BAB II DINAMIKA KONFLIK LAUT CINA SELATAN. Konflik Laut Cina adalah konflik yang terjadi karena adanya perebutan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DINAMIKA KONFLIK LAUT CINA SELATAN. Konflik Laut Cina adalah konflik yang terjadi karena adanya perebutan"

Transkripsi

1 BAB II DINAMIKA KONFLIK LAUT CINA SELATAN Konflik Laut Cina adalah konflik yang terjadi karena adanya perebutan wilayah, baik darat maupun laut, antar beberapa negara yang masing-masing memilii klaim tersendiri. Sebelum membahas lebih jauh tentang faktor yang melatarbelakangi terlibatnya Amerika Serikat di konflik Laut Cina Selatan, penulis terlebih dahulu akan membahas secara singkat tentang konflik Laut Cina Selatan itu sendiri, termasuk bagaimana kondisi geografisnya, apa saja klaim yang ada, dan seberapa pentingnya nilai Laut Cina Selatan hingga diperebutkan oleh beberapa negara. A. Perspektif Geografis Laut Cina Selatan Laut Cina Selatan adalah laut marjinal yang merupakan bagian dari Samudra Pasifik, meliputi wilayah dari Selat Karimata dan Selat Malaka sampai Selat Taiwan sekitar kilometer persegi. Secara Geografis Laut Cina Selatan terletak di: 1. Selatan dari Republik Rakyat Cina 2. Timur dari Vietnam dan Kamboja, 3. Barat laut dari Filipina Utara dari Kepulauan Bangka-Belitung dan Kalimantan. (Lihat Gambar 2.1 di Lampiran) 12

2 Kepulauan Laut Cina Selatan sendiri dibagi menjadi 5 yaitu: 1. Kepulauan Spratly, yang terdiri dari 14 pulau dan lebih dari 100 terumbu karang. Pulau-pulau tersebut memiliki jumlah luas daratan sebesar 2 km2 yang tersebar di wilayah sebesar 425,000 km2. Kepulauan ini terletak di garis lepas pantai Filipina, Malaysia, dan bagian selatan Vietnam 2. Kepulauan Paracel, yang terdiri dari sekitar 130 pulau kecil dan terumbu karang, yang sebagian besar dikelompokkan ke dalam kelompok Amphitrite timur laut atau kelompok Crescent barat. Mereka tersebar di wilayah maritim seluas sekitar km2, dengan luas tanah sekitar 7,75 km2. Kepulauan Paracel dimiliki dan dihuni oleh Republik Rakyat Cina 3. Kepulauan Pratas, yaitu kepulauan karang yang terletak di sebelah Tenggara dari Hong Kong. Kepulauan ini memiliki luas 590 hektar dan termasuk di dalamnya laguna seluas 160 hektar 4. Tepian Macclesfield, yaitu kumpulan terumbu karang yang berada di bawah permukaan laut dengan luas sekitar 6000 km2. Tepian Macclesfield terletak di Timur dari kepulaun Paracel dan Utara dari Kepulauan Spratly 5. Kepulauan Karang Scarborough, yang terletak di antara Tepian Macclesfield dan Pulau Luzon dam memiliki luas sekitar 150 km2 (Times, 2016) (Lihat Gambar 2.2 di Lampiran) Semua Kepulauan tersebut terdiri dari lebih dari 250 pulau dan pulau karang di Laut Cina Selatan, yang tidak memiliki penduduk asli, dan hanya beberapa di 13

3 antaranya yang memiliki persediaan air alami. Sebagian kecil dari pulau-pulau tersebut secara permanen berada di bawah permukaan laut, dan juga ada sebagian kecil yang akan terendam bila laut sedang pasang B. Nilai Penting Laut Cina Selatan Setiap negara yang melakukan klaim di Laut Cina Selatan, tidak hanya memperebutkan wilayah kosong. Ada beberapa faktor yang membuat Laut Cina Selatan memiliki nilai penting bagi negara-negara yang melakukan klaim. 1. Minyak Bumi dan Gas Alam Industri minyak bumi dan gas alam bisa menjadi penghasil tinggi devisa negara. Sehingga salah satu faktor paling penting yang menjadi alasan negara-negara melakukan klaim di wilayah Laut Cina Selatan adalah sumber daya minyak bumi dan gas alam. Sulit untuk menentukan jumlah minyak dan gas alam di Laut Cina Selatan karena adanya konflik yang menyebabkan terhambatnya eksplorasi. Sebagian besar sumber minyak yang ada saat ini berkumpul di bagian laut yang tidak diperebutkan, dekat dengan garis pantai negara-negara pesisir. AMDAL memperkirakan ada sekitar 11 miliar barel (bbl) cadangan minyak dan 190 triliun kaki kubik (Tcf) cadangan gas alam di Laut Cina Selatan. Angka-angka ini mewakili cadangan yang sudah terbukti dan yang masih kemungkinan. 14

4 Selain cadangan minyak dan gas alam, Laut Cina Selatan mungkin memiliki tambahan hidrokarbon di daerah yang belum di eksplorasi. Badan Survei Geologi A.S. (USGS) menganalisis potensi ladang minyak dan gas konvensional yang belum ditemukan di beberapa daerah di Asia Tenggara pada tahun Studi tersebut mencakup wilayah yang signifikan dari Laut Cina Selatan, yang diperkirakan oleh USGS antara 5 dan 22 miliar barel minyak dan antara 70 dan 290 triliun kaki kubik gas dalam sumber yang belum ditemukan (tidak termasuk Teluk Thailand dan daerah lain yang berdekatan dengan Laut Cina Selatan). Sumber daya tambahan ini tidak dianggap sebagai cadangan komersial saat ini karena tidak jelas bagaimana layak secara ekonomis untuk mengekstraknya. (Lihat Gambar 2.3 di Lampiran) Karena penilaian USGS tidak memeriksa keseluruhan area, sumber daya yang belum ditemukan masih bisa lebih besar. Pada bulan November 2012, Perusahaan Minyak Lepas Pantai Nasional China (CNOOC) memperkirakan bahwa wilayah tersebut memiliki sekitar 125 miliar barel minyak dan 500 triliun kaki kubik gas alam dalam sumber daya yang belum ditemukan, walaupun penelitian independen belum mengkonfirmasi angka ini. (Kramer, 2013) 2. Perikanan Untuk luas laut yang relatif kecil (sekitar 3 juta kilometer persegi), Laut Cina Selatan memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar jumlahnya. Kawasan ini merupakan rumah bagi setidaknya spesies ikan laut yang diketahui, dan pada 15

5 tahun 2012, diperkirakan 12% dari total tangkapan ikan di dunia, senilai US $ 21,8 miliar, berasal dari wilayah ini. Sumber daya hidup ini lebih berharga daripada uang, Mereka sangat penting untuk ketahanan pangan bagi populasi di sekitar pesisir laut yang berjumlah ratusan juta.memang, sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa negara-negara yang membaurkan Laut China Selatan termasuk yang paling bergantung di dunia pada ikan sebagai sumber nutrisi. Hal ini membuat populasi mereka sangat rentan terhadap malnutrisi karena penurunan ikan menurun. Perikanan ini juga mempekerjakan setidaknya 3,7 juta orang (hampir pasti meremehkan mengingat tingkat penangkapan ikan yang tidak dilaporkan dan ilegal di wilayah ini). C. Klaim-Klaim yang Menyebabkan Konflik di Laut Cina Selatan Konflik Laut Cina Selatan sendiri terjadi karena adanya perebutan wilayah antar beberapa negara yaitu RRC, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam yang memiliki klaim masing-masing. Dan setiap negara memiliki tujuan masing-masing dalam melakukan klaim wilayah di Laut Cina Selatan 1. Klaim Cina Cina menggunakan Nine-Dash Line sebagai dasar dari klaim mereka di Laut Cina Selatan. Nine-Dash Line sendiri berasal dari peta yang diterbitkan oleh pemerintah Republik Cina ( ) pada bulan Desember 1947 untuk mendukung klaimnya di Laut Cina Selatan. Peta tahun 1947 yang berjudul " Map of South China 16

6 Sea Islands" itu berasal dari yang peta berjudul "Map of Chinese Islands in the South China Sea" (Zhongguo nanhai daoyu tu) yang diterbitkan oleh Komite Inspeksi Tanah dan Air Republik Cina pada tahun Pada peta tersebut ada 11 garis yang menunjukan bagian mana saja dari Laut Cina Selatan yang merupakan wilayah Republik Cina. (Lihat Gamber 2.4 di Lampiran) Setelah Partai Komunis Cina mengambil alih daratan China dan membentuk Republik Rakyat Cina pada tahun 1949, 11 garis tersebut diadopsi dan direvisi hingga menjadi 9 garis lalu disahkan oleh Perdana Menteri RRC pertama, yaitu Zhou Enlai. Setelah berevakuasi ke Taiwan, Republik China melanjutkan klaimnya, dan Nine- Dash Line tetap menjadi alasan untuk mengklaim wilayah di Laut Cina Selatan. (Lihat Gambar 2.5 di Lampiran) Cina belum mempublikasikan secara geografis koordinat-koordinat dari 9 garis tersebut. Tapi bila diperkirakan garis putus-putus tersebut mencakup sekitar kilometer persegi ruang maritim, dan luasnya sekitar 22 persen luas daratan China. Ini merupakan persentase yang signifikan dari ruang maritim di Laut Cina Selatan. Tidak termasuk Pulau Taiwan dan Pulau Pratas (yang Cina sebut sebagai Dongsha Qundao), garis putus-putus tersebut meliputi sekitar 13 kilometer persegi dari luas daratan. Daratan tersebut termasuk Kepulauan Paracel (yang Cina sebut sebagai Xisha Qundao), Kepulauan Spratly (Nansha Qundao), dan Kepulauan Karang Scarborough (Huangyan Dao). Pulau terbesar di antara daratan tersebut 17

7 adalah Pulau Woody di Kepulauan Paracel, dengan luas 2,4 kilometer persegi. (Brown, 2008) Gambar 2.5. (sumber : The New York Times, 2011) Peta dengan 9 garis penghubung yang telah direvisi pada tahun 1949 Di bawah Presiden Lee Teng-hui, Taiwan menyatakan bahwa "secara hukum, historis, geografis, dan secara kenyataannya", semua wilayah Laut Cina Selatan termasuk juga Kepulauan Spratly adalah wilayah Taiwan dan di bawah kedaulatan Taiwan. Pernyataan tersebut dikeluarkan pada tanggal 13 Juli 1999 oleh Kementerian 18

8 luar negeri Taiwan. Klaim yang dimiliki oleh Taiwan sama persis dengan klaim yang dimiliki oleh RRC. Dan ketika RRC dan Taiwan melakukan pembicaraan yang melibatkan kepulauan Spratly, kedua negara setuju untuk bekerja sama satu sama lain karena keduanya memiliki klaim yang sama. (Sisci, 2010) Cina tidak pernah secara resmi menjelaskan arti dari garis tersebut, sehingga banyak peneliti masih mencoba untuk mendapatkan tujuan sebenarnya dari ninedash line dalam strategi Cina di Laut Cina Selatan. Namun kebanyakan ilmuwan percaya bahwa garis ini tidak dapat dianggap sebagai garis batas maritim karena melanggar undang-undang maritim, yang menyatakan bahwa garis batas nasional harus bersifat stabil dan pasti. Namun nine-dash line tidak stabil karena telah dikurangi dari sebelas tanda hubung hingga sembilan tanda hubung seperti yang disahkan oleh Zhou Enlai tanpa alasan apa pun. Bahkan nine-dash line tidak bias didefinisikan sebagai garis batas karena tidak memiliki koordinat geografis tertentu dan tidak memberitahukan bagaimana hal itu dapat dihubungkan jika itu adalah garis terus menerus. (Thayer, 2011) Sementara ini daerah di Laut Cina Selatan yang dikontrol oleh RRC adalah: 1. Pulau Woody, Pulau Lincoln, Kepulauan Duncan, Pulau Money, Pulau Pattle, dan Pulau Triton yang merupakan bagian dari Kepulauan Paracel 19

9 2. Pulau Fiery Cross, Pulau Subi, Pulau Mischief, Pulau Johnson Selatan, Pulau Gaven, Pulau Hughes, Pulau Guarteron yang merupakan bagian dari Kepulauan Spratly 3. Sebuah formasi terumbu karang yang terletak sekitar 230 kilometer dari Filipina dan kilometer dari pulau Hainan di China yang merupakan bagian dari Kepulauan Karang Scarborough. RRC memiliki beberapa kepentingan yang menjadi alasan untuk melakukan klaim wilayah di Laut Cina Selatan. Di bidang perikanan, RRC memiliki industri perikanan terbesar di dunia, menangkap sekitar 13,9 juta ton ikan pada tahun 2012, yang merupakan 17,4 persen dari total dunia. Bila RRC berhasil mendapatkan wilayah yang mereka klaim sesuai nine-dash line, maka RRC bisa meningkatkan industri mereka mengingat wilayah maritim yang mereka klaim di Laut Cina Selatan kaya akan sumber daya perikanan. Industri Bahan Bakar Minyak juga menjadi kepentingan RRC di Laut Cina Selatan. Pasalnya perusahaan negara yang dimiliki oleh RRC yaitu China National Offshore Oil Corporation (CNOOC), berusaha memindahkan platform minyak senilai 1 milliar dollar US yang bernama Haiyang Shiyou 98, ke perairan di dekat Kepulauan Paracel yang merupakan wilayah konflik Laut Cina Selatan. Vietnam yang juga memiliki klaim di daerah tersebut berusaha menghentinkan RRC menetapkan platform minyak-nya secara permanen di daerah tersebut. 20

10 Selain itu, RRC juga berusaha membangun industri pariwisata di Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratli, yang juga menimbulkan protes dari negara lain yang memiliki klaim di daerah tersebut 2. Klaim Taiwan Seperti Cina, Taiwan mengklaim kedaulatan atas semua kelompok pulau di Laut Cina Selatan dan wilayah hukum di perairan sekitarnya yaitu Kepulauan Spratly (Nansha), Kepulauan Paracel (Xisha), Kepulauan Pratas (Dongsha), dan Tepian Macclesfield Bank (Zhongsha). Pulau Taiping, yang juga dikenal dengan nama Itu Aba dan berbagai nama lainnya, merupakan formasi terbesar di kalangan Spratly. Saat ini Pulau Taiping sedang dikontrol dan dikelola oleh Taiwan, namun Pulau Taiping juga diklaim oleh China, Filipina dan Vietnam. Salah satu eksportir makanan laut terbesar di dunia, Taiwan merupakan rumah bagi armada kapal tuna terbesar di dunia, yang diperkirakan menghasilkan metrik ton makanan laut senilai $ 1,6 miliar pada tahun Bila berhasil menguasai wilayah perairan di Laut Cina Selatan, hal ini tentu akan meningkatkan potensi bidang perikanan Taiwan. Selain itu di sekitar Zona Ekonomi Ekslusif Itu Aba diyakini memiliki cadangan minyak dan gas alam yang signifikan. Satu lagi alasan bagi Taiwan untuk memenangkan klaim dan mempertahankan kedudukan mereka di Pulau Taiping atau Itu Aba 21

11 3. Klaim Filipina Filipina mengklaim kedaulatan atas bagian timur laut Kepulauan Spratly, yang dikelola oleh Filipina sebagai Kalayaan, dan Filipina juga mengklaim Kepulauan Karang Scarborough. Sementara itu daerah yang ada dalam kontrol Filipina adalah Pulau Thitu, Pulau West York, Pulau Karang Loaita, Pulau Karang Lankiam, Pulau Flat, Pulau Nanshan, Pulau Second Thomas, dan Tepian Komodor. (Lihat Gambar 2.6 di Lampiran) Di Pulau Thitu yang Filipina kontrol dan dinamakan daerah Kalayaan, terdapat sekitar 300 warga sipil Filipina yang menetap disana. Struktur sipil di pemukiman tersebut meliputi aula serbaguna, pusat kesehatan, sekolah, pabrik penyaringan air dan lahan pertanian. Selain itu juga terdapat pangkalan militer dan jalur tak beraspal sepanjang 1,3 kilometer untuk pesawat militer dan sipil. Bidang Perikanan juga merupakan salah satu faktor yang mendorng Filipina untuk melakukan klaim di daerah Laut Cina Selatan. Filipina memiliki industri perikanan terbesar ke-12 di dunia, yang menghasilkan sekitar 2,1 juta ton ikan pada tahun 2012, yang merupakan 2,67 persen dari total dunia. Filipina juga telah mengeksplor deposit minyak dan gas bumi di sepanjang Reed Bank sejak tahun 1970an. Meskipun wilayah tersebut belum sepenuhnya disurvei, Filipina telah mengekstraksi gas bumi dari perairan antara Pulau Palawan dan Reed Bank. 22

12 4. Klaim Vietnam Vietnam melakukan klaim terhadap Kepulauan Paracel dan Spratly serta perairan di sekitarnya.sikap resmi Vietnam mengenai kedaulatan atas Kepulauan Paracel dan Spratly pertama kali terlihat dalam sebuah White Paper yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Vietnam pada tahun Seperti China, Vietnam mendasarkan klaimnya pada bukti sejarah, perkembangan ekonomi dan pengakuan internasional. (Lihat Gambar 2.7 di Lampiran) Sama seperti negara-negara lain yang memlakukan klaim di Laut Cina Selatan, Vietnam juga memiliki kepentingan di Bidang Perikanan dalam melakukan klaim. Vietnam memiliki industri perikanan terbesar ke-9 di dunia, yang menghasilkan sekitar 2,4 juta ton ikan pada tahun 2012, yang merupakan 3,03 persen dari total dunia. Tidak hanya perikanan, minyak mentah juga menjadi kepentingan Vietnam di konflik Laut Cina Selatan karena minyak mentah adalah generator mata uang asing terbesar di Vietnam. Perusahaan asing seperti BP, yang melakukan survei eksplorasi di perairan sengketa, telah dipaksa untuk menarik platform pengeboran lepas pantai mereka karena adanya tekanan dari China. 5. Klaim Brunei Brunei melakukan klaim atas sepotong persegi empat laut yang disengketakan sesaat setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun Beberapa fitur 23

13 laut seperti Bombay Castle, Kepulauan Karang Louisa, Kepulauan Karang Owen, dan Tepian Rifleman, semuanya termasuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif Brunei, namun Brunei hanya mengklaim Louisa Reef, yang terletak di atas landas kontinentalnya. Namun Louisa Reef adalah bagian dari Kepulauan Spratly, yang juga diklaim oleh Cina dan Vietnam. Brunei adalah satu-satunya negara yang memiliki klaim namun tidak menempati fitur maritim atau mempertahankan kehadiran militer di wilayah tersebut. Hidrokarbon merupakan salah satu sumber keuntungan terbesar negara Brunei, yaitu sekitar 60 persen produk domestik bruto (PDB) dan 90 persen dari total keuntungan ekspor. Sehingga sangat penting bagi Brunei untuk melindungi daerah yang ada di Zona Ekonomi Eksklusif mereka dari klaim-klaim negara lain, untuk menjaga sumber daya hidrokarbon yang ada di daerah tersebut 6. Klaim Malaysia Malaysia mengklaim sebagian dari Laut Cina Selatan di utara Borneo, yang mencakup setidaknya 12 fitur laut yang termasuk ada di dalam Kepulauan Spratly, seperti Pulau Karang Amboyna yang dikontrol Vietnam dan Pulau Karang Barque Canada, bersama dengan Pulau Karang Commodore dan Rizal, yang keduanya diduduki oleh Filipina. Bidang perikanan juga menjadi kepentingan Malaysia, dimana Malaysia adalah produsen perikanan tangkapan laut terbesar ke 15 di dunia. Malaysia 24

14 menghasilkan 1,5 juta ton ikan pada tahun 2012, mewakili 1,85 persen dari total produksi global untuk tahun itu. (Cobus, 2013) Bila disimpulkan, konflik yang ada di Laut Cina Selatan meliputi : 1. Area "nine-dash line yang diklaim oleh Republik Rakyat Cina, yang mencakup sebagian besar Laut Cina Selatan dan memasuki klaim zona ekonomi eksklusif Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. 2. Batas laut sepanjang pantai Vietnam yang diperebutkan oleh RRC, Taiwan, dan Vietnam. 3. Batas laut utara Kalimantan yang diperebutkan oleh RRC, Malaysia, Filipina, dan Taiwan. 4. Kepulauan, terumbu karang, bank dan kawanan di Laut Cina Selatan, termasuk Kepulauan Paracel, Kepulauan Pratas, tepian Macclesfield, Kepulauan Karang Scarborough dan Kepulauan Spratly yang diperebutkan oleh RRC, Taiwan, dan Vietnam, dan sebagian wilayah tersebut juga diperebutkan oleh Malaysia dan Filipina. 25

15 Gambar 2.8 (sumber : Independent Statistics and Analysis, 2010 ) Peta yang menunjukan klaim masing-masing negara yang terlibat di konflik Laut Cina Selatan 5. Batas laut di perairan utara Kepulauan Natuna yang diperebutkan oleh RRC, Indonesia dan Taiwan 6. Batas laut lepas pantai Palawan dan Luzon yang diperebutkan oleh antara RRC, Filipina, dan Taiwan. 26

16 7. Batas laut dan kepulauan di Selat Luzon yang diperebutkan oleh RRC, Filipina, dan Taiwan (Times, 2016) (Lihat Gambar 2.8 di Lampiran) 27

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan

BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN A. Sejarah Konflik Laut Cina Selatan Berbicara tentang konflik LCS tentu tidak bisa dilepaskan dengan penetrasi yang di lakukan oleh Tiongkok atas klaim sepihak mereka

Lebih terperinci

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara dalam melakukan hubungan-hubungan yang sesuai kaidah hukum internasional tidak terlepas dari sengketa. Seperti halnya manusia sebagai makhluk individu,

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PEREBUTAN PENGARUH DI PERAIRAN NATUNA. Landasan hukum tentang peraturan perbatasan laut tiap-tiap negara yang

BAB III DINAMIKA PEREBUTAN PENGARUH DI PERAIRAN NATUNA. Landasan hukum tentang peraturan perbatasan laut tiap-tiap negara yang BAB III DINAMIKA PEREBUTAN PENGARUH DI PERAIRAN NATUNA Landasan hukum tentang peraturan perbatasan laut tiap-tiap negara yang seringkali diabaikan oleh negara-negara yang bertetangga secara maritime seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km² dan mempunyai kedalaman sekitar meter. 1 Laut China Selatan

BAB I PENDAHULUAN. juta km² dan mempunyai kedalaman sekitar meter. 1 Laut China Selatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laut China Selatan terletak di antara Samudera Pasifik di sebelah Timur dan Samudera Hindia di sebelah Barat. Laut China Selatan memiliki luas 3.447 juta km²

Lebih terperinci

BAB II KLAIM TIONGKOK TERHADAP LAUT CHINA SELATAN DAN NATUNA. Dalam bab ini akan dijelaskan alasan Tiongkok mengklaim wilayah Laut China Selatan

BAB II KLAIM TIONGKOK TERHADAP LAUT CHINA SELATAN DAN NATUNA. Dalam bab ini akan dijelaskan alasan Tiongkok mengklaim wilayah Laut China Selatan BAB II KLAIM TIONGKOK TERHADAP LAUT CHINA SELATAN DAN NATUNA Dalam bab ini akan dijelaskan alasan Tiongkok mengklaim wilayah Laut China Selatan serta memasukkan perairan Natuna kedalam peta Nine-Dashed

Lebih terperinci

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pertahanan negara. Salah satu keuntungannya adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pertahanan negara. Salah satu keuntungannya adalah sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Montevideo tahun 1933 tentang Hak dan Kewajiban Negara salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam terbentuknya suatu negara adalah wilayah.

Lebih terperinci

BAB III KEPENTINGAN FILIPINA DI LAUT CHINA SELATAN

BAB III KEPENTINGAN FILIPINA DI LAUT CHINA SELATAN BAB III KEPENTINGAN FILIPINA DI LAUT CHINA SELATAN Dilihat dari kondisi dan ukurannya, sebagian besar Kepulauan Spratly tidak lebih dari pulau-pulau kecil, bukit-bukit pasir, batu karang, dan atoll yang

Lebih terperinci

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut dalam perkembangannya kini tidak lagi berfungsi hanya

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut dalam perkembangannya kini tidak lagi berfungsi hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah laut dalam perkembangannya kini tidak lagi berfungsi hanya sebagai sumber mata pencaharian untuk menangkap ikan, lalu lintas perdagangan dan pelayaran internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi sebagian wilayah dari Singapura dan Selat Malaka hingga ke Selat Taiwan dengan luas

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH KONFLIK LAUT CHINA SELATAN

BAB II SEJARAH KONFLIK LAUT CHINA SELATAN BAB II SEJARAH KONFLIK LAUT CHINA SELATAN Menurut Biro Hidrografis Internasional (the International Hydrographic Bureau) Laut China Selatan didefinisikan sebagai perairan yang memanjang dari barat daya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

Ketika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan. I Made Andi Arsana, Ph.D.

Ketika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan. I Made Andi Arsana, Ph.D. Ketika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan I Made Andi Arsana, Ph.D. Jutaan orang menyaksikan debat capres ketiga tanggal 22 Juni lalu. Temanya, setidaknya menurut saya, sangat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB III ISU PERBATASAN LAUT CINA SELATAN CINA-ASEAN. ASEAN secara komprehensif, konflik ini sebenarnya lebih terpusat pada tumpang tindih

BAB III ISU PERBATASAN LAUT CINA SELATAN CINA-ASEAN. ASEAN secara komprehensif, konflik ini sebenarnya lebih terpusat pada tumpang tindih BAB III ISU PERBATASAN LAUT CINA SELATAN CINA-ASEAN Konflik di Laut Cina Selatan dapat di kategorikan dalam 4 Hal ; Perebutan wilayah, lokasi untuk perikanan, eksplorasi dan pengembangan minyak, dan gas.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sengketa Internasional Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional merupakan suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2008 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik

BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN Meskipun tidak memiliki klaim di wilayah tersebut Amerika Serikat tetap secara terbuka menunjukan keterlibatannya di konflik Laut Cina Selatan.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. A. Penyebab Sengketa Cina dan Filipina terhadap kepemilikan Laut Cina. 1. Tinjauan umum sengketa Laut Cina Selatan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. A. Penyebab Sengketa Cina dan Filipina terhadap kepemilikan Laut Cina. 1. Tinjauan umum sengketa Laut Cina Selatan 19 BAB IV HASIL DAN ANALISIS A. Penyebab Sengketa Cina dan Filipina terhadap kepemilikan Laut Cina Selatan 1. Tinjauan umum sengketa Laut Cina Selatan Konflik di Laut Cina Selatan telah dimulai sejak akhir

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Kunci Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI

Kunci Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI Kunci Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI A. Pilihan Ganda 1. a. Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah pada tahun 1960 jumlah provinsi di Indonesia menjadi 21 karena adanya pemekaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim terbesar ketiga di dunia yang memiliki luas laut mencapai 7.827.087 km 2 dengan jumlah pulau sekitar 17.504 pulau. Garis pantainya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km 2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki

Lebih terperinci

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang Bahasa resmi Lagu kebangsaan Agama Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang merupakan satu kesatuan dan harus dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara Indonesia yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM JURNAL KEABSAHAN TENTANG PENETAPAN SEMBILAN GARIS PUTUS-PUTUS LAUT CINA SELATAN OLEH REPUBLIK RAKYAT CINA MENURUT UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982 (UNCLOS III) Disusun oleh : MELDA

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK LAUT CINA SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA. Taiwan, Cina, Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Malaysia, Indonesia,

BAB II KONFLIK LAUT CINA SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA. Taiwan, Cina, Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Malaysia, Indonesia, BAB II KONFLIK LAUT CINA SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP INDONESIA 2.1. Profil dan Potensi Laut Cina Selatan. Kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi oleh beberapa negara pantai yaitu Taiwan, Cina, Thailand,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI PERATURAN PRESIDEN NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BERTUGAS DALAM OPERASI PENGAMANAN PADA PULAU-PULAU KECIL

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the La

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the La BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.503, 2014 KEMEN.KP. Perikanan Negara Republik Indonesia. Wilayah Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman Romawi, penguasaan laut belum menimbulkan persoalan perlintasan laut, karena kekuatan Romawi sebagai kekuasaan kekaisaran (imperium) masih menguasai Laut

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba menarik kesimpulan, yaitu: Pertama, telah terjadinya pelanggaran klaim kedaulatan wilayah yang dilakukan

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.503, 2014 KEMEN.KP. Perikanan Negara Republik Indonesia. Wilayah Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

Menyoal Konflik Indonesia di Laut Cina Selatan

Menyoal Konflik Indonesia di Laut Cina Selatan Menyoal Konflik Indonesia di Laut Cina Selatan Konflik di Laut Cina Selatan muncul saat China mengklaim kedaulatan atas kawasan laut serta wilayah di kepulauan Paracel (Xisha) dan Spratly (Nansha) dua

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dua pertiga wilayahnya merupakan lautan dan luas perairan lautnya mencapai 5.8 juta km 2 termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Pembangunan nasional tahun 2015-2017 menekankan kepada penguatan sektor domestik yang menjadi keunggulan komparatif Indonesia, yaitu ketahanan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.508 buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur pulau-pulau yang tersebar luas dalam jumlah lebih dari 13.000 pulau besar dan pulau kecil, dengan garis pantai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI Amalia Adininggar Widyasanti Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerjasama

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

Kepentingan Vietnam Dalam Konflik Laut China Selatan

Kepentingan Vietnam Dalam Konflik Laut China Selatan Kepentingan Vietnam Dalam Konflik Laut China Selatan I Gede Made Dwi Jaya Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email: dwijaya1990@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI KONFLIK LAUT CINA SELATAN THE FACTORS BEHIND THE INVOLVEMENT OF UNITED STATES OF

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI KONFLIK LAUT CINA SELATAN THE FACTORS BEHIND THE INVOLVEMENT OF UNITED STATES OF FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI KONFLIK LAUT CINA SELATAN THE FACTORS BEHIND THE INVOLVEMENT OF UNITED STATES OF AMERICA IN SOUTH CHINA SEA Naufal Hibatullah Ilmu Hubungan

Lebih terperinci

POSISI INDONESIA DALAM KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN

POSISI INDONESIA DALAM KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN POSISI INDONESIA DALAM KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN Yuniarti Dwi Pratiwi 1 Abstrak: Kawasan Laut Tiongkok Selatan (LTS) ditinjau dari aspek ekonomi memiliki nilai strategis terhadap perkembangan ekonomi

Lebih terperinci

KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN YANG MELATARBELAKANGI KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI KONFLIK LAUT CINA SELATAN

KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN YANG MELATARBELAKANGI KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI KONFLIK LAUT CINA SELATAN KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN YANG MELATARBELAKANGI KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI KONFLIK LAUT CINA SELATAN The Factor Of Trade Route Interest Behind The Involvement Of United States Of America In South

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Data & Fakta Jumlah kapal niaga internasional maupun domestik mencapai 11.300 unit, atau naik sekitar 80 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2005 Data Indonesia National

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2014 TENTANG WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2014 TENTANG WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2014 TENTANG WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. Semua negara yang terlibat di konflik Laut Cina Selatan memiliki klaim

BAB IV KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. Semua negara yang terlibat di konflik Laut Cina Selatan memiliki klaim BAB IV KEPENTINGAN JALUR PERDAGANGAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN Semua negara yang terlibat di konflik Laut Cina Selatan memiliki klaim dengan tujuan mendapatkan wilayah. Serta ada faktor lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik,

BAB I PENDAHULUAN. Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laut memiliki peranan penting baik itu dalam sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Karenanya, segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut adalah kumpulan air asin dan menyatu dengan samudera. Dari waktu ke waktu, terjadi perkembangan yang signifikan terhadap fungsi atau peranan laut. Adapun fungsi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 T E N T A N G KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I B A N G K A, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III JALUR ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI) dapat segera membuka jalur ALKI Timur Barat, atau jalur ALKI IV.

BAB III JALUR ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI) dapat segera membuka jalur ALKI Timur Barat, atau jalur ALKI IV. BAB III JALUR ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI) Bab ini akan membahas tentang jalur-jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang telah diberlakukan atau telah dibuka. Mulai dari jalur ALKI I, ALKI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY

KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY KONFLIK NEGARA-NEGARA ASEAN DAN CHINA TERHADAP KEPULAUAN SPRATLY Oleh : Ady Muzwardi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Maritim Raja Ali Haji Abstrak Today s regional security in Asia Pasific is very

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar ekonomi dunia yang semakin terbuka di era globalisasi sekarang ini menuntut para pelaku usaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam rangka memenangkan

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA KONFLIK LAUT CHINA SELATAN

BAB III DINAMIKA KONFLIK LAUT CHINA SELATAN BAB III DINAMIKA KONFLIK LAUT CHINA SELATAN Situasi Laut China Selatan dewasa ini tidak stabil bahkan kawasan ini telah menjadi ajang perebutan wilayah oleh beberapa negara Asia Timur dan Asia Tenggara.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya

berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat

Lebih terperinci