BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir dan Konseptual Penelitian.

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir dan Konseptual Penelitian."

Yuliana Sasmita
6 tahun lalu
Tontonan:

1 25 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Konseptual Penelitian. Di dalam menentukan arah dan tujuan kehidupan, manusia kerapkali harus menjalani sebuah proses yang dinamis dan sistemik untuk pencapaian adaptasi terhadap lingkungan. Di dalam perkembangan sebuah bisnis maupun sebuah organisasi, perkembangan karier seseorang tidak selalu ditentukan oleh kecerdasan, ketrampilan dan kemahiran, satu hal lagi yang paling penting dan seringkali diabaikan adalah etiket baik dalam bekerja, Luthans (2006). Kesehatan merupakan salah satu isu strategis yang akhir-akhir ini menjadi sebuah peluang bisnis yang berbasis profit oriented, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Peluang ini tidak hanya didukung oleh kesiapan sarana dan prasarana melainkan kesiapan sumber daya manusia yang memadai di dalam mengelola sebuah pelayanan kesehatan. Menurut Sjaharuddin et al. (2013), guna mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, hendaknya peningkatan perilaku individu secara extra di dalam oraganisasi harus dikembangkan dengan baik, karena kinerja individual mempengaruhi kinerja tim atau kelompok kerja dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan. Peran serta karyawan yang melebihi harapan normal atau yang disebut dengan OCB akan menigkatkan performa layanan kesehatan. Sebagaimana disampaikan Podsakoff (2000) bahwa OCB dipengaruhi oleh karakteristik 25

2 26 individual, karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi, dan kepemimpinan. Menurut Boeree (2010), melacak sebuah karakter kepribadian karyawan secara persuasif akan berdampak terhadap efisiensi dan efektifitas kerja sebuah organisasi. Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam, Royce dan Powell (1983). Menurut Luthans (2006), kepribadian melalui The Big Five Factor menjelaskan tentang bagaimana orang mempengaruhi orang lain, bagaimana mereka memahami dan memandang dirinya, serta bagaimana tolak ukur karakter masing-masing individu mengukur trait ataupun interaksi sosial antara manusia dengan manusia dalam situasi tertentu. Luthans (2006) kembali menegaskan bahwa dimensi kepribadiaan mempengaruhi extra-role atau sering disebut dengan organizational citizenship behavior (OCB). Sejalan dengan ekspektasi yang diinginkan, peran kepemimpinan di dalam memoderasi hubugan kepribadian dengan OCB karyawan juga sangatlah penting. Karena dalam organisasi yang bergerak di bidang jasa layanan kesehatan haruslah memiliki sosok pemimpin yang mampu mengarahkan bawahan atau individu untuk berperilaku secara sukarela di dalam menjalankan tugas-tugas organisasi. Hautala (2005) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional membantu bawahan untuk melihat tujuan yang lebih dalam di balik pekerjaan yang mereka emban.

3 27 Lebih jauh Elanain (2007) menyatakan bahwa openness to experience, conscientiousness, dan emotional stability secara valid sebagai prediktor OCB. Sedangkan dimensi kepribadian extraversion dan agreeableness tidak secara signifikan sebagai prediktor dari OCB. Lee et al. (2010) menyatakan adanya pengaruh dimensi The Big Five Factor sebagai dimensi kepribadian terhadap kepemimpinan transformasional. Selanjutnya Khan (2013) di dalam studi empirisnya menemukan adanya pengaruh yang positif antara Kepemimpinan Transformasional terhadap OCB. Dari kajian dan uraian yang telah dipaparkan terkontruksi sebuah kerangka konseptual yang menghubungkan tiga variable yakni kepribadian, kepemimpinan transformsional dan OCB. Adapun konstruk kerangka konseptual adalah sebagai berikut : Kepemimpinan Transformasional Kepribadian OCB Gambar 3.1. Kerangka konseptual Penelitian

4 Hipotesis Penelitian Pengaruh antara Kepribadian dengan OCB Najari et al. (2011) menyatakan bahwa kepribadian dengan lima dimensinya (Emotional Stability, Extraversion, Openness to Experience, conscientiousness dan Agreeableness) berpengaruh positif signifikan terhadap OCB. Sedangkan Aykler (2010) menemukan dimensi kepribadian yakni openness to experience dan conscientiousness memiliki hubungan positif terhadap terbentuknya OCB. Namun, neuroticism dan extroversion memiliki hubungan negatif terhadap OCB dan agreeableness ditemukan tidak memiliki korelasi terhadap OCB. Beberapa peneliti lain seperti Kumar, et al. (2009) menemukan bahwa empat tipe kepribadian selain neuroticism dari the big five theory memiliki korelasi yang positif terhadap terbentuknya OCB. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Matamala (2011), menunjukkan bahwa conscientiousness, extraversion dan agreeableness dapat mendukung terbentuknya OCB, sedangkan neuroticism berpengaruh negative terhadap OCB, sedangkan Openness tidak diuji pada penelitian tersebut. Berdasarkan hasil beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H1: Kepribadian berpengaruh positif signifikan terhadap OCB Peran Moderasi Kepemimpinan Transformasional pada hubungan Kepribadian dengan OCB Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, hal ini tercipta karena pola asuh dan lingkungan masing-masing individu. Biasanya individu yang

5 29 memiliki kepribadian yang baik akan mudah beradaptasi dan mengarahkan individu lain, baik di dalam sosialitas masyarakat maupun di dalam dunia organisasi. Lee et al. (2010) menemukan hubungan The Big Five Model sebagai ciri kepribadian subordinate yang berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan sebuah pemimpin. Mengacu pada penelitian Judge dan bono (2000) Agreeableness memiliki hubungan yang kuat terhadap kepemimpinan transformasional, begitu juga dengan extraversion mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kepemimpinan transformasional. Penelitian oleh Judge dan Bono (2000) menemukan pula adanya korelasi antara openness to experience terhadap kepemimpinan transformasional tetapi koefisien regresi parsial menunjukan tidak signifikan terhadap kepemimpinan tersebut. Terakhir penelititan ini juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara neuroticism and Conscientiousness dengan kepemimpinan transformasional. Disamping itu, penelitian Hautala (2005) menemukan adanya pengaruh extraverion subordinate terhadap ratings pemimpin transformasional dalam kepemimpinannya. Selanjutnya Mandell dan Pherwani (2003) menemukan hubungan sebab akibat antara stabilitas emosional dengan kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan Transformasional merupakan motor penggerak kerelaan dan peran extra individu dalam organisasi. Khan et al. (2013) menjelaskan adanya hubungan positif antara kepemimpinan transformasional terhadap OCB. Di pihak lain kepemipinan transformasional juga memiliki efek yang tidak langsung terhadap OCB bawahan (Luthans, 2006). Kepemimpinan transformasional

6 30 terkadang memberikan implikasi untuk berperilaku secara etis terhadap bawahan sehingga mereka memberikan peran lebih terhadap kinerja organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Lian dan Tui (2012) dengan menggunakan 347 orang responden yang mewakili perusahaan manufaktur, jasa, pertambangan dan kontruksi di China, menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional terhadap OCB. Pada penelitian sebelumnya Barbuto (2005) menyatakan bahwa, pengikut pemimpin transformasional memiliki rasa percaya, kekaguman dan rasa hormat serta termotivasi untuk melakukan extra-role untuk sebuah organisasi. Selanjutnya pada tempat penelitian yang berbeda, Nguni (2005) menemukan adannya pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan tranformasional dengan OCB pada sekolah-sekolah dasar dan menengah di Tanzania. Hal ini kembali dipertegas oleh Lamidi (2008) yang menyatakan bahwa, kepemimpinan transformasional berpengaruh langsung, positif dan signifikan terhadap OCB. Lee et al. (2010) menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan perilaku yang membawa atau membantu seorang pemimpin menjadi sukses di dalam sebuah organisasi. Berdasarkan hasil beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. H2: Kepemimpinan transformasional memoderasi pengaruh antara Kepribadian dengan OCB

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. Panjang (RPJP) Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Panjang (RPJP) Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pola pikir masyarakat akan pentingnya kesehatan pada era moderenisasi merupakan landasan terpenting dalam perumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah