BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik
|
|
- Yuliani Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN Meskipun tidak memiliki klaim di wilayah tersebut Amerika Serikat tetap secara terbuka menunjukan keterlibatannya di konflik Laut Cina Selatan. Di Bab ini penulis akan membahas apa saja bentuk keterlibatan Amerika Serikat, baik itu secara politik maupun militer. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (Bahasa Inggris: United Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat UNCLOS, juga disebut Konvensi Hukum Laut atau Hukum Perjanjian Laut, adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang ketiga (UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun Konvensi Hukum Laut ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam laut. UNCLOS menggantikan konsep Freedom of the Seas', yang berasal dari abad ke-17. Hak-hak nasional terbatas pada wilayah air tertentu yang membentang dari garis pantai suatu negara, biasanya 3 mil laut (5,6 km).semua perairan di luar 28
2 batas-batas nasional dianggap internasional, dimana semua bangsa bebas untuk mengakes, tetapi bukan milik negara manapun. Ketegangan yang meningkat di Laut Cina Selatan, telah mendorong perdebatan dan penelitian tentang kebijakan Laut Cina Selatan Cina, serta tentang Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS). Bagi Beijing, perselisihan Laut Cina Selatan pada dasarnya adalah sebuah dilema dengan UNCLOS, dimana RRC ikut serta dalam negosiasi dari tahun 1973 sampai 1982, dan diratifikasi pada tahun Secara resmi, pemerintah bertekad untuk mematuhi konvensi yang ditandatangani dan diratifikasi. Namun, semakin banyak diskusi dalam beberapa tahun terakhir mengenai pertanyaan apakah Cina harusnya menarik diri dari UNCLOS. Butuh sembilan tahun dari tahun 1973 bagi masyarakat internasional untuk menyelesaikan konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akhirnya menyetujui UNCLOS pada tahun Untuk RRC, ini merupakan negosiasi multilateral pertamanya setelah bergabung dengan PBB pada tahun Beberapa sumber dari Cina baru-baru ini menyoroti keadaan pikiran delegasi Cina pada saat itu. Salah satu sumber penting adalah memoar kepala delegasi Cina, Ling Qing, yang kemudian menjadi wakil sekretaris jenderal PBB. Semua sumber ini memberikan gambaran yang sama: Pada tahun 1973 ketika negosiasi dimulai, Cina masih dalam pergolakan dalam Revolusi Kebudayaan, 29
3 sehingga delegasi Cina diberi tiga pedoman oleh pimpinan: anti-hegemoni (yang berarti anti-as dan anti- Uni Soviet); Mendukung Dunia Ketiga; Melindungi kepentingan nasional. Dengan demikian mereka lebih mementingkan ideologi sebelum kepentingan nasional, hal yang biasa terjadi pada saat itu. Apalagi Cina sangat bersyukur atas dukungan yang didapatnya dari negara-negara Dunia Ketiga, yang telah memainkan peran penting dalam memutuskan untuk membiarkan RRC mengambil alih keanggotaan Cina di PBB dari pemerintah Kuomintang di Taiwan pada tahun Cina percaya karena hal tersebut, mereka harus mendukung Dunia Ketiga sebagai balasannya. Negara-negara berkembang terkemuka di Amerika Latin dan Afrika meminta laut teritorial sejauh mil (nm) di bawah kedaulatan nasional penuh. Negaranegara tersebut tidak memiliki kemampuan negara maju, terutama negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet, untuk melindungi perairan mereka agar tidak dieksploitasi oleh orang lain. Dan A.S. dan Uni Soviet berusaha keras untuk membatasi hak maritim negara-negara yang lebih lemah dengan mengurangi ukuran laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif (EEZ). Delegasi Cina melihat berbagai hal dari perspektif perjuangan kelas antara negara-negara hegemonis dan negara-negara dunia ketiga. Ling Qing ingat bagaimana Cina akhirnya memutuskan untuk mendukung negara-negara Dunia Ketiga dan mendukung permintaan akan EEZ 200 nm, walaupun pada kala itu sudah ada diskusi internal pada tahap akhir negosiasi karena beberapa pihak dari Cina telah 30
4 menyadari bahwa EEZ 200 nm mungkin menjadi kerugian bagi kepentingan nasional Cina. Sebuah buku oleh Liu Feng, mantan wakil presiden Institut Nasional untuk Studi Laut Cina Selatan, melihat Cina sebagai negara dengan kerugian di UNCLOS karena lokasinya geografisnya yang tidak menguntungkan. Di masa lalu, narasi geografis Cina digunakan untuk menekankan keuntungannya dalam memiliki wilayah yang luas. Buku teks geografi resmi untuk sekolah dasar dan menengah dengan bangga menyebutkan batas dan garis pantai Cina yang panjang, dan sumber daya alam yang melimpah. Baru belakangan ini disadari sepenuhnya bahwa meskipun Cina memiliki garis pantai sepanjang kilometer, geografi Cina benar-benar menghambat realisasi ambisi maritimnya. Meskipun Cina berbatasan dengan empat lautan - Laut Bohai, Laut Kuning, Laut Cina Timur, dan Laut Cina Selatan - semuanya ditutup oleh negara-negara kepulauan. Ini berarti Cina harus berbagi ruang maritimnya dengan negara lain. Sementara Laut Cina Selatan menawarkan lebih banyak ruang, namun tertutup oleh negara-negara yang membuat klaim kedaulatan di Laut Cina Selatan. Buku ini berpendapat bahwa peraturan EEZ 200 nm yang disepakati di UNCLOS sangat menahan ruang maritim Cina. (Wang, 2016) Keputusan UNCLOS sendiri sebenarnya menguntungkan bagi pihak Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan keputusan UNCLOS menyatakan bahwa perairan yang tidak berada di batas nasional suatu negara dianggap sebagai perairan internasional yang tidak boleh dimiliki oleh negara manapun, tetapi boleh di akses oleh semua 31
5 negara. Hal ini berarti jika Cina gagal melakukan klaim nya, maka sebagian besar Laut Cina Selatan akan menjadi perairan terbuka yang bisa diakses oleh Amerika Serikat. Amerika Serikat mengakui UNCLOS sebagai acuan hukum internasional, namun A.S belum meratifikasinya. Ketika konferensi berlanjut sampai pertemuan terakhirnya pada akhir tahun 1982, dan hal terakhir yang perlu dilakukan adalah menandatangani konvensi tersebut. Amerika Serikat, bersama beberapa negaranegara maju lainnya, menyatakan tidak bersedia menyetujui Bagian XI dari Konvensi, yaitu mengenai bagian dasar laut dalam dan penambangan logam-logam yang berpotensi berharga. Amerika Serikat keberatan dengan Bagian XI dari Konvensi dengan beberapa alasan, bahwa perjanjian tersebut tidak menguntungkan kepentingan ekonomi dan keamanan AS. Lalu A.S. mengklaim bahwa ketentuan dalam perjanjian tersebut tidak sesuai dengan kebijakan pasar bebas yang dijalankan oleh A.S dan dirancang untuk mendukung sistem ekonomi negara-negara Komunis. Pemerintah Amerika Serikat yang sebelumnya tidak setuju dengan UNCLOS, kini mulai menunjukan perubahan. Salah satu yang menjadi poin momentum adalah pada tanggal 13 Januari 2009, saat berbicara di depan Senatnya sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang baru, Hillary Clinton mengatakan bahwa ratifikasi Hukum Perjanjian Laut akan menjadi prioritas baginya. Lalu pada tanggal 23 Mei 32
6 2012, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton memberi kesaksian di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri A.S. untuk memperjuangkan ratifikasi perjanjian tersebut. Joining the Convention would secure our navigational rights and our ability to challenge other countries behavior on the firmest and most persuasive legal footing, including in critical areas such as the South Cina Sea and the Arctic. Only as a Party to the Convention can the United States best protect the navigational freedoms enshrined in the Convention and exert the level of influence that reflects our status as the world s foremost maritime power Kutipan di atas adalah potongan dari pidato Hillary Clinton ketika memberi kesaksian di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri A.S. Di dalam pidato nya, Clinton menyatakan bahwa meratifikasi UNCLOS akan memberikan keuntungan bagi Amerika Serikat. Karena dengan meratifikasi UNCLOS Amerika Serikat akan melindungi hak-hak dan kebebasan perairan mereka. Selain itu menurut Clinton, dengan meratifikasi UNCLOS, akan menguatkan kemampuan Amerika Serikat dalam mencegah klaim negara lain secara hukum, seperti di Laut Cina Selatan. Dan setelah pidatonya, proses ratifikasi UNCLOS oleh Amerika Serikat terus berjalan maju. Meskipun meratifikasi UNCLOS bertujuan melindungi hak-hak dan kebebasan perairan Amerika Serikat secara umum, namun dari pidato Hillary Clinton dapat terlihat bahwa konflik Laut Cina Selatan merupakan salah satu hal yang 33
7 menjadi alasan Amerika Serikat meratifikasi UNCLOS. Dan proses peratifikasian ini menunjukan keterlibatan langsung Amerika Serikat di konflik Laut Cina Selatan Terkait atas keterlibatan Amerika Serikat tersebut,juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengeluarkan sebuah pernyataan melalui Kedutaan Besar China di Manila, yang menyatakan: "Kami telah memperhatikan laporan terkait dan kami mengungkapkan keprihatinan atas hal ini. Sepengetahuan kami, mengenai masalah Laut Cina Selatan, pihak yang tidak memiliki klaim dan negara-negara di luar kawasan Asia Tenggara telah mengambil posisi untuk tidak terlibat dalam sengketa teritorial. (UPI, 2012) "Dengan prasyarat dan fondasi penting ini, pihak China secara konsisten berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut China Selatan dengan cara seperti bernegosiasi dan menandatangani kontrak dengan negara-negara ASEAN, Deklarasi tentang Perilaku Para Pihak di Laut Cina Selatan, secara paralel Dengan usaha kita untuk mengejar penyelesaian perselisihan melalui negosiasi dengan negara-negara yang secara langsung berkepentingan. " Sebuah komentar yang jelas ditujukan kepada A.S dan menyatakan bahwa negara yang tidak memiliki klaim seperti A.S seharusnya tidak terlibat di konflik Laut Cina Selatan. 34
8 B. Keterlibatan Amerika Serikat secara Militer Meskipun banyak negara yang melakukan klaim di Laut Cina Selatan, Amerika Serikat menganggap Laut Cina Selatan sebagai perairan bebas dan. Seperti di perairan lainnya, Amerika Serikat pun mengerahkan angkatan bersenjatanya dan melakukan operasi freedom of navigation. Kebijakan A.S. sejak tahun 1983 menetapkan bahwa Amerika Serikat akan menjalankan dan menegaskan hak dan kebebasan navigasi laut dan hak overflightnya di seluruh dunia dengan cara yang sesuai dengan keseimbangan kepentingan yang tercermin dalam Konvensi Hukum Laut (LOS). Amerika Serikat tidak akan menyetujui tindakan sepihak negara lain yang dirancang untuk membatasi hak dan kebebasan masyarakat internasional dalam navigasi laut dan overflight dan penggunaan laut lainnya. Program FON sejak tahun 1979 telah menyoroti ketentuan navigasi dari Konvensi LOS untuk melanjutkan pengakuan akan kebutuhan nasional yang vital untuk melindungi hak-hak maritim di seluruh dunia. Program FON beroperasi di tiga jalur, yang melibatkan tidak hanya representasi diplomatik dan pernyataan operasional oleh unit militer AS, namun juga konsultasi bilateral dan multilateral dengan pemerintah lain dalam upaya mempromosikan stabilitas dan konsistensi maritim dengan hukum internasional, lalu menekankan bahwa menjadi kebutuhan 35
9 dan kewajiban dari semua Negara untuk mematuhi peraturan dan praktik hukum adat yang tercermin dalam Konvensi LOS. (Departemen Luar Negeri, 2002) Hal ini juga dilakukakan Amerika Serikat di Konflik Laut Cina Selatan. Karena klaim yang dilakukan oleh RRC dianggap akan membatasi hak dan kebebasan masyarakat internasional dalam penggunaan perairan di wilayah tersebut. Oleh karena itu A.S mengirimkan tenaga dari Angkatan Laut-nya untuk mengawasi dan menjaga ketenangan di Laut Cina Selatan Pada hari Tahun 2015, Angkatan Laut A.S. memastikan bahwa USS Lassen, kapal perang Amerika Serikat, telah menyelesaikan rangkain kegiatan pertama dalam serangkaian rencana operasi navigasi (FONOP) yang terencana di Laut Cina Selatan. Mulai berjalannya operasi tersebut adalah salah satu penegasan terkuat oleh Angkatan Laut A.S. bahwa mereka menolak klaim maritim Cina. Angkatan Laut AS. menyatakan bahwa USS Lassen juga berada dalam batas 12 mil dari fitur di laut yang disengketakan yang diklaim oleh sekutu perjanjian Vietnam Filipina. Kapal tersebut berlayar di dalam wilayah 12 mil laut di Pulau Karang Subi, sebuah pulau buatan yang dibangun oleh China pada tahun Mereka mengatakan patroli "freedom of navigation" semacam itu diperkirakan akan semakin sering terjadi dan akan menjadi hal yang permanen (Blanchard, 2015) Contoh lain dari bentuk gerakan "freedom of navigation" yaitu ketika dua Pesawat pembom strategis B-52 AS terbang mendekati pulau buatan Cina buatan di 36
10 Laut Cina Selatan pada tahun 2015 dan dihubungi oleh pengendali darat China namun melanjutkan misi mereka Dalam misi terakhir, yang terjadi di 8-9 November 2015, para pembom tersebut terbang di daerah Kepulauan Spratly namun tidak berada dalam zona 12 mil yang diklaim Cina sebagai wilayah di sekitar pulau-pulau yang telah dibangunnya dalam wilayah Gerakan-gerakan yang merupakan kebijakan freedom of nation tersebut juga diikuti dengan komentar dari Menteri Pertahanan A.S Ashton Carter yang secara terang-terangan memperingatkan China pada untuk menghentikan pembangunan pulau buatan di Laut Cina Selatan dan menyatakan bahwa militer A.S. akan terus berpatroli di perairan internasional dan wilayah udara di wilayah tersebut. Komentar Carter, yang dibuat pada sebuah upacara di Hawaii, berakibat meningkatkan ketegangan antara Washington dan Beijing mengenai akses ke Laut Cina Selatan dan perairan Asia lainnya. (Whitlock, 2015) Selain melakukan pengawasan dari luar, A.S juga menlakukan pengawasan dari dalam. Selama pemerintahan George W. Bush, pasukan A.S. di Filipina difokuskan terutama untuk membantu militer Filipina dalam usaha pertahan. Kini, kedua militer tersebut akan semakin berlatih melintasi spektrum operasi militer yang luas, mulai dari yang terendah sampai yang tinggi sebagai persiapan menghadapi konflik Laut Cina Selatan. Namun yang penting, A.S memiliki akses ke empat pangkalan udara (dengan potensi lebih banyak tersedia di kemudian hari) - terutama 37
11 yang di Luzon dan Palawan yang akan menjadi tumpuan tenaga udara A.S. di Asia Tenggara. Akses ini akan memungkinkan penerbangan yang lebih sering dan lebih berkelanjutan melintasi Laut Cina Selatan, termasuk di atas Kepulauan Spratly dan Kepulauan Karang Scarborough yang disengketakan. Selain itu, kehadiran Angkatan Udara A.S di Luzon, yang mungkin diikuti oleh rotasi angkatan laut reguler di Subic Bay, akan menempatkan Amerika Serikat dalam posisi yang lebih baik untuk dapat segera menyegel Selat Luzon, yang menghubungkan Laut Cina Selatan ke Laut Filipina dan Samudera Pasifik yang lebih luas. Kemampuan militer AS yang meningkat untuk bergerak di dan di atas Laut Cina Selatan, terlebih lagi, akan memfasilitasi upaya yang lebih efektif untuk melacak kapal selam China yang berlayar dari pangkalan angkatan laut bawah tanah di pulau Hainan. Angkatan Laut P-8 sekarang secara teratur menyebar ke Singapura dan, walaupun tanpa akses reguler, mereka juga melakukan patroli dari Malaysia. Kapal tempur Amerika berputar melalui Singapura, di ekstrem barat Laut Cina Selatan, dan Singapura juga secara diam-diam membangun satu-satunya pelabuhan Asia di luar Yokohama dimana kapal induk A.S dapat berlabuh. Bahkan jika usaha Cina membangun pertahanan di pulau-pulau yang disengketakan, hal ini akan menjadi kasus dimana pasukan RRC dipantau secara terus-menerus dan mereka akan terus bergerak di bawah radar pengawasan A.S 38
12 Selain itu, keputusan pemerintahan Obama untuk mengangkat embargo senjata berusia puluhan tahun ke Vietnam sangat penting di sini. Dalam waktu dekat, hal ini dapat memungkinkan penjualan peralatan intelijen, pengawasan dan pengintai serta kapal patroli untuk memungkinkan Hanoi untuk dapat lebih memperhatikan keadaan di Laut Cina Selatan barat. Dalam jangka panjang, kontraktor pertahanan A.S mungkin mengarahkan pandangan mereka terhadap penjualan pesawat tempur dan menyerang helikopter. Vietnam juga sudah memesan jet tempur Rusia modern dan mengharapkan pengiriman akan sampai tahun ini. Jika Angkatan Laut China ingin memiliki jalan di Laut Cina Selatan, ia harus mendedikasikan sumber daya untuk melacak kapal selam tersebut. Dulu ketika RRC memindahkan sebuah oilrig besar, yaitu Haiyang Shiyou 981, ke zona ekonomi eksklusif Vietnam pada tahun 2014, Vietnam hanya memiliki pilihan terbatas untuk merespons. Namun kini dengan penjaga pantai, angkatan laut dan angkatan udara yang lebih matang, Vietnam akan menjadi musuh yang perlu diawasi oleh RRC. Sehingga RRC mungkin tidak akan semudah itu untuk menjalankan kepentingannya yang berlawanan dengan kepentingan Vietnam. Pengangkatan embargo senjata juga membuka pintu bagi bentuk kerjasama keamanan A.S.-Vietnam lainnya. Pengaturan baru untuk akses angkatan laut A.S. ke Teluk Cam Ranh mungkin bisa diatasi. Vietnam akan bergerak dengan hati-hati dan akses semacam itu mungkin terbatas pada tujuan dukungan logistik untuk saat ini. Tetapi jika RRC terus bertentangan dengan Vietnam dan jika Amerika Serikat 39
13 membuktikan dirinya sebagai mitra yang dapat diandalkan, kapal perang Amerika suatu hari nanti dapat beroperasi secara teratur di luar Teluk Cam Ranh, sebuah pelabuhan utama yang strategis. Akses semacam itu akan melengkapi kehadiran A.S. yang baru di Filipina; Memfasilitasi kehadiran reguler Amerika di bagian barat Laut Cina Selatan; Memungkinkan Amerika Serikat untuk lebih mudah membela - atau menutup - Selat Malaka; Dan, menempatkan pasukan Amerika dalam jarak serang ke markas utama RRC di Hainan, termasuk fasilitas pelabuhan yang menjadi tuan rumah kapal selam rudal China. (Mazza, 2016) 40
BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciFAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI KONFLIK LAUT CINA SELATAN THE FACTORS BEHIND THE INVOLVEMENT OF UNITED STATES OF
FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI KONFLIK LAUT CINA SELATAN THE FACTORS BEHIND THE INVOLVEMENT OF UNITED STATES OF AMERICA IN SOUTH CHINA SEA Naufal Hibatullah Ilmu Hubungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting
Lebih terperinciAlur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciKONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]
KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh
Lebih terperinciBAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan
BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN A. Sejarah Konflik Laut Cina Selatan Berbicara tentang konflik LCS tentu tidak bisa dilepaskan dengan penetrasi yang di lakukan oleh Tiongkok atas klaim sepihak mereka
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang
BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara dalam melakukan hubungan-hubungan yang sesuai kaidah hukum internasional tidak terlepas dari sengketa. Seperti halnya manusia sebagai makhluk individu,
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi sebagian wilayah dari Singapura dan Selat Malaka hingga ke Selat Taiwan dengan luas
Lebih terperinciPENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com
PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciHukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi
Hukum Internasional Kl Kelautan Riza Rahman Hakim, S.Pi Hukum laut mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan untuk kepentingan pelayaran, perdagangan, dan sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh
BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba menarik kesimpulan, yaitu: Pertama, telah terjadinya pelanggaran klaim kedaulatan wilayah yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.
Lebih terperinciPERENCANAAN KAWASAN PESISIR
PERENCANAAN KAWASAN PESISIR Hukum Laut Internasional & Indonesia Aditianata Page 1 PENGERTIAN HUKUM LAUT : Bagian dari hukum internasional yang berisi normanorma tentang : (1) pembatasan wilayah laut;
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA
Lebih terperinciHukum Laut Indonesia
Hukum Laut Indonesia Pengertian Hukum Laut Hukum Laut berdasarkan pendapat ahli ahli : Hukum laut menurut dr. Wirjono Prodjodikoro SH adalah meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan laut.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA DI BAGIAN BARAT
Lebih terperinciDUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)
Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciPERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,
Lebih terperinciKONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI
KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,
Lebih terperinciWilayah Negara Dalam Hukum Internasional
Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional Wilayah Negara Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa: The state as a person of international law should possess the following qualifications: (a) a
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.
Lebih terperinciLAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT
LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT KONVENSI MENGENAI PENGAMBILAN IKAN SERTA HASIL LAUT DAN PEMBINAAN
Lebih terperinciZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si
ZONASI LAUT TERITORIAL Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas. Untuk landas kontinen negara Indonesia berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat
Lebih terperinciInternasionalisasi Selat Malaka
Internasionalisasi Selat Malaka 20 June 2016 Edy Burmansyah Harian Indoprogress http://indoprogress.com/2016/06/internasionalisasi-selat-malaka/ BERAKHIRNYA Perang Dingin telah menciptakan ketidakpastian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta km² dan mempunyai kedalaman sekitar meter. 1 Laut China Selatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laut China Selatan terletak di antara Samudera Pasifik di sebelah Timur dan Samudera Hindia di sebelah Barat. Laut China Selatan memiliki luas 3.447 juta km²
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Karenanya, segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara
Lebih terperincipres-lambang01.gif (3256 bytes)
pres-lambang01.gif (3256 bytes) Menimbang Mengingat PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING DALAM MELAKSANAKAN HAK LINTAS ALUR
Lebih terperinciUMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciTUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN
TUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Disusun oleh: Adrianus Terry Febriken 11010111140685 Styo Kurniadi 11010111150006 Riyanto 11010111150007 Wahyu Ardiansyah
Lebih terperinciPUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1
ABSTRAK KAJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA DALAM MENANGANI MASALAH KEAMANAN DI SELAT MALAKA Selat Malaka merupakan jalur pelayaran yang masuk dalam wilayah teritorial
Lebih terperincidalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan
BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciHak Lintas Damai di Laut Teritorial
Hak Lintas Damai di Laut Teritorial A. Laut Teritorial HAK LINTAS DAMAI DI LAUT TERITORIAL (KAJIAN HISTORIS) Laut teritorial merupakan wilayah laut yang terletak disisi luar dari garis-garis dasar (garis
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING DALAM MELAKSANAKAN HAK LINTAS ALUR LAUT KEPULAUAN MELALUI ALUR LAUT KEPULAUAN YANG DITETAPKAN
Lebih terperinciTelah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:
LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciNo b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4925 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177 ) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciKetika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan. I Made Andi Arsana, Ph.D.
Ketika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan I Made Andi Arsana, Ph.D. Jutaan orang menyaksikan debat capres ketiga tanggal 22 Juni lalu. Temanya, setidaknya menurut saya, sangat
Lebih terperinciPerkembangan Hukum Laut Internasional
Perkembangan Hukum Laut Internasional Hukum laut internasional adalah seperangkat norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan pantai, yang terkurung oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinciI. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,
Lebih terperinciNASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Protokol Piagam ASEAN
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan
BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingannya asal saja kegiatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan perlintasan laut, karena kekuatan Romawi sebagai kekuasaan kekaisaran (imperium) masih menguasai Laut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat internasional, pasti tidak lepas dari masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum internasional yang sering muncul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang merupakan bagian dari komunitas dunia. Salah satu organisasi komunitas dunia tersebut adalah Perserikatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek
BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a.
Lebih terperinciMILITERISASI LAUT CHINA SELATAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciUU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)
Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer
BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pertahanan negara. Salah satu keuntungannya adalah sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Montevideo tahun 1933 tentang Hak dan Kewajiban Negara salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam terbentuknya suatu negara adalah wilayah.
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb
No.580, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pengamanan Perbatasan. Pengerahan Tentara Nasional Indonesia. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGERAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut adalah kumpulan air asin dan menyatu dengan samudera. Dari waktu ke waktu, terjadi perkembangan yang signifikan terhadap fungsi atau peranan laut. Adapun fungsi
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciNo Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6181 PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 12) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace
Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak
Lebih terperinciSayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009
Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 24 Juni 2009 Pada tanggal 23 Juni 2009 di Markas Besar Legiun Veteran RI diselenggarakan ceramah tentang masalah Ambalat. Yang bertindak sebagai pembicara adalah Laksma
Lebih terperinciANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
Ardigautama Agusta. Analisis Undang-undang Kelautan di Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif 147 ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF Ardigautama Agusta Teknik Geodesi dan Geomatika,
Lebih terperinciKemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat
Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan
Lebih terperinciKeterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016
Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA
Lebih terperinciPENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA. Oleh : Ida Kurnia * Abstrak
PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA Oleh : Ida Kurnia * Abstrak Sebelum Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982, Indonesia telah mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut dalam perkembangannya kini tidak lagi berfungsi hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah laut dalam perkembangannya kini tidak lagi berfungsi hanya sebagai sumber mata pencaharian untuk menangkap ikan, lalu lintas perdagangan dan pelayaran internasional,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,
Lebih terperinciWestget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.
Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,
Lebih terperinciMENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION
Lebih terperinciAmerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949
Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
1 PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Pada tanggal 25 Mei 2000 Negara-negara Pihak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika merupakan hari bersejarah bagi perkembangan Hukum Laut Internasional. Saat itu diadakan Konferensi
Lebih terperinciBAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA
BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA Menurut Konvensi Montevideo tahun 1933, yang merupakan Konvensi Hukum Internasional, Negara harus mempunyai empat unsur konsititutif, yaitu : a. Harus ada penghuni (rakyat,
Lebih terperinci