Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik"

Transkripsi

1 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik 1 Indah N Fajarini, 2 Herri S Sastramihardja, dan 3 Yuli Susanti 1,2,3 Pedidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Jl. Hariangbangga No.20 Bandung rahayu.novitasari279@gmail.com, 2 yuningsihani@yahoo.com Abstrak. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi dan berdampak terbentuknya radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif. Malondialdehid (MDA) merupakan salah satu hasil stres oksidatif. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) adalah tumbuhan yang digunakan untuk mengatasi stress oksidatif karena mengandung flavonoid sebagai antioksidan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh infusa belimbing wuluh terhadap kadar MDA mencit model diabetik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode rancangan acak lengkap terhadap 36 ekor mencit jantan yang terbagi dalam enam kelompok, yaitu kelompok 1 (kontrol normal), 2 (kontrol positif), 3 (kontrol negatif). Kelompok 4, 5 dan 6 adalah kelompok infusa belimbing wuluh dengan dosis 12,6; 25,3 dan 37,8 g/kgbb. Data dianalisis dengan uji One Way Anova, uji Dunnet dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar MDA pada kelompok infusa belimbing wuluh lebih kecil dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan bahwa infusa belimbing berpengaruh terhadap kadar MDA secara signifikan (p<0,05), dan dosis efektif yang berpengaruh terhadap kadar MDA adalah 25,3 g/kgbb/hari. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat korelasi yang sangat lemah antara peningkatan dosis infusa belimbing wuluh dengan kadar MDA (r= -0,14). Simpulan, pemberian infusa belimbing wuluh berpengaruh terhadap kadar MDA pada mencit model diabetik. Kata Kunci : Diabetes Melitus, Infusa Belimbing Wuluh, Malondialdehid, MDA A. Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom penyakit metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan insulin ataupun disebabkan karena terjadinya resistensi insulin. 1 Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia > 15 tahun di perkotaan adalah sebesar 5,7% dan prevalensi DM di provinsi Jawa Barat adalah sebesar 0,8%. 2, 3 Keadaan hiperglikemi pada penderita DM menyebabkan terbentuknya radikal bebas, yang selanjutnya dapat membentuk oksigen reaktif. Pembentukan senyawa oksigen reaktif yang berlebih mengakibatkan ketidakseimbangan antara antioksidan protektif dan jumlah radikal bebas pada penderita DM sehingga terjadi kerusakan oksidatif yang dikenal dengan stress oksidatif. 4 Terjadinya kerusakan oksidatif pada pasien DM ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA) pada pasien DM. 5 MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid, yang biasanya digunakan sebagai indikator derajat stress oksidatif. Pada penelitian yang dilakukan oleh Suarsana pada tahun 2011 membuktikan bahwa kadar MDA tinggi pada tikus hiperglikemia. 6 Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman. Flavonoid memiliki beberapa aktivitas farmakologikal, antara lain yaitu sebagai antioksidan dan antidiabetes. 7,8 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zuhra, Tarigan dan Sihotang pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa flavonoid memiliki efek antioksidan yang kuat. 9 Mekanisme kerja flavonoid sebagai antioksidan adalah menekan 639

2 640 Indah N Fajarini, et al. pembentukan ROS dengan menghambat enzim dalam pembentukan ROS dan meningkatkan regulasi serta proteksi dari antioksidan. Flavonoidpun dapat melindungi membran lipid dari kerusakan oksidatif, sehingga peroksidasi lipid dapat dihambat dan peningkatan kadar MDA dapat dicegah. 8 Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) mengandung zat aktif salah satunya adalah flavonoid. 10 Manfaat flavonoid pada buah belimbing wuluh antara lain sebagai antidiabetes dan antioksidan. 7, 11 Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Candra pada tahun 2012, telah membuktikan bahwa ekstrak buah belimbing wuluh dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus galur wistar yang diinduksi aloksan. 10 Dengan latar belakang tersebut, maka pada penelitian ini akan dilakukan penelitian mengenai efek dari pemberian infusa belimbing wuluh yang mengandung zat aktif flavonoid dalam menurunkan kadar MDA pada mencit model diabetik. B. Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap.Subjek penelitian ini adalah mencit jantan galur Swiss dan bahan penelitian ini adalah buah belimbing wuluh yang didapatkan dari Desa Jati Endah, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Pembuatan infusa belimbing wuluh dilakukan di laboratorium farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSHS Bandung. Dosis infusa belimbing wuluh diberikan sebanyak 1 kali dalam sehari selama 7 hari. Dosis aloksan yang diberikan pada hewan coba adalah 125 mg/kgbb dan disuntikkan secara subkutan dan efek hiperglikemik akan muncul setelah 72 jam. Pemeriksaan glukosa darah puasa dilakukan untuk memastikan keberhasilan induksi. Dosis infusa belimbing wuluh pada tikus sebesar 1,8 g, 3,6 g dan 5,4 g/ 200grBB. Dosis yang akan digunakan pada penelitian ini adalah dosis yang telah dikonversikan pada dosis mencit berdasarkan tabel konversi Laurence and Bacharach. Maka didapatkan dosis sebagai berikut: 1,8 g x 0,14= 0,252 g/ 20 gbb= 12,6 g/kgbb/ hari 3,6 gr x 0,14= 0,504 g/ 20 gbb= 25,3 g/kgbb/ hari 5,4 g x 0,14= 0,756 g/ 20 gbb= 37,8 g/kgbb/ hari Jumlah hewan coba yang akan digunakan pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Frederer. Didapatkan jumlah minimal hewan coba yang digunakan adalah 4 ekor mencit dalam 1 kelompok, dan untuk menghindari drop out maka ditambahkan 10-20% sehingga menjadi 6 ekor dalam 1 kelompok. pada penelitian ini terdapat 6 kelompok hewan coba, sehingga dibutuhkan 36 ekor mencit. Hewan coba ini dibagi dalam 6 kelompok yang dapat dilihat pada tabel berikut. Kelompok Tabel 1. Kelompok Hewan Coba Kelompok Perlakuan Perlakuan 1 Kelompok Normal Aquades dan pakan standar 2 Kontrol Positif Aloksan (+), Acarbose 0,13 mg/kgbb, aquades dan pakan standar 3 Kontrol Aloksan (+), aquades dan pakan standar Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

3 Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik 641 Negatif 4 Dosis 1 Aloksan (+), infusa belimbing wuluh dosis 12,6 g/kgbb/hari 5 Dosis 2 Aloksan (+), infusa belimbing wuluh dosis 25,3 g/kgbb/hari 6 Dosis 3 Aloksan (+), infusa belimbing wuluh dosis 37,8 g/kgbb/hari Perlakuan pada hewan coba diberikan selama 7 hari. Pada hari ke-7 dilakukan pengukuran glukosa darah puasa dan MDA. Data hasil pengukuran kadar MDA dinilai terlebih dahulu normalitas dan homogenitas variansnya menggunakan uji Saphiro-wilk dan uji Levene, selanjutnya data diuji dengan uji Annova, uji perbandingan ganda dengan metode Tukey untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar MDA antar kelompok. Dilanjutkan dengan uji Dunnet dan uji korelasi Pearson. C. Hasil Penelitian untuk menguji efek infusa belimbing wuluh dalam menurunkan kadar MDA menggunakan 36 ekor mencit jantan galur Swiss, yang terbagi dalam enam kelompok. Hasil pengukuran kadar MDA pada plasma mencit dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Rata-rata Kadar MDA Kelompok Kelompok Perlakuan Rata-rata Kadar MDA (μm) 1 Kelompok Normal 28,37 2 Kontrol Positif 37,23 (median) 3 Kontrol Negatif 81,42 4 Dosis 1 45,84 5 Dosis 2 29,22 6 Dosis 3 39,84 Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa rata-rata kadar MDA pada kelompok 4, 5 dan 6 memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok 3. Adapun rata-rata kadar MDA pada kelompok 5 nilainya mendekati ratarata kadar MDA kelompok 3. Data diolah menggunakan uji statistik Saphiro-wilk yang bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hasil pengujian distribusi data menggunakan uji Saphiro-wilk dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.Uji Distribusi Data Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik

4 642 Indah N Fajarini, et al. Kelompok Perlakuan Shapiro-Wilk Sig. Kelompok normal 0,605 Kontrol positif 0,017 Kontrol negatif 0,731 Kelompok dosis 1 0,129 Kelompok dosis 2 0,993 Kelompok dosis 3 0,101 Uji distribusi data menghasilkan nilai p> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Pengujian data dilanjutkan dengan uji Levene untuk menilai apakah varians datanya homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas varians dengan uji Levene menghasilkan nilai p >0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa varians masingmasing kelompok itu sama atau homogen. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan variansnya homogen maka uji statistik dapat dilanjutkan dengan uji One Way Annova. Pengujian data dilanjutkan dengan uji One Way Anova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata kadar MDA antar kelompok. Berdasarkan hasil uji One Way Anova didapatkan nilai p (Sig.) kurang dari 0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompoknya. Pengujian data dilanjutkan dengan uji perbandingan ganda dengan metode Least Significant Difference (LSD) yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan untuk setiap pasangan kelompok yang diamati. Hasil dari uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar MDA yang signifikan antara kontrol negatif (kelompok 3) dengan kelompok normal (kelompok 1), kontrol positif (kelompok 2) serta kelompok perlakuan infusa belimbing wuluh (kelompok 4, 5 dan 6). Dari kedua uji statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok dosis infusa belimbing wuluh memiliki kadar MDA lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif. Pada penelitian ini digunakan tiga dosis infusa belimbing wuluh yang berbeda, yaitu dosis pertama 12,6 g/kgbb, dosis kedua 25,3 g/kgbb dan dosis ketiga 37,8 g/kgbb. Pengujian data dilanjutkan dengan uji Dunnet dengan menempatkan kelompok normal sebagai kontrol kadar MDA, untuk mengetahui dosis efektif infusa belimbing wuluh yang dapat menurunkan kadar MDA. Tabel 4. Uji Dosis Efektif Kelompok Dosis Selisih Kadar MDA Signifikansi 4 12,6 g/kgbb 17, , ,3 g/kgbb 0, , ,8 g/kgbb 11, ,693 Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

5 Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik 643 Berdasarkan hasil uji Dunnet diketahui bahwa kelompok dosis 2 memiliki nilai p= 1,000, yang berarti kadar MDA pada kelompok dosis 2 mendekati kadar MDA pada kelompok normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa infusa belimbing wuluh dengan dosis 0,504 mg/20grambb/hari merupakan dosis efektif infusa belimbing wuluh yang berpengaruh terhadap kadar MDA mencit model diabetik. Pengujian data dilanjutkan dengan mencari hubungan antara dosis infusa belimbing wuluh dengan penurunan kadar MDA menggunakan uji korelasi Pearson. Didapatkan bahwa koefisien korelasi Pearson antara dosis infusa belimbing wuluh dengan penurunan kadar MDA adalah -0,14, yang berarti terdapat korelasi antara peningkatan dosis infusa buah belimbing wuluh dengan kadar MDA. Berdasarkan koefisien korelasi, korelasi ini memiliki kekuatan hubungan yang sangat rendah. D. Pembahasan Kadar MDA digunakan sebagai indikator terjadinya stres oksidatif yang diakibatkan oleh adanya peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Peningkatan radikal bebas dalam tubuh dapat ditekan atau diturunkan dengan zat-zat antioksidan. Rata-rata kadar MDA pada kelompok normal yang tidak diinduksi aloksan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yang hanya diinduksi aloksan tanpa diberi terapi apapun, sedangkan rata-rata kadar MDA pada kelompok yang diberikan perlakuan infusa belimbing wuluh dan kelompok kontrol positif memiliki nilai yang tidak berbeda dengan kelompok normal. Berdasarkan hasil perhitungan selisih kadar MDA antara kelompok normal dengan kelompok perlakuan didapatkan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian infusa belimbing wuluh dan acarbose dapat menurunkan kadar MDA. Penurunan kadar MDA pada mencit model diabetes ini terjadi karena kandungan zat aktif pada belimbing wuluh yaitu flavonoid. Berdasarkan penelitian aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.) yang dilakukan oleh Zuhra, Tarigan dan Sihotang pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa flavonoid memiliki efek antioksidan yang kuat. 9 Flavonoid dapat melindungi membran lipid dari kerusakan oksidatif, sehingga peroksidasi lipid dapat dihambat sehingga peningkatan kadar MDA dapat dicegah. 8 Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman. Flavonoid memiliki beberapa aktivitas farmakologikal, antara lain yaitu sebagai antioksidan dan antidiabetes. 7,8 Penelitian lain yang menyatakan bahwa flavonoid memiliki efek antioksidan adalah penelitian yang dilakukan oleh A.C Dewi, Puspawati, Asih dan Rita pada tahun 2014, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ekstrak etil etanol biji terong Belanda yang mengandung flavonoid mampu menghambat reakasi peroksidasi lemak yang ditandai dengan menurunnya kadar MDA plasma darah tikus Wistar. 12 Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Mu nisa, Muflihunna A, Arshal AF pada tahun 2014, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa efek antioksidan daun sukun pada mencit diabetes yang diinduksi aloksan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan kadar MDA hati. 13 Dari tiga kelompok perlakuan infusa buah belimbing wuluh diketahui bahwa kelompok dosis 2 memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan kelompok normal, dan memiliki selisih kadar MDA yang tinggi dengan kontrol negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis efektif infusa buah belimbing wuluh adalah 25,3 g/kgbb/hari. Pada uji penentuan dosis efektif didapatkan bahwa dosis efektif infusa belimbing wuluh yang dapat menurunkan kadar MDA pada mencit model diabetes bukanlah dosis Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik

6 644 Indah N Fajarini, et al. yang paling besar. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan dosis infusa belimbing wuluh dengan penurunan kadar MDA, yaitu semakin tinggi dosis infusa belimbing wuluh maka kadar MDA semakin turun. Namun kekuatan korelasi antara peningkatan dosis infusa belimbing wuluh dengan kadar MDA ini adalah -0,14, yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasinya sangat rendah. E. Kesimpulan Pemberian infusa belimbing wuluh selama tujuh hari berpengaruh terhadap kadar MDA pada mencit model diabetik. Dosis efektif infusa belimbing wuluh yang berpengaruh terhadap kadar MDA pada mencit model diabetik adalah 25,3 g/kgbb/hari. Terdapat korelasi yang signifikan antara peningkatan dosis infusa belimbing wuluh dengan kadar MDA pada mencit model diabetik, namun kekuatan korelasinya sangat lemah. DAFTAR PUSTAKA Gardner DG, Shoback D Greenspan s Basic & Clinical Endrocinology. United States: McGraw-Hill Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Jakarta Setiawan B, Suhartono E Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada Diabetes Melitus. Majalah Kedokteran Indonesia Suarsana IN, Utama IH, Agung IG, Suartini A Pengaruh Hiperglikemia dan Vitamin E pada Kadar Malondialdehida dan Enzim Antioksidan Intrasel Jaringan Pankreas Tikus. MKB Anitha R, Geetha RV, Lakshmi T Averrhoa bilimbi Linn-Nature s Drug Store- A Pharmacological Review. IJDDR Kumar S, Pandey AK Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An Overview. Hindawi Zuhra CF, Tarigan JB, Sihotang H Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). J Biologi Sumatera Candra S Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi. L) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro Cahyono AD Kemampuan Perasan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus sp. Jember: Universitas Jember Dewi NWO, Puspawati NM, Swantara IMD, Asih IARA, Rita WS Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Biji Terong Belanda (Solanum Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

7 Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik 645 betaceum, syn) dalam Menghambat Reaksi Peroksidasi Lemak pada Plasma Darah Tikus Wistar. Cakra Kimia Mu nisa, Muflihunna A, Arshal AF Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Sukun Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Malondialdehida (MDA) pada Mencit (Mus musculus). Makassar: Laboratorium Zoologi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Sumber lain: Indonesia, 8 November 2009 Pusat Data & Informasi PERSI Jakarta: Pusat Data & Informasi PERSI, Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet 1 Melvina Afika, 2 Herri S. Sastramihardja,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM), merupakan penyakit yang dikenal di masyarakat awam dengan sebutan kencing manis. Sebutan tersebut bermula dari penderita DM yang kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian mengenai efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada tikus Diabetes Melitus yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA), BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan tikus jantan strain Sprague dawley dengan berat badan > 150 gram dan umur 2 bulan. Sebanyak 30 tikus diadaptasi selama 3 hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus ( DM ) merupakan gangguan kesehatan yang ditandai oleh keadaan hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin ( Powers, 2005 ). DM merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan kurangnya hormon insulin. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak seluruhnya dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

Efek Pemberian Infusa Biji Petai China (Leucaena Leucocephala) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Mencit Model Diabet

Efek Pemberian Infusa Biji Petai China (Leucaena Leucocephala) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Mencit Model Diabet Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 240-57X Efek Pemberian Infusa Biji Petai China (Leucaena Leucocephala) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Mencit Model Diabet 1) Shelly Dwi Silvita, 2) Herry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif, yang memerlukan waktu dan biaya terapi yang tidak sedikit. Penyakit ini dapat membuat kondisi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sindroma yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM, secara klinik dikarakterisasi oleh gejala intoleransi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Rerata Zona Radikal Penelitian untuk menguji kemampuan daya hambat ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab gingivitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan karena faktor genetik, kekurangan produksi insulin oleh sel beta pankreas, maupun karena ketidakefektifan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian DM (Diabetes mellitus) merupakan kelainan metabolik terjadi ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi karbohidrat akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala penyakit degeneratif kronis yang disebabkan karena kelainan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan hormon Insulin baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Subjek penelitian terdiri dari 21 ekor tikus putih jantan yang berusia ± 2 bulan dengan berat badan 150-200 gr. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok dengan pembagian kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu keadaan gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah dan penggunaan karbohidrat yang tidak efektif karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Perkiraan terakhir menunjukkan ada 171 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang ditandai oleh gangguan metabolisme dan kenaikan kadar glukosa darah (hiperglikemik), sebagai akibat penurunan kadar

Lebih terperinci

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta. I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut WHO, 2004 menyatakan Indonesia menempati urutan ke 4 di dunia sebagai Negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah India, China, Amerika Serikat.

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan oneway Annova. Digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata n sampel, bila pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang sudah dikenal sejak berabadabad sebelum Masehi (SM). ± 30 th SM ditemukan oleh Celsus, tapi baru 200 tahun kemudian oleh

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menyebabkan dampak perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang berakibat pada meningkatnya berbagai macam penyakit

Lebih terperinci

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia (Sukandar et al., 2009). Diabetes menurut WHO (1999) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN Tia Afelita 1, Indah Permata Sari 1, Rizki Chairani Zulkarnain

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah kesehatan yang sangat penting. Secara global, WHO memperkirakan PTM menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin, relatif ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabetes melitus (DM) tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan

BAB I PENDAHULUAN. diabetes melitus (DM) tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) atau yang biasa disebut kencing manis adalah suatu group penyakit metabolik yang dikarakteristikan dengan adanya kondisi hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Pengaruh Ekstrak Etanol Seledri ( Apium graveolens) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit ( Mus musculus) Model Diabetik Muhammad Arga Putra Saboe 1, Herri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. Penyakit tersebut terkadang sulit disembuhkan dan mempunyai angka kematian

Lebih terperinci

Efek Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa dan 2 Jam Post Prandial Mencit Model Diabet

Efek Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa dan 2 Jam Post Prandial Mencit Model Diabet Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Efek Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa dan 2 Jam Post Prandial Mencit Model Diabet 1 Elsa Nurfiani Khairunnisa,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... i ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau lebih dikenal dengan sebutan kencing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karateristik hiperglikemia. DM terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) memperkirakan secara global PTM

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) memperkirakan secara global PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi Diabetes Mellitus selalu meningkat dari tahun ke tahun. WHO (World Health Organization) memperkirakan secara global PTM menyebabkan sekitar 60% kematian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah kumpulan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa yang tinggi. Kelainan metabolik tersebut diikuti dengan ketidaknormalan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dimana penderita mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan secara medis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 5 1.1. Keji Beling... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit metabolik kronik yang dapat berdampak gangguan fungsi organ lain seperti mata, ginjal, saraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin mengalami kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging Medicine (AAM) atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200 62 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil uji pendahuluan Uji pendahuluan pada penelitian ini ada 2 macam, meliputi penentuan waktu yang diperlukan untuk hewan uji mencapai DM setelah diinduksi STZ ip dosis 40 mg/kgbb,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan BAB 1 PENDAHULUAN Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolik kronik, ditandai oleh hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dipaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, dan manfaat penelitian yang dilakuakan. 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : -Laboratorium Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi pada tahun 2030 jumlah penyandang diabetes mellitus di dunia mencapai 388 juta dan di Indonesia mencapai sekitar 21,3 juta.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang memiliki karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena adanya suatu kelainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya hiperglikemia akibat defisiensi sekresi hormon insulin, kurangnya respon tubuh terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau sekumpulan gejala yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemik) akibat dari kelainan metabolisme

Lebih terperinci

Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme

Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, baik di negara berkembang maupun negara maju telah terjadi pergeseran penyakit dari penyakit menular (infeksi) ke penyakit tidak menular (degeneratif). Penyebab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab terjadinya peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) OLEH : S. A n d h i J u s u p, d r, M. K e s S e t y o S r i R a h a r j o, d r. M K e s F A K U L T A S K E D O K T E R A

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian pre and post test with control group

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin merupakan pemanis buatan yang memberikan rasa manis. Sakarin digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, yaitu 200-700 kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN Diabetes mellitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri ciri hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan defisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium, natrium sakarin dengan rumus kimia (C 7 H 5 NO 3 S) dari asam sakarin berbentuk bubuk kristal putih,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah glukosa yang dapat diperoleh dari makanan sehari-hari yaitu berupa protein, lemak dan terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena terjadinya gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis yang umumnya diderita seumur hidup (PERKENI, 2006). Di Amerika Serikat, kurang lebih 15 juta orang menderita

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium Zoologi dan Kimia Dasar FMIPA Universitas Lampung. Untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur Sprague

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi pada mencit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Angka kejadian infertilitas masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Infertilitas adalah ketidakmampuan terjadinya konsepsi atau memiliki anak pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN BAB IV HASIL DAN PEMBASAN 4.1 Pengaruh Infusa Daun Murbei (Morus albal.) Terhadap Jumlah sel pyramid Hipokampus Tikus Putih (Rattus norvegicus) Model Diabetes Melitus Kronis yang Diinduksi Aloksan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG FALOAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG FALOAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG FALOAK (Sterculia Sp.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOASA DARAH YANG DIINDUKSI GLUKOSA Stefany Fernandez 1, Elisabia edel 2 Poltekkes Kemenkes Kupang, Jl.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang.

Lebih terperinci

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian Eksperimental. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi

Lebih terperinci

Pembimbing I : Dr. Diana K Jasaputra, dr,m Kes Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr, SpPK, M Kes

Pembimbing I : Dr. Diana K Jasaputra, dr,m Kes Pembimbing II: Adrian Suhendra, dr, SpPK, M Kes ABSTRAK EFEK INFUSA BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill), KUMIS KUCING (Orhtosiphon spicatus Backer), SERTA KOMBINASINYA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN Gede Mahatma,2010;

Lebih terperinci