4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

dokumen-dokumen yang mirip
4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUWANGI

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/Permen-KP/2015. Tanggal 08 Januari 2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

III. KEADAAN UMUM LOKASI

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

Transkripsi:

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Kabupaten Banyuwangi terletak diantara koordinat 7 o 43` 8 o 46` Lintang Selatan (LS) dan 113 o 3` 114 o 38` Bujur Timur (BT) dengan batasbatas wilayah sebagai berikut (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010) : 1. Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo dan Bondowoso 2. Sebelah Timur : Selat Bali 3. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia 4. Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso Wilayahnya yang berbatasan langsung dengan dua perairan yang berpotensi tinggi, yaitu perairan Selat Bali dan Samudra Hindia, menjadikan Kabupaten Banyuwangi daerah yang potensial di bidang perikanan dan merupakan salah satu daerah perikanan utama di Jawa Timur. Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 17,8 km yang membujur sepanjang batas Selatan dan Timur Kabupaten Banyuwangi serta dengan jumlah pulau sebanyak 10 buah. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi.782, km 2 dibagi dalam wilayah administrasi yaitu 24 Kecamatan dan 189 Desa serta 28 Kelurahan (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian 01000 meter diatas permukaan laut, yang merupakan dataran rendah, sedikit miring arah Barat Laut ke Tenggara. Dataran tinggi terletak dibagian Barat dan Utara dimana terdapat gununggunung yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, Bondowoso dan Jember. Sedangkan bagian timur dan selatan ± 7% merupakan dataran rendah persawahan. Jenis tanah yang ada di kabupaten Banyuwangi merupakan tanah jenis Regosol, Lathosol, Podsolik, dan Gambut (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). 2) Keadaan iklim Daerah Kabupaten Banyuwangi memiliki iklim tropis dengan suhu ratarata 2 o 29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

22 dijumpai periode bulan basah, bulan lembab dan bulan kering (theory oldeman) dimana bulan basah dengan curah hujan diatas 200 mm yaitu vulan Januari, Mei, dan Oktober dengan ratarata hari hujan berturutturut 20, 24, dan 29. Sedangkan bulan kering adalah bulan Juli, September, dan November dengan curah hujan dibawah 100 mm, bulanbulan yang lain merupakan bulan lembab dengan tingkat curah hujan ratarata 100200 mm. Menurut perhitungan SchmidtFerguson, tahun 2010 dikategorikan mempunyai iklim sangat basah dikarenakan perbandingan antara ratarata banyaknya bulanbulan kering dan ratarata banyaknya bulan basah berada di level 00,143 (yang dikategorikan iklim sangat basah) (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Tabel Curah hujan dan hari hujan tahun 2010 No Bulan Suhu(C o ) Curah Hujan (mm) Hari Hujan 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Ratarata Jumlah 27,0 27,6 28,8 28,1 28,1 27,3 26,8 26,7 27,6 27,8 28,8 27, 27,7 306,0 112,3 163,7 181,7 288,2 14,1 98,3 122,0 80,7 207,7 33,7 139,4 1.887,8 20 14 14 14 24 16 17 1 13 19 13 20 199 Sumber : Badan Meteorologi dalam Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 3) Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 sebesar 1.613.474 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut yang bermatapencaharian sebagai

23 nelayan / perikanan sebesar 30.3 orang atau 1,98% dari total penduduk yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian sektor perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 2009 No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 3 Nelayan perairan umum Pembudidaya ikan Nelayan penangkap ikan di laut 2.10.430 22.9 7,04 17,78 7,18 Jumlah 30.3 100 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Kondisi penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan berada di 11 (sebelas) kecamatan berpantai yakni Wongsorejo, Muncar, Pesanggaran, Purworejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Silirragung, Rogojampi, Bangorejo, dan Tegaldlimo, sedangkan untuk pembudidaya tambak (payau) dan pembenihan (hatchery) berada di 8 (delapan) Kecamatan, namun yang masih beroperasi hanya berada di 2 (dua) Kecamatan yakni, Wongsorejo dan Kalipuro, pembudidaya ikan tawar terdapat dihampir semua kecamatan sewilayah Kabupaten Banyuwangi (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). 4.1.2 Keadaan wilayah laut, pesisir, pantai dan sungai Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah laut dimana Selat Bali yang terletak di sebelah Timur dengan dominasi ikan permukaan (pelagis), dan hasil terbesar yaitu ikan lemuru (Sardinella lemuru) serta Samudra Indonesia yang terletak di sebelah Selatan dengan dominasi ikan demersal di samping ikan pelagis kecil dan besar. Banyuwangi mempunyai pesisir pantai sepanjang ± 282 km, beberapa wiyah pesisir merupakan lahan yang potensial bagi budidaya air payau/ tambak, pembenihan udang windu (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Kabupaten Banyuwangi memiliki 81 sungai dengan panjang keseluruhan mencapai ± 73 km yang berfungsi untuk pertanian, perikanan, dan lain lain. Sungai sungai tersebut ada yang bermuara di Selat Bali yaitu Sungai Lo, Sungai Setail, Sungai Kalibaru, Sungai Sepanjang, serta Sungai Kempit. Selain itu juga terdapat 7 waduk dengan luas mencapai 4,0 ha serta 2 rawa luasnya mencapai 1, ha (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010).

24 4.1.3 Keadaan umum perikanan di Kabupaten Banyuwangi Wilayah perairan di Kabupaten Banyuwangi yang dibatasi oleh lautan yaitu Selat Bali di sebelah Timur dan Samudra Hindia di sebelah Selatan merupakan salah satu daerah perikanan utama di Jawa Timur. Sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan yang tersedia, maka peningkatan kontribusi sub sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Banyuwangi dilaksanakan melalui peningkatan usahausaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi yang meliputi usaha penangkapan di perairan umum, rehabilitasi hutan mangrove, dan terumbu karang. Pengembangan produksi tersebut memenuhi konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, sedangkan komoditaskomoditas yang mempunyai pasaran baik di luar negeri diarahkan untuk ekspor (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Selat Bali yang luasnya 960 mil 2 memiliki potensi penangkapan maksimum lestari (MSY) untuk ikan pelagis dengan hasil ikan yakni lemuru (Sardinella lemuru) sebesar 46.400 ton dan untuk Muncar memiliki MSY 2.26 ton / tahun. Sedangkan untuk jenis ikan dasar, ikan hias, nener, dan benur belum ada penelitian, namun demikian sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar. Samudra Indonesia yang luasnya ± 2.000 mil 2 (belum termasuk Zona Ekonomi eksklusif 200 mil) dengan basis utamanya Pancer dan Grajagan memiliki potensi lestari sebesar 212.00 ton / tahun yang terdiri dari ikan demersal sebesar 103.000 ton / tahun dan ikan permukaan sebesar 109.00 ton / tahun. Tingkat pengusahaan sumberdaya perikanan dan kelautan di Selat Bali sudah dilakukan secara intensif sehingga dinyatakan padat tangkap, sedangkan tingkat pengusahaan di perairan Samudra Indonesia masih relatif rendah sehingga masih memungkinkan untuk ditingkatkan beberapa kali lipat, dan pengusahaan di ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) 200 mil masih perlu untuk di eksploitasi (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Usaha penangkapan di perairan pantai yang masih potensial dilaksanakan melalui motorisasi dan modernisasi unit penangkapan. Jenis alat tangkap yang dikembangkan adalah trammel net, gillnet, pancing rawai, dan purse seine dengan menggunakan perahu motor tempel dan kapal motor (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010).

2 Tabel 7 Perkembangan armada perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 2009 2010 2009 2010 Kecamatan PTM PMT KM PTM PMT KM Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo 3 2 1 2 34 22 4.44 472 39 420 403 210 2 12 22 624 70 440 67 18 40 47 12 32 32 20 30 3.604 410 46 34 220 240 6 37 80 71 10 170 72 63 72 0 140 13 Jumlah 183 7.143 1.134 298.79 1.22 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Tabel diatas menjelaskan bahwa armada perikanan Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan sebesar 11,08 % pada tahun 2010, yaitu berkurang 84 unit dari tahun 2009. Armada paling banyak yaitu pada kecamatan Muncar sebanyak 4386 unit pada tahun 2010, sedangkan armada paling sedikit terdapat di kecamatan Kabat yaitu sebanyak 147 unit pada tahun 2010. Alat tangkap yang terdapat di Kabupaten banyuwangi jenisnya sangat bervariasi. Banyak sekali alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan. Alat tangkap yang paling dominan di Kabupaten Banyuwangi adalah pancing dengan jumlah 4190 unit. Alat tangkap ini banyak digunakan karena pengoperasian alat ini terhitung mudah dan tidak memerlukan banyak modal. Sedangkan alat tangkap yang paling sedikit di wilayah ini yaitu pukat pantai dengan jumlah 2 unit. Alat tangkap ini sedikit digunakan karena hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap ini tidak terlalu besar, sehingga masyarakat enggan untuk menggunakan alat tangkap ini, sedangkan alat tangkap yang banyak menangkap ikan yaitu pukat cincin, alat tangkap ini banyak dijumpai di wilayah Kecamatan Muncar. Pukat cincin menyumbang produk perikanan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi, ikan yang ditangkap khususnya ikan lemuru yang merupakan komoditas paling utama yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 8.

26 Tabel 8 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 Kecamatan No Alat Tangkap Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Muncar Tegaldlimo Purwoharjo Pesanggaran jumlah 1 Payang 10 30 11 42 20 118 2 Pukat Pantai 2 2 3 Pukat Cincin 203 13 4 220 4 J.Insang Hanyut 6 80 6 18 384 41 32 734 J.Insang Tetap 10 10 1 130 6 Bagan Tancap 136 136 7 Serok 224 224 8 Trammel Net 240 60 300 9 Rawai Tetap 3 40 7 10 Rawai Hanyut 10 321 331 11 Pancing Lain 80 810 23 40 417 1121 120 28 312 4190 12 Sero 13 Bubu 8 8 8 14 Perangkap lain 1 Lainlain 23 1240 260 31 264 2102 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Nelayan di daerah Banyuwangi di bagi menjadi dua jenis, yaitu nelayan juragan dengan anak buah kapal (pandega). Pandega di Kabupaten Banyuwangi jumlahnya lebih banyak dari juragan. Jumlah nelayan pada tahun 2010 sebanyak 22.9 jiwa. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang jumlah nelayannya 24.61 jiwa terjadi penurunan. Jumah juragan dan pandega yang paling banyak terdapat di Kecamatan Muncar, jumlahnya berturutturut 1.908 dan 12.716 jiwa. Hal ini disebabkan alat tangkap yang terdapat di Kecamatan Muncar jumlahnya paling banyak di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan jumlah juragan paling sedikit terdapat di Kecamatan Siliarung sebanyak 4 jiwa dan pandega yang jumlahnya paling sedikit terdapat di Kecamatan Bangorejo sebanyak 11 jiwa. Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9.

27 Tabel 9 Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 No Kecamatan Juragan Pandega Jumlah 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo Siliragung Bangorejo 1.908 382 70 370 390 210 62 47 117 4 12.716 1.140 1.62 80 292 498 120 994 42 12 11 14.624 1.22 2.402 1.17 682 708 182 1.469 19 16 16 Jumlah 4.673 18.282 22.9 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Banyuwangi secara umum mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010. Produksi perikanan paling besar di dominasi oleh Kecamatan Muncar sebesar ± 94,81 % dari semua produksi penangkapan ikan dilaut. Hal ini disebabkan karena usaha penangkapan ikan di Muncar merupakan sentra kegiatan perikanan di Kabupaten Banyuwangi, disamping itu kegiatan penangkapan ikan sudah dilaksanakan secara intensif dengan armada dan alat tangkap perikanan yang cukup memadai. Kecamatan Muncar juga memiliki banyak perusahaan pengolahan ikan. Ikan yang paling banyak diolah yaitu ikan lemuru, sebagian besar hasil tangkapan yang terdapat di Kecamatan Muncar ini yaitu ikan lemuru. Hal tersebut menjadikan Kecamatan Muncar merupakan penyumbang paling besar pendapatan dari sector perikanan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan produksi perikanan paling kecil terdapat di Kecamatan Bangorejo, hal ini diakibatkan karena jumlah alat tangkap yang terdapat di kecamatan ini sedikit dan tidak didukung dengan armada yang memadai sehingga menyebabkan produksi di Kecamatan ini paling sedikit. Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 10.

28 Tabel 10 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan Kabupaten Banyuwangi tahun 20092010 2009 2010 No 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 Kecamatan Produksi (ton) Nilai produksi (juta) Produksi (ton) Nilai produksi (juta) Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo Siliragung Bangorejo 48.304,4 1.284,3 426,2 672,4 23,2 8, 4,2 126,3 1,2 3,6 2,7 147.948,6.779,2 2.237,8 4.370,2 3.034,6, 2,2 808,4 93 19,6 1 27.746,4 411,8 700,4 160,2 66,6 27,9 17 104, 29 0 0 137.604,1 2.831, 3.833,2 1.26,9 468,1 196,4 111,8 779,7 271,2 0 0 Jumlah 1.371 164.387,3 29.264,3 147.362,2 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu penyumbang produk perikanan di Indonesia. Produk perikanan yang dihasilkan sebagian besar berasal dari laut, sedangkan untuk perikanan budidaya belum begitu besar. Produk perikanan laut menduduki peringkat pertama di daerah Banyuwangi. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bahwa di daerah banyuwangi terdapat beberapa jenis alat tangkap. Alat tangkap yang ada memiliki produktivitas yang berbeda beda. Alat tangkap yang paling banyak produktivitasnya yaitu purse seine dengan jumlah hasil tangkapan yaitu 23.43,4 ton/tahun. Hal ini disebabkan karena alat tangkap ini mempunyai efektifitas penangkapan yang tinggi, sehingga dapat menangkap ikan dalam jumlah besar. Jumlah purse seine di Kabupaten Banyuwangi juga banyak, sehingga secara otomatis hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan yang mengoperasikan alat tangkap purse seine juga banyak. Sedangkan alat tangkap yang mempunyai produktivitas paling rendah di Kabupaten Banyuwangi adalah alat tangkap bagan dengan jumlah hasil tangkapan 27, ton/tahun. Berikut ini adalah produksi penangkapan ikan di laut berdasarkan alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi.

29 Tabel 11 Produksi penangkapan ikan di laut berdasarkan alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 No Alat Tangkap Produksi Nilai produksi (Ton) Rp (juta) 1 2 3 4 6 7 Purse Seine Payang Gill Net P. Rawai Pancing lainnya Bagan Lainlain 23.43,4 2.240, 946,8 908,3 1.00, 27, 470,2 100.73,2 1.760,1 6.407,1 8.98,1 10.694,3 1.004,8 3.937,8 Jumlah 29.264,3 147.362,3 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar 4.2.1 Letak Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar terletak di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Muncar terletak di tepi pantai (Selat Bali) pada posisi 8 o 24 8 o 30 Lintang Selatan dan 114 o 1 38 114 o 21 Bujur Timur yang memiliki teluk bernama Teluk Pangpang, serta mempunyai panjang pantai yang mencapai 13 km dengan pendaratan ikan sepanjang 4, km (UPT PPP Muncar 2010). Jarak Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dengan pusat Kecamatan Muncar adalah 2 km atau sekitar 10 menit, dengan kota kabupaten Banyuwangi sejauh 37 km dengan lama perjalanan sekitar 1,2 jam, serta dengan ibukota provinsi adalah 332 km yang dapat ditempuh antara 89 jam, Kecamatan Muncar mempunyai penduduk sebanyak 140.12 jiwa dan masyarakatnya terutama dari segi struktur budaya nelayan dari suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis. Suku asli yang terdapat di Kecamatan Muncar yaitu suku Jawa, sedangkan suku pendatang yaitu suku Madura, Osing, dan Bugis. Suku pendatang rata rata bermatapencaharian sebagai nelayan, hal ini disebabkan karena sukusuku pendatang mendatangi tempat tempat yang dianggap mempunyai hasil tangkapan yang melimpah (UPT PPP Muncar 2010).

30 4.2.2 Unit penangkapan ikan 1) Kapal penangkapan ikan Kapal penangkapan ikan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu jenis kapal motor (KM), perahu motor temple (PMT), dan perahu tanpa motor (PTM). Kapal motor dibagi menjadi kapal motor kurang dari GT, 10 GT, dan 1030 GT. Jumlah armada penangkapan ikan di Muncar dari tahun 2001 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 2. Tabel 12 Perkembangan jumlah kapal penangkapan ikan di Pelabuhan Pantai Muncar tahun 2001 2010 KM Perkem bangan Tahun PTM PMT Jumlah < 10 1030 Jumlah GT GT GT (%) 2001 48 1.11 47 28 746 11 2.70 2002 29 1.112 33 28 198 989 2.130 22, 2003 48 1.208 66 23 198 1017 2.273 6,7 2004 21 1.70 66 319 193 1078 2.998 31,9 200 121 1.070 66 319 193 1078 2.269 24,3 2006 121 1.070 66 319 189 1074 2.26 0,2 2007 96 1.401 66 319 189 1074 2.71 13, 2008 96 1.401 66 319 189 1074 2.71 0 2009 121 676 66 319 189 1074 1.871 27,2 2010 121 676 66 319 189 1074 1.871 0 Sumber : UPT PPP Muncar 2010 Tabel 12 diatas menjelaskan bahwa perkembangan armada penangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) muncar dari tahun 2001 sampai 2010 mengalami fluktuasi. Terjadi penambahan dan pengurangan armada dalam beberapa kurun waktu tesebut. Jenis kapal yang paling banyak dipakai di daerah Muncar yaitu jenis perahu motor tempel, hal ini dikarenakan perahu motor tempel dapat menempuh jarak wilayah penangkapan yang lebih jauh dari pada perahu tanpa motor, serta jika dibandingkan dengan kapal motor, harga perahu motor tempel lebih murah. Sedangkan jenis kapal yang paling sedikit di wilayah Muncar yaitu jenis perahu tanpa motor, hal ini dikarenakan daya jelajah mesin ini tidak

31 terlalu jauh, sehingga akan berpeluang mendapatkan hasil tangkapan yang sedikit. Biasanya perahu ini dipakai oleh nelayan kecil untuk sekedar memenuhi kebutuhan mereka seharihari. 1800 1600 1400 Jumlah armada ( unit ) 1200 1000 800 600 400 200 PTM PMT KM 0 2001 2002 2003 2004 200 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 2 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPP Muncar tahun 20012010 Grafik diatas menjelaskan bahwa fluktuasi perahu tanpa motor di Muncar pada tahun 2001 sampai dengan 2010 tidak terlalu signifikan, hal ini terlihat dari jumlah perahu tanpa motor dari tahun 2001 sampai dengan 2010 kenaikan dan penurunannya tidak terlalu besar, tetapi dapat terlihat pada tahun 20032004 kenaikan jumlah perahu tanpa motor mencapai persentase lebih dari 100 %, setelah itu terjadi kenaikan dan penurunan tetapi tidak terlalu signifikan. Perkembangan yang terjadi pada perahu motor tempel di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar pada kurun waktu 2001 sampai dengan 2010 sama dengan perkembangan pada perahu tanpa motor. Tidak terjadi perubahan yang signifikan, hanya saja pada tahun 20082009 terjadi penurunan lebih dari 0 %. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan. Musim yang tidak menentu membuat nelayan tidak bisa memprediksi musimmusim yang banyak terdapat ikan, sehingga membuat nelayan tidak melaut.

32 Karena faktor tersebut membuat banyak kapal yang rusak, sehingga kapal motor tempel jumlahnya juga berkurang. Kapal motor di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dibagi dalam tiga jenis sesuai dengan penjelasan diatas. Jumlah paling banyak yaitu kapal motor dengan kapasitas kurang dari GT. Jumlah ini stabil dari tahun 2003 sampai dengan 2010 sebanyak 66 unit. Sedangkan untuk kapal berkapasitas 10 GT jumlahnya terbanyak kedua. Jumlah paling banyak terdapat pada tahun 2004 dan stabil hingga tahun 2010. Kapal motor terakhir yang ada di muncar yaitu berkapasitas 1030 GT, jumlahnya tidak terlalu besar, tetapi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya, jumlah kapal motor yang berkapasitas 1030 GT di Muncar paling banyak. Jika dilihat pada grafik, terjadi penurunan jumlah kapal dengan kapasitas 1030 GT, hal ini juga dikarenakan musim yang tidak menentu, sehingga dapat berdampak pada berkurangnya jumlah armada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Penjabaran dari jumlah armada penangkapan di PPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 3. 189 unit 121 unit 319 unit 676 unit PTM PMT KM < GT KM 10 GT KM 10 30 GT 66 unit Gambar 3 Jumlah kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar tahun 2010 Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kapal terbanyak pada tahun 2010 yaitu pada jenis perahu motor tempel dengan jumlah 676 unit (36,1 %), hal ini dikarenakan perahu motor tempel harganya lebih murah jika

33 dibandingkan dengan kapal motor dan daya jelajahnya lebih jauh jika dibandingkan dengan perahu tanpa motor. Diurutan kedua jumlah kapal paling banyak yaitu kapal motor berkapasitas kurang dari GT sebanyak 66 unit (30,2 %), sedangkan posisi selanjutnya berturutturut kapal motor 10 GT berjumlah 319 unit (17 %), kapal motor 1030 GT berjumlah 189 unit (10,1 %) dan perahu tanpa motor berjumlah 121 unit (6,46 %). 2) Alat tangkap Alat tangkap yang dioperasikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar diantaranya purse Seine, payang, gill net, pancing tonda, rawai hanyut, pancing ulur, bagan tancap, sero (banjang), dan lainlain. Perkembangan jumlah alat tangkap di Muncar dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Muncar tahun 20012010 Alat penangkapan ikan Tahun purse Payang net hanyut ulur tancap gill rawai pancing bagan Jumlah sero lainlain Seine 2001 2002 2003 2004 200 2006 2007 2008 2009 2010 190 190 190 190 166 18 18 203 203 94 94 93 93 112 112 44 44 42 42 102 102 102 102 276 276 2 2 679 679 102 102 102 102 181 181 181 181 121 121 30 304 30 30 342 442 39 39 16 16 174 174 174 174 174 129 129 120 120 138 149 149 149 224 224 44 4 4 4 894 1.012 612 788 214 214 1.27 1.70 1.70 1.70 2.263 2.10 1.948 2.124 2.124 2.124 Sumber : UPT PPP Muncar 2010 Perkembangan alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar jumlahnya naik turun setiap tahunnya. Penambahan alat tangkap paling besar terjadi pada tahun 2004200 yaitu sebesar 693 alat tangkap dan penurunan alat tangkap paling besar terjadi pada tahun 20062007 yaitu sebesar 62 alat tangkap. Jumlah alat tangkap paling banyak di Muncar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebanyak 2.10 unit, sedangkan jumlah alat tangkap paling sedikit terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 1.27 unit.

34 Jenis alat tangkap yang paling banyak di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar yaitu pancing ulur, dan gill net. Jumlah alat tangkap tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sedangkan pada alat tangkap payang, dari tahun 20012010 jumlahnya mengalami penurunan. Pada alat tangkap purse seine jumlahnya mengalami peningkatan setiap tahunnya, walaupun pada tahun 2004 200 jumlahnya mengalami penurunan, tetapi secara keseluruhan ratarata jumlahnya meningkat setiap tahunnya. Pada penelitian ini, objek yang dilihat adalah ikan lemuru, dan alat tangkap yang digunakan paling banyak digunakan untuk menangkap ikan lemuru yaitu purse seine, payang, dan bagan. Jumlah purse seine di Muncar berjumlah 1844 unit, pada alat tangkap payang jumlah lebih sedikit yaitu 770 unit sedangkan untuk alat tangkap bagan jumlahnya kedua terbanyak setelah purse seine yaitu 110 unit. Perkembangan jumlah alat tangkap ini dapat dilihat pada tabel 10. 20 200 Jumlah (Unit) 10 100 0 Purse seine Payang Bagan 0 2001 2002 2003 2004 200 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 4 Perkembangan jumlah alat tangkap penangkap ikan lemuru di PPP Muncar tahun 20012010 Kapal yang digunakan dalam armada adalah jenis perahu motor tempel dengan kapasitas 130 GT. Muncar memiliki sistem penangkapan yang menggunakan alat tangkap purse seine menggunakan dua mesin. Untuk alat tangkap payang, jenis kapal yang digunakan yaitu perahu motor tempel dengan

3 kapasitas 2 GT. Sedangkan untuk alat tangkap bagan, kapal yang digunakan cukup untuk menuju ke daerah tempat bagan tersebut berada, sehingga tidak memerlukan kapal dengan kapasitas yang besar. Daerah pengoperasian alat tangkap diatas antara lain di daerah Pengambengan, Karangante, Senggrong, Teluk Pangpang, sedangkan untuk alat tangkap purse seine dapat dioperasikan lebih jauh karena kapal yang digunakan dapat menempuh jarak ke daerah penangkapan kapasitasnya juga lebih besar. Daerah pengoperasiannya yaitu Pondokimbo, Celikan Bawang, dan Pandean. 3) Nelayan Mata pencaharian yang ada di Muncar salah satunya yaitu nelayan. Di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar terdapat dua jenis nelayan, yaitu nelayan asli dan nelayan andon. Nelayan asli adalah nelayan yang bertempat tinggal di daerah Muncar dan seluruh waktunya digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Sedangkan nelayan andon adalah nelayan yang tempat tinggalnyanya terdapat di luar daerah Muncar atau dapat dikatakan sebagai nelayan pendatang. Nelayan ini biasanya berasal dari daerah Madura dan Bali. Jumlah nelayan andon dapat berubah sewaktuwaktu. Perubahan itu dapat berupa perubahan positif (penanbahan) ataupun negatif (pengurangan). Jumlah nelayan di Muncar dari tahun mengalami fluktuasi. Terjadi penambahan jumlah dan pengurangan jumlah nelayan di setiap tahunnya. Daerah Muncar pada tahun 20092010 mangalami penambahan jumlah nelayan. Penambahan jumlah nelayan terjadi pada tahun 20082009 yaitu sebesar 8,7 %, sedangkan pengurangan jumlah nelayan paling besar teradi pada tahun 2004200 yaitu sebesar,0 %. Tetapi secara umum, jumlah nelayan di Muncar mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah nelayan ini diakibatkan adanya banyaknya nelayannelayan yang berasal dari daerah luar Muncar bermigrasi ke daerah Muncar, sehingga terjadi penambahan nelayan. Penambahan nelayan ini mempengaruhi penambahan jumlah alat tangkap yang ada di daerah Muncar dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Jumlah nelayan yang terdapat di daerah Muncar dapat dilihat pada Tabel 14.

36 Tabel 14 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar tahun 20012010 Nelayan (jiwa) Tahun Jumlah Perkembangan (%) 2001 2002 2003 2004 200 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : UPT PPP Muncar 2010 11.818 12.21 12.233 11.98 11.300 11.68 12.762 12.27 13.330 13.360 3,66 0,14 2,24,0 3,40 9,21 3,9 8,7 1,22