BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. juta km² dan mempunyai kedalaman sekitar meter. 1 Laut China Selatan

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB II KLAIM TIONGKOK TERHADAP LAUT CHINA SELATAN DAN NATUNA. Dalam bab ini akan dijelaskan alasan Tiongkok mengklaim wilayah Laut China Selatan

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut dalam perkembangannya kini tidak lagi berfungsi hanya

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB III ISU PERBATASAN LAUT CINA SELATAN CINA-ASEAN. ASEAN secara komprehensif, konflik ini sebenarnya lebih terpusat pada tumpang tindih

BAB II DINAMIKA KONFLIK LAUT CINA SELATAN. Konflik Laut Cina adalah konflik yang terjadi karena adanya perebutan

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO TERHADAP KONFLIK LAUT CHINA SELATAN

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

Kepentingan Vietnam Dalam Konflik Laut China Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. 1

BAB V PENUTUP. dalam perkembangan dinamika konglik dikawasan ini. lokakarya yang telah lama. ketegangan yang dewasa ini terus meningkat.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

Ketika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan. I Made Andi Arsana, Ph.D.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kini mulai memanas kembali dan mulai mengancam persatuan ASEAN. Konflik ini

BAB III DINAMIKA PEREBUTAN PENGARUH DI PERAIRAN NATUNA. Landasan hukum tentang peraturan perbatasan laut tiap-tiap negara yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik,

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

BAB I. Potensi Konflik Laut Tiongkok Selatan

LAUT TIONGKOK SELATAN: PROBLEMATIKA DAN PROSPEK PENYELESAIAN MASALAH 179 Ahmad Almaududy Amri 180. Abstrak

POSISI INDONESIA DALAM KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

KEPENTINGAN NASIONAL CHINA DALAM KONFLIK LAUT CINA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin membawa perubahan-perubahan besar. dan terjadi dengan sangat cepat dalam sistem internasional.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik

Kompleksitas Sengketa Celah Timor

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP REKLAMASI PULAU-PULAU YANG DIPERSENGKETAKAN DI LAUT CHINA SELATAN OLEH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

JURNAL. Disusun oleh: REIGER MAHULE JELA JELA NPM : Program Kekhususan : Hubungan Internasional. Dosen Pembimbing I : H.

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Namun tidak semua negara memiliki wilayah lautan. Wilayah lautan hanya

BAB II STATUS DAN KEDUDUKAN LAUT CHINA SELATAN MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONAL

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP TIONGKOK DALAM SENGKETA KEPEMILIKAN LAUT CINA SELATAN TAHUN Abstract

JURNAL ILMIAH. Diajukan oleh : Raden Florentinus Bagus Adhi Pradana NPM : Program Kekhususan : Hukum Internasional

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

BAB I PENDAHULUAN. Ambalat adalah blok laut seluas Km2 yang terletak di laut

UPAYA ASEAN DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK LAUT CINA SELATAN TAHUN Abstract

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

PENGARUH TIONGKOK DAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CHINA SELATAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

Hukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pertahanan negara. Salah satu keuntungannya adalah sebagai

perdagangan, industri, pertania

Hukum Laut Indonesia

Menyoal Konflik Indonesia di Laut Cina Selatan

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Materi Kuliah. Modul 12. Oleh :

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

BAB I PENDAHULUAN. dan gas yang terkandung di Laut Timor. tertentu berdasarkan pada prinsip Landas Kontinen.

KONFLIK PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Kasus: Sengketa Blok Ambalat) Moch Taufik

BAB I P E N D A H U L U A N. tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi

KEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU

Upaya ARF Dalam Penyelesaian Konflik Klaim Kepulauan Spratly. M.Khalil Afif 1 NIM Abstract

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

ASPEK HUKUM LAUT INTERNASIONAL TERKAIT DENGAN REKLAMASI. Retno Windari Poerwito

1. PENDAHULUAN. Peranan jieitai..., Nurlita Widyasari..., FIB UI, 2008

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

BAB II DINAMIKA KONFLIK DI LAUT CHINA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

Transkripsi:

BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN A. Sejarah Konflik Laut Cina Selatan Berbicara tentang konflik LCS tentu tidak bisa dilepaskan dengan penetrasi yang di lakukan oleh Tiongkok atas klaim sepihak mereka terhadap kepemilikan mayoritas wilayah LCS. Klaim ini bermula ketika tahun 1947 Tiongkok yang saat itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan menyatakan bahwa wilayah yang masuk dalam lingkaran garis tersebut adalah wilayah teritori Cina. dan Peta ini kemudian ditegaskan kembali pada saat Partai Komunis berkuasa pada tahun 1953. Klaim ini atas dasar sejarah Cina Kuno, mulai dari dinasi Han yang berkuasa pada abad 2 SM sampai dengan Dinasi Ming dan Dinasi Qing di abad 13 SM. Gambar 1. Klaim Tiongkok/Cina Di Laut Cina Selatan Sumber : bbc.com Dalam peta konflik diwilayah Laut Cina Selatan sebenarnya dibagi atas dua.yakni pertama, wilayah kepulauan Paracel yang terdapat di bagian utara LCS. Di dalam konflik ini melibatkan Tiongkok, Taiwan, dan Vietnam yang 48

sama-sama mengklaim kepemilikan atas kepulauan ini.kedua, konflik yang melibatkan Tiongkok dengan 4 negara ASEAN yakni, Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Malaysia yang memperebutkan kepulauan Spartly pada bagian selatan wilayah LCS. Pada prosesnya, dalam mengurangi ketegangan antara negara-negara tersebut telah disepakati aturan sebagai dasar hukum yang wajib dijalankan.dasar hukum tersebut di tuangkan kedalam United Nation Convention on The Law of The Sea 1928 (1928 UNCLOS) yang didalamnya menekankan pada kedaulatan teritorial LCS sejauh 12 mil dari tepi pantai dan Zona Ekonomi Ekslusif (EEZ) sejauh 200 mil.kesepakatan ini dibuat dengan tujuan untuk mengurangi gesekan antar negara-negara tersebut dan lebih mengedepankan penghargaan atas wilayah kedaulatan mereka di Laut Cina Selatan untuk sama-sama mengelola sumber daya alam yang ada didalamnya.namun ini tidak dapat diterima oleh Tiongkok, yang mengklaim kepemilikan seluruh wilayah yang dipersengketakan tersebut masuk wilayah kedaulatannya dengan mempertimbangkan faktor historis dari negara tersebut. Perjalanan dari UNCLOS tersebut tidak semulus sebagaimana yang diinginkan, karena Tiongkok tetap bersikeras bahwa wilayah LCS yang mencakup ratusan kilometer diselatan dan timur Hainan, yang juga merupakan 49

Provinsi paling selatan Tiongkok adalah milik mereka. Dan tetap mempertahankan Peta yang telah mereka buat pada tahun 1947. Tentu hal ini mendapat pertentangan dari negara-negara yang juga mengklaim wilayah tersebut masuk kedaulatannya.menurut mereka, bahwa Tiongkok tidak pernah menyatakan bahwa kedua pulau tersebut merupakan bagian dari wilayahnya sebelum tahun 1940-an. Karena seperti Vietnam dan Filipina, wilayah tersebut masuk kedalam wilayahnya dengan mempertimbangkan peta yang ditinggalkan oleh Perancis ketika menjajah negara mereka. Menurut beberapa penelitian yang mengkaji tentang potensi kekayaan alam yang terkandung di LCS, bahwa diwilayah ini diperkirakan terdapat kandungan minyak mentah mencapai 17,7 miliar ton, ini tentu saja jauh jika dibandingkan dengan cadangan minyak yang dimiliki oleh Kuwait yang mencapai 13 miliar ton saja. Walaupun hal ini banyak dipertentangkan oleh sumber lain yang menyatakan cadangan minyak di wilayah ini hanya mencapai 7,5 miliar barel atau 1,1 ton. Terlepada dari hal tersebut, tetap saja wilayah LCS masih tetap berstatus menarik bagi negara-negara yang menganggap sebagai wilayah kedaulatannya. Kemudian jika dilihat dari aspek strategis, wilayah ini merupakan rute laut yang paling tersibuk didunia. Tentunya siapapun yang menguasasinya akan memiliki keuntungan paling besar. Karena kapal-kapal yang menghubungkan 50

belahan negara satu dengan lainnya akan melewati wilayah ini. terutama kapal yang berasal dari eropa menuju asia, dan begitupun sebaliknya. Secara umum, ada dua hal yang penting bagi negara-negara diatas dalam memperebutkan wilayah LCS tersebut.pertama mengenai letak strategis, karena secara georgrafis LCS dikelilingi oleh sepuluh negara pantai (RRT, Taiwan, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei Darussalam,Filipina). Kawasan LCS merupakan kawasan yang bernilai ekonomis, politis dan strategis yang sangat penting bagi suatu negara.dankedua, potensi ekonomi dan pentingnya geopolitik termasuk kandungan alam yang ada didalamnya seperti yang telah digambarkan oleh penulis diatas. Kedua alasan tersebut sangat rasional untuk menjelaskan sengketa Laut Cina Selatan. B. Klaim Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Vietnam Terhadap LCS Seperti yang telah penulis katakana diawal bahwa, kepentingan negaranegara terhadap wilayah laut cina selatan ini tidak lebih pada kepentingan untuk menguasai sumber daya alam yang terkandung didalamnya. Untuk menganalisis lebih dalam persoalan ini, saya akan memulai dengan hukum yang berkaitan yakni United Convention on The Law Of the Sea (UNCLOS) yang merupakan Hukum Laut Internasional yang ditetapkan pada tahun 1982. Hukum laut ini mendorong negara-negara dunia untuk memiliki pemahaman yang sama terkait dengan laut dan perbatasan-perbatasannya. Alhasil, hukum ini ditujukan untuk 51

mencegah dan mengurangi sengketa dan konflik antar negara, serta sebaliknya mendorong negara untuk bekerja sama satu sama lain untuk membangun dan mengelola laut mereka dengan sebaik-baiknya. Dan negara sengketa yang melakukan klaim berdasarkan hukum lau ini adalah Brunei Darussalam dan Malaysia. Brunei Darussalam menyatakan bahwa beberapa wilayah laut yang diklaim dan bahkan sudah mulai diokupasi oleh negara sengketa lainnya merupakan pelanggaran terhada Hukum Laut UNCLOS tersebut.dalam hukum laut diatur tentang hak dan kedaulatan negara untuk melakukan eksplorasi terhadap wilayah laut yang termasuk EEZ dan continental shelf. Pada artikel 55 dan 56 tentang EEZ dan artikel 76 dan 77 tentang continental shelf menyebutkan bahwa negara yang memiliki wilayah laut ini dihitung dari garis pantainya memiliki hak dan kedaulatan atas segala sumber daya yang dapat dieksplorasi dari wilayah laut ini, tetapi tidak untuk memilikinya. Selain itu, Malaysia juga memiliki klaim yang berdasarkan hukum laut khususnya continental shelf yang sama dengan Brunei Darussalam tadi. 26 Klaim Malaysia ini dilakukan pada tahun 1979 melalui publikasi peta resmi yang memperlihatkan wilayah laut yang berada dibagian selatan dan timur Kepulauan Spartly yang diklaim oleh Cina, Filipina, dan Vietnam seperti Swallo Reef atau 26 R.A. Cossa, Security Implications of Conflict in the South China Sea: Ekspolring Potential Triggers of Conflict, A Pacific Forum CSIS Special Report, Honolulu, 1998, p.2, appendix bp. A-%. 52

Layang Atoll. 27 Pada kenyataannya, Brunei Darussalam dan Malaysia mengklaim hanya sebagian dari wilayah Laut Cina Selatan. Selain berdasarkan Hukum UNCLOS tersebut, klaim negara-negara sengketa juga dilakukan atas nama okupasi dan fakta sejarah. Pada dasarnya, Cina dan Vietnam mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan yang diperkirakan berbentuk U-shape.Klaim tersebut termasuk dua kepulauan utama yaitu Spartly dan Paracel yang diklaim keduanya sebagai bagian dari wilayah kedaulatan didasarkan pada catatan sejarah.vietnam misalnya, melakukan klaim atas seluruh bagian dari Laut Cina Selatan dengan landasan adanya okupasi dan aneksasi Perancis pada tahun 1933 diwilayah tersebut. 28 Kemerdekaan Vietnam pada tahun 1945, menjadi titik balik Vietnam untuk mengakui hasil okupasi dan aneksasi Perancis menjadi bagian dari Vietnam. Filipina dalam hal ini merupakan negara yang juga mengklaim hanya sebagian wilayah laut cina selatan khususnya kepulauan Spartly atau dinamakan oleh Filipina sebagai Kepulauan Kalayaan dan beberapa kepulauan disebelah barat Filipina seperti Scarborough Shoal. 29 Sejak tahun 1956, ketika Tomas Cloma seorang warga Filipina berhasil mendarat di Kepulauan Spartly atau Kalayaan 27 Leszek Buszynki, Maritime Claims and Energy Cooperation in the South China Sea, Contemporary Southeast Asia Vol. 29, No.1, Institue of Southeast Asian Studies, 2007, p. 147 28 R.A. Cossa, Security Implications of Conflict in the South China Sea : Eksploring Potential Triggers of Conflict, A Pacific Forum CSIS Special Report, Honolulu, 1998, p. B-3. 29 Ibid 53

dalam bahasa Filipina. 30 Pemberitahuan Cloma terhadap gugusan pulau yang ditemukannya tersebut, mendorong Filipina untuk secara resmi memasukkan Kepulauan Spartly kedalam administrasi Provinsi Palawa.Pada tahun 1971, Spartly resmi diklaim sebagai contiguous zone yang lokasinya sangat dekat dengan wilayah perairan Palawan tersebut. Akhirnya, Presiden Marcos melakukan aneksasi terhadap gugusan pulau ini pada tahun 1978 dan menentang klaim sejarah Tiongkok terkait dengan adanya kegiatan laut yang dilakukan oleh masyarakatnyan sejak sekian lama. Jika di singkat, maka sengketa diatas dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut. Tabel 2. Gambaran Konflik LCS Pihak yang Bersengketa Signifikansi Geopolitik Klaim Kepemilikan (dari abad ke-20) Kepulauan Spratly RRC, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam Minyak bumi, gas alam, perikanan, jalur perhubungan pelayaran, selat malaka 1930-an : Okupasi Perancis PDII : Okupasi Jepang 1951 : Jepang menarik klaim dalam San Fransisco Treaty ; kemudian klaim Vietnam Kepulauan Paracel RRC, Taiwan, Vietnam Minyak bumi, gas alam, jalur pelayaran, selat malaka 1930-an : Okupasi Perancis PDII : Okupasi Jepang 1951 : Jepang menarik klaim dalam San Fransisco Treaty ; kemudian klaim Vietnam 1959 : Di klaim oleh RRC Administrasi RRC, Taiwan, Malaysia, Filipina dan Propinsi Hainan di RRC 54

saat ini Vietnam. dimana Vietnam menguasai sebagaian besar dari pulau-pulau Konflik dan 1974 : RRC dan Vietnam 1974 : RRC dan Vietnam perkembang 1988 : konflik Johnson Reef antara (Pertempuran Kepulauan an yang RRC dan Vietnam Paracel) penting 1992 : RRC dan Vietnam (Da Lac Reef) 1995 : RRC dan Filipina (Mis-Chief Reef) 2002 : ASEAN Declaration of Canduct (DOC) 2002 : ASEAN Declaration of Canduct (DOC) Sumber : Athnasius Aditya Nugraha (Manuver Politik China Dalam Konflik Laut Cina Selatan hlm. 3) C. Indonesia dan Konflik Laut Cina Selatan Kalau dilihat dari asas manfaatnya, pencapaian sebuah resolusi konflik bagi persoalan LCS tidak saja bermanfaat secara ekonomi, tapi juga secara politik dan keamanan. Besarnya ekonomi yang berpotensi dikawasan ini seperi : Jalur pelayaran, kandungan alam seperti minyak, gas dan mineral serta kekayaan ikannya kalau bisa dimanfaatkan dan dikelola akan sangat bermanfaat bagi setiap negara yang terlibat. Maka dari itu, penyelesaian konflik akan memiliki manfaat yang signifikan tidak saja bagi masyarakat Indonesia dan dunia internasional. Paling tidak ada dua hal yang mendapat pertimbangan Indonesia dalam manfaat ini. Pertama, Indonesia harus selalu mewasapadai situasi keamanan di Laut Cina Selatan yang sering dijadikan sengketa oleh beberapa negara dikawasan ini. hal tersebut akan mempengaruhi kondisi keamanan karena secara geografis letak 55

Indonesia berbatasan langsung dengan negara-negara yang terlibat sengketa konflik juga akan secara ekonomi, karena selain letak Indonesia yang secara geografis sangat dekat dengan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, wilayah itu juga salah satu jalur lalu lintas ekonomi Internasional, dimana ekspor-impor Indonesia melewati jalur tersebut. Dan Kedua, Indonesia yang menjadi bagian dari masyarakat Internasional, merasa perlu dan segera menentukan jalan terbaik bagi penyelesaian masalah Laut Cina Selatan. Karena dengan cara inilah Indonesia dapat menunjukkan partisipasinya dalam menjaga perdamaian dunia yang dimulai dengan menciptakan perdamaian di dalam negeri maupun dikawasan sengketa ini. 31 Jika ditarik jauh kebelakang, upaya Indonesia dalam menengahi dan menyelesaiakan konflik ini sudah dimulai sejak tahun 1990. Sejak itulah Indonesia telah memprakarsai diadakannya lokakarya untuk membahas Laut Cina Selatan yang bertajuk Workshop for Managing Potential Conflict in The South China Sea dan diselenggarakan di Bali, runtutan lokakarya inilah yang akhirnya membuka jalan untuk mengesahkan Declaration on the Conduct in The South China Sea pada tahun 2002. Lokakarya-lokakarya tersebut diselenggarakan di berbagai daerah di Indonesia seperti Makassar, Surakarta, Jakarta dan yang terakhir berlangsung dibandung pada tanggal 22-24 November 2012.Lokakarya 31 I Nyoman Sudira, (2009), Konflik Laut CIna Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa hlm.152 56

ini bertujuan untuk mempertemukan negara-negara pengklaim dalam suatu forum guna menemukan solusi penyelesaian sengketa di kawasan ini yang dapat diterima semua pihak dan membangung Confidence Building Measure (CBM) antar semua negara yang memiliki kepentingan di kawasan perairan tersebut. 32 Indonesia adalah negara yang memiliki posisi yang sangat strategis dalam konribusinya terhadap persoalan di LCS karena tidak terlibat klaim wilayah yang disengketakan, dan tidak memiliki konflik mengenai kelautan dengan Tionkok seperti yang dialami Filipina dan Vietnam. Kelebihan lain yang dimiliki Indonesia adalah posisi netral yang selama ini diambil Indonesia dalam masalah LCS. 32 http://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/pages/lokakarya-penanganan-potensi-konflik-di-laut- China-Selatan-ke-19.aspx diakses pada tanggal 9 Maret 2016 57