BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi bahan bakar

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN KURSI PENUMPANG KERETA API SECARA DINAMIS UNTUK MEMAKSIMALKAN PENDAPATAN

TUGAS AKHIR. Oleh : Kartika Sari Nur Aulia ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. Ahmad Rusdiansyah, M.Eng, CSCP

Latar Belakang. Kelas Penerbangan. Tipe Penumpang. Dua Komponen Dalam Penerbangan Yang Perlu Dikelola Supaya Pendapatan Maskapai Bisa Maksimal ARM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perkembangan dan peranan sektor jasa makin

Paul Rose Revenue Management Ltd. Santi Purwantini

MEMILIH TRANSPORTASI UNTUK MUDIK

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

melakukan pemesanan pada penerbangan 2, dengan probabilitas masing-masing penumpang tersebut 30% ke flexible class dan 70% ke affordable class.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA

USULAN PEMBANGUNAN JALUR Kereta Api LAYANG CEPAT JAKARTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. transportasi darat seperti kereta, mobil, bis, dan lain-lain.

Your Slide Title KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh masyarakat, selain karena untuk kebutuhan mobilitas jarak dekat,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, pariwisata maupun budaya membutuhkan jasa transportasi yang

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2017 PROVINSI LAMPUNG

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan dan mengoperasikan sistem informasi yang berbasiskan komputer.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya transportasi sebagai salah satu disiplin ilmu pada era

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malasah

F.1 Kereta Api F.1.1 Pembelian F Pilih Tanggal, Jumlah Penumpang dan Rute Perjalanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

REGISTER TRANSAKSI JUAL BELI TIKET DI WIEN TOUR JL. RAYA GAMBIRAN-DAYU PARK KM 1 SRAGEN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I INTRODUKSI. laba.kerugian demi kerugian terus dialami oleh KAI hingga tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini sarana transportasi merupakan suatu bagian yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Mudik-Balik Gratis Moda Kereta Api di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pembeli untuk meminta barang yang tersedia di pasar. Dengan

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JULI 2017 PROVINSI LAMPUNG

MK Konsep Teknologi PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. VII, 1 Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan ditengah-tengah badai persaingan. darat, laut dan udara. Salah satu alat transportasi darat yang digunakan oleh

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Analisis Pelayanan Penumpang Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Trayek Yogyakarta - Solo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan lintasan rel. Sementara Bus dan shuttle Travel menggunakan jalanan

BAB I PENDAHULUAN. pasti akan terjadi dalam perjalanan kehidupan manusia. Confucious seorang filsuf

ISS INDONESIA KEBIJAKAN PERJALANAN MUTASI DINAS KARYAWAN. Menetapkan : KEPUTUSAN MANAJEMEN TENTANG KEBIJAKAN PERJALANAN MUTASI DINAS KARYAWAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

pengelolaan permintaan serta metodologi dan sistem yang dibutuhkan untuk membuatnya (Tallury & Ryzin, 2004)

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Permasalahan

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2015 PROVINSI LAMPUNG

perputaran roda ekonomi semakin cepat. Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR GRAFIK...

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus : Kereta Api Prambanan Ekspres Solo-Yogyakarta)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bahan bakar, hemat lahan, rendah polusi, regulated traffic, relatif aman/

BAB I PENDAHULUAN. total dalam memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri, daerah tersebut

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup sebuah perusahaan sangat tergantung pada kepuasan para

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI FEBRUARI 2014 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/04/18/Th. III, 1 April 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia harus mampu mengembangkan potensinya untuk menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Persero merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan merupakan satu-satunya perusahaan yang mengoperasikan angkutan kereta api penumpang dan barang di Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 1998 menyebutkan bahwa moda transportasi kereta api memiliki karakteristik dan keunggulan khusus. Beberapa keunggulan dari kereta api adalah kemampuannya dalam mengangkut baik penumpang maupun barang secara massal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang, memiliki faktor keamanan yang tinggi, tingkat pencemaran yang rendah, serta lebih efisien untuk angkutan jarak jauh. Perbandingan konsumsi bahan bakar pada kendaraan bermotor disajikan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Jenis kendaraan Konsumsi bahan bakar Kapasitas penumpang Kebutuhan bahan bakar Sepeda motor 40 km/l 2 orang 0,03 L/orang Mobil 12 km/l 6 orang 0,02 L/orang Bus 0,5 L/km 40 orang 0,0125 L/orang Kereta Api 40 L/km 1500 orang 0,002 L/orang Pesawat 3 L/km 500 orang 0,08 L/orang Kapal 10 L/km 1500 orang 0,006 L/orang Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang diminati masyarakat. Sejak tahun 2011, jumlah penumpang kereta api di Indonesia terus mengalami kenaikan. Jumlah penumpang kereta api di Indonesia tahun 2015 sebanyak 325 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2016). 1

Jumlah Penumpang (dalam ribu orang) 2 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun Gambar 1.1 Jumlah Penumpang Kereta Api (Badan Pusat Statistik, 2016) Di Indonesia sendiri, industri kereta api dikelola secara monopoli oleh PT KAI, namun persaingan tetap terjadi yaitu antara kereta api dengan moda transportasi lain seperti pesawat, bus, kapal, dll. Berdasarkan laporan tahunan PT KAI tahun 2014, diketahui bahwa total pendapatan perusahaan sebesar Rp 10,5 trilliun atau naik sebesar 21,8% dari pendapatan tahun 2013 sebesar Rp 8,6 trilliun. Laba komprehensif juga meningkat sebesar Rp 949 miliar dari tahun lalu sebesar Rp 561 milliar (Laporan Tahunan PT KAI, 2014). Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro menargetkan pendapatan perusahaan pada tahun 2016 meningkat sebanyak Rp 20 trilliun atau meningkat sebesar 48,18% dibandingkan dengan pendapatan tahun 2015 sebesar R 13,5 triliun (Sinaga, 2016). Sejalan dengan target pendapatan yang dicanangkan, PT KAI harus melakukan upaya agar target tersebut dapat terealisasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan manajemen pendapatan pada PT KAI. Manajemen pendapatan (revenue management) atau yang dikenal juga dengan istilah yield management merupakan suatu konsep yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan. Revenue management merupakan kebijakan pengelolaan permintaan dalam melakukan estimasi dan menggolongkan permintaan untuk menentukan harga dan kontrol

3 kapasitas yang tepat, serta seluruh sistem yang yang dibutuhkan untuk membuat kebijakan tersebut (Talluri dan van Ryzin, 2004). Pada awalnya revenue management diterapkan pada industri penerbangan. Maskapai penerbangan menerapkan harga yang berbeda-beda pada satu kelas penerbangan yang sama untuk meningkatkan pendapatan. Revenue management dapat diaplikasikan pada industri produk/jasa yang memiliki karakteristik perishable. Suatu produk/jasa dikatakan perishable jika produk tersebut tidak memiliki nilai sisa setelah melewati waktu tertentu. Selain pada industri penerbangan, revenue management dapat diterapkan pada industri perhotelan, entertainment and sport event, casino, perkapalan, dan kereta api. Armstrong et al (2010) menyatakan bahwa revenue management pada industri kereta api penumpang biasa disebut dengan Railroad Passenger Revenue Management (RPRM). Pada industri kereta api cocok untuk diterapkan revenue management dikarenakan beberapa kondisi seperti, permintaan kursi yang bersifat tidak pasti, fleksibilitas penumpang, dan kapasitas kursi yang tetap (Sakura dkk, 2015). Telah banyak dilakukan penelitian mengenai revenue management pada industri kereta api. You (2008) mempelajari bagaimana menentukan alokasi kursi penumpang untuk sistem booking pada kereta api. Pada penelitian tersebut diasumsikan terdapat 2 segmen penumpang yaitu full fare dan discount fare. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk memaksimalkan pendapatan dengan menentukan batasan pemesanan untuk semua jenis tiket, sehingga pendapatan industri kereta api tersebut dapat maksimal. Sakura dkk (2015) melakukan penelitian mengenai model kebijakan pengelolaan persediaan kursi penumpang kereta api secara dinamis untuk memaksimalkan pendapatan. Pada penelitian tersebut dilakukan simulasi dengan beberapa skenario. Dengan kebijakan pembatalan pemesanan tiket kereta api dan melakukan penambahan kapasitas pada masing-masing gerbong kereta dapat menaikkan pendapatan perusahaan apabila diterapkan pada skenario 50% kapasitas kursi penumpang dialokasikan pada tujuan Surabaya-Jakarta, sedangkan sisanya merupakan tujuan pada stasiun antara (Sakura, 2015).

4 Objek penelitian ini adalah 4 kereta api penumpang dari Yogyakarta dan Solo menuju Jakarta. Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai alokasi kursi penumpang masing-masing kelas dan strategi penetapan harga yang optimal dengan pendekatan revenue management. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan saran kepada PT KAI dalam menentukan strategi kebijakan yang terbaik sehingga dapat meningkatkan pendapatan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pada sub bab 1.1 maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan alokasi kursi masing-masing subclass dan harga optimal untuk meningkatkan pendapatan pada penjualan tiket kereta api tersebut. 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan pada penelitian ini dibuat agar penelitian fokus terhadap masalah yang akan diselesaikan. Berikut ini merupakan asumsi dan batasan pada penelitian ini. 1. Pembatalan (cancelation) tiket dan preferensi penumpang terhadap harga (customer valuation) tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini. 2. Data yang digunakan untuk membangun model permintaan merupakan data penjualan pada bulan April-Juni 2016. 3. Biaya marjinal diasumsikan sebagai harga tiket sub-class terendah (J). 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut ini. 1. Menentukan alokasi kursi penumpang masing-masing sub-class untuk kereta api penumpang Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka Pagi, dan Taksaka Malam. 2. Mengembangkan model permintaan deterministik pada penjualan tiket kereta api tersebut.

5 3. Menentukan harga optimal masing-masing sub-class pada kereta tersebut dengan pendekatan revenue management. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menentukan alokasi kursi penumpang dan harga optimal untuk masing-masing sub-class dalam penjualan tiket kereta api Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka Pagi, dan Taksaka Malam.