BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan pesisir (coastal zone) merupakan daerah pertemuan antara

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan adalah masalah yang tidak ada habisnya untuk. dibahas, apalagi Indonesia penduduk terpadat ke empat dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

I. PENDAHULUAN. nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. faktor penyebab kemiskinan yang paling penting menurut World Bank (2004)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

Jumlah rumah tangga usaha pertanian Kota Sibolga Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sumatera Utara Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima juta km 2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km 2, laut teritorial 0,3 juta km 2, dan perairan kepulauan seluas 2,8 juta km 2, artinya seluruh laut Indonesia berjumlah 3,1 juta km 2 atau sekitar 62 persen dari seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dengan jumlah panjang garis pantainya sekitar 81.000 km. Luas laut yang besar ini menjadikan Indonesia unggul dalam sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005). Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Pada saat krisis ekonomi, peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hala mendatangkan devisa. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha,padahal bila sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat indonesia terutama masyarakat nelayan dan petani ikan (Mulyadi,2005). Pengembangan sektor kelautan dan perikanan berjalan lambat, karena kebijakan pembangunan lebih berorientasi kepada pengembangan kegiatan di

daratan dibandingkan di kawasan pesisir dan lautan. Sehingga eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya pesisir dan kelautan terabaikan, dan sebagian besar masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan masih hidup di bawah garis kemiskinan (Serdiati, 2002). Sebagai sebuah sistem dari keseluruhan pengelolaan potensi laut yang ada, bidang perikanan dapat dijadikan sebagai indikator yang baik bagi pengelolaan laut dikarenakan di sektor tersebut terdapat sumber daya ikan yang sangat besar. Sehingga perikanan sebagai salah satu SDA yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan kecil dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian dan ketersediaan sumber daya (Danuri,2009). Melimpahnya potensi hayati yang dikandung oleh laut di sekitar tempat komunitas nelayan bermukim, seharusnya dapat menjadi suatu asset besar bagi nelayan setempat dalam upaya memperbaiki taraf hidup mereka secara ekonomi. Namun, kenyataannya sampai saat ini kehidupan nelayan tetap saja masih berada dalam ketidakmampuan secara finansial dan belum sejahtera. Data Badan Pusat Statistik mencatat jumalah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi alam berupa kawasan pesisir dan laut serta pulau-pulau kecil. Pulau pulau kecil itu berjumlah 663 pulau, tetapi masih 206 pulau pulau yang

masih diverifikasi. Provinsi Sumatera Utara memiliki panjang pantai 545 Km di wilayah Pantai Timur dan 375 Km di wilayah Pantai Barat serta 380 Km di Kepulauan Nias dan sekitarnya. Sumatera utara memiliki potensi laut dan perikanan yang cukup besar. Jumlah Daerah pesirir di Sumatera Utara adalah 375 desa dan 300 desa di daerah aliran sungai.

Tabel 1.1 Banyaknya Desa Menurut Lokasi Geografi dan Topografi Wilayah di Sumatera Utara Kabupaten Pesisir Lereng/Deaerah Lereng Dataran Jumlah aliran sungai Panggung bukit Nias 1 20 6 207 110 443 Mandailing Natal 23 75 144 153 395 Tapanuli Selatan 1 34 275 187 497 Tapanuli Tengah 34 16 61 62 173 Tapanuli Utara - 8 125 110 243 Toba Samosir - 5 68 119 192 Labuhan Batu 18 16 14 194 242 Asahan 8 13 3 152 176 Simalungun - 4 26 321 351 Dairi - 3 94 72 169 Karo - 4 86 172 262 Deli Serdang 12 14 50 318 394 Langkat 20 6 46 205 277 Nias Selatan 91 9 98 16 214 Humbahas - 8 50 86 144 Pakpak Bharat - - 50 2 52 Samosir - 14 68 35 117 Serdang Bedagai 16 2 1 4 211 243 Batubara 15 6-79 100 Paluta - 23 152 211 386 Padang Lawas - 34 29 241 304 Kota Sibolga 11-3 3 17 Kota Tanjung Balai - - - 31 31 Kota P.Siantar - - - 43 43 Kota T. Tinggi - - - 35 35 Kota Medan 6 - - 145 151 Kota Binjai - - - 37 37 Kota P.Sidimpuan - - 23 56 79 Provinsi 375 300 1 686 3 406 5 767 Sumber : BPS Sumatera utara 2012

Kabupaten Batu Bara memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar. Secara administratif saat ini Kabupaten Batu Bara terdiri dari 7 Kecamatan dan 151 desa/kelurahan dengan luas wilayah 904,96 km2. Pada wilayah ini terdapat 21 desa pantai yang terletak di 5 Kecamatan dengan panjang pantai 58 km. Berikut pada Tabel 2 disajikan jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Batu Bara menurut Kecamatan dan lokasi desa. Tabel 1.2. Jumlah dan Jenis Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan dan Lokasi Desa di Kabupaten Batu Bara Bukan Jumlah Kecamatan Desa Pantai Desa/ Desa Pantai Kelurahan (1) (2) (3) (4) Sei Balai - 14 14 Tanjung Tiram 8 14 22 Talawi 2 18 20 Lima Puluh 3 32 35 Air Putih - 19 19 Sei Suka 2 18 20 Medang Deras 6 15 21 Batu Bara 21 130 151 Sumber : BPS Batu Bara 2012 Produksi ikan Kabupaten Batu Bara pada Tahun 2012 adalah sebesar 29,44 ribu ton yang terdiri dari 28,66 ribu ton (97,34 persen) berasal dari laut dan sisanya sebesar 781,86 ton (2,66 persen) merupakan hasil budi daya perikanan darat. Jumlah produksi ikan ini diyakini masih jauh dari potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Batu Bara baik perikanan laut maupun perikanan darat.

Tabel 1.3. Jumlah Produksi Ikan Menurut Kecamatan dan Lokasi Tangkapan Tahun 2012 di Kabupaten Batu Bara Kecamatan Perikanan laut Perikanan darat Jumlah [1] [2] [3] [4] 1. Sei Balai - 99,92 99,92 2. Tanjung Tiram 14.960,00 75,80 15.035,80 3. Talawi 2.997,00 32,10 3.029,10 4. Limapuluh 1.805,00 29,10 1.834,10 5. Air Putih - 81,82 81,82 6. Sei Suka 1.878,00 33,27 1.911,27 7. Medang Deras 7.020,00 429,85 7.449,85 Jumlah 28.660,00 781,86 29.441,86 Sumber: BPS Kabupaten Batu Bara, 2014 Sub sektor perikanan pada Tahun 2009 menyumbang 3,96 persen terhadap PDRB total Kabupaten Batu Bara dengan nilai PDRB sebesar Rp 574,33 milliar, angka ini relatif tidak berubah sampai dengan Tahun 2012. Pada Tahun 2012, sub sektor perikanan menyumbang 3,75 persen terhadap total PDRB (Rp 788,30 milliar) (BPS Sumatera Utara 2014). Jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan di Kabupaten Batu Bara yaitu 20.463 orang, 13.572 orang nelayan penuh, 4711 orang nelayan sambilan dan 2180 orang nelayan sambilan tambahan. Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa Kecamatan yang paling banyak penduduknya berada di Kecamatan Tanjung Tiram yaitu 9.931 orang

Tabel 1.4. Jumlah Nelayan Menurut Kategori Pekerjaan tiap Kecamatan di Kabupaten Batu Bara Tahun 2012 Kecamatan Kategori Pekerjaan / Classification Penuh Sambilan Utama Sambilan Tambahan Jumlah Sei Balai - - - - Tanjung Tiram 7 072 2 272 587 9 931 Talawi 1 036 848 654 2 538 Lima Puluh 1 443 707 394 2 544 Air Putih - - - - Sei Suka 357 471 218 1 046 Medang Deras 3 664 413 327 4 404 Batu Bara 13 572 4 711 2 180 20 463 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batu Bara 2012 Para nelayan melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan demi kebutuhan hidup. Untuk pelaksanaannya diperlukan beberapa perlengkapan dan dipengaruhi pula oleh banyak faktor guna mendukung keberhasilan kegiatan. Menurut salim (1999) faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari besarnya modal, jumlah perahu, jumlah tenaga kerja, jarak tempuh melaut dan pengalaman. Dengan demikian pendapatan nelayan berdasarkan besar kecilnya volume tangkapan,masih terdapat beberapa fakor-faktor yang lain yang ikut menentukannya yaitu faktor sosial dan faktor ekonomi selain diatas. Pada umumnya para nelayan masih mengalami keterbatasan teknologi penangkapan. Dengan alat tangkap sederhana wilayah operasi pun menjadi terbatas, hanya disekitar perairan pantai. Disamping itu ketergantungan terhadap

musim sangat tinggi, sehingga tidak setiap saat nelayan bisa turun melaut, terutama pada musim ombak yang bisa berlangsung lebih dari satu bulan. Akibatnya, hasil tangkapan menadi terbatas, dengan kesederhanaan alat tangkap yang dimiliki, pada musim tertentu tidak ada tangkapan yang bisa diperoleh. Kondisi ini merugikan nelayan karena secara rill rata rata pendapatan perbulan menjadi kecil, dan pendapatan yang diperoleh pada saat musim ikan akan habis dikonsumsi pada saat paceklik (Mulyadi,2005). Masalah kemiskinan nelayan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan solusi yang menyeluruh, dan bukan solusi secara parsial (Suharto, 2005). Oleh karena itu, harus diketahui akar masalah yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan pada nelayan. Terdapat beberapa aspek yang menyebabkan terpeliharanya kemiskinan nelayan atau masyarakat pinggiran pantai, diantaranya; Kebijakan pemerintah yang tidak memihak masyarakat miskin, banyak kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan bersifat top down dan selalu menjadikan masyarakat sebagai objek, bukan subjek. Kondisi bergantung pada musim sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan nelayan, menyebabkan beberapa pekan nelayan tidak melaut dikarenakan musim yang tidak menentu. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan peralatan yang digunakan nelayan berpengaruh pada cara dalam menangkap ikan, keterbatasan dalam pemahaman akan teknologi, menjadikan kualitas dan kuantitas tangkapan tidak mengalami perbaikan. Kurangnya modal usaha juga merupakan hal yang mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan. Dengan tidak tersedianya modal yang memadai maka nelayan tidak akan mampu meningkatkan produksi karena nelayan tidak

bisa membeli perahu, alat tangkap dan peralatan lainnya, serta biaya operasional juga tidak akan terpenuhi dan akan menjadikan produktivitas nelayan menurun, sehingga pendapatan akan mengalami stagnasi bahkan akan mengalami penurunan secara ril jika terjadi inflasi, sehingga daya beli masyarakat nelayan menjadi rendah yang akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan yang semakin rendah (Jhingan, 1983). Pengetahuan tentang teknik penangkapan hasil laut umumnya diperoleh secara turun temurun dari orang tua atau pendahulu mereka berdasarkan pengalaman. Dengan pertambahan usia, selalu akan diikuti oleh meningkatnya pengalaman kerja yang ditekuni. Menurut Gitosudarmo (1999), akibat bertambahnya pengalaman di dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau memproduksikan suatu barang, dapat menurunkan rata-rata ongkos per satuan barang. Sehingga semakin tinggi pengalaman seorang nelayan diasumsikan bahwa semakin efisien dan efektif dalam proses penangkapan hasil laut sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Program pemberdayaan nelayan dengan cara memperkuat kelembagaan sosial ekonomi masyarakat memiliki peluang yang besar untuk memberikan kontribusi yang efektif dan efisien terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik, serta dinamika pembangunan kawasan. Keberhasilan pencapaian ini akan menjadi landasan membangun mayarakat madani dan tata pemerintahan lokal yang semakin baik di kawasan pesisir pada masa- masa mendatang (Tim Pemberdayaan Masyarakat Pesisir PSKP Jember, 2007) Untuk merumuskan dan menentukan jenis program pembangunan yang bermanfaat dan saling sesuai dengan kebutuham masyarakat, dilakukan dengan

cara mendasarkan pada prioritas peringkat yang pertama atau yang tertinggi.penentuan program yang dusulkan (dpilih) telah dilakukan melalui sosialisasi, wawancara, dan diskusi (pembahasan) di tingkat desa-desa (Kecamatan), setelah membendingkan dengan program lain dengan menggunakan kriteria yang terukur (Adisasmita,2006) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tanggal 23 Februari 2013 memberi bantuan kebutuhan nelayan Kabupaten Batu Bara senilai Rp 7,85 miliar. Bantuan dimaksud terdiri dari bantuan Pengembangan Mina Usaha Pedesaan (PUMP) Perikanan Tangkap sebanyak 20 paket senilai Rp 2 miliar, PUMP Perikanan Budidaya 32 paket senilai Rp 2,8 miliar. Kemudian pengadaan sarana prasarana 1 paket Rp 50 juta, pengadaan mesin pembuat batu es sebanyak satu paket Rp 1,269 miliar, pembuatan bangsal pengelolaan satu paket Rp 450 juta, satu unit speed boat pengawasan Rp 1,65 miliar, dana penyelenggaraan pengembangan sumber daya manusia Rp 359,4 juta ( Medan bisnis, 26 Februari 2013) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membantu program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) berbasis industrialisasi perikanan terpadu di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Terdapat delapan kegiatan utama di dalam Program PKN, antara lain pembangunan rumah sangat murah bagi nelayan, tersedianya pekerjaan alternatif dan tambahan bagi keluarga nelayan, serta bantuan langsung masyarakat berupa skema KUR (kredit usaha rakyat). Sedangkan program lainnya yakni pembangunan SPBU solar, pembangunan "cold storage" serta angkutan umum murah, termasuk pembangunan fasilitas sekolah dan puskesmas serta fasilitas Bank Rakyat. Program PKN akan berlangsung

bertahap hingga tahun 2014 dengan menyasar rumah tangga miskin nelayan yang tersebar di 816 pelabuhan perikanan di berbagai daerah. Untuk Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara, program tersebut dilaksanakan di PPI (Pusat Pendaratan Ikan) Desa Lalang, PPI Tanjung Tiram, PPI Perupuk dan PPI Pangkalan Dodek.Guna mendukung program PKN di Batubara, KKP sendiri telah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan. Khususnya yang sudah terealisasi antara lain, penyaluran BLM PUMP (Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Mina Pedesaan) Perikanan Tangkap sebanyak 26 KUB (Kelompok Usaha Bersama) dengan nilai Rp2,6 miliar. Selain itu, terdapat pula pembangunankkapal >30 GT sebanyak satu unit dengan nilai Rp1,5 miliar serta sarana pemasaran sebanyak satu paket dengan nilai Rp50 juta, serta sarana sistem rantai dingin sebanyak satu paket dengan nilai Rp50 juta. Bantuan juga berasal dari dana alokasi khusus (DAK) Kabupaten Batubara, berupa pengadaan Kapal Motor 5 GT, pengadaan alat penangkapan ikan, pengadaan peralatan pengolahan sederhana, pembangunan pondok jaga, pembangunan tempat tambat labuh serta mesin kapal pengawas (KKP) Optimasi keberhasilan suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh ketepatan pengorganisasian, sistem kerja yang djalankan dan unsur-unsur pendukungnya yaitu, mutu orang-orangnya serta sarana yang diperlukan. Dalam keadaan demkian maka akan dapat dicapai suatu penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang berdaya guna dan berhasil meskipun sumber sumber sangat terbatas. Sejalan dengan itu, maka dalam penyelenggaraan pembangunan diperlukan pengorganisasian yang mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta melaksanakan administrasi pembangunan

yang semakin rasional, tidak didasarkan pada tuntutan emosional yang sukar dipertanggungjawabkan pelaksanaannya (Suwignjo. 1986) 1.2 Identifikasi masalah Berdasakan uraian dari latar belakang diatas,maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh modal, tenaga kerja, pengalaman, teknologi dan harga jual terhadap pendapatan nelayan di daerah penelitian? 2. Program peningkatan pendapatan apa saja yang pernah dalaksanakan di daerah penelitian? 3. Bagaimana persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan yang dilaksanakan pemerintah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah: 1. Menganalisis pengaruh modal kerja,tenaga kerja, pengalaman, teknologi, dan harga jual terhadap pendapatan nelayan di daerah penelitian 2. Mengetahui program peningkatan pendapatan nelayan yang pernah dilaksanakan di daerah penelitian. 3. Menganalisis persepsi nelayan terhadap program penigkatan pendapatan yang dilaksanakan pemerintah.

1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ni adalah: 1. Sebagai sumber informasi bagi nelayan di desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara. 2. Sebagai bahan atau masukan bagi pemerintah dan lembaga lembaga terkait dalam pengadaan kebijakan. 3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungun dengan penelitian ini.