BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Khusnul Khotimah, 2014 Studi Deskripsi Kemiskinan di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN I-2014

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

PENDAHULUAN Latar Belakang

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aghnita Septiarti, 2014 Studi Deskriptif Sikap Mental Penduduk Miskin

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB I PENDAHULUAN. Analisis keterkaitan..., Bhima 1 Nur Santiko, FE UI, 2009 Universitas Indonesia

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

INDEKS TENDENSI KONSUMEN JAWA TENGAH TRIWULAN IV-2012

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

BAB I PENDAHULUAN. akan menyebabkan terjadinya regional disparity. Oleh karena itu, pedesaan haruslah

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

VISI Masyarakat yang kondusif dan Sejahtera dengan menjujung tinggi nilai nilai religi dan budaya local. MISI 1. Meningkatkan Kualitas SDM dan kehidup

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

PENDAHULUAN Latar Belakang

KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa di dunia. Kemiskinan pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

III. METODOLOGI PENELITIAN. PENELITIAN YANG PENELITI LAKUKAN INI ADALAH KAJIAN MENGENAI KESEJAHTERAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara Sedang Berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Kemiskinan adalah persoalan yang universal pengertiannya dapat macam-macam tergantung dari sisi mana orang mempersepsikannya. Kemiskinan dapat diteropong dari beragam dimensi kemiskinan bisa dianalisis berdasarkan sudut pandang moral, ekonomi, sosial, budaya atau pun kemartabatan. Kemiskinan dapat terjadi dimana saja di perdesaan atau di perkotaan. Walaupun sudah banyak program-program yang dirancang pemerintah untuk mengurangi kemiskinan, mulai dari jaring pengaman sosial pada puncak krisis ekonomi, program padat karya, subsidi harga pangan dengan bantuan langsung berupa beras untuk keluarga miskin (raskin), program askeskin dan terakhir program bantuan langsung tunai (BLT). Namun pada kenyataannya belum bisa mengurangi tingkat kemiskinan seutuhnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya factor yang mempengaruhi kemiskinan. Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan sering diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan. Dengan demikian kemiskinan menjadi salah satu tema utama pembangunan. 1

2 Kemiskinan desa merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi Kabupaten Garut, yang mana pada awal tahun 2010 Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) menetapkan Kabupaten Garut sebagai daerah tertinggal, bersama 182 daerah lain se-indonesia. Sejak dulu, Garut sudah masuk daftar daerah tertinggal. Kriteria dasar penetapan daerah tertinggal di antaranya perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta letak geografis daerah rawan bencana, dan daerah rawan konflik.(koran PR 17 maret 2010) Dari data BPS Kabupaten Garut diketahui bahwa kemiskinan selama beberapa tahun terakhir berfluktuatif. Hal ini disebabkan banyak faktor baik itu faktor alam ataupun faktor ekonomi. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk miskin namun jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan relatif besar. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut: Tahun Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Di Kabupaten Garut Jumlah penduduk Jumlah penduduk miskin Garis kemiskinan Persentase 2000 2.044.129 628100 91.903 32.44 2001 2.051.092 614.600 95.451 29.12 2002 2.139.167 323.700 99.448 15.40 2003 2.173.623 338.702 102.709 15.58 2004 2.204.175 338.300 108.266 15.35 2005 2.239.091 336.075 111.974 15.01 2006 2.274.974 363.148 122.974 15.96 2007 2.309.773 358.217 134.031 15.51 2008 2.345.108 359.289 154.245 15.32 2009 2.683.735 421.223 168.190 17,69 Sumber : BPS

3 Memasuki tahun 2006 jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan disebabkan dampak dari kenaikan harga barang di Kabupaten Garut. Menurut catatan BPS peningkatan penuduk miskin sebesar 66.381 jiwa, sehingga peningkatannya sebesar 19,10 persen. Kemudian pada tahun 2009, dimana dampak krisis finansial AS yang terjadi pada akhir tahun 2008 masih terasa, jumlah penduduk mikin mengalami peningkatan yakni sebesar 61.934 jiwa, sehingga peningkatannya sebesar 17.69 persen. Meningkatnya jumlah warga miskin di Kabupaten Garut merupakan permasalahan yang kompleks bagi pemerintah daerah, karena kemiskinan meliputi beberapa aspek seperti organisasi sosial politik, jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Sehingga masalah kemiskinan yang belum teratasi dapat menimbulkan dampak negatif yang mempengaruhi ketahanan ekonomi dan sosial, seperti rendahnya daya beli masyarakat, meningkatnya tingkat kriminalitas yang mempengaruhi ketahanan sosial masyarakat dan mengganggu stabilitas keamanan. Penyebab masih meningkatnya penduduk miskin di Kabupaten Garut adalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan sehingga penduduk kesulitan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Selain itu belum tepatnya pengelolaan di sektor pertanian pun menjadi salah satu penyebab meningkatnya kemiskinan pedesaan. Dari pendataan yang dilakukan BPS melalui pengukuran keluarga sejahtera berdasarkan alasan, maka terdapat

4 beberapa kecamatan yang termasuk kategori Pra KS dan KS 1 yang tinggi, diantaranya : Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Beberapa Kecamatan Menurut Pentahapan Keluarga Sejahtera Tahun 2009 Kecamatan Pra KS ekonomi KS1 Pra KS non ekonomi KS1non ekonomi Cibiuk 4588 7189 0 707 Leuwigoong 3962 6271 0 2636 Cilawu 2926 2347 922 2051 Cigedug 3346 5414 16 295 Karang pawitan 2823 3767 367 2356 Wanaraja 2914 5015 0 1462 Cisompet 2702 2352 228 1082 Tarogong kaler 2744 453 0 0 Garut kota 2687 345 30 759 Cihurip 1466 3569 428 4009 Sumber : system informasi kecamatan, Pemda Garut Dari data diatas diketahui bahwa keluarga Pra KS paling banyak terdapat di Kecamatan Cibiuk. Masyarakat Cibiuk kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani karena sebagian besar wilayah adalah persawahan dan kebun campuran, akan tetapi sebagian lagi berdagang dan sebagian kecil berbisnis dengan membuka warung makan sambal khas Cibiuk sebagai makanan khas masyarakat Cibiuk. Dari data Kecamatan Cibiuk diperoleh data tahapan keluarga sejahtera di Kecamatan Cibiuk adalah: Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Pentahapan Keluarga Sejahtera Di Kecamatan Cibiuk, Tahun 2009 Desa Pra KS KS1 Cipareuan 684 285 Cibiuk kaler 625 345 Cibiuk kidul 627 331

5 Majasari 742 260 Lingkungpasir 734 280 Sumber : Rekafitulasi hasil pendataan kelurga, Kecamatan Cibiuk Dari data diatas diketahui bahwa jumlah penduduk miskin yang diukur dengan keluarga Pra KS paling tinggi di Desa Majasari dimana banyak masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang keliling. Dari data yang diperoleh penulis pada saat melakukan pra penelitian ditemukan pula tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Cibiuk yang masih rendah karena masih terbatasnya sarana pendidikan yang ada, serta minimnya transfortasi dan cukup jauhnya jarak dari perkampungan ke sekolah. Tingkat pendidikan dibagi kedalam 5 kategori yaitu tidak tamat SD, SD dan SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan kepala keluarga di Kecamatan Cibiuk masih rendah terbukti bahwa kebanyakan kepala keluarga sekolah sampai tamatan SD dan SLTP. Data berikut menggambarkan bagaimana kemiskinan mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat pedesaan. Tabel 1.4 Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Pendidikan Desa Tidak Tamat SD- Tamat SLTA Tamat AK/PT Tamat SD SLTP Cibiuk Kidul 535 676 268 27 Cibiuk Kaler 505 699 345 24 Cipareunan 432 831 274 35 Majasari 468 961 451 44 Lingkungpasir 553 689 410 36 Sumber :kecamatan cibiuk dalam angka 2010, BPS Tingkat pendidikan kepala rumahtangga yang rendah sangat mempengaruhi indeks kemiskinan di daerah pedesaan. Data yang disajikan BPS

6 memperlihatkan bahwa 72,01% dari rumahtangga miskin di pedesaan dipimpin kepala rumahtangga yang tidak tamat SD, dan 24,32% dipimpin kepala rumahtangga yang berpendidikan SD. Sebagian besar kepala rumah tangga di Kecamatan Cibiuk tingkat pendidikannya hanya lulusan SD dan SLTP yang berjumlah 3.856 jiwa dan yang putus sekolah SD mencapai 2.538 jiwa. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan akhir yang dimiliki oleh masyarakat di Kecamatan Cibiuk masih sangat rendah, kebanyakan dari mereka hanya sampai tamat SD dan SLTP, dan hanya sedikit yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Pada dasarnya kemiskinan dikaitkan dengan besarnya pendapatan dan pemenuhan kebutuhan. BPS mendefinisikan penduduk miskin dalam artian absolute sebagai penduduk yang berpendapatan (didekati dengan pengeluaran) lebih rendah dari garis kemiskinan yang ditetapkan. Garis kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Dari data BPS yang diperoleh garis kemiskinan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang disebabkan meningkatnya harga kebutuhan masyarakat, adanya inflasi dan kelanggakan barang produksi. Selain itu garis kemiskinan kota dan desa berbeda karena perbedaan prioritas kebutuhan dan daya beli. Ada beberapa ukuran kemiskinan yang dikeluarkan selain dari BPS diantaranya ukuran kemiskinan dari bank dunia dan UNDP. UNDP mengukur kemiskinan manusia dengan indicator indeks pembangunan manusia (IPM)

7 (Todaro, 2004 : 68). Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) criteria keluarga miskin adalah tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih dari enam indikator penentu kemiskinan dengan alasan ekonomi. Enam indikator penentu kemiskinan tersebut adalah : 1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2X sehari atau lebih 2. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/bersekolah dan bepergian 3. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah 4. Paling kurang seminggu sekali keluarga makan daging/ikan atau telur 5. Setahun sekali seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru 6. Luas lantai rumah paling kurang 8m 2 untuk tiap penghuni Menurut data BPS, rumah tangga miskin menpunyai rata-rata anggota keluarga lebih besa daripada rumah tangga tidak miskin. Rumah tangga miskin diperkotaan rata-rata mempunyai anggota 5,1 orang sedangkan rata-rata anggota rumah tangga miskin dipedesaan adalah 4,8 orang (Gregorius Sahdam,2005). Oleh karena itu jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan mempengaruhi pendapatan yang akan dikeluarkan. Semakin banyak jumlah beban tanggungan maka semakin tinggi biaya yang harus ditanggung kepala keluarga. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisis lebih jauh tentang kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut dilihat dari sisi ekonomi, pendidikan dan jumlah penduduk yaitu pengaruh pendapatan

8 masyarakat, pendidikan, beban tanggungan terhadap tingkat kemiskinan desa. Selengkapnya judul penelitian yang akan penulis angkat adalah Pengaruh Pendapatan, Pendidikan dan Beban Tanggungan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut 1.2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Bagaimana pendapatan masyarakat di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut? 2. Bagaimana pendidikan masyarakat di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut? 3. Bagaimana beban tanggungan mayarakat di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut? 4. Bagaimana tingkat kemiskinan masyarakat di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut? 5. Bagaimana pengaruh pendapatan masyarakat terhadap tingkat kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut? 6. Bagaimana pengaruh pendidikan masyarakat terhadap tingkat kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut? 7. Bagaimana pengaruh beban tanggungan terhadap tingkat kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut? 1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

9 Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah; 1. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan masyarakat di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut 2. Untuk mengetahui bagaiman pendidikan masyarakat di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut. 3. Untuk mengetahui bagaimana beban tanggungan masyarakat di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut 4. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut 5. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan terhadap tingkat kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut 6. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut 7. Untuk mengetahui pengaruh beban tanggungan terhadap tingkat kemiskinan di Kecamatan Cibiuk Kabupaten Garut 1.3.2. Kegunaan Penelitian Penelitian imengenai pengaruh pendapatan, pendidikan dan beban tanggungan terhadap kemiskinan ini sangat berguna karena: 1. Secara Teoritis Bisa memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran mengenai factor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan masyarakat. 2. Secara Praktis

10 a. Bisa memberikan informasi mengenai kemiskinan masyarakat b. Bisa memberikan sumbangan terhadap pemikiran dan perkembangan Ekonomi, khususnya Ekonomi Pembangunan mengenai kemiskinan.