bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

2 BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB 3 LANDASAN TEORI

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

KEPENTINGAN STRATEGIS PENJADWALAN JANGKA PENDEK

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Perencanaan Produksi SAP ERP

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.


Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

TEKNIK Vol. V, No. 1 Januari 2011 Hal 1-12

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

Pengertian Penjadwalan

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISASI WAKTU PROSES PRODUKSI (Studi Pada PD. Point Pride Of Mine)

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya.

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG)

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI

BAB I FUNGSI OPERASI 1.1. Definisi Manajemen Operasi

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFFLER THOMPSON

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

Ratih Wulandari, ST., MT

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

RANCANG BANGUN APLIKASI PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT BINA MEGAH INDOWOOD

Production Planning and Control

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBAIKAN JADWAL PRODUKSI MENGGUNAKAN CDS DI PT. TAESUNG ABADI

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

PERENCANAAN TEKNOLOGI OLEH: MEGA INAYATI RIF AH, ST., M.SC.

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Produksi Produksi adalah kegiatan mentranspormasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktifitas atau kegiatan menghasilkan barang dan jasa, serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau usaha untuk menghasilkan produksi tersebut (Sofyan Assoury,2001). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produksi adalah sebagian kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran(output), tercakup semua kegiatan yang menghasilkan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk. Sistem produksi (Bambang, 2005) merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Input produksi ini dapat berupa Laporan Kerja Praktek Page 17

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya seperti limbah, informasi, dan sebagainya. Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional sistem produksi itu. Komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah dan lain-lain. Sedangkan komponen atau elemen fungsional terdiri dari: supervise, e, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu. Gambar 3.1. Alur Sistem Produksi Laporan Kerja Praktek Page 18

Elemen-elemen utama dalam sistem produksi adalah: input, proses, dan output, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus-menerus (continuous improvement). 3.1.1 Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output Proses produksi (Team Asisten LSP,2000) Proses produksi merupakan cara, metode, e, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan n mengoptimalkan sumberdaya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku, dan dana) yang ada. Sistem produksi menurut proses menghasilkan output dibedakan menjadi dua jenis yaitu: a. Proses Produksi Kontinyu (Continues Process) Pada proses ini, tidak memerlukan waktu setup yang lama dikarenakan proses ini memproduksi secara terus menerus hanya untuk jenis produk yang sama dalam jumlah yang besar. Sekali set-up produksi digunakan dalam jangka panjang. Proses ini menggunakan mesin special purpose sehingga tidak diperlukan operator dengan skill tinggi, dan hanya perlu sedikit saja operator karena mesin yang digunakan cenderung otomatis. Tapi mesin ini perlu perawatan khusus oleh ahli yang berpengalaman. Konsekuensinya bila salah atu mesin atau alat rusak maka seluruh proses terhenti. Proses produksi ini mempunyai pola yang pasti. Urutan proses produksinya relatif sama dan Laporan Kerja Praktek Page 19

berlangsung terus menerus sesuai dengan rencana produksi yang ditetapkan. b. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/ Discrete System) Proses produksi terputus ini memerlukan total waktu set up yang sangat lama karena pada proses ini memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang sesuai pesanan, sehingga adanya pergantian jenis barang yang diproduksi tersebutlah yang akan membutuhkan kegiatan setup yang lebih lama dan berbeda dengan proses kontinyu. Dengan pergantian jenis barang yang diproduksi maka membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda. Menggunakan mesin general purpose. Perlu operator dengan skill tinggi dalam jumlah besar. Butuh pengawasan yang lebih dibanding proses kontinyu. Persediaan bahan mentah tinggi. Pemindahan bahan biasanya menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift, serta perlu ruang gerak dan ruang tempat bahan dalam proses yang besar. Proses produksi ini tidak mempunyai pola yang pasti. Urutan proses produksinya selalu berubah sesuai spesifikasi produk yang dihasilkan. 3.1.2 Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya Sistem produksi (Richard L. Daft, 2006) Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasinya dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: Laporan Kerja Praktek Page 20

1. Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya. 2. Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modul-modul opsinya standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar tersebut bisa dirakit untuk berbagai tipe produk. 3. Make To Order (MTO), yaitu bila produsen akhirnya menyelesaikan item hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut.. 4. Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim dari sistem persediaannya setelah pesanan konsumen diterima. 3.1.3 Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk Kriteria dalam mengklasifikasi proses produksi adalah jenis aliran operasi dari unit-unit produk yang melalui tahapan konversi. Ada tiga operasi, yaitu; Flow Shop, Job Shop, dan Proyek (Kostas, 1982). Ketiga jenis dasar aliran operasi ini berkembang menjadi aliran modifikasi dari ketiganya, yaitu: Batch dan Continous. Adapun karakteristik dari masing-masing aliran operasi tersebut adalah sebagai berikut: Laporan Kerja Praktek Page 21

1. Flow Shop, merupakan proses konversi dimana unit-unit output secara berturut-turut melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus yang ditempatkan pada sepanjang lintasan produksi. Proses jenis ini biasanya digunakan untuk produk yang mempunyai desain dasar yang tetap sepanjang waktu yang lama dan ditunjukan untuk pasar yang luas, sehingga diperlukan penyusunan bentuk proses produksi Flow Shop yang bersifat MTS (Make To Stock). Contoh sistem produksi Flow Shop adalah; pabrik rokok Gudang Garam, pabrik Semen Kujang, dan pabrik Aqua. 2. Job Shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi dimana unit-unit yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Contoh sistem produksi Job Shop antara lain adalah; pabrik TOYOTA, pabrik Sepatu Nike, dan Pabrik motor Honda. 3. Proyek, yaitu proses penciptaan satu jenis produk yang agak rumit dengan suatu pendifinisian urutan tugas-tugas yang teratur akan kebutuhan sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaian. Contoh sistem produksi Proyek antara lain adalah; proyek penggalian PDAM dan proyek monorail PT Bukaka. 4. Batch, adalah bentuk maju dari Job Shop yang merupakan kombinasi dari Job Shop dan Flow Shop. Pada Batch, produk terstandarisasi, namun tidak terlalu standarisasi seperti produk yang dihasilkan pada aliran lintasan perakitan Flow Shop. Sistem Batch memproduksi banyaknya variasi produk dan volume, lama proses produksi untuk Laporan Kerja Praktek Page 22

setiap produk agak pendek, dan suatu lintasan produksi dapat dipakai untuk beberapa tipe produk. Pada sistem ini, pembuatan produk pada tipe yang berbeda akan mengakibatkan pergantian peralatan produksi, sehingga sustem tersebut harus general purpose, dan fleksibel untuk produk dengan volume rendah tetapi variasinya tinggi. 5. Continuos, yaitu bentuk ekstrim dari Flow Shop dimana terjadi aliran material yang konstan. Contoh dari proses produksi Continuos adalah; industri penyulingan minyak, pemrosesan kimia, dan industri lainya yang tidak dapat mengidentifikasi unit-unit output urutan prosesnya secara tepat. 3.2 Pengertian Penjadwalan Penjadwalan (scheduling), menurut kenneth R. Baker didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber untuk memilih sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Definisi ini dapat dijabarkan dalam dua arti yang berbeda, yaitu : 1. Penjadwalan merupakan sebuah fungsi pengambilan keputusan dalam menentukan jadwal yang paling tepat. 2. Penjadwalan merupakan teori yang berisi kumpulan prinsip, model, teknik, dan konklusi logis dalam proses pengambilan keputusan. Penjadwalan dapat juga diartikan sebagai rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian sumber baik berupa waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan. Laporan Kerja Praktek Page 23

Input utama permasalahan penjadwalan adalah adanya kepentingan pengambilan keputusan mengenai pengalokasian tugas kedalam sumber daya yang dimiliki. Yang mana pada pengalokasiannya terdapat bermacam kompleksitas masalah, terutama bila terdapat beberapa pekerjaan yang harus diproses pada sumber daya yang jumlahnya terbatas. 3.2.1 Definisi Penjadwalan Brown (2004) medefinisakan penjadwalan sebagai suatu penugasan dari banyak perencanaan,pekerjaan yang di definisikan kedalam periode waktu untuk mendapat at solusi optimal dari penggunaaan sumber daya pada saat sumber daya tersebut memliki keterbatasan. Penjadwalan sebagai suatu petunjuk atau indikasi apa saja yang harus dilakukan an dengan siapa dan dengan peralatan apa, yang digunakan untuk menyelesaikan esaikan suatu pekerjaan pada waktu tertentu.scroeder (2000) Terlepas dan jenis perusahaannya, setiap perusahaan perlu untuk melakukan penjadwalan sebaik mungkin agar dapat memperoleh utilitas yang maksimum dan sumber daya produksi dan aset lain yang dimilikinya. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak positif yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Dalam hirarki pengambilan keputusan, penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum dimulainya operasi. Seperti telah dibahas pada awal buku ini kegiatan operasi dimulai dan perencanaan jangka panjang yang meliputi perencanaan fasilitas dan kebutuhan peralatan. Selanjutnya, dilakukan perencanaan jangka menengah dimana keputusan Laporan Kerja Praktek Page 24

yang berkaitan dengan penggunaan fasilitas, tenaga kerja, dan subkontrak dibuat. Dan perencanaan jangka menengah disusun suatu jadwal induk yang memerinci rencana agregat dan mengembangkan suatu jadwal menyeluruh (overall schedule) untuk produk yang akan dibuat. Jadwal menyeluruh menjabarkan perencanaan kapasitas dan jadwal induk kedalam perencanaan jangka pendek yang meliputi penjadwalan untuk tenaga kerja, bahan, dan mesin. Nasution (2003). 3.2.2 Tujuan Penjadwalan Tujuan penjadwalan adalah untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu gu langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang effisien dari fasilitas, itas, tenaga kerja, dan peralatan. Penjadwalan disusun dengan mempertimbangkan mpertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan mberikan dampak positif, yaitu rendahnya biaya operasi dan biaya pengiriman, yang akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. (Herjanto,1999,p287) Penjadwalan dilakukan sebagai perencanaan agar semua kegiatan dalam organisasi dapat berjalan dengan lancar. Adapun tujuan penjadwalan menurut studi pustaka, adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan penggunaan sumber daya dan mengurangi waktu tunggu. 2) Mengurangi barang setengah jadi atau pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang masih mengerjakan tugas yang lain. Laporan Kerja Praktek Page 25

3) Mengurangi keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaian sehingga meminimalisasi penalty cost (biaya tambahan). 4) Mengetahui urutan dan waktu penyelesaian aktivitas yang harus dilakukan. 5) Memberikan informasi pelayanan kepada konsumen tentang kapan barang yang dipesan dapat diterima. 6) Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindari. 3.2.33 Fungsi Penjadwalan Fungsi penjadwalan didalam sebuah sistem produksi harus berinteraksi dengan fungsi-fungsi lainnya. Interaksi ini tergantung pada sistem yang ada dalam perusahaan, bias melalui jaringan computer, dapat juga melalui rapat. Menurut Thomas, dkk, penjadwalan memiliki beberapa fungsi dalam sistem produksi yaitu: 1. Loading (pembebenan) bertujuan mengkompromikan antara kebutuhan yang diminta dengan kapasitas untuk menentukan fasilitas. 2. Sequencing (penentuan urutan) bertujuan membuat prioritas urutan pengerjaan dalam pemprosesan. 3. Dispatching, pemberian perintah perintah kerja setiap mesin atau fasilitas lainnya Laporan Kerja Praktek Page 26

3.3 Sistem Penjadwalan Beberapa pekerjaan yang berupa alokasi untuk tiap tiap order, penugasan prioritas dan job pengendalian jadwal produksi membutuhkan informasi terperinci yang akan dijadikan input dari sitem penjadwalan. Informasi yang dibutuhkan tersebut berupa kapasitas dari order yang terjadwalkkan berdasarkan jumlah sumberdaya yang digunakan. Salah satu input yang dibutuhkan misalnya jumlah pesanan yang apabila belum diketahui dapat terlebih dahulu kita perkirakan jumlahnya menggunakan teknik peramalan. Teknik peramalam ada dua jenis yaitu : 1. Peramalan Kuantitatif, teknik peramalan yang melibatkan pendapat pribadi, pendapat para ahli dan sebagainya yang bertujuan untuk menggabungkan seluruh informasi yang diperoleh secara logika dan sistematis. 2. Peramalan kuantitatif, teknik yang didasarkan pada data kuantitatif masa lalu. Beberapa teknik peramalan kuantitatif yang biasa digunakan yaitu : Time series model dan causal model. 3.4 Klasifikasi Penjadwalan Suatu penjadwalan dapat dikatakan berhasil apabila tujuan dari penjadwalan dapat dicapai. Ukuran keberhasilan dari suatu pelaksanaan aktivitas penjadwalan, khususnya penjadwalan job shop adalah meminimalisasi kriteria-kriteria keberhasilan sebagai berikut: 1. Minimalisasi Waktu Penyelesaian Laporan Kerja Praktek Page 27

Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan waktu penyelesaian rata-rata untuk setiap job. 2. Maksimalisasi Utilitas Kriteria ini dievaluasi dengan menghitung persentase waktu digunakannya fasilitas. 3. Minimalisasi Persediaan Work-In-Process (WIP). Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah job rata-rata dalam sistem tersebut. Hubungan antara banyaknya job dalam sistem dan persediaan WIP akan inggi. 4. Minimalisasi Waktu Tunggu Pelanggan Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah keterlambatan rata- rata. Kriteria keberhasilan penjadwalan meminimumkan makespan, yaitu bertujuan untuk meraih utilisasi yang tinggi dari peralatan dan sumber daya dengan cara menyelesaikan esaikan seluruh pekerjaan secepatnya. Penjadwalan dengan kriteria keberhasilan meminimalisasi waktu alir bertujuan untuk mengurangi persediaan barang setengah jadi. Penjadwalan dengan kriteria keberhasilan pelaksanaan penjadwalan mengurangi jumlah job yang menganggur berarti akan meminimalisasi nilai dari maksimum ukuran hambatan. Semua kriteria keberhasilan pelaksanaan penjadwalan tersebut adalah dilandasi keinginan untuk memuaskan konsumen dan efisiensi biaya internal perusahaan. 3.5 Istilah-istilah Dalam Penjadwalan Laporan Kerja Praktek Page 28

Perlu diketahui beberapa istilah pada penjadwalan agar memahami penjadwalan yang dikerjakan. Adapun beberapa istilah yang berkaitam dengan penjadwalan: 1. Waktu Proses (Processing Time) Waktu proses adalah perkiraaan waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Perkiraan waktu ini meliputi juga perkiraan waktu set up yang dibutuhkan. Simbol yang digunakan untuk waktu proses pekerjaan I adalah Ti. 2. Batas Waktu (Due Date) Batas waktu merupakan waktu maksimal yang dapat diterima untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kelebihan waktu dari waktu yang ditetapkan merupakan suatu keterlambatan. Batas waktu ini disimbolkan sebagai di. 3. Keterlambatan (Lateness) Keterlambatan adalah penyimpangan antara waktu penyelesaian pekerjaan dengan batas waktu. Suatu pekerjaan akan mempunyai kelambatan positif jika diselesaikan sesudah batas waktu dan kelambatan positif jika diselesaikan sesudah batas waktu dan kelambatan negatif jika diselesaikan sebelum batas waku. Simbol keterlambatan ini adalah Li. Li = ci - di < 0 ( negative ) Li = ci di > 0 (positif) : Saat penyelesaian memenuhi batas. : Saat penyelesaian melampaui batas. Laporan Kerja Praktek Page 29

4. Ukuran Keterlambatan (Tardinesss) Ukuran keterlambatan merupakan ukuran untuk keterlambatan positif. Jika suatu pekerjaan diselesaikan lebih cepat dari batas waktu yang telah ditetapkan, maka mempunyai nilai keterlambatan negatif tetapi ukuran kelambatan positif. Ukuran ini disimbolkan dengan Ti dimana Ti adalah maksimum dari (0, Li). 5. Kelonggaran (Slack) Kelonggaran adalah ukuran yang digunakan untuk melihat selisih waktu antara waktu proses dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Slack dinotasikan dengan Slid an dihitung dengan persamaan Sli = di - ti. 6. Waktu Penyelesaian (Completion Time) Waktu penyelesaian merupakan rentang waktu antara saat pekerjaan dimulai (t=0), sampai dengan pekerjaan itu selesai. Disimbolkan dengan Ci 7. Waktu Alir (Flow Time) ) Waktu alir adalah rentang waktu antara pekerjaan tersedia (dapat dimulai) dan saat pekerjaan selesai. Waktu alir sama dengan waktu proses ditambah dengan waktu tunggu sebelum pekerjaan diproses. 8. Waktu Tunggu (Waiting Time) Laporan Kerja Praktek Page 30

Yaitu waktu tunggu pekerja i dari saat pekerjaan siap dikerjakan sampai saat operasi pendahuluan selesai. 3.6 Metode-Metode Penjadwalan berikut, yaitu : Dalam aktifitas penjadwalan yang akan dilakukan ada dua tahapan sebagai 1. Pekerjaan harus diturunkan ke masin. Jika terdapat lebih dari satu mesin, maka akan diperhitungan tentang kualitas, ongkos set up, pemeliharaan dan ketersedian operator. 2. Mengurutkan pekerjaan yang ada di mesin yang membutuhkan aturan prioritas. Pemilihan prioritas akan memberikan hasil penjadwalan yang tepat sesuai dengan tujuan penjadwalan yang ditetapkan dari kriteria yang dijadikan sebagai alat ukur perrformansi penjadwalan yang dilakukan. Metode penjadwalan / job shop secara garis besar dibedakan menjadi dua,yaitu: 1. Job Shop Loading Job Shop Loading mengartikan bahwa kita harus memutuskan pada pusat-pusat kerja yang mana suatu job harus ditugaskan. Ketika order tiba pada suatu job shop, kegiatan pertama pada penjadwalan adalah menugaskan order tersebut pada bermacam-macam pusat kerja untuk diproses. Permasalahan loading menjadi lebih sederhana ketika suatu job tidak dapat dipisah. Meskipun hal ini sering terjadi, biasanya suatu industri sering dalam prakteknya melakukan pemisahan job dan Laporan Kerja Praktek Page 31

menugaskan bagian-bagian terpisah dari job tersebut kepada pusat-pusat kerja yang berbeda untuk meningkatkan utilisasi sumber daya. Untuk permasalahan yang sederhana dimana kita mengasumsikan tidak ada pemisahan job, maka job shop loading dapat dibuat dengan mudah menggunakan Gantt Chart dan metode penugasan. Loading dengan menggunakan Gantt Chart merupakan metode paling sederhana, paling tua, dan paling banyak digunakan untuk bermacam-macam aktivitas penjadwalan. Meskipun sederhana dan tervisualisasikan, Gantt Chart sangat lemah dalam mengevakuasi rencana-rencana alternatif untuk loading. Pengguna harus memakai cara trial error dalam improvisasi jadwal. Bila jumlah job meningkat, proses ini menjadi cukup sulit dan tidak layak. 2. Gantt Chart Merupakan alat peraga visual yang bermanfaat dalam loading dan scheduling. Nama ini didapatkan dari Henry Gantt (akhir 1800-an). Gantt chart menunjukkan penggunaan sumberdaya, seperti work center dan tenaga kerja. Ketika digunakan dalam loading, Gantt chart menunjukkan loading dan waktu luang pada beberapa departemen, mesin, atau fasilitas. Gantt chart menunjukkan beban kerja dalam sistem sedemikian rupa sehingga manajer mengetahui penyesuaian apa yang sesuai. Sebagai contoh, ketika sebuah work center dibebani secara berlebihan, maka karyawan dari work center yang memiliki beban Laporan Kerja Praktek Page 32

rendah dapat dipindahkan untuk sementara untuk dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja. contoh Gantt Chart dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 3.2 Contoh Gantt Chart 3. Metode Penugasan Loading dengan metode penugasan merupakan cara pembebanan pekerjaan untuk job yang tersedia dengan tujuan meminimalisasi total waktu yang terpakai 4. Job Shop Sequencing Job Shop Sequencing adalah penjadwalan dengan melibatkan aturan-aturan prioritas sequencing. Aturan-aturan prioritas sequencing diaplikasikan untuk seluruh job yang sedang menunggu dalam antrian. Bila pusat kerja telah kosong untuk suatu job baru maka job dengan prioritas terdahulu akan diproses. Pemilihan prioritas sequencing tersebut mempertimbangkan efisiensi penggunaan fasilitas penggunaan fasilitas dengan kriteria antara Laporan Kerja Praktek Page 33

lain biaya set up, biaya persediaan WIP, waktu menganggur, presentasi waktu menganggur, dan sebagainya. Beberapa aturan sequencing, antara lain sebagai berikut: 1. First In System First Served (FISFS) Adalah pemberian prioritas pekerjaan kepada pekerjaan yang pertama tiba di factory (bukan mesin). 2. First Come First Served (FCFS) Merupakan pemberian prioritas pekerjaan yang pertama tiba di mesin. 3. Shorted Processing Time (SPT) Adalah pemberian prioritas pekerjaan kepada pekerjaan dengan waktu pemrosesan paling singkat di mesin. 4. Erliest Due Date (EDD) Adalah prioritas diberikan kepada pekerjaan dengan jatuh tempo paling dini. Contoh: pekerjaan 1 akan dijadwalkan di mesin A pada waktu nol. 5. Least Slack First (LSF) Merupakan pemberian prioritas kepada pekerjaan yang waktu senggangnya terkecil. Waktu senggang (slack) adalah selisih Laporan Kerja Praktek Page 34

antara waktu jatuh tempo (due date) dan lama pengerjaan pekerjaan. 6. Last Work Remaining (LWR) Adalah pemberian prioritas kepada pekerjaan dengan jumlah pemrosesan total tersisa yang masih harus dikerjakan paling sedikit. 7. Longest Processing Time (LPT) Adalah pemberian prioritas kepada pekerjaan yang waktu pemrosesannya lebih panjang biasanya sangat penting dan diutamakan terlebih dahulu. 3.7 Perhitungan Metode Penjadwalan Perhitungan metode penjadwalan pada landasan teori ini dibatasi hanya menggunakan nakan tiga metode sesuai dengan pengolahan data yang akan dilakukan. Ketiga metode tersebut, antara lain: SPT (Shortest Processing Time) dan LPT (Longest Processing Time), EDD (Earliest Due Date). 1. SPT (shortest processing time), Pekerjaan yang paling cepat selesainya mendapat prioritas pertama untuk dikerjakan lebih dulu. Cara ini sering kali diterapkan bagi perusahaan perakitan atau jasa. SPT biasanya merupakan teknik yang Laporan Kerja Praktek Page 35

terbaik untuk meminimasi aliran job dan meminimasi jumlah job rata-rata dalam sistem Rata-rata waktu penyelesaian= =... hari Utilisasi = =... % Jumlah job rata-rata sistem = =... job Keterlambatan job rata-rata= =... hari 2. LPT (Longest Processing Time) ) Pekerjaan yang paling lama selesainya mendapat prioritas pertama untuk dikerjakan lebih dahulu. Rata-rata waktu penyelesaian= =... hari Utilisasi = =.... % Jumlah job rata-rata sistem = =... job Keterlambatan job rata-rata= =... hari 3. EDD (earliest due date), Pekerjaan yang harus selesai paling awal dikerjakan lebih dulu. dikenal juga beberapa cara, antara lain critical ratio dan least slack. Dalam critical ratio (CR), pekerjaan yang rasio antara duedate terhadap lama waktu kerja paling kecil mendapat prioritas lebih Laporan Kerja Praktek Page 36

dulu. Sementara dalam least slack (LS), Rata-rata jumlah pekerjaan pada sistem (pusat kerja) adalah rata-rata jumlah pekerjaan dalam sistem (baik yang sedang menunggu maupun sedang diproses dan awal sampai pekerjaan terakhir selesai diproses. Rata-rata jumlah pekerjaan yang sedikit menunjukkan sistem dalam keadaan longgar (tidak penuh). Rata-rata waktu penyelesaian = =... hari Utilisasi = =.... % Jumlah job rata-rata sistem = =... job Keterlambatan job rata-rata= =... hari 3.8 Kriteria Keberhasilan Dalam Aktivitas Penjadwalan Ukuran keberhasilan (jay Heizer and Barry Render, 2001) dari suatu pelaksanaan aktivitas penjadwalan khususnya penjadwalan Job Shop adalah meminimasi masi kriteria-kriteria keberhasilan sebagai berikut: 1 Rata-rata waktu alir (mean flow time), akan mengurangi persediaan barang setengah jadi. 2 Makespan, yaitu total waktu proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kumpulan job. Dimaksudkan untuk meraih utilisasi yang tinggi dari peralatan dan sumber daya dengan cara menyelesaikan seluruh job secepatnya. 3 Rata-rata kelambatan (mean tardiness). 4 Jumlah job yang terlambat, akan meminimasi nilai dari maksimum ukuran kelambatan. Laporan Kerja Praktek Page 37

5 Jumlah mesin yang menggur. 6 Jumlah persediaan. 3.9 Hambatan- Hambatan dalam penjadwalan Untuk mencapai suatu kriteria penjadwalan tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan, pada pernjadwalan terdapat hambatan-hambatan penjadwalan yang menyebabkan suatu penjadwalan yang telah dilakukan dengan baik, namun tidak dapat diimplementasikan secara baik. Beberapa hambatan dalam penjadwalan diantaranya nya adalah (Teguh, 2002): a. Keterlambatan kedatangan bahan baku. b. Tidak tercapainya target produksi yang telah ditetapkan. c. Kerusakan mesin atau peralatan yang menyebabkan kegiatan produksi menjadi terganggu. d. Produk yang dibuat merupakan produk pesanan, sehingga membutuhkan waktu penyesuaian untuk kegiatan produksi. e. Order yang datang saat jumlah order tengah diselesaikan. f. Kecelakaan kerja. g. Pembatalan pemesanan. h. Hari libur menyebabkan kegiatan produksi tidak berjalan. i. Keterlambatan container untuk mengangkut produk yang telah jadi. j. Ketidakhadiran karyawan. Laporan Kerja Praktek Page 38