BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Temuan Studi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS KETERKAITAN ANTAR INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KETERKAITAN ANTARA INDUSTRI ASING DAN INDUSTRI LOKAL DI KOTA BATAM PL40Z1 TUGAS AKHIR. Oleh: Ali Rizki Pratama

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

BAB V PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGKALAN SEBAGAI DAERAH LOKASI KEGIATAN INDUSTRI DI PROPINSI JAWA TIMUR TERKAIT RENCANA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Sisa dan Skrap Logam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 199

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain.

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

PENINGKATAN SDM IKM KAROSERI KE JAWA TIMUR

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja

BAB I PENDAHULUAN. merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BAB V PERANCANGAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS PERILAKU MODEL. V.1 Arah Kebijakan Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan Kedirgantaraan (IATDK)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. dan restoran mengalami peningkatan kontribusi. Demikian juga pertanian, listrik,

INDUSTRI.

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

SAMBUTAN MENTERIPERINDUSTRIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan pada saat ini sedang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Industri Galangan. Jajang Yanuar Habib Abstrak. Kata Kunci: Perkapalan, Industri, Kebijakan LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi industri-industri secara keseluruhan, baik untuk infrastruktur

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PMK.010/2018 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

BAB 4 ANALISA. Pada bab ini akan dilakukan analisa berdasarkan hasil dari pengolahan data pada bab sebelumnya.

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB 2 KETENTUAN UMUM

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan penutup dari studi yang dilakukan dimana akan dipaparkan mengenai temuan studi yang dihasilkan dari proses analisis terutama untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, kesimpulan yang dapat ditarik, rekomendasi yang dapat diberikan pada Pemerintah Kota Batam maupun pada sektor industri di Kota Batam, keterbatasan studi yang terjadi, serta rekomendasi mengenai studi lanjutan yang dapat memperkuat temuan studi sekaligus untuk memperbaiki kelemahan studi. 5.1 Temuan Studi Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan terdapatnya keterkaitan antara industri asing dan industri lokal dengan besaran keterkaitan yang berbeda-beda pada tiap subsektor industri yang dipengaruhi oleh beberapa faktor terjadinya keterkaitan antar industri. Kota Batam sendiri sebagai wilayah studi secara umum telah dapat menyediakan dukungan bagi tumbuh dan berkembangnya industriindustri yang memiliki keterkaitan antar industri tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai temuan studi yang didapatkan akan dipaparkan satu persatu sebagai berikut: 1. Terdapatnya keterkaitan pada tiap subsektor industri. Berdasarkan hasil analisis, dari enam subsektor industri yang diduga memiliki keterkaitan antara industri asing dan industri lokal terbukti terdapat keterkaitan pada keseluruhan subsektor industri dengan besaran keterkaitan yang berbeda. Subsektor industri yang memiliki keterkaitan di Kota Batam adalah subsektor industri kertas, industri logam, industri besi baja, industri mesin, industri elektronika, dan industri kendaraan. 61

62 2. Terdapatnya perbedaaan besaran keterkaitan tiap subsektor industri. Perbedaan tersebut terjadi disebabkan perbedaan tiap subsektor industri dalam memenuhi indikator keberadaan keterkaitan. Subsektor industri yang memiliki keterkaitan besar adalah subsektor industri kertas, mesin, dan elektronika, keterkaitan sedang terbentuk pada subsektor industri logam, sedangkan keterkaitan rendah terbentuk pada subsektor industri besi baja dan industri kendaraan. Keterkaitan sedang yang terbentuk di subsektor industri logam disebabkan perbedaan antara barang produksi yang dihasilkan oleh industri lokal dengan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri asing. Keterkaitan rendah pada subsektor industri besi baja dan industri kendaraan disebabkan selain adanya perbedaan antara barang produksi yang dihasilkan oleh industri lokal dengan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri asing juga disebabkan minimnya penggunaan tenaga kerja lokal pada industri lokal yang bergerak di kedua subsektor. 3. Terdapatnya faktor yang mempengaruhi besaran keterkaitan industri Perbedaan besaran keterkaitan yang terjadi pada subsektor industri disebabkan oleh empat faktor, yakni: 1) Siklus permintaan bahan baku industri asing yang terkait dengan siklus produksi barang jadi industri lokal. Sebagian besar keterkaitan antara industri asing dan industri lokal terjadi pada siklus tahunan, yakni subsektor industri kertas, besi baja, elektronika, dan kendaraan. Sementara itu pada subsektor industri logam terjadi keterkaitan pada siklus harian yang disebabkan tidak menentunya permintaan akan barang produksi industri logam. 2) Asal bahan baku industri asing terkait dengan target pemasaran barang produksi industri lokal. Sebagian besar keterkaitan antara industri asing dan industri lokal terjadi pada pasar Kota Batam. Artinya, asal bahan baku yang digunakan industri asing dan target pemasaran barang produksi industri lokal diutamakan pada pasar lokal. Hal ini

63 bertujuan untuk menekan biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh masing-masing industri terkait. 3) Prioritas pemilihan bahan baku industri asing terkait dengan prioritas produksi barang jadi industri lokal. Secara umum belum ditemukan kesamaan antara kedua prioritas tersebut, dimana industri lokal mengutamakan faktor kualitas dan harga dalam menghasilkan barang produksi dengan tujuan agar barang hasil produksinya dapat bersaing di pasar Kota Batam yang cukup ketat. Sedangkan industri asing lebih mementingkan kontinuitas penyediaan dan kualitas bahan baku untuk menjaga kontinuitas produksi yang dihasilkan, mengingat industri asing lebih memfokuskan barang produksinya untuk dipasarkan keluar dari Kota Batam. 4) Prioritas pemilihan tenaga kerja industri lokal. Dalam memilih tenaga kerja yang dipekerjakan, industri lokal memprioritaskan keterampilan yang dimiliki dan jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh tenaga kerja. Kedua kriteria ini dibuat agar pengoperasian mesin-mesin produksi berteknologi sedang sampai tinggi yang digunakan oleh industri tersebut dapat menghasilkan efektifitas dan efisiensi produksi yang tinggi. 4. Kota Batam memiliki potensi yang sesuai bagi pengembangan subsektor industri yang memiliki keterkaitan antar industri. Kota Batam mampu menyediakan keempat faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi dalam pendirian industri baru di wilayah studi, yakni faktor ketenagakerjaan, faktor bahan baku dan energi, faktor sarana prasarana, serta faktor kebijaksanaan pemerintah. Didalam faktor ketenagakerjaan, kualitas yang dimiliki oleh tenaga kerja di Kota Batam telah dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan terakhir SMA atau akademi yang dibutuhkan oleh sektor industri, hanya saja kuantitas tenaga kerja saat ini masih kurang dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri. Namun pada masa depan diprediksikan

64 Kota Batam dapat memenuhi baik kuantitas maupun kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sektor industri. Bahan baku yang dibutuhkan oleh industri asing dan industri lokal pun sebagian besar telah dimiliki oleh Kota Batam, kecuali bahan baku bubur kertas yang dibutuhkan oleh industri kertas lokal dan bahan baku fibreglass yang dibutuhkan oleh industri kendaraan asing. akibatnya kedua industri ini masih harus mengimpor bahan bakun yang dibutuhkannya dari luar Kota Batam. Pada sektor energi, Kota Batam telah dapat menyediakan kebutuhan energi listrik untuk sektor industri di masa kini maupun masa depan. Sedangkan energi listrik yang dibutuhkan oleh sektor industri pada masa kini masih belum dapat dipenuhi dengan baik, namun hal ini direncanakan akan dapat terpenuhi di masa depan. Sedangkan sektor sarana dan prasarana darat dan laut merupakan sektor dengan dukungan paling rendah yang dapat diberikan oleh Kota Batam kepada sektor industri diakibatkan banyaknya jalan yang berada pada kondisi rusak dan ketidakmampuan pelabuhan kargo yang ada untuk menampung kapal-kapal kargo bermuatan besar yang digunakan oleh transportasi bahan baku dan barang produksi industri. Faktor kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah dirasakan sudah sesuai dan sangat mendukung perkembangan sektor perindustrian. 5.2 Kesimpulan Temuan studi yang didapatkan memperlihatkan bahwa keterkaitan antara industri asing dan industri lokal di Kota Batam sudah terbentuk, hanya saja terdapat perbedaan dalam besaran keterkaitan yang disebabkan oleh beberapa faktor penentu. Kota Batam sendiri sebagai wilayah industri dimana keterkaitan antara industri asing dan industri lokal terbentuk dapat memberikan dukungan yang cukup baik bagi pengembangan subsektor industri di masa kini maupun pada rencana masa depan. Kondisi ini menunjukkan bahwa investasi asing yang masuk ke Kota Batam dalam bentuk industri dapat menjadi leading sector bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Kota Batam.

65 Terbentuknya keterkaitan pada industri asing dan industri lokal akan mendorong pertumbuhan di sektor-sektor lainnya di Kota Batam dikarenakan adanya permintaan turunan secara langsung maupun tidak langsung oleh sektor perindustrian. Hanya saja masih diperlukan perhatian dari Pemerintah Kota Batam untuk memudahkan masuknya bahan baku industri yang dibutuhkan yang tidak dapat disediakan di Kota Batam, serta pentingnya realisasi rencana pengembangan sarana dan prasarana di Kota Batam agar dapat mendukung keterkaitan antara industri asing dan industri lokal pada masa depan. Industri lokal juga diharapkan dapat mengubah perilaku produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan bahan baku yang diperlukan oleh industri asing. 5.3 Rekomendasi Kesimpulan yang didapatkan dari studi ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan sektor industri di Kota Batam saat ini sudah cukup besar, hanya saja untuk lebih dapat menstimulasi pertumbuhan sektor industri di masa yang akan datang terutama pada subsektor industri yang memiliki keterkaitan antara industri asing dan industri lokal dibutuhkan langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kota Batam dan industri lokal yang terdapat di wilayah studi sehingga Kota Batam dimasa depan akan menjadi lebih menarik bagi masuknya invetasi asing dalam bentuk industri. Langkah-langkah perbaikan ini diharapkan dapat memberikan stimulan agar terbentuk keterkaitan-keterkaitan baru antar industri asing dan industri lokal sekaligus mempertahankan keterkaitan pada subsektor industri yang telah ada sebelumnya sehingga akan berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan Kota Batam. Langkah-langkah yang disarankan untuk dilakukan sehingga dapat terbentuk kondisi yang ideal untuk membentuk keterkaitan industri asing dan industri lokal dimasa yang akan datang, meliputi: 1. Menciptakan linkage yang lebih baik pada subsektor industri Industri yang ada di Kota Batam harus dapat menjaga keberadaan keterkaitan besar antara industri asing dan industri lokal yang telah

66 dimiliki subsektor industri kertas, mesin, dan elektronika. Sedangkan pendekatan yang harus diambil bagi keterkaitan sedang yang terbentuk pada subsektor industri logam adalah mengarahkan industri logam lokal untuk meningkatkan volume produksinya sekaligus merubah jenis barang produksi yang dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri logam lokal, sedangkan keterkaitan rendah yang terbentuk pada subsektor industri besi baja dan industri kendaraan dapat ditingkatkan dengan cara mengarahkan industri lokal pada kedua sektor tersebut untuk meningkatkan volume dan kualitas produksinya agar memenuhi kriteria bahan baku industri asing. Selain itu, subsektor besi baja dan industri kendaraan diharapkan dapat mempekerjakan tenaga kerja lokal dengan kuantitas yang lebih besar. 2. Mengubah prioritas barang produksi industri lokal Prioritas barang produksi yang dihasilkan oleh industri lokal adalah kualitas dan harga barang produksi yang dihasilkan dan prioritas ini hendaknya diubah sehingga dapat sesuai dengan prioritas bahan baku industri asing yang mengutamakan kontinuitas dan kualitas penyediaan bahan baku. Selain berdampak baik bagi terbentuknya keterkaitan antar sektor industri, hal ini juga dapat berdampak bagi peningkatan keuntungan industri lokal yang dapat meningkatkan harga barang produksinya, mengingat industri asing menganggap bahwa harga bahan baku di Kota Batam masih relatif murah. Namun peningkatan harga barang produksi ini juga masih harus dalam batas kewajaran, karena jika harga bahan baku di Kota Batam sudah kurang kompetitif maka hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan industri asing untuk memilih mengimpor bahan baku dari luar Kota Batam sekaligus menurunkan besaran keterkaitan yang telah terjadi.

67 3. Mempermudah masuknya bahan baku yang tidak mampu diproduksi oleh industri lokal Bahan baku yang dibutuhkan oleh industri kertas lokal berupa bubur kertas dan bahan baku fibreglass yang dibutuhkan oleh industri kendaraan asing belum dapat disediakan di Kota Batam. Bahan baku bubur kertas tidak potensial untuk disediakan di Kota Batam karena jenis industri yang dapat menghasilkan bubur kertas ini merupakan tergolong dalam Negative List industri yang tidak direkomendasikan untuk dikembangkan di Kota Batam. Karena itu, Pemerintah Kota Batam diharapkan dapat memudahkan proses impor bahan baku bubur kertas, misalnya dengan tidak mengenakan bea impor pada jenis bahan baku tersebut. Pada sisi lain, bahan baku fibreglass sendiri telah tersedia di Kota Batam, namun kualitasnya belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh industri asing, sehingga jenis bahan baku ini juga perlu diberikan keringanan impor yang sama. Namun perlu ada usaha dari industri kendaraan di Kota Batam untuk menyediakan jenis bahan baku ini, sehingga nantinya Pemerintah Kota Batam dapat mencabut kemudahan proses impor pada jenis bahan baku fibreglass sehingga dapat mendorong terjadinya keterkaitan baru antara industri asing dan industri lokal pada subsektor industri kendaraan. 4. Menyediakan tenaga kerja berkualitas dengan jumlah yang sesuai Pemerintah Kota Batam diharapkan dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja dengan tingkat pendidikan SMA atau akademi yang dibutuhkan oleh sektor industri. Peningkatan mutu sekolah, penambahan jumlah SMA dan akademi yang ada, serta pengadaan pelatihan-pelatihan kerja merupakan beberapa cara yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja. Kuantitas tenaga kerja harus disediakan dalam jumlah yang memadai karena dapat menyebabkan kelangkaan tenaga kerja apabila ketersediaan tenaga kerja terlalu kecil dan sebaliknya

68 dapat menyebabkan banyak pengangguran apabila tenaga kerja yang tersedia terlalu berlebihan. 5. Merealisasikan rencana pengembangan Kota Batam Pemerintah Kota Batam diharapkan konsisten dalam merealisasikan rencana pengembangan sektor energi air, listrik, serta sarana dan prasarana transportasi laut dan darat, mengingat faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh bagi pemilihan lokasi industri di wilayah studi. Selain itu diharapkan pula pemberlakuan berbagai peraturan dan kebijakan yang dapat mendorong tumbuhnya sektor industri baru. Apabila Kota Batam telah dapat memenuhi keseluruhan faktor pemilihan lokasi industri tersebut maka diharapkan dapat menarik masuknya investasi industri baru ke wilayah studi. 5.3 Keterbatasan Studi Keterbatasan studi ini terletak pada banyaknya asumsi yang digunakan dalam menyatakan terjadinya keterkaitan antar industri maupun pada faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi industri. Lebih lanjut, studi ini lebih memberikan gambaran akan kondisi perindustrian saat studi dilakukan, sehingga hasil studi yang berbeda dapat terjadi apabila studi dilakukan dalam jangka waktu yang berbeda. Sementara itu, masih tertutupnya industri asing dan industri lokal yang ada menyebabkan keterbatasan jumlah industri yang diwawancarai. Akibatnya, beberapa penilaian yang dilakukan dalam studi subjektif berdasarkan narasumber industri yang berhasil diwawancarai saja. Studi dengan jumlah responden yang lebih banyak mungkin dapat menghasilkan temuan analisis yang berbeda. Studi ini juga terbatas pada industri berskala besar dan tidak menyentuh industri skala menengah dan kecil yang ada di wilayah studi.

69 5.4 Rekomendasi Studi Lanjutan Keterbatasan yang terdapat pada studi ini mengakibatkan diperlukannya studi lanjutan untuk mendukung, memperkuat, serta menyempurnakan temuan studi yang dihasilkan pada studi ini. Studi-studi lanjutan yang disarankan untuk dilakukan adalah: 1. Studi keterkaitan antar industri lokal di Kota Batam. 2. Studi pengaruh industri kecil dan menengah terhadap perkembangan sektor industri di Kota Batam. 3. Studi pengaruh otonomi daerah terhadap perkembangan sektor industri di Kota Batam.