BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berorganisasi dengan variabel pemoderasi generasi X dan Y. Dari hasil analisis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepercayaan guru pada pimpinan. 4. Kepercayaan guru pada pimpinan memediasi sebagian (partial

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Bab 6 ini akan membahas mengenai simpulan, keterbatasan, implikasi dan saran pada

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. afektif guru SMKN 1 Tasikmalaya.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

Presented by : M Anang Firmansyah KOMITMEN KARYAWAN

BAB II LANDASAN TEORI

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang dilakukan di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta. Kuesioner yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis, pengujian, dan pembahasan sebelumnya, maka

BAB V PENUTUP. di perusahaan dan juga kaitannya dengan aspek penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. kesimpulan deskriptif dan kesimpulan hipotesis. Penelitian ini didominasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pemahaman mengenai hasil penelitian. Penelitian ini membahas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan keluarga sering dianggap memiliki gaya manajemen kelas dua

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, seperti perguruan tinggi setara S-2 dan S-1, SLTA, sekolah kejuruan,

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak

Abstrak. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior.

BAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. kewargaan organisasional serta pengaruh pemediasian komitmen organisasional

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang

kepemimpinan partisipatif cenderung melakukan tugasnya dengan maksimal dibandingkan karyawan yang psikologisnya tidak diberdayakan. 2. Pemberdayaan ps

BAB V PENUTUP. Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan potensi yang terkandung dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak ada satupun formula yang mujarab untuk menjamin

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

: Pengaruh Keseimbangan Kehidupan-Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan di Hotel Mercure Kuta ABSTRAK

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DI GRESIK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. generasi Baby Boomers, X, Y dan Z. Sedangkan angkatan kerja usia produktif yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Naderi, et al. (2014) Dalam dunia organisasi modern,

BAB V PENUTUP. a. Diketahui bahwa kebanyakan responden menjawab selalu dan sering. untuk melakukan upaya minimal agar tetap dapat bekerja.

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pada dasarnya merupakan sekumpulan individu yang berkumpul

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

sekolah, maka semakin baik pula kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka segala upaya terus dilakukan untuk menciptakan sumber daya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1) Penelitian ini menguji dan menganalisa pengaruh positif. kepemimpinan transformasional pada perilaku kewargaan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

BAB V PENUTUP. karyawan PT. Asuransi Kesehatan (Persero) Cabang Utama Jakarta Pusat maka dapat. besar responden adalah wanita.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting bagi perekonomian dan dianggap sebagai aktivitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. daya (recouces) yang dapat dioptimalkan dalam organisasi. tujuannya, maka posisi dan peran sumberdaya manusia (human recources)

BAB V PENUTUP. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui survey kepada

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Organizational Commitment. Menurut (Fry, 2003) mendefinisikan organizational

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan semakin pesatnya perkembangan lingkungan bisnis yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling

BAB VI SIMPULAN DAN IMPLIKASI. Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: akan semakin tinggi pula komitmen organisasional pegawai.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

KONSEP, PRINSIP, MODEL DAN TUJUAN MANAJEMEN STRATEGIS SEKTOR PUBLIK. Novia Kencana, M.PA Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Gorontalo

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN CV. INDYFERYTO GROUP YOGYAKARTA

terjadinya kegagalan dalam pelayanan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah akuntan publik 1016 orang. Jumlah ini meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Aplikasi Psi Sosial. Bidang Organisasi 1. Kepuasan kerja 2. Perilaku prososial di tempat kerja (OCB) 3. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sedang berlangsung. Terbukti perusahaan yang bertahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum PT. Pos Indonesia (Persero)

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), industri

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar

BABI PENDAHULUAN. Daerah-Daerah pada tingkat Pemerintahan Propinsi dan Kabupaten Kota. mengakibatkan perubahan yang cukup fundamental dalam mekanisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang sedang berlangsung pada perusahaan Natuna Energi serta memberikan

ABSTRAK. Kata-kata kunci: komitmen organisasional, dan kinerja karyawan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting

BAB V PENUTUP. keadilan organisasional pada employee engagement. Peneliti melakukan. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir dan Konseptual Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 2010, terjadi peningkatan besar dalam aktivitas perdagangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tercapai produktivitas kerja karyawan. Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah

LAMPIRAN 23 DATA HASIL PELAKSANAAN EES 2016 TRANSMISI JATIMBALI

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sutiadi (2003:6) dalam Ida Ayu dan Suprayetno (2008) mendefinisikan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan melayani dan dukungan organisasi terhadap komitmen afektif berorganisasi dengan variabel pemoderasi generasi X dan Y. Dari hasil analisis data penulis membuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil uji statistik deskriptif, diketahui bahwa rata-rata persepsi kepemimpinan melayani pada Generasi Y adalah 3,435, sedangkan pada Generasi X sebesar 3,415. Kemudian, rata-rata persepsi dukungan organisasi pada Generasi Y adalah 3,264, sedangkan Generasi X sebesar 3,144. Hal yang sama juga terjadi pada Komitmen Afektif Berorganisasi, di mana nilai ratarata Generasi Y sebesar 4,154, sedangkan Generasi X sebesar 3,492. Dengan demikian secara umum, berdasarkan uji statistik deskriptif, bisa disimpulkan bahwa Generasi Y memiliki persepsi yang lebih baik dalam hal praktik kepemimpinan melayani dan dukungan yang diberikan organisasi. Generasi Y juga memiliki komitmen secara afektif terhadap perusahaan lebih tinggi dibanding dengan Generasi X. 2. Hasil pengujian pada hipotesis 1 menunjukkan bahwa kepemimpinan melayani berkorelasi positif dengan komitmen afektif berorganisasi. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan pada persepsi kepemimpinan melayani, 77

maka akan berdampak pada peningkatan komitmen afektif anggota tim dalam berorganisasi. Dengan demikian, disimpulkan bahwa hipotesis 1 dalam penelitian ini terdukung. 3. Uji hipotesis 2 juga menunjukkan adanya korelasi positif antara dukungan organisasi dengan komitmen afektif berorganisasi. Dalam hal ini, disimpulkan apabila terjadi peningkatan persepsi karyawan terhadap dukungan yang diberikan organisasi terhadap mereka maka komitmen afektif karyawan terhadap organisasi juga meningkat. Dalam hal ini yang dimaksud dukungan organisasi adalah merupakan keyakinan umum mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi karyawan, memerhatikan kesejahteraan, mendengarkan keluhan, memerhatikan kehidupan, memerhatikan tujuan individu karyawan, dapat dipercaya, dan memperlakukan karyawan secara adil. Kesimpulan hasil pengujian, hipotesis 2 dalam penelitian ini terdukung. 4. Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa generasi (Gen X dan Y) memoderasi korelasi antara kepemimpinan melayani terhadap komitmen afektif berorganisasi. Artinya, bukan saja kepemimpinan melayani memengaruhi komitmen afektif berorganisasi, akan tetapi generasi berperan dalam hubungan keduanya. Kesimpulan hasil pengujian, hipotesis 3 dalam penelitian ini terdukung. 5. Hasil pengujian hipotesis 4 juga menunjukkan bahwa generasi (Gen X dan Y) memoderasi korelasi antara dukungan organisasi terhadap komitmen afektif berorganisasi. Artinya, bukan saja dukungan organisasi saja yang memengaruhi komitmen afektif berorganisasi, akan tetapi generasi juga 78

berperan dalam hubungan keduanya. Kesimpulan hasil pengujian, hipotesis 4 dalam penelitian ini juga terdukung. 6. Hasil uji tambahan juga menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi Generasi X dan Generasi Y terhadap persepsi kepemimpinan melayani dan dukungan organisasi. Namun demikian, perbedaan yang signifikan terjadi pada komitmen Afektif berorganisasi. Hal ini berarti Generasi X dan Generasi Y sama-sama memiliki persepsi yang hampir sama terhadap kepemimpinan melayani dan dukungan organisasi, tetapi Generasi Y memiliki komitmen afektif yang lebih kuat dibanding Generasi X. 5.2 Implikasi Hasil penelitian ini memberikan implikasi, baik teoretis maupun praktis dalam manajemen organisasi. Implikasi ini secara khusus memberikan perkembangan pada pengetahuan dan praktik terkait dengan kepemimpinan melayani, dukungan organisasi, komitmen afektif berorganisasi, serta Generasi X dan Y. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi tambahan yang digunakan sebagai acuan bagi akademisi. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan kepemimpinan melayani berpengaruh positif pada komitmen afektif berorganisasi, serta dimediasi oleh generasi X dan Y. Selain itu dukungan organisasi juga berpengaruh positif pada komitmen afektif berorganisasi, serta dimediasi oleh generasi X dan Y. 79

Hasil penelitian ini juga turut memberikan implikasi bagi pengambil kebijakan dalam organisasi. Oleh karena komitmen afektif organisasi sangat penting untuk menjaga agar tujuan organisasi bisa cepat tercapai. Pengambilan keputusan terkait komitmen afektif berorganisasi perlu mempertimbangkan gaya kepemimpinan melayani, dukungan organisasi, serta karakteristik generasi, baik Generasi X maupun Generasi Y. Dengan demikian karyawan akan semakin memiliki komitmen afektif dalam berorganisasi. Kepemimpinan melayani, yang terdiri dari dimensi panggilan altruistik (altruistic calling), kesembuhan emosional (emotional handling), kearifan (wisdom), pemetaan persuasif (persuasive mapping), dan pelayanan organisasional (organizational stewardship), perlu dikembangkan untuk mendorong anggota tim untuk mengidentifikasi dirinya secara emosional terhadap organisasi, ikut terlibat aktif dalam aktivitas organisasi, dan bangga menjadi bagian keanggotaan organisasi. Secara spesifik kesimpulan penelitian ini juga berimplikasi terhadap praktik dan kebijakan sumber daya manusia di Agung Sedayu Group (ASG), di mana basis data responden penelitian ini berasal. Dari hasil olah data kuesioner, didapatkan rata-rata (mean) persepsi karyawan ASG terhadap praktik kepemimpinan melayani adalah sebesar 3,428 dan nilai koefisien determinasi korelasi antara kepemimpinan melayani dan komitmen afektif berorganisasi sebesar 22,6%. Ini berarti bahwa praktik kepemimpinan melayani belum sepenuhnya dirasakan oleh karyawan dan jika kepemimpinan melayani diterapkan di ASG, maka akan memberikan andil sebesar 22,6% terhadap terciptanya 80

komitmen afektif karyawan terhadap ASG. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan agar seluruh jajaran manajemen segera melakukan transformasi gaya kepemimpinan, dengan mempraktikkan kelima dimensi kepemimpinan melayani dan menjadikannya sebagai bagian dari budaya perusahaan. Hal utama yang perlu dilakukan ASG adalah dengan menjalankan program pelatihan kepemimpinan melayani yang wajib diikuti oleh seluruh jajaran manajemen dan memasukkan dimensi kepemimpinan melayani dalam key performance indicator, dengan bobot 5 20%. Hal ini sejalan dengan salah satu target perusahaan di tahun 2016, bahwa selain peningkatan kualitas produk, ASG juga berniat untuk meningkatkan standar layanan pelanggan. Customer Satisfaction Index (CSI) 2016 diharapkan bisa meningkat 10% dari tahun 2015. Dengan menjalankan prinsip-prinsip kepemimpinan melayani, diharapkan para pemimpin ASG bisa menjadi agen perubahan dan role model yang baik bagi anggota timnya dalam meningkatkan budaya pelayanan pelanggan, sehingga target CSI bisa tercapai. Hal ini sejalan dengan gagasan Greenleaf (1977), yang mengatakan bahwa karakter utama kepemimpinan melayani adalah bersikap mendahulukan kepentingan dan kebutuhan orang lain di banding diri sendiri. Tentu saja karakter ini juga melekat pada prinsip utama praktik pelayanan pelanggan. Selain itu, organisasi juga harus memerhatikan sungguh-sungguh persepsi dukungan organisasi atau keyakinan umum karyawan mengenai sejauh mana organisasi menghargai kontribusi, memerhatikan kesejahteraan, mendengarkan 81

keluhan, memerhatikan kehidupan, mempertimbangkan tujuan individu karyawan, terpercaya, dan memperlakukan karyawan secara adil. Dengan cara ini niscaya organisasi bisa mempertahankan karyawan potensial mereka, sekaligus mendapatkan komitmen afektif dari karyawan. Dari hasil olah data kuesioner, didapatkan rata-rata (mean) persepsi karyawan ASG terhadap dukungan organisasi adalah sebesar 3,224 dan nilai koefisien determinasi korelasi antara dukungan organisasi dan komitmen afektif berorganisasi sebesar 18,8%. Ini berarti bahwa dukungan organisasi belum sepenuhnya dirasakan oleh karyawan, padahal dukungan organisasi memberikan andil sebesar 18,8% terhadap terciptanya komitmen afektif karyawan terhadap ASG. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan agar segera melakukan evaluasi terhadap kebijakan manajemen sumber daya manusia yang memberikan perhatian utama pada fungsi compensation and benefit (CB), industrial relation (IR), jenjang karier, dan program pengembangan. Dari sisi CB, kebijakan upah dan bonus perlu mempertimbangkan aspek keadilan distributif, yang memastikan karyawan yang memberikan kontribusi lebih besar yang benar-benar mendapatkan upah dan bonus yang lebih baik dari yang lain. Untuk itu seluruh karyawan harus memiliki Key Performance Indicator yang jelas dan spesifik. Selain itu, disarankan pula untuk memaksimalkan program asuransi kesehatan, bantuan finansial karyawan, car ownership program (COP), dan house ownership program (HOP). Diharapkan dengan peningkatan pelayanan dari sisi CB, karyawan semakin merasakan dukungan organisasi sehingga meningkatkan komitmen afektif terhadap ASG. 82

Dari sisi IR, perlu dirancang kembali program-program yang berbasis work-life balance. Salah satu program yang bisa dijalankan adalah flexy time, di mana karyawan diberikan pilihan untuk bisa berangkat dan pulang kerja secara fleksibel, yang dibatasi pada rentang waktu tertentu, dengan memenuhi waktu kerja delapan jam. Selain itu, fasilitas karyawan juga perlu ditingkatkan, seperti perbaikan sarana gym, peremajaan bahan bacaan di perpustakaan, peremajaan fasilitas kantin ASG, program olah raga bersama, program kesenian bersama, program sosial, dan program yang bersifat rohani. Selain itu, melihat bahwa Generasi Y memiliki komitmen afektif yang lebih kuat dibanding Generasi X, maka manajemen harus serius dalam program merancang program retensi karyawan, terutama menitik beratkan pada kebutuhan dan aspirasi Generasi X, di mana sebagian besar memiliki atasan generasi Baby Boomers. Dalam hal ini Baby Boomers harus menyadari fenomena demografis ini dan bersedia beradaptasi dengan mempraktikkan kepemimpinan melayani dan dukungan organisasi yang sesuai dengan kebutuhan psikologis Generasi Y, dan terutama Generasi X. Hal lain yang perlu dipastikan dalam rangka meningkatkan dukungan organisasi adalah jenjang karier dan program pengembangan. ASG harus bisa memastikan dan meyakinkan karyawan bahwa kesempatan untuk berkarier terbuka luas. Selain itu, program pengembangan karyawan melalui program pelatihan, coaching, dan counseling harus dijalankan secara berkelanjutan dan terukur. Dengan demikian, selayaknya gaya kepemimpinan melayani dan dukungan organisasi harus terus-menerus dikembangkan dan dijadikan landasan 83

strategis perusahaan dalam mempertahankan karyawan potensialnya. Organisasi tidak bisa lagi sekadar bekerja berdasarkan SOP dan KPI karyawan, namun lebih dari itu, sisi kepemimpinan yang melayani dan dukungan emosional dibutuhkan untuk menggerakkan setiap individu dalam organisasi dengan sukarela berperan aktif dan berkomitmen afektif terhadap organisasi. Generasi baru dengan harapan baru telah memasuki dunia kerja. Mereka dikenal dengan Generasi Milenia atau Generasi Y. Gen Y saat ini bekerja bersama Gen X dan sebagian kecil Baby Boomers. Meskipun anggota Gen Y sudah memasuki dunia kerja, kebanyakan dari mereka belum memperoleh posisi manajemen di perusahaan. Dampaknya, para manajer harus menyadari terjadinya perbedaan generasi, dan memahami kebutuhan unik Gen Y. Hanya dengan cara ini konflik tak terelakkan antar generasi bisa lebih terkontrol, mengurangi kemungkinan kesalahpahaman, miskomunikasi, dan mixed signals di antara karyawan berbeda generasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keenam faktor kepemimpinan melayani berkorelasi positif dengan komitmen afektif berorganisasi, yang dimoderasi oleh Generasi X dan Y. Pemimpin menurut Generasi X dan Y harus memiliki kepribadian yang jujur, akuntabel, dan bisa menjadi contoh moral bagi anak buahnya. Oleh karena itu, faktor demografi, khususnya komposisi generasi dalam organisasi harus dijadikan referensi utama dalam menyusun strategi mempertahankan dan meningkatkan produktivitas karyawan. Dalam konteks Agung Sedayu Group, berbagai peningkatan pelayanan dari sisi manajemen sumber daya manusia yang telah disebutkan di atas perlu 84

segera dioptimalkan, karena hal tersebut juga menjadi harapan dari Generasi Y, yang lebih berorientasi pada work-life balance, berpikiran terbuka, menghargai perbedaan, memperhatikan kesetaraan, otentik, jujur, dan sangat tertekan. Demikian pula dengan Generasi X, yang lebih berkarakter independen, menghargai kesempatan belajar, dan menginginkan promosi secara cepat. Dengan demikian, peran pemimpin dewasa ini, tidak sekadar transaksional semata, yang biasa dilakukan dengan memberikan instruksi dan delegasi. Pemimpin ideal di mata Generasi X dan Y adalah pemimpin yang bersifat altruistic (tidak mementingkan dirinya sendiri), bisa menjadi sumber rujukan dan bantuan emosional, memiliki kearifan, persuasif, dan pelayanan bagi semua. Selain itu Generasi X dan Y juga mengharapkan adanya dukungan organisasi yang baik agar masing-masing individu mampu mengidentifikasi dirinya secara emosional dalam organisasi, ikut terlibat aktif dalam aktivitas organisasi, dan bangga menjadi bagian keanggotaan organisasi. 5.3 Keterbatasan dan Saran Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang penulis harapkan bisa diperbaiki dalam penelitian-penelitian selanjutnya. 1. Penelitian ini mengambil sampel dari satu organisasi saja, sehingga perlu kehati-hatian untuk melakukan generalisasi pada organisasi lain, lintas industri, maupun lintas negara. Hal ini dikarenakan setiap organisasi, industri, dan budaya dalam suatu negara memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Penulis menyarankan untuk melakukan penelitian serupa dengan sampel yang besar, agar data yang didapat bisa mewakili basis responden yang lebih luas. 85

2. Penelitian ini hanya menggunakan satu dimensi variabel terikat, yaitu komitmen afektif berorganisasi. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan dimensi lain dari komitmen organisasi, yaitu komitmen normatif dan komitmen berkelanjutan. 3. Bagi organisasi, disarankan untuk memanfaatkan basis data demografi semaksimal mungkin untuk membuat strategi yang terkait dengan upaya peningkatan komitmen afektif berorganisasi, kepemimpinan melayani dan dukungan organisasi. 86