Menyoal Konflik Indonesia di Laut Cina Selatan
|
|
- Yuliani Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Menyoal Konflik Indonesia di Laut Cina Selatan Konflik di Laut Cina Selatan muncul saat China mengklaim kedaulatan atas kawasan laut serta wilayah di kepulauan Paracel (Xisha) dan Spratly (Nansha) dua rangkaian kepulauan yang diklaim oleh sejumlah negara. Selain rangkaian pulau ini, ada pula pulau tak berpenghuni, atol, dan karang di seputar perairan ini. Akibatnya klaim yang dikeluarkan oleh China ini menuai protes dari Vietnam dan Filipina yang merasa juga memiliki hak klaim atas wilayah tersebut. Setelah pada tahun 2000 mulai dibahas perjanjian tentang daerah kepemilikan antara Cina dan Vietnam yaitu tanah dan territorial air di Gulf of Hainan. Tetapi pembahasan tentang kepulauan Spartly masih menjadi isu, hanya antara Cina dan Vietnam saja, namun permasalahan ini tidak mempengaruhi hubungan kerjasama China-ASEAN. Kedua negara Cina dan Vietnam mengklaim kepulauan ini berdasarkan penggunaan sejarah, utamanya saat para nelayan mulai mencari ikan di kepulauan ini. Negara Cina mengklaim kepulauan Sparlty pada 1951, tetapi belum menempatinya. Hanya pulau yang terbesar saja yang ditempati, oleh para tentara Nasionalis China. Filipina yang juga tertarik dengan pulau itu, memulai gerakannya pada tahun dengan ditempatinya oleh warga negara Filipina di lima pulau terbesar dan bahkan mereka sempat mengusir tentara Nasionalis Cina, tetapi tidak berhasil. Sengketa yang terjadi di laut cina selatan ini bukanlah bahasan yang masih baru, akan tetapi sudah menjadi konflik yang berkepanjangan manakala setiap negara yang bersengketa didalamnya masih memegang kemauan mereka untuk menguasai suatu wilayah di laut cina selatan. Konflik yang terjadi adalah sebuah konflik yang muncul dan tenggelam apabila ada yang menyinggung. Perang menjadi hal yang paling ditakutkan muncul, dan lebih berbahaya lagi apabila potensi perang yang kecil tidak diperhatikan. Pengelompokan Sengketa Laut Cina Selatan. a. Sengketa Teritorial Kategori sengketa ini terkait dengan siapa yang memiliki fitur lahan apa. b. Sengketa Batas Maritim Sengketa ini melibatkan ketidaksepakatan umum tentang tempat untuk menarik garis batas di perairan tersebut. Sengketa batas maritim menunjukkan bahwa tidak ada perjanjian khusus yang menyatakan fitur mana yang menghasilkan zona ekonomi eksklusif (ZEE)
2 berdasarkan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCLOS), sehingga hanya berhak mendapatkan laut teritorial, dan yang tidak menghasilkan zona maritim. Karena luasnya ukuran ZEE yang diperbolehkan berdasarkan UNCLOS, maka bisa menimbulkan perbedaan di antara memiliki ZEE mil laut persegi, laut teritorial 450 mil laut persegi atau tidak memiliki apa-apa. Meskipun ketika kepemilikan dan hak terhadap zona maritim tidak dipersengketakan, karena fitur-fitur tersebut terletak dalam jarak yang saling berdekatan, sengketa batas maritim juga terkait dengan menentukan garis pemisah yang benar antara satu negara dengan negara-negara tetangganya. Di beberapa tempat, sengketa batas maritim juga merupakan hasil dari klaim garis putus-putus tidak lazim dari Tiongkok dan Taiwan, yang mencakup sebagian besar Laut Cina Selatan dan konflik dengan semua klaim ZEE yang lebih konvensional dari negara-negara pesisir. c. Sengketa Yurisdiksi Kelas sengketa ini di Laut Cina Selatan terutama tetapi tidak terbatas pada ketidaksepakatan tentang hak pengaturan apa yang diberikan di zona mana. Banyak negaranegara pesaing di Laut Cina Selatan mengklaim bahwa mereka diizinkan untuk mengatur kegiatan militer asing di ZEE mereka, di mana pun pada akhirnya ZEE mereka ditarik. Hak pengaturan semacam itu tidak diakui oleh UNCLOS, dan tidak diklaim oleh sebagian besar negara. Akan tetapi, di Laut Cina Selatan semua negara penggugat kecuali Filipina dan Brunei percaya bahwa mereka memiliki hak untuk membatasi pengoperasian kapal militer asing di ZEE mereka. Perseteruan baru-baru ini antara Malaysia dan Tiongkok, misalnya, menyoroti praktik subregional ini. Pada 3 Juni 2015, kapal patroli Penjaga Pantai Tiongkok (CCG) Haijing 1123 terlihat berkeliaran di perairan di dekat South Luconia Shoals yang disengketakan, dan laporan pada 19 Juni 2015 menunjukkan kapal lain mungkin berlabuh di dekatnya. Kedua kapal itu disebut sebagai penyusup oleh pihak berwenang Malaysia, meskipun kedua kapal itu berlabuh lebih dari 80 mil laut dari pantai Malaysia. Pada jarak ini, kapal itu cukup jauh dari laut teritorial Malaysia, satu-satunya zona tempat Kuala Lumpur memiliki hak untuk membatasi gerakan militer asing. Tentu saja, jika kapal CCG itu berada dalam 12 mil laut dari pulau atau batu di dekat kawanan beting tersebut, maka Kuala Lumpur akan memiliki yurisdiksi. Beberapa terumbu karang di Luconia Breakers mungkin berada di atas air pada saat pasang. Lokasi yang tepat dari kapal tersebut dalam kaitannya dengan fitur-fitur yang lebih kecil tidak dimasukkan
3 dalam pelaporan berita tersebut, sehingga sulit untuk menentukan apakah Kuala Lumpur dapat mengklaim yurisdiksi atas dasar itu. Laporan tersebut tampaknya menunjukkan bahwa Kuala Lumpur mendasarkan yurisdiksinya pada jarak kapal itu terhadap pantai utara Kalimantan. Penafsiran UNCLOS ini, yang menganugerahkan hak yang luas kepada negara pantai untuk membatasi kebebasan navigasi bagi kapal angkatan laut yang lewat, tidak didukung oleh teks perjanjian. Hal ini juga bertentangan dengan penafsiran ortodoks hukum internasional dan kebijakan Amerika Serikat. Imbas Konflik Laut Cina Selatan Imbas yang akan dirasakan oleh setiap negara yang secara khusus bertikai dan secara umum oleh negara yang tidak terlibat adalah modernisasi dibidang kekuatan militer. Modernisasi ini terjadi karena potensi yang kecil di sengketa laut cina selatan, semuanya terjadi karena ketakutan akan kekalahan kekuatan militer meskipun belum pasti akan terjadi perang atau, istilahnya adalah security dilemma melahirkan army race. Selain army race, laut cina selatan dapat dilihat sebagai meja judi bagi seluruh dunia dikarenakan dalam hal ini juga terdapat perlombaan mencari aliansi. India berpegangan erat dengan Vietnam dalam usaha Vietnam menolak klaim China, dan juga diikuti oleh negara lainnya seperti jepang dan Amerika. Di dalam UNCLOS yang tercetus pada tahun 1958 dan telah disempurnakan kembali pada tahun 1982, sudah ditetapkan kewenangan-kewenangan negara atas laut. Disebutkan bahwa sebuah negara pantai (coastal state) berhak atas laut territorial dengan jarak 12 mil laut, zona tambahan sejauh 24 mil laut, dan landas kontinen (dasar laut) sejauh 350 mil laut atau lebih[6]. Lebar masing-masing dari zona ini diukur dari garis pangkal (baselines) yang dalam keadaan biasa merupakan garis pangkal berupa sabuk yang melingkupi keseluruhan kepulauan. Jika suatu negara tidak pernah mengklaimkan garis padanya pada PBB, maka yang berlaku baginya adalah garis pantainya ketika air surut terendah. Upaya ASEAN menyelesaikan konflik laut cina selatan atau declaretion of parties in the south china sea (DOC) merupakan salah satu langkah politis dalam menyelesaikan sengketa teritorial dan yuridiksi dengan cara alami tanpa penggunaan kekerasan dan melalui perundingan. Namun DOC tidak dapat dikatakan efektif, karena DOC belum berhasil memenuhi misinya untuk membangun rasa saling percaya diantara negara-negara yang terlibat konflik laut cina selatan dan meminimalisir konflik berkembang lebih jauh, hal ini ditandai
4 banyaknya aktifitas pembangunan yang dilakukan cina serta tindakan-tindakan yang mengancam perdamaian di kawasan asia tenggara. Ketidakefektifan DOC disebabkan oleh bebera hal yaitu : 1. Tidak memiliki kekuatan yang resmi untuk mengekang tindakan pihak-pihak yang bersengketa di laut cina selatan. 2. Tidak memiliki mekanisme untuk memonitor atau bahkan memaksa para pihak untuk memenuhi isi perjanjian. 3. Tidak dikenal adanya mekanisme untuk menjatuhkan sanksi retoris atau repulasi atas pihak-pihak yang melanggar isi perjanjian. 4. Pihak yang bersengketa saling memperlihatkan ketidakpatuhannya akan perjanjian dan justru berlomba-lomba melanggar Dari ketidakefektifan DOC melahirkan code of conduct (COC) yang bertujuan untuk menyempurnakan celah-celah isi dokumen DOC, pembahasan isi COC diharuskan untuk lebih mendetail dari DOC. Diperlukan sebuah mekanisme yang jelas untuk menjamin kepatuhan pihak-pihak yang bersengketa dalam pelaksanaan COC dan juga menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa dalam penerapan COC. Dalam hal ini tidak hanya aturan dan prinsip yang menyeluruh, tetapi juga prosedur yang jelas yang dapat membantu pihak-pihak yang terjebak dalam sengketa. COC mungkin tidak akan cukup untuk menjaga dan menjamin perdamaian stabilitas di laut cina selatan atu mampu menyelesaikan konfliknya. Karena China menggunakan kekuatan bilateral dalam bernegosiasi sehingga nega-negara yang terkait dapat dilemahkan satu persatu untuk melemahkan ASEAN dan hukum-hukum internasional (UNCLOS). Laut Cina Selatan merupakan salah satu jalur bagi transportasi laut didunia. Laut cina selatan merupakan bagian dari kawasan asia pasifik, Asia Pasifik membutuhkan minyak dari Timur Tengah dengan transportasi laut hal ini dikarenakan volumenya yang besar dan berat, disamping itu transportasi lebih cepat dan ekonomis. Volume asia pasifik lebih dari 1/3 volume perdagangan dunia di laut, dimana ekonomi dunia saat ini terus naik dikawasan ini dikarenakan kondisi eropa yang mengalami stagnasi. 50% pengiriman tanker minyak dunia melalui laut cina selatan hal ini dikarenakan banyaknya industri dikawasan Asia tenggara. Upah minimum yang rendah, sumber daya alam yang tersedia, dan posisi strategis untuk mengirimkan hasil produksi dari kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah dan juga Eropa. Untuk itu diperlukan kebebasan, keamanan dan keselamatan pelayaran atau bebes hambatan untuk berjalannya perekonomian dunia.
5 Pada 2004 perdagangan antara China dan ASEAN mengalami surplus sebesar US $ 20 milliar, sementara perdagangan China dan negara atau region lain mengalami defisit. Hal ini menggambarkan bagimana pentingnya ASEAN bagi China dalam menggerakkan ekonomi negara. Sedangkan Vietnam yang merupakan rival dalam sengketa laut cina selatan adalah negara dengan eksportir terbesar dari China. Keterikatan ekonomi yang terjalin menyebabkan China, Vietnam dan Filipina tidak dapat menemui titik solusi. Kegelisahan China akan ASEAN dipicu oleh kerjasama ekonomi yang telah terjalin, Secara keseluruhan dapat dilihat ASEAN sebagai pasar dan juga sebagai stock sumber daya alam yang terdekat. Sebelum masuknya barang ke jalur perairan laut cina selatan terlebih dahulu melewati selat malaka dan Singapura. Sehingga meskipun China dapat meguasai laut cina selatan akan sia-sia bila negara anggota ASEAN memainkan jalur perdagangannya. Adanya Jepang sebagai mitra dagang ASEAN juga menciptakan kecemasan sendiri bagi China akan pengaruhnya di Asia Tenggara. Jepang yang berkeinginan untuk menjadi leader di kawasan Asia menjadi pesaing berat bagi China yang saat ini memiliki ekonomi yang sangat bagus. Lingkaran ekonomi menyebabakan potensi perang didaerah sengketa menjadi sangat kecil. Pertama ekonomi di kawasan Asia Tenggara sedang melambung yang menyebabakan banyak investor masuk, Investor tidak hanya berasal dari negara seperti China atau Jepang tetapi juga dari Amerika, Korea Selatan, Eropa, Rusia dan lainnya. Sehingga apabila terjadi konflik akan merugikan banyak investor di negara. keengganan rugi meyebabkan negara harus berusaha agar potensi konflik menjadi kecil, dapat dilihat pertarungan ini melibatkan banyak pihak (negara lain) sehingga ini akan menjadi arena kasino untuk berjudi. Kedua, Industri yang didirikan oleh banyak investor di negara berkembang juga menjadi salah satu faktor yang meminimalisir potensi perang, pasalnya industri yang berada dinegara berkembang didasarkan adanya upah minimum yang rendah, sumber daya alam yang tersedia, posisi yang strategis untuk mengirimkan hasil ke kawasan Asia Pasifik, Timur tengah dan juga Eropa. Disamping itu negara-negara di Asia tenggara sangat konsumtif. Dapat disimpulkan Asia Tenggara adalah pasar, industri, dan pemilik sumber daya alam. Indutri yang terdapat di negara kawasan Asia Tenggara berasal dari negara Amerika, Jepang, China, Rusia, Eropa. Maka konflik perang tidak hanya milik Vietnam-China ataupun China-ASEAN tapi milik banyak negara. Perang dan konflik militer akan lebih mahal biayanya karena hal itu bukan hanya menghancurkan orang dan barang tetapi juga merusak seluruh sistem perekonomian dari negara-negara yang terlibat dalam perang. Ini menyebabakan kekuatan militer kurang penting ketimbang di masa lalu, dan hubungan ekonomi menjadi variabel yang lebih kuat.
6 Mengingat pentingnya posisi Laut China Selatan yang rawan konflik dan implikasinya yang besar di kemudian hari bila pecah konflik bersenjata terbuka di perairan tersebut, maka penelitian ini akan mengupas, membahas dan menganalisis beberapa penyebab dan implikasi konflik yang rawan dan besar, yang diperkirakan di atas, secara gamblang dan komprehensif. Secara khusus, Indonesia, sekalipun bukan negara pengklaim memiliki kepentingan, namun klaim mutlak yang dilancarkan China atas seluruh wilayah perairan Laut China Selatan, yang meliputi seluruh kepulauan dan pulau di dalamnya, pada tahun 2012 tersebut, turut mengancam kedaulatan dan kepentingan Indonesia di wilayah perairan Natuna, yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau. Dengan klaim mutlak tersebut, bukan saja kedaulatan wilayah Indonesia atas Kepulauan Natuna yang terancam, tetapi juga seluruh kepentingan Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan berdasarkan konsep Wawasan Nusantara, yang dihormati eksistensinya berdasarkan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982, khususnya hak-hak pengelolaan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) hingga 200 mil laut. Padahal, tanpa ini saja, hak-hak tradisional nelayan Indonesia di sekitar perairan Kepulauan Natuna sudah terancam Hubungan Indonesia dengan Tiongkok memasuki babak baru. Setelah sebelumnya hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok relatif mesra, ditandai dengan investasi Negeri Tirai Bambu di Indonesia, hubungan keduanya kini dinamis. Konflik di Natuna adalah penyebabnya. Dalam berbagai kesempatan, Beijing telah menyampaikan bahwa mereka tidak memiliki masalah mengenai kedaulatan Indonesia atas Kepulauan Natuna dan perairan di sekitar kepulauan tersebut yang berdekatan dengan wilayah LCS yang diklaim China. Namun kondisi di lapangan tidak sepenuhnya berjalan sesuai pernyataan Beijing tersebut. Indonesia dan China sudah beberapa kali mengalami ketegangan di sekitar perairan Natuna, terutama terkait persoalan wilayah penangkapan ikan. Ketegangan yang terjadi pada Maret lalu antara Indonesia dan China misalnya, cukup mengkhawatirkan. Ketegangan itu dipicu oleh aksi kapal penjaga pantai China di Laut Natuna. Kapal penjaga pantai China mengganggu penegakan hukum di laut yang sedang dilakukan kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan, KP Hiu 11. Menindaklanjuti kejadian tersebut, Menteri Luar Negeri, Retno L.P.Marsudi, memanggil Kuasa Usaha Kedutaan Besar China di Jakarta dan menyampaikan nota protes. Dalam nota protes tersebut ditekankan tiga
7 kesalahan yang dilakukan kapal penjaga pantai China, yaitu kapal penjaga pantai melanggar hak berdaulat dan yurisdiksi Indonesia di wilayah ZEE dan landas kontinen Indonesia; melanggar penegakan hukum yang sedang dilakukan aparat Indonesia; dan melanggar kedaulatan laut teritorial Indonesia. Sikap Indonesia tersebut direspons Kementerian Luar Negeri China dengan bantahan bahwa kapal penjaga pantainya tidak memasuki wilayah perairan Indonesia. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China menyatakan bahwa kapal penjaga pantai datang untuk menyelamatkan kapal nelayan China, KM Kway Fey yang diserang kapal bersenjata Indonesia. Menurutnya, kapal nelayan China tersebut hanya melakukan aktivitas penangkapan ikan seperti biasa di tempat yang telah turun-temurun dikunjungi. Selanjutnya China kembali menyampaikan protes pada Mei 2016 untuk menyikapi penangkapan kapal nelayan China Gu Bei Yu oleh KRI Oswald Siahaan-354 yang diduga kuat sedang melakukan aktivitas penangkapan ikan di wilayah ZEE Indonesia di perairan Natuna. Penangkapan itu direspons dengan protes keras dari Kementerian Luar Negeri China. Mereka berpandangan bahwa kapal tersebut beroperasi secara sah di wilayah yang sah juga. Dua insiden tersebut semestinya sudah cukup untuk mengingatkan pemerintah Indonesia bahwa kedua negara juga menyimpan potensi-potensi konflik di perairan sekitar wilayah LCS yang dipersengketakan sejumlah negara. Ketegangan yang berkembang di kawasan LCS sangat mungkin akan memicu terjadinya kembali insiden-insiden serupa antara Indonesia dan China. China yang sedang merasa terpojok menjelang keluarnya putusan MAI, tampaknya telah mendorong China untuk meningkatkan kehadirannya di wilayah sengketa. Sementara di sisi lain, Indonesia juga sedang berusaha meningkatkan kehadiran kapal-kapal patroli untuk mencegah pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di perairan Indonesia. Kondisi inilah yang mengharuskan Indonesia untuk berhati-hati dalam menyeimbangkan upayanya menjaga kekayaan laut dan kedaulatan territorial dengan menjaga stabilitas kawasan. Mengapa negara Indonesia seringkali bersitegang dengan Tiongkok di perairan Natuna? Menurut Damos Dumoli Agusman, Sekretaris Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri RI, persoalan di Laut Tiongkok Selatan harus dibedakan atas dua hal karena sering membingungkan. Pertama, isu mengenai sengketa kepemilikan pulau. Kedua, delimitasi batas maritim. Di Laut Tiongkok Selatan, terdapat pulau-pulau kecil. Pulau-pulau itu diperebutkan oleh Tiongkok, Taiwan, Malaysia, Vietnam, dan Brunei Darussalam. Subyek/negara yang
8 mengklaim (claimant state) dan obyek yang diklaim juga berbeda. Misalnya, Filipina merebut pulau yang sama dengan Malaysia, Filipina juga merebut pulau yang sama dengan Vietnam. Namun, tidak semua pulau diklaim oleh Filipina. Tidak semua pulau pula diklaim oleh Vietnam dan Malaysia. Namun, semua pulau diklaim oleh Tiongkok. Persoalan inilah yang disebut sebagai sengketa kepemilikan pulau. Dalam sengketa kepemilikan pulau, Indonesia bukanlah claimant state sehingga tidak terlibat dalam isu pertama ini. Alasannya, tidak ada sengketa pulau antara Indonesia dengan negara-negara lain baik Tiongkok maupun negara-negara ASEAN di Laut Tiongkok Selatan. Natuna tidak diklaim oleh Tiongkok dan negara-negara lain. Indonesia juga tidak mengklaim pulau karang di Laut China Selatan. Pada isu kedua, yaitu delimitasi batas maritim (maritime delimitation), Indonesia terlibat. Namun, dalam mengatasi isu ini, Indonesia telah menyelesaikan pembicaraan mengenai batas landas kontinennya, baik dengan Malaysia maupun dengan Vietnam. Menurut Damos Dumoli Agusman, yang menjadi akar persoalan di antara Indonesia dan Tiongkok adalah nine-dash line. Nine-dash line digunakan oleh Tiongkok sebagai dasar yang membolehkan para nelayannya untuk masuk dan mencari ikan di wilayah ZEE Indonesia. Pada titik inilah persoalan antara Indonesia dan Tiongkok muncul. Apa itu nine-dashed-line? Istilah nine-dash line digunakan oleh Tiongkok sebagai dasar dari klaim atas wilayah kedaulatan mereka di laut. Namun, tahukah Anda makna sebenarnya dari nine-dash line? Secara sederhana, nine-dash line adalah garis pembatas imajiner yang digunakan oleh Tiongkok untuk menunjukkan klaim mereka atas wilayah Laut Tiongkok Selatan. Menurut Peter J.Brown dalam tulisannya Calculated Ambiguity in the South China Sea, nine-dash line pada awalnya bernama eleven-dash line. Istilah ini pertama kali dipublikasikan melalui sebuah peta yang dibuat oleh Republik Tiongkok ( ) pada Desember 1947 untuk menetapkan klaimnya atas Laut Tiongkok Selatan. Setelah berpisah dari Republik Tiongkok (Taiwan) pada 1949, RRT (Tiongkok) kemudian menggunakan garis ini untuk menunjukkan klaim mereka atas sebagian besar wilayah Laut Tiongkok Selatan.
9 Damos Dumoli Agusman (Sekretaris Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri RI) memberikan definisi yang menarik perihal ninedash line. Pertama, nine-dash line hanya merupakan indikasi bahwa semua pulau di dalamnya ialah milik Tiongkok. Artinya, Tiongkok hanya membuat garis-garis ini, kemudian semua yang ada di dalam garis itu mereka miliki Kedua, kata Damos, nine-dash line adalah garis batas terluar. Jadi, semua air dan pulaunya dimiliki oleh Tiongkok. Ini tafsir sangat eksesif dan sangat bertentangan tafsirnya dengan UNCLOS. Ketiga, nine-dash line menggambarkan bahwa perairan di dalamnya adalah hak historis yang diperoleh bukan berdasarkan UNCLOS. Bagi Damos, hal ini sangat ambigu. Dari ketiga tafsir itu, yang terlihat di lapangan (dipraktikkan Tiongok) ialah tafsir kedua dan ketiga. Alasannya ialah karena Tiongkok mengirimkan nelayan-nelayannya menangkap ikan di sana Penutup Beberapa insiden yang terjadi belakangan ini semestinya menjadi peringatan bagi pemerintah Indonesia bahwa Indonesia dan China juga menyimpan potensi konflik yang membutuhkan penyelesaian di sekitar perairan Kepulauan Natuna. Kondisi ini menjadikan sikap Indonesia yang secara konsisten mendorong negara-negara yang bersengketa untuk menahan diri dan mengedepankan cara-cara damai untuk menyelesaikan sengketa, menjadi tidak cukup memadai. Indonesia juga perlu meningkatkan kehadiran patroli pengawasan di wilayah perairan yang sering kali terjadi pelanggaran kedaulatan. Peran Parlemen menjadi sangat penting untuk memastikan terlaksananya patroli pengawasan di wilayah perairan, karena keterbatasan anggaran selama ini selalu menjadi penghambat aparat Indonesia untuk melaksanakan patroli pengawasan di perairan perbatasan Indonesia
10 Referensi Ratna Shofi Inayati, Ekonomi Politik Kemitraan ASEAN: Sebuah Potret Kerja Sama, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar; Jakarta: P2P LIPI, 2011), hlm. 129 Martin Stuart Fox, A Short Story of China and Southeast Asia Tribute, Trade, and Influence, (New South Wales: Allen and Unwin, 2003), hlm diakses pada 5 Juni 2013 pukul 15:45 WIB pada 24 November 2014 pukul (16:53)
BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh
BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur
Lebih terperinciBAB III DINAMIKA PEREBUTAN PENGARUH DI PERAIRAN NATUNA. Landasan hukum tentang peraturan perbatasan laut tiap-tiap negara yang
BAB III DINAMIKA PEREBUTAN PENGARUH DI PERAIRAN NATUNA Landasan hukum tentang peraturan perbatasan laut tiap-tiap negara yang seringkali diabaikan oleh negara-negara yang bertetangga secara maritime seringkali
Lebih terperinciKONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]
KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciKetika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan. I Made Andi Arsana, Ph.D.
Ketika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan I Made Andi Arsana, Ph.D. Jutaan orang menyaksikan debat capres ketiga tanggal 22 Juni lalu. Temanya, setidaknya menurut saya, sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting
Lebih terperinciDemi Kedaulatan, Kita Harus Tegas
Tajuk Rencana Kompas 2016/3/24 Demi Kedaulatan, Kita Harus Tegas Sudah layak dan sepantasnya kalau Indonesia bersikap tegas terhadap Tiongkok berkait dengan tindakan kapal patroli negeri itu di Laut Natuna.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara dalam melakukan hubungan-hubungan yang sesuai kaidah hukum internasional tidak terlepas dari sengketa. Seperti halnya manusia sebagai makhluk individu,
Lebih terperinciAlur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciBAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan
BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN A. Sejarah Konflik Laut Cina Selatan Berbicara tentang konflik LCS tentu tidak bisa dilepaskan dengan penetrasi yang di lakukan oleh Tiongkok atas klaim sepihak mereka
Lebih terperinciKONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI
KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.
161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjawab rumusan masalah dalam Penulisan Hukum ini, Penulis memiliki kesimpulan sebagi berikut : 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal Asing yang Melakukan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba menarik kesimpulan, yaitu: Pertama, telah terjadinya pelanggaran klaim kedaulatan wilayah yang dilakukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB II KLAIM TIONGKOK TERHADAP LAUT CHINA SELATAN DAN NATUNA. Dalam bab ini akan dijelaskan alasan Tiongkok mengklaim wilayah Laut China Selatan
BAB II KLAIM TIONGKOK TERHADAP LAUT CHINA SELATAN DAN NATUNA Dalam bab ini akan dijelaskan alasan Tiongkok mengklaim wilayah Laut China Selatan serta memasukkan perairan Natuna kedalam peta Nine-Dashed
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com
PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si
ZONASI LAUT TERITORIAL Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas. Untuk landas kontinen negara Indonesia berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciPUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH
Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Disampaikan pada Diskusi Publik Analisis dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka Penguatan Sistem Pertahanan Negara Medan, 12 Mei 2016 PASAL 1 BUTIR 2 UU NO 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang
BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA DI BAGIAN BARAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek
BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk
Lebih terperinciPERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Karenanya, segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat internasional, pasti tidak lepas dari masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum internasional yang sering muncul
Lebih terperinciBAB I. Potensi Konflik Laut Tiongkok Selatan
BAB I Potensi Konflik Laut Tiongkok Selatan A. Laut Tiongkok Selatan dan Claimant States Laut Tiongkok Selatan 1, terletak di wilayah yang berbatasan dengan Tiongkok, Taiwan, dan sebagian negara ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi sebagian wilayah dari Singapura dan Selat Malaka hingga ke Selat Taiwan dengan luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim terbesar ketiga di dunia yang memiliki luas laut mencapai 7.827.087 km 2 dengan jumlah pulau sekitar 17.504 pulau. Garis pantainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan perlintasan laut, karena kekuatan Romawi sebagai kekuasaan kekaisaran (imperium) masih menguasai Laut
Lebih terperinciHukum Laut Indonesia
Hukum Laut Indonesia Pengertian Hukum Laut Hukum Laut berdasarkan pendapat ahli ahli : Hukum laut menurut dr. Wirjono Prodjodikoro SH adalah meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan laut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara
Lebih terperinciPUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1
ABSTRAK KAJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA DALAM MENANGANI MASALAH KEAMANAN DI SELAT MALAKA Selat Malaka merupakan jalur pelayaran yang masuk dalam wilayah teritorial
Lebih terperinciHukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi
Hukum Internasional Kl Kelautan Riza Rahman Hakim, S.Pi Hukum laut mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan untuk kepentingan pelayaran, perdagangan, dan sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan
Lebih terperinciNo b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4925 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177 ) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciMENEGOSIASIKAN BATAS WILAYAH MARITIM INDONESIA DALAM BINGKAI NEGARA KEPULAUAN
TINJAUAN BUKU MENEGOSIASIKAN BATAS WILAYAH MARITIM INDONESIA DALAM BINGKAI NEGARA KEPULAUAN Vivian Louis Forbes. 2014. Indonesia s Delimited Maritime Boundaries. Heidelberg: Springer. xvii + 266 hlm. Sandy
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)
Lebih terperinciIUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan
IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan Wilayah perbatasan: a. Internal waters/perairan pedalaman.
Lebih terperinciPembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia
Pembagian Kewenangan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Perairan Indonesia Abdul Muthalib Tahar dan Widya Krulinasari Dosen Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.
243 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara. Untuk itu setiap negara mempunyai kewenangan menentukan batas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingannya asal saja kegiatan tersebut
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA
Lebih terperinciUU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)
Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR
Lebih terperinciKompleksitas Sengketa Celah Timor
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinci2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2008 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari pulau 1, Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau 1, Indonesia juga memiliki Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Zona Ekonomi Eklusif adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinci91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa
Lebih terperinciPidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010
Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sejarah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sejarah panjang untuk mendapatkan status sebagai negara kepulauan. Dimulai dengan perjuangan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pertahanan negara. Salah satu keuntungannya adalah sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Montevideo tahun 1933 tentang Hak dan Kewajiban Negara salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam terbentuknya suatu negara adalah wilayah.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK
PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,
Lebih terperinciHak Lintas Damai di Laut Teritorial
Hak Lintas Damai di Laut Teritorial A. Laut Teritorial HAK LINTAS DAMAI DI LAUT TERITORIAL (KAJIAN HISTORIS) Laut teritorial merupakan wilayah laut yang terletak disisi luar dari garis-garis dasar (garis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta km² dan mempunyai kedalaman sekitar meter. 1 Laut China Selatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laut China Selatan terletak di antara Samudera Pasifik di sebelah Timur dan Samudera Hindia di sebelah Barat. Laut China Selatan memiliki luas 3.447 juta km²
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciKata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS
YURISDIKSI INDONESIA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN PENENGGELAMAN KAPAL ASING YANG MELAKUKAN ILLEGAL FISHING BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA Oleh : Kadek Rina Purnamasari I Gusti
Lebih terperincidalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan
BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap
Lebih terperinciMenyingkap Misteri Laut Tiongkok Selatan I Made Andi Arsana
Pengantar Menyingkap Misteri Laut Tiongkok Selatan I Made Andi Arsana Merespon gonjang-ganjing di Laut Tiongkok Selatan (LTS), terutama terkait penangkapan ikan oleh nelayan Tiongkok di perairan dekat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciAnalisis Isi Media Judul: MCA No.55 Illegal Fishing Perairan Natuna Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 22/03/2016
Analisis Isi Media Judul: MCA No55 Illegal Fishing Perairan Natuna Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 22/03/2016 Sebaran Media Hasil monitoring pada hari Selasa, 22 Maret 2016 mengenai Illegal Fishing
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembangunan nasional
Lebih terperinciI. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 10
I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 10 A.TUJUAN AJAR Dapat menjelaskan Sengketa Batas Maritim dan penyelesaiannya B. POKOK BAHASAN: Penyebab sengketa batas maritim Penyelesaian sengketa
Lebih terperinciBAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik
BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN Meskipun tidak memiliki klaim di wilayah tersebut Amerika Serikat tetap secara terbuka menunjukan keterlibatannya di konflik Laut Cina Selatan.
Lebih terperinciWilayah Negara Dalam Hukum Internasional
Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan yang berkaitan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan panjang garis pantai yang mencapai 95.181 km 2, yang menempatkan Indonesia berada diurutan keempat setelah Rusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ambalat adalah blok laut seluas Km2 yang terletak di laut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ambalat adalah blok laut seluas 15.235 Km2 yang terletak di laut Sulawesi atau Selat Makassar milik negara Indonesia sebagai negara kepulauan. Hal ini dapat
Lebih terperinciBAB II STATUS DAN KEDUDUKAN LAUT CHINA SELATAN MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONAL
BAB II STATUS DAN KEDUDUKAN LAUT CHINA SELATAN MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONAL A. Sejarah Konflik Laut China Selatan Konflik di Laut China Selatan telah dimulai sejak akhir abad ke-19 ketika Inggris mengklaim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Illegal fishing merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh negara yang memiliki banyak pantai karena masalah tersebut sudah ada sejak dulu. Namun hingga
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hukum Internasional mengatur tentang syarat-syarat negara sebagai pribadi
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Internasional mengatur tentang syarat-syarat negara sebagai pribadi hukum yang tertuang di dalam Konvensi Montevidio Tahun 1933 tentang Unsur- Unsur Berdirinya Sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang merupakan satu kesatuan dan harus dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara Indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setelah Mahkamah Hukum Internasional menjatuhkan putusan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002, Indonesia memasuki suatu
Lebih terperinciBAB III ISU PERBATASAN LAUT CINA SELATAN CINA-ASEAN. ASEAN secara komprehensif, konflik ini sebenarnya lebih terpusat pada tumpang tindih
BAB III ISU PERBATASAN LAUT CINA SELATAN CINA-ASEAN Konflik di Laut Cina Selatan dapat di kategorikan dalam 4 Hal ; Perebutan wilayah, lokasi untuk perikanan, eksplorasi dan pengembangan minyak, dan gas.
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciMenetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 36 TAHUN 2002 (36/2002) TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut dalam perkembangannya kini tidak lagi berfungsi hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah laut dalam perkembangannya kini tidak lagi berfungsi hanya sebagai sumber mata pencaharian untuk menangkap ikan, lalu lintas perdagangan dan pelayaran internasional,
Lebih terperinciluas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laut sebagai anugerah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, harus senantiasa terjaga sumber daya alam kelautannya. Keberhasilan Indonesia untuk menetapkan identitasnya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH. Diajukan oleh : Raden Florentinus Bagus Adhi Pradana NPM : Program Kekhususan : Hukum Internasional
JURNAL ILMIAH AKIBAT HUKUM KLAIM NINE DASH LINE CINA TERHADAP HAK BERDAULAT INDONESIA DI PERAIRAN KEPULAUAN NATUNA (KHUSUSNYA KABUPATEN NATUNA) MENURUT UNCLOS 982 Diajukan oleh : Raden Florentinus Bagus
Lebih terperinci