang 25 cm, lebar 12cm, dan tinggi 15 cm, masing-masing kandang terdapat 1 subyek. Setelah adaptasi, tikus kemudian diukur berat badannya dan kadar gula darah puasanya (GDP). Pengukuran berat badan dilakukan guna menentukan dosis streptozotocinnicotinamide yang akan diberikan. Tabel 2. Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Sebelum Induksi Streptozotocin-nicotinamide 45

46 Kelompok Kontrol Normal Kontrol Negatif Kontrol Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Rerata Berat Badan (gram) ± SD 171,83 ± 10,3 168,50 ± 21,9 179,83 ± 15,2 169,50 ± 16,1 176,17 ± 14,8 184,00 ± 10,6 Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata berat badan tikus tertinggi sebelum induksi streptozotocin-nicotinamide ada pada kelompok perlakuan 3 dengan rerata berat badan 184 gram dan rerata berat badan terendah ada pada kelompok kontrol negatif dengan rerata berat badan 168,5 gram. Semua tikus memiliki berat badan lebih dari 150 mg. Tabel 3. Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Sesudah Induksi Streptozotocin-Nicotinamide Kelompok Kontrol Normal Kontrol Negatif Kontrol Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Rerata Berat Badan (gram) ± SD 178,67 ± 11,21 171,50 ± 21,99 183,67 ± 15,25 173,17 ± 15,80 179,83 ± 14,79 188,50 ± 11,60 Tabel 3 menunjukkan rerata berat badan tikus setelah induksi streptozotocin-nicotinamide tertinggi ada pada kelompok perlakuan 3 dengan rerata berat badan 188,5 gram dan rerata berat badan terendah ada pada kelompok kontrol negatif dengan rerata berat badan 171,5 gram. Pengambilan sampel darah untuk menilai kadar gula darah puasa (GDP) melalui pembuluh darah sinus orbita tikus dilakukan sebelum injeksi

47 streptozotocin-nicotinamide, 5 hari setelah injeksi streptozotocinnnicotinamide dan 14 hari setelah perlakuan guna menilai penurunan kadar GDP. Kemudian pengambilan sampel hepar pada hari ke 26 untuk menilai kadar Malondialdehid (MDA). B. HASIL PENELITIAN Rata-rata kadar gula darah puasa (GDP) sebelum dan sesudah induksi streptozotocin-nicotinamide diuji menggunakan analisis statistik paired sample t Test. Hasil paired sample t Test ditunjukkan pada tabel 4 dan 5. Tabel 4 menunjukkan terjadi peningkatan bermakna kadar GDP tikus putih (Rattus novergicus) setelah induksi streptozotocin-nicotinamide dengan nilai p=00001 (p<0,05). Seluruh kelompok dinyatakan sebagai tikus Diabetes Melitus dengan kadar GDP>135mg/dl (Puspitasari, 2015). Tabel 4. Rerata GDP Tikus Putih (Rattus novergicus) Sebelum dan Sesudah Induksi Streptozotocin-nicotinamide Kelompok Glukosa Darah Puasa (mg/dl) ± SD Nilai p Sebelum STZ Sesudah STZ (paired-ttest) Normal Negatif Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) 58,52 ± 1,53 60,73 ± 2,26 59,47 ± 1,62 62,24 ± 1,72 59,97 ± 1,91 58,83 ± 2,08 58,81 ± 1,71 213,32 ± 5,71 206,82 ± 1,91 211,00 ± 4,26 207,52 ± 2,22 211,84 ± 3,18 0,65

48 Tabel 5. Rerata GDP tikus putih (Rattus novergicus) sebelum dan sesudah perlakuan seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) dengan paired sample t Test. Kelompok Glukosa Darah Puasa (mg/dl) ± SD Nilai p Sesudah STZ Sesudah Perlakuan (paired-ttest) Normal 58,81 ± 1,71 59,21 ± 1,84 0,01 Negatif 213,32 ± 5,71 214,22 ± 5,26 0,029 206,82 ± 1,91 99,25 ± 1,57 Positif 211,00 ± 4,26 157,65 ± 1,88 P1(250 mg kersen) 207,52 ± 2,22 136,99 ± 2,35 211,84 ± 3,18 103,11 ± 2,42 P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat penurunan bermakna kadar GDP tikus putih (Rattus Novergicus) sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan nilai p= (p<0,05). Tabel 6. Penurunan Kadar Glukosa Darah Puasa Tikus Putih (Rattus novergicus) Sesudah Perlakuan dan Sebelum Perlakuan. Kelompok Rerata Penurunan GDP±SD (mg/dl) Nilai p (One Way Anova) Normal Negatif 0,39 ± 0,09 0,90 ± 0,72 Positif -107,56 ± 0,53 P1 (250mg Kersen) -53,34 ± 3,36 P2 (500mg Kersen) -70,53 ± 0,75 P3 (750mg Kersen) -108,72 ±1,82 Tabel 6 menunjukkan rerata penurunan kadar glukosa darah puasa tikus sebelum dan sesudah diberi perlakuan selama 14 hari. Kelompok yang mengalami penurunan tertinggi yaitu pada kelompok P3 (750mg kersen) dengan nilai penurunan 108,72 mg/dl. Kelompok yang mengalami

49 penurunan terendah yaitu kelompok P1 (250mg kersen) dengan nilai penurunan 53,34 mg/dl. Kelompok yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah puasa yaitu kontrol negatif dengan nilai peningkatan 0,90mg/dl. Perbedaan yang bermakna terdapat pada semua kelompok percobaan pada penelitian yang ditunjukkan nilai p= (<0,05). Pada hari ke 26, tikus dibedah untuk kemudian diambil heparnya dan diamati kadar Malondialdehid dan dibandingkan dengan kadar Malondialdehid pada kelompok normal. Tabel 7. Rerata Kadar Malondialdehide Tikus Putih (Rattus Novergicus) Kelompok Rerata MDA (U/mg) ± SD Nilai p (One Way Anova) Normal Kontrol Negatif Kontrol Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) 2,21 ± 0,16 9,52 ± 0,24 3,24 ± 0,20 6,93 ± 0,20 5,18 ± 0,20 3,64 ± 0,16 Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kadar Malondialdehid pada kelompok kontrol positif (metformin), P1 (250mg kersen), P2 (500mg kersen) dan P3 (750mg kersen) apabila dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu 9,52 U/mg. Dengan nilai p= (p<0,05) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh seduhan daun kersen terhadap kadar MDA.

50 Tabel 8. Selisih Kadar Malondialdehid dibandingkan kelompok negatif. Kelompok Rerata selisih MDA (mg/dl) Nilai p (One Way Anova) Positif 6,28 P1 (250mg Kersen) 2,59 P2 (500mg Kersen) 4,34 P3 (750mg Kersen) 5,88 Tabel 8 menunjukkan jumlah selisih kadar Malondialdehid pada semua kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok negatif dimana jumlah selisih yang paling besar yaitu pada kelompok kontrol positif (metformin) kemudian diikuti dengan kelompok P3 (750mg kersen). Sedangkan selisih yang paling kecil yaitu terdapat pada kelompok P1 (250mg kersen) diikuti kelompok P2 (500mg kersen). C. PEMBAHASAN Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada tikus putih DM yang diinduksi streptozotocinnicotinamide. Tahap awal tikus dibuat menjadi diabetes dengan menginduksinya menggunakan streptozotocin 65mg/kgBB dan nicotinamide 230mg/kgBB. Selanjutnya tikus putih yang telah dibagi menjadi 6 kelompok yang salah satunya merupakan kelompok normal (pembanding), kelompok kontrol negatif yang hanya diinduksi streptozotocin-nicotinamide, kelompok kontrol positif akan diberikan intervensi metformin dan kelompok P1, P2, dan P3 yang masing-masing akan diberikan seduhan daun kersen yang dibagi menjadi 3 dosis yaitu 250mg/200gramBB, 500mg/200gramBB, dan 750mg/200gramBB selama 14 hari.

51 Hasil analisis GDP tikus putih sebelum dan sesudah induksi streptozotocin-nicotinamide dengan menggunakan paired-t-test menunjukkan perbedaan bermakna pada 6 kelompok dengan nilai p= (p<0,05). Seluruh sampel tikus mengalami kenaikan gula darah puasa setelah diinduksi streptozotocin-nicotinamide. Hal ini sesuai dengan pernyataan Puspitasari (2015) bahwa sampel tikus dinyatakan diabetes melitus tipe 2 apabila GDP> 135mg/dl. Model tikus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide untuk mendapatkan tikus diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di berbagai penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Suhardinata (2015) membuktikan tikus putih yang diinduksi streptozotocin dosis 65mg/kg BB tikus dan 230 mg/kg BB tikus menjadi diabetes melitus dalam waktu 5 hari. Penelitian lain yang dilakukan oleh Siswanto dan Purwaningsih (2012) membuktikan bahwa tikus putih yang diinduksi streptozotocin menjadi diabetes. Dosis efektif streptozotocin adalah 65mg/kg dan Nicotinamide adalah 230mg/kg (Ghasemi, 2014). Streptozotocin adalah senyawa campuran glukosamin-nitrosourea. Nama kimiawi senyawa ini adalah 2-deoksi-3-(3-metil-3-nitrosoureido)-Dglukopiranosa (C 8 H 15 N 3 O 7 ). Senyawa ini dapat masuk ke dalam sel melalui transporter glukosa (GLUT 2). Sel beta pankreas memiliki jumlah GLUT 2 lebih banyak daripada sel-sel tubuh lainnya sehingga STZ memiliki toksisitas selektif terhadap sel beta pancreas (Szkudelski, 2001). Streptozotocin biasa digunakan untuk menginduksi hewan eksperimental

52 diabetik melalui bebagai cara, yaitu STZ menyebabkan kerusakan DNA pada islet pankreas dan menstimulasi poly adenosin diphospate (ADP) ribosylation. Proses ini akan mengakibatkan penghabisan nicotinamide adenine dinucleotide (NAD + ) seluler, lebih lanjut akan terjadi pengurangan adenosine triphosphate (ATP) dan akhirnya akan menghambat sekresi dan sintesis insulin. STZ juga menginduksi terbentuknya radikal radikal bebas, - misalnya superoksida (O 2 ), hidrogen peroksida (H2 O 2 ), hidroksil (OH - ), dan lain-lain (Szkudelski, 2001). Nicotinamide (pyridine-3-carboxamide) adalah amida dari vitamin B3 (Niacin). Efek protektif Nicotinamide dalam melindungi sel beta pankreas, telah dibuktikan. Banyak penelitian in vitro dan in vivo menyimpulkan bahwa Nicotinamide dapat melindungi sel beta pankreas terhadap efek toksik Streptozotocin (Szkudelski, 2012). Nicotinamide digunakan pada eksperimen kali sesuai dengan kegunaannya yaitu untuk melindungi sel beta pankreas agar sampel tikus putih menjadi diabetes melitus tipe 2. Hasil analisis GDP tikus putih sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan paired-t-test menunjukkan perbedaan bermakna pada 6 kelompok dengan nilai (p<0,05). Kelompok kontrol positif, P1, P2 dan P3 mengalami penurunan kadar GDP dikarenakan masing-masing kelompok diberikan intervensi berupa metformin, seduhan daun kersen 250mg/200gramBB, seduhan daun kersen 500mg/200gramBB, dan seduhan daun kersen 750mg/200gramBB. Pada kelompok kontrol negatif tidak

53 mengalami perunan bahkan meningkat dikarenakan pada kelompok kontrol negatif hanya diberikan aquades. Untuk menentukan dosis seduhan mana yang paling efektif dalam menurunkan kadar GDP maka dilakukan uji analisis Post-Hoc. Hasil uji Post-Hoc menunjukkan penurunan kadar GDP yang paling efektif pada kelompok P3 (seduhan daun kersen 750mg/200gramBB) dengan selisih penurunan terbesar yaitu 108,72 mg/dl. Sehingga daun kersen efektif dalam penurunan gula darah puasa tikus Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan kandungan daun kersen yaitu flavonoid. Flavanoid dapat berperan sebagai antioksidan yang mampu menurunkan stress oksidatif sehingga menimbulkan efek protektif terhadap sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin (Kaneto et al, 1999). Flavanoid terutama quercetin merupakan penghambat terhadap GLUT 2 pada mukosa usus, suatu lintasan absorpsi glukosa dan fruktosa pada membran usus. Mekanisme penghambatan ini bersifat nonkompetitif sehingga terjadi pengurangan penyerapan kadar glukosa darah (Oran et al, 2002). Data post-test kadar MDA yang didapat kemudian dianalisis normalitasnya menggunakan uji shapiro-wilk. Hasil uji normalitas pada tiap kelompok berdistribusi normal dengan signifikansi p=0,2 (p>0,05). Kemudian dilakukan uji Levene untuk menguji homogenitas dan didapatkan nilai signifikansi p=0,936 (p>0,05) yang menunjukkan antar kelompok memiliki data yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, maka dilakukan uji parametrik one way anova. Hasil uji

54 parametrik one way anova menunjukkan signifikansi p= (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh seduhan daun kersen terhadap kadar MDA. Hasil analisis data pada one way anova menunjukkan adanya peningkatan kadar MDA pada kelompok kontrol negatif bila dibandingkan dengan kelompok kontrol normal. Hal ini dipicu oleh tingginya radikal bebas yang diakibatkan oleh hiperglikemia. Adanya hiperglikemia pada DM akan menyebabkan peningkatan produksi ROS oleh mitochondria, yang kemudian menyebabkan kerusakan strand dari nuclear DNA. Kerusakan ini akan mengaktifkan poly ADP-ribose polymerase (PARP) suatu DNA repair enzyme, yang kemudian memodifikasi dan menurunkan aktivitas GADPH dengan akibat peningkatan produksi AGEs, aktivasi PKC, aktivasi jalur hexosamine, dan jalur polyol. Hal tersebut akan menyebabkan ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan pertahanan antioksidan yang berada dalam tubuh yang merupakan awal terjadinya stress oksidatif. Kadar antioksidan yang rendah dapat meningkatkan kerusakan seluler oksidatif sehingga meningkatkan produk peroksidasi lipid berupa MDA. Sedangkan pada ada kelompok kontrol positif, P1, P2, dan P3 terjadi penurunan rerata kadar MDA yang bermakna apabila dibandingkan dengan kelompok negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian metformin, seduhan daun kersen dosis 250mg/200gramBB, 500mg/200gramBB, dan 750mg/200gramBB dapat menurunkan kadar

55 MDA pada diabetes melitus secara signifikan. Penurunan kadar MDA paling banyak apabila dibandingkan dengan kontrol negatif yaitu pada kelompok positif yaitu sebesar 6,28mg/dl dan disusul kelompok P3 (seduhan daun kersen 250mg/200gramBB) sebesar 5,88 mg/dl. Hal ini sejalan dengan penelitian Siswanto dan Purwaningsih (2012) dengan judul Pemberian Suspensi Bubuk Kedelai Dapat Menurunkan Kadar Malondialdehid (MDA) Serum Pada Tikus Putih Diabetes Melitus yang Diinduksi Streptozotozin mendapatkan hasil pemberian suspensi bubuk kedelai dapat menurunkan kadar MDA pada tikus diabetes melitus yang diinduksi streptozotocin. Penelitian yang dilakukan oleh Siswanto dan Purwaningsih juga menggunakan 3 dosis bertingkat (200mg, 400mg, dan 800mg). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswanto dan Purwaningsih adalah intervensi yang digunakan, Siswanto dan Purwaningsih menggunakan suspensi bubuk kedelai sedangkan penelitian ini menggunakan seduhan daun kersen. Penelitian yang dilakukan oleh Vembriarto Jati Pramono dan Rahmad Santoso (2014) dengan judul Pengaruh Ekstrak Buah Kersen (Muntingia calabura) terhadap Kadar Gula Darah Tikus Putih (Rattus Novergicus) yang Diinduksi Streptozotocin (STZ) juga mendapatkan hasil penurunan kadar glukosa darah puasa bermakna pada kelompok perlakuan. Perbedaan penelitian yang dilakukan Vembriarto dengan penelitian ini

56 adalah variabel yang digunakan pada penelitian Vembriarto yaitu ekstrak buah kersen sedangkan penelitian ini menggunakan seduhan daun kersen. Perbedaan kedua yaitu penelitian Vembriarto meneliti kadar glukosa darah puasa sedangkan penelitian ini meneliti kadar MDA. Penelitian mengenai efek kersen terhadap kadar MDA juga masih sangat jarang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang mirip yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anggraini Respati Sekar Siwi (2010) yang meneliti tentang pengaruh ekstrak daun sendok (Plantago major L) terhadap kadar MDA pada mencit Balb/b induksi streptozotocin. Persamaannya yaitu sama sama menggunakan tanaman yang mengandung flavonoid untuk diabetes melitus, dan perbedaannya yaitu tanaman yang digunakan dalam penelitian Siwi adalah ekstrak daun sendok sedangkan pada penelitian ini menggunakan daun kersen dan hewan coba yang digunakan dalam penelitian Siwi adalah mencit sedangkan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih. Namun, hanya terdapat 1 dosis ekstrak daun sendok pada penelitian Siwi yaitu 1000mg/kgBB/oral setiap hari tidak dibagi menjadi 3 dosis seperti pada penelitian ini.