NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 103,21

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor Maret-April 2012 (2007=100)

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Tabel1 Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya November 2014 Desember 2014 (2012=100)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BERITA RESMI STATISTIK

NTP Provinsi Aceh, September 2017 sebesar 94,18. Inflasi Pedesaan, September 2017 sebesar 0,46 persen.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Perkembangan Nilai Tukar Petani

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

Transkripsi:

No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Oktober 2015, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 102,82 atau mengalami penurunan sebesar 0,10 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 102,92. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 100,46, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 99,19, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 117,30, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 99,28, NTP Subsektor Perikanan (NTN) 106,00. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada subsektor peternakan, subsektor hortikultura, dan subsektor perikanan meskipun subsektor tanaman pangan dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan NTP. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Oktober 2015 secara umum mencapai 123,17 atau mengalami inflasi sebesar 0,14 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 123,00. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,67 persen, diikuti kelompok kesehatan naik sebesar 0,22 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,15 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,11 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,04 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,01 persen. Sebaliknya kelompok bahan makanan mengalami penurunan indeks sebesar 0,05 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Oktober 2015 terdapat 21 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 11 provinsi mengalami penurunan NTP dan 1 provinsi relatif tidak mengalami perubahan indeks NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 1,31 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 1,13 persen. Sedangkan Provinsi Jawa Tengan relatif tidak mengalami perubahan indeks NTP. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 1

pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Oktober 2015, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,10 persen dibanding NTP September 2015, yaitu dari 102,92 menjadi 102,82. Turunnya NTP bulan Oktober 2015 ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Penurunan indeks NTP yang tercatat pada bulan Oktober 2015 terjadi pada subsektor peternakan sebesar 2,00 persen, subsektor hortikultura turun sebesar 0,88 persen, dan subsektor perikanan turun sebesar 0,16 persen. Sebaliknya subsektor tanaman pangan naik sebesar 1,65 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan indeks NTP sebesar 1,09 persen. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Oktober 2015, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,04 persen dibandingkan dengan It September 2015, yaitu dari 122,67 menjadi 122,71. Subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 1,49 persen. Kenaikan terbesar selanjutnya adalah subsektor tanaman perkebunan rakyat mencapai 1,41 persen, dan subsektor perikanan naik sebesar 0,08 persen. Sebaliknya subsektor peternakan dan subsektor hortikultura mengalami penurunan It masing-masing sebesar 1,82 persen dan 0,59 persen. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Oktober 2015 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen bila dibandingkan September 2015, yaitu dari 119,19 menjadi 119,35. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 0,31 persen, diikuti subsektor hortikultura naik sebesar 0,29 persen, subsektor perikanan naik sebesar 0,24 persen, dan subsektor peternakan naik sebesar 0,18 persen. Sebaliknya subsektor tanaman pangan menjadi satu-satunya subsektor yang mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,16 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti beras, bawang merah, ikan goring, wortel dan daging ayam ras, selain juga disebabkan oleh kenaikan biaya produksi seperti upah mencangkul dan upah pemangkasan. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Oktober 2015 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 1,65 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 1,49 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani turun sebesar 0,16 persen. Kenaikan indeks yang terjadi pada It disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 3,22 persen, meskipun indeks harga subkelompok palawija mengalami penurunan 2 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015

0,46 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga beberapa komoditi diantaranya gabah, ketela pohon, dan jagung. Pada Ib turunnya indeks disebabkan oleh turunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,21 persen, meskipun Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,13 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya September-Oktober 2015(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani (It) 121.07 122.87 1.49 - Padi 114.40 118.09 3.22 - Palawija 129.57 128.97-0.46 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 122.51 122.31-0.16 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123.96 123.71-0.21 - Indeks BPPBM 113.78 113.93 0.13 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 98.82 100.46 1.65 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 106.40 107.85 1.36 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Oktober 2015, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 0,88 persen. Hal ini terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,59 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,29 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti cabai merah, mangga, nangka, temulawak, dan cabai rawit. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,31 persen, dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,22 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya September-Oktober 2015(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani (It) 120.74 120.03-0.59 - Sayur-sayuran 116.71 114.57-1.84 - Buah-buahan 124.74 124.66-0.06 - Tanaman Obat 115.17 117.01 1.60 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 120.65 121.01 0.29 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123.13 123.51 0.31 - Indeks BPPBM 110.46 110.70 0.22 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 100.07 99.19-0.88 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 109.31 108.43-0.81 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 3

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Oktober 2015 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 1,09 persen, hal ini terjadi karena kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,41 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,31 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 136,29 menjadi 138,20. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah kelapa, kakao, cengkeh dan tebu. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,31 persen dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,32 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya September-Oktober 2015(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani (It) 136.29 138.20 1.41 - Tanaman Perkebunan Rakyat 136.29 138.20 1.41 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 117.45 117.82 0.31 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122.32 122.69 0.31 - Indeks BPPBM 109.05 109.40 0.32 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 116.03 117.30 1.09 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 124.98 126.33 1.09 d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya September-Oktober 2015(2012=100) September Oktober 2015 Perubahan a. Indeks Diterima Petani (IT) 117.70 115.55-1.82 - Ternak Besar 116.76 114.14-2.24 - Ternak Kecil 117.46 115.17-1.95 - Unggas 126.55 127.50 0.75 - Hasil Ternak 115.06 112.87-1.90 b. Indeks Dibayar Petani (IB) 116.18 116.40 0.18 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122.34 122.61 0.22 - Indeks BPPBM 110.13 110.28 0.14 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 101.30 99.28-2.00 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 106.87 104.78-1.95 4 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015

Pada Oktober 2015 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 2,00 persen. Turunnya NTPT terjadi karena turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,82 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,18 persen. Penurunan harga beberapa komoditas seperti sapi potong, telur ayam ras, domba, dan kambing adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya indeks IKRT sebesar 0,22 persen, dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,14 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Oktober 2015, NTN mengalami penurunan sebesar 0,16 persen, hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,08 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,24 persen. Kenaikan It di subsektor ini disebabkan oleh naiknya It subkelompok penangkapan dan subkelompok budidaya masing-masing sebesar 0,66 persen dan 0,05 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,32 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,12 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya September-Oktober 2015(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani 122.71 122.81 0.08 - Penangkapan 129.14 129.99 0.66 - Budidaya 122.35 122.41 0.05 b. Indeks Dibayar Petani 115.58 115.86 0.24 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123.25 123.64 0.32 - Indeks BPPBM 106.68 106.81 0.12 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 106.17 106.00-0.16 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.02 114.98-0.04 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Oktober 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,66 persen, lebih besar dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani (nelayan) sebesar 0,19 persen. Naiknya It ini sangat dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti bawal, tongkol, dan kuwe pada bulan ini. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,32 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,03 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 5

Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya September-Oktober 2015(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani 129.14 129.99 0.66 - Penangkapan Perairan Umum 100.00 100.00 0.00 - Penangkapan Perairan Laut 129.17 130.03 0.66 b. Indeks Dibayar Petani 119.64 119.87 0.19 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123.09 123.48 0.32 - Indeks BPPBM 115.60 115.64 0.03 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 107.94 108.45 0.47 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 111.71 112.41 0.63 Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 0,19 persen pada Oktober 2015. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 0,05 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,24 persen. Kenaikan It banyak disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti gurame, tawes, dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,32 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,13 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya September - Oktober 2015(2012=100) Perubahan a. Indeks Diterima Petani 122.35 122.41 0.05 - Budidaya Air Tawar 122.35 122.41 0.05 b. Indeks Dibayar Petani 115.36 115.63 0.24 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123.25 123.65 0.32 - Indeks BPPBM 106.18 106.32 0.13 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 106.06 105.86-0.19 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115.23 115.13-0.08 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Oktober 2015 mencapai 102,73 atau turun sebesar 0,10 persen dibanding bulan September 2015. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang sebesar 0,04 persen, lebih kecil dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,13 persen. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015

Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya September-Oktober 2015(2012=100) Perubahan Indeks Harga yang Diterima Petani 122.67 122.71 0.04 Indeks Harga yang Dibayar Petani 119.30 119.45 0.13 Konsumsi Rumah Tangga 122.99 123.16 0.14 BPPBM 111.06 111.27 0.19 Nilai Tukar Petani 102.82 102.73-0.10 Nilai Tukar Usaha Pertanian 110.45 110.29-0.15 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Oktober 2015 secara umum mencapai 123,17 atau mengalami inflasi sebesar 0,14 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 123,00. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,67 persen, diikuti kelompok kesehatan naik sebesar 0,22 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,15 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,11 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,04 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,01 persen. Sebaliknya kelompok bahan makanan mengalami penurunan indeks sebesar 0,05 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan Perubahannya September - Oktober 2015(2012=100) Kelompok Perubahan Konsumsi Rumah Tangga 123.00 123.17 0.14 - Bahan Makanan 133.48 133.41-0.05 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 120.03 120.83 0.67 - Perumahan 116.96 117.13 0.15 - Sandang 121.07 121.20 0.11 - Kesehatan 112.27 112.51 0.22 - Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga 109.83 109.88 0.04 - Transportasi dan Komunikasi 119.87 119.88 0.01 7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Oktober 2015 ada sebanyak 21 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar 1,31 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,17 persen terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Bengkulu terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 7

hortikultura dengan naiknya harga beberapa komoditi terutama wortel, kubis, buncis, petsai, dan tomat. Sebanyak 11 provinsi pada bulan Oktober 2015 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Kepulauan Riau mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,13 persen, sedangkan Provinsi Kalimantan Tengah mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,07 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau banyak disebabkan oleh turunnya cabai merah, ketimun, dan cabai rawit pada subsektor hortikultura. Tabel 10 NTP Provinsi dan Perubahannya September - Oktober 2015(2012=100) Provinsi Perubahan Nasional 102.33 102.46 0.13 NAD 96.07 96.72 0.68 Sumatera Utara 98.19 98.76 0.58 Sumatera Barat 97.08 97.39 0.32 Riau 93.06 94.11 1.13 Jambi 94.83 95.48 0.68 Sumatera Selatan 95.73 96.24 0.54 Bengkulu 92.48 93.69 1.31 Lampung 104.21 104.09-0.12 Bangka Belitung 105.55 104.73-0.78 Kepulauan Riau 99.70 98.57-1.13 DKI Jakarta 97.49 97.84 0.36 Jawa Barat 105.95 106.80 0.79 Jawa Tengah 101.50 101.50 0.00 D.I. Yogyakarta 102.92 102.82-0.10 Jawa Timur 106.42 105.76-0.61 Banten 104.84 106.07 1.18 Bali 104.54 104.91 0.36 Nusa Tenggara Barat 104.78 105.97 1.13 Nusa Tenggara Timur 102.81 103.39 0.57 Kalimantan Barat 96.30 96.75 0.46 Kalimantan Tengah 98.62 98.55-0.07 Kalimantan Selatan 99.77 99.49-0.28 Kalimantan Timur 98.54 98.24-0.31 Sulawesi Utara 95.89 96.43 0.57 Selawesi Tengah 98.50 98.66 0.17 Sulawesi Selatan 106.43 105.83-0.57 Sulawesi Tenggara 100.72 100.63-0.10 Gorontalo 103.80 104.11 0.29 Sulawesi Barat 105.82 106.31 0.47 Maluku 100.56 101.10 0.54 Maluku Utara 101.00 102.07 1.06 Papua Barat 101.06 100.02-1.03 Papua 96.67 96.87 0.20 8 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015

Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan Perubahannya September - Oktober 2015(2012=100) Provinsi Perubahan Nasional 102.28 102.42 0.13 NAD 96.02 96.68 0.68 Sumatera Utara 98.22 98.80 0.59 Sumatera Barat 96.62 97.00 0.40 Riau 92.36 93.44 1.17 Jambi 94.66 95.32 0.70 Sumatera Selatan 95.66 96.13 0.49 Bengkulu 92.27 93.54 1.37 Lampung 104.35 104.25-0.10 Bangka Belitung 106.07 105.21-0.81 Kepulauan Riau 96.65 95.63-1.05 Jawa Barat 106.36 107.25 0.83 Jawa Tengah 101.45 101.44-0.01 D.I. Yogyakarta 102.82 102.73-0.10 Jawa Timur 106.42 105.75-0.64 Banten 104.79 106.06 1.21 Bali 104.52 104.92 0.37 Nusa Tenggara Barat 104.84 106.10 1.20 Nusa Tenggara Timur 102.76 103.37 0.59 Kalimantan Barat 96.11 96.59 0.50 Kalimantan Tengah 98.25 98.12-0.14 Kalimantan Selatan 98.77 98.47-0.31 Kalimantan Timur 98.60 98.25-0.35 Sulawesi Utara 95.19 95.78 0.62 Selawesi Tengah 98.06 98.20 0.14 Sulawesi Selatan 106.54 105.95-0.55 Sulawesi Tenggara 100.48 100.30-0.18 Gorontalo 104.00 104.36 0.34 Sulawesi Barat 106.04 106.64 0.56 Maluku 100.05 100.55 0.50 Maluku Utara 100.92 101.99 1.06 Papua Barat 100.45 99.38-1.06 Papua 95.98 96.26 0.30 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 9

Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan Perubahannya September - Oktober 2015(2012=100) Provinsi Perubahan Nasional 106.60 106.56-0.04 NAD 99.66 98.95-0.71 Sumatera Utara 99.91 99.64-0.27 Sumatera Barat 101.19 99.97-1.21 Riau 109.02 110.04 0.94 Jambi 103.85 104.63 0.75 Sumatera Selatan 95.78 97.18 1.46 Bengkulu 101.97 102.40 0.43 Lampung 105.45 104.90-0.53 Bangka Belitung 101.07 100.46-0.61 Kepulauan Riau 107.58 105.52-1.92 DKI Jakarta 100.72 100.91 0.18 Jawa Barat 107.84 108.47 0.58 Jawa Tengah 107.32 108.37 0.97 D.I. Yogyakarta 107.94 108.45 0.47 Jawa Timur 107.54 107.82 0.26 Banten 118.97 118.18-0.66 Bali 113.93 112.82-0.97 Nusa Tenggara Barat 108.90 107.59-1.20 Nusa Tenggara Timur 107.24 106.20-0.97 Kalimantan Barat 102.69 101.72-0.95 Kalimantan Tengah 106.72 107.66 0.88 Kalimantan Selatan 114.57 114.48-0.07 Kalimantan Timur 104.72 105.57 0.81 Sulawesi Utara 111.64 111.92 0.25 Selawesi Tengah 109.92 110.98 0.97 Sulawesi Selatan 106.86 105.21-1.54 Sulawesi Tenggara 106.06 107.59 1.44 Gorontalo 103.30 102.22-1.05 Sulawesi Barat 102.63 100.83-1.75 Maluku 104.14 105.29 1.11 Maluku Utara 101.17 102.37 1.19 Papua Barat 107.97 107.09-0.82 Papua 112.01 110.63-1.23 10 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015

Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan Perubahannya September - Oktober 2015(2012=100) Provinsi Perubahan Nasional 100.01 100.09 0.08 NAD 94.84 96.53 1.78 Sumatera Utara 94.03 94.90 0.93 Sumatera Barat 109.18 107.80-1.26 Riau 102.58 102.16-0.41 Jambi 96.49 96.17-0.33 Sumatera Selatan 99.10 100.75 1.67 Bengkulu 98.78 97.74-1.06 Lampung 96.86 95.88-1.01 Bangka Belitung 93.92 94.37 0.49 Kepulauan Riau 107.89 109.30 1.31 DKI Jakarta 93.95 94.47 0.55 Jawa Barat 97.85 97.87 0.03 Jawa Tengah 102.49 102.71 0.22 D.I.Yogyakarta 106.06 105.86-0.19 Jawa Timur 104.94 105.91 0.92 Banten 97.08 97.28 0.21 Bali 92.06 92.00-0.07 Nusa Tenggara Barat 93.64 93.40-0.25 Nusa Tenggara Timur 99.71 100.38 0.68 Kalimantan Barat 98.70 99.14 0.44 Kalimantan Tengah 96.73 97.28 0.56 Kalimantan Selatan 102.39 102.50 0.11 Kalimantan Timur 90.18 89.24-1.04 Sulawesi Utara 93.82 92.94-0.94 Selawesi Tengah 91.95 90.91-1.13 Sulawesi Selatan 102.87 102.45-0.41 Sulawesi Tenggara 96.85 96.07-0.80 Gorontalo 91.24 91.97 0.80 Sulawesi Barat 99.10 98.10-1.01 Maluku 108.41 107.89-0.48 Maluku Utara 111.55 110.51-0.93 Papua Barat 91.86 91.18-0.73 Papua 89.90 89.91 0.01 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 11

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH OKTOBER 2015 Berdasarkan hasil observasi terhadap 56 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Oktober 2015, sebanyak 78,57 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP), 16,07 persen berkualitas rendah dan sisanya 5,36 persen berkualitas Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan September 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami kenaikan 3,46 persen menjadi Rp. 5.164,77 per kg di tingkat petani dan naik 3,42 persen menjadi Rp. 5.214,77 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 8,99 persen menjadi Rp. 4.416.67 per kg di tingkat petani dan naik 8,88 persen menjadi Rp. 4.466,67 per kg di tingkat penggilingan. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas GKG pada Oktober 2015 adalah Rp. 5.400,00 di tingkat petani dan Rp 5.450,00 di tingkat penggilingan Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.600,00 per kg pada gabah kualitas GKG dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 4.375,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Selama Oktober 2015, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Pada Oktober 2015, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 56 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 44 observasi, kualitas rendah sebanyak 9 observasi dan gabah kualitas GKG sebanyak 3 observasi. Kelompok Kualitas GKG GKP Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Oktober 2015 Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) 3 4.600,00 5.000,00 5.600,00 5.400,00 5.450,00 850,00 18,48 (5,36%) (penggilingan) Gabah Kualitas Rendah Total 44 (78,57%) 9 (16,07%) 56 (100,00%) 4.400,00 5.500,00 5.164,77 5.214,77 3.700,00 (petani) 3.750,00 (penggilingan) 1.464,77 39,59 1.464,77 39,06 4.375,00 4.500,00 4.416,67 4.466,67 - - - - - - - - - - 12 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015

1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 47 observasi atau 83,93 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Oktober 2015. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 9 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 16,07 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Oktober 2015, yang berpotensi mengalami kasus harga semuanya berasal dari Kabupaten Bantul. Tabel 15 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Oktober 2015 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG 3-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 3 (100,00 %) GKP 44 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 44 (100,00 %) 44 (100,00 %) GKG dan GKP 47-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 47 (100,00 %) Kualitas Rendah 9 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 5.600,00 per kg pada gabah kualitas GKG dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 4.375,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR64 terjadi di Kecamatan Sewon (Bantul). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Agustus - Oktober 2015 Kelompok Kualitas Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Ags 2015 Sep 2015 Okt 2015 Ags 2015 Sep 2015 Okt 2015 (5) (6) (7) GKG 12,70-10,67 2,30-2,55 GKP 13,30 13,06 12,90 6,89 6,54 5,40 KualitasRendah 23,82 23,14 27,10 9,70 9,16 4,46 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015 13

Rp/Kg Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKG masing-masing sebesar 10,67 persen dan 2,55 persen, Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 12,90 persen dan 5,40 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Oktober 2015 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 27,10 persen dan 4,46 persen. Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Agustus - Oktober 2015 Kelompok Kualitas Tingkat Petani (Rp / Kg) Ags 2015 Sep 2015 Okt 2015 Perub (4) thd (3) (%) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Ags 2015 Sep 2015 Okt 2015 Perub (4) thd (3) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 4.700,00-5.400,00-4.750,00-5.450,00 - GKP 4.722,67 4.992,11 5.164,77 3,46 4.772,67 5.042,11 5.214,77 3,42 Kualitas Rendah 4.143,33 4.052,50 4.416,67 8,99 4.193,33 4.102,50 4.466,67 8,88 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani naik Rp. 172,67 per kg (3,46 persen) menjadi Rp 5.164,77 per kg dan di tingkat penggilingan naik Rp. 172,67 per kg (3,42 persen) menjadi Rp. 5.214,77 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 364,17 per kg (8,99 persen) menjadi Rp. 4.416,67 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 364,17 per kg (8,88 persen) menjadi Rp. 4.466,67 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKG pada Oktober 2015 ini adalah Rp 5.400,00 di tingkat petani dan Rp 5.450,00 di tingkat penggilingan. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Oktober 2014 -Oktober 2015 5600 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP 14 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 62/11/34/Th.XVII, 2 November 2015