BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

Informed Consent Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

BAB I PENDAHULUAN. paling sering adalah berupa angina pektoris stabil (Tardif, 2010; Montalescot et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sinyal ECG. ECG Signal 1

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I PENDAHULUAN. homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi

BAB I. PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1.

HUBUNGAN LAMA MENDERITA HIPERTIROIDISME SECARA KLINIS DENGAN KELAINAN FUNGSI VENTRIKEL KIRI JANTUNG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Penemuan klinis penting yang boleh dikaitkan dengan kejadian palpitasi :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN KADAR ASAM URAT DENGAN FRAKSI EJEKSI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK DI RSUD DR. MOEWARDI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infark miokard akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

FAKTOR RISIKO KARDIOMIOPATI DILATASI DI RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... v. ABSTRAK... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan kegawatdarutan pediatrik dimana jantung tidak mampu

Ekstraksi Parameter Temporal Sinyal ECG Menggunakan Difference Operation Method

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

Hubungan antara Kadar Troponin T dengan Fungsi Diastolik Ventrikel Kiri pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RS Al Islam Bandung Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi dengue hemorrhagic fever (DHF) di seluruh dunia telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENILAIAN TRICUSPID ANNULAR PLAIN SYSTOLIC EXCURSION (TAPSE) PADA PASIEN PRA DAN PASCA BEDAH PINTAS KORONER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI)

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi. Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2016 Juli 2016

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

BAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010).

Profil Fungsi Distolik Ventrikel Kiri secara Ekokardiografi pada Gagal Jantung Kongestif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMASANGAN DAN INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

Primary and secondary prevention in chronic heart failure. Putrika Gharini

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel,

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab. kematian terbesar diseluruh dunia terutama yang

[BAB.I PENDAHULUAN] 2012 BAB I

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Muhammad Lingga Primananda 1, Masrul Syafri 2, Malinda Meinapuri 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan kelemahan fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI SISTOLIK DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sepsis didefinisikan sebagai adanya mikroorganisme atau toksin /zat beracun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan metabolik tubuh (forward failure), atau jantung dapat memompa darah hanya jika disertai adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi keduanya (Chatterjee dan Fifer, 2011). Gagal jantung dibedakan menjadi gagal jantung dengan fungsi ventrikel kiri yang menurun (heart failure with reduced ejection fraction = HFrEF) dan gagal jantung dengan fungsi ventrikel kiri yang masih baik (heart failure with preserved ejection fraction = HFpEF) (Yancy et al., 2013). HFrEF dalam beberapa literatur disebut sebagai gagal jantung sistolik, sementara HFpEF sebagai gagal jantung diastolik. Pasien yang mengalami disfungsi sistolik dapat juga disertai adanya disfungsi diastolik, terutama pada gagal jantung tahap lanjut (McMurray et al., 2012). Mortalitas pasien gagal jantung berdasarkan berbagai studi diketahui berbanding terbalik dengan fungsi sistolik ventrikel kiri. Nilai fraksi ejeksi secara umum telah dipertimbangkan sebagai salah satu faktor prognosis paling kuat yang mempengaruhi luaran jelek pada pasien dengan gagal jantung (Ponikowski et al., 2008). Cohn et al. (1990) dalam studinya menunjukkan bahwa pasien gagal jantung yang mempunyai fraksi ejeksi normal ( 45%) cenderung mempunyai 1

prognosis yang secara signifikan lebih baik dibandingkan pasien dengan gagal jantung sistolik (angka mortalitas tahunan 8% vs. 19%; p =0.0001). Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membantu diagnosis pasien dengan gagal jantung. Ekokardiografi merupakan pemeriksaan baku emas untuk menilai disfungsi diastolik maupun sistolik pada pasien gagal jantung (Dickstein et al., 2008). Namun pemeriksaan ekokardiografi ini membutuhkan seorang ahli untuk melakukannya dan tidak semua fasilitas kesehatan mempunyai alat tersebut sehingga akan sangat membantu apabila terdapat suatu alat sederhana yang dapat menggambarkan adanya disfungsi sistolik atau diastolik. Basnet et al. (2009) menyatakan bahwa pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dan foto rontgen merupakan media murah yang tersedia hampir di semua pusat kesehatan primer. Davie et al. (1996) menunjukkan bahwa gambaran EKG yang normal atau hanya menunjukkan kelainan minor (pembesaran atrium, bradikardia, takikardia, pelebaran kompleks QRS, poor R wave progression, deviasi aksis ke kanan, iskemia miokard, blok AV derajat I dan perubahan gelombang ST-T yang nonspesifik), mempunyai kemungkinan yang kecil untuk terjadi disfungsi ventrikel kiri. Sebaliknya, adanya disfungsi sistolik ventrikel kiri biasanya akan disertai adanya kelainan EKG mayor seperti fibrilasi atrium, old myocard infarction (OMI), hipertrofi ventrikel kiri (LVH = left ventricular hypertrophy), blok pada cabang berkas, atau deviasi aksis ke kiri. Abnormalitas EKG seperti fibrilasi atrium, OMI, LVH, LBBB (left bundle branch block), deviasi aksis ke kiri dan perubahan segmen ST-T mempunyai sensitivitas 100%, spesifisitas 70%, nilai prediksi positif 89,3% serta nilai prediksi 2

negatif 100% dalam hal diagnosis adanya disfungsi sistolik ventrikel kiri (Basnet et al., 2009). Hasil ini hanya berbeda sedikit dari studi yang dilakukan oleh Davie et al. (1996) dimana abnormalitas EKG mempunyai sensitivitas sebesar 94%, spesifisitas sebesar 61%, nilai prediksi positif sebesar 35% serta nilai prediksi negatif sebesar 95% dalam hal diagnosis adanya disfungsi sistolik ventrikel kiri. Studi mengenai gambaran EKG pada pasien HFpEF masih sedikit dan beragam hingga saat ini seperti studi yang dilakukan oleh Davie et al. (1996) pada 438 pasien dengan HFpEF, dimana 38% pasien mempunyai gambaran EKG yang abnormal, sementara sisanya menunjukkan gambaran EKG yang normal atau abnormalitas minor. Berbagai parameter EKG yang berhubungan dengan disfungsi diastolik telah diteliti seperti studi Wilcox et al. (2011) yang menyatakan bahwa pemanjangan interval QTc merupakan prediktor adanya disfungsi diastolik, dan studi Sauer et al. (2012) yang menemukan pemanjangan interval T-peak to T-end (TpTe) berhubungan dengan disfungsi diastolik. Dari berbagai studi di atas terlihat bahwa EKG menjadi alat yang sangat bermanfaat karena dapat menjadi alat investigasi pertama bagi klinisi untuk membantu diagnosis adanya disfungsi sistolik atau diastolik pada pasien gagal jantung kronik. Namun demikian, EKG memang belum dapat menggantikan peran ekokardiografi dalam menentukan adanya disfungsi diastolik atau sistolik pada pasien dengan gagal jantung. Sistem skoring merupakan suatu metode sederhana yang dapat kita gunakan sehari-hari untuk mempermudah diagnosis suatu penyakit (Dahlan, 2011). Beberapa sistem skoring berdasar gambaran EKG telah lama diteliti untuk 3

memperkirakan fungsi ventrikel kiri, seperti sistem skoring berdasar jumlah keseluruhan voltase gelombang R ( R) di lead avl, avf serta V1-V6 oleh Askenazi et al. (1978), sistem skoring QRS oleh Wagner et al. (1982) serta sistem skoring berdasar amplitudo gelombang Q dan R oleh Gottwik et al. (1978). Sistem skoring ini banyak diterapkan pada pasien dengan penyakit arteri koroner terutama pasca infark miokard. Namun demikian penelitian lanjutan menunjukkan bahwa beberapa sistem skoring diatas mempunyai keterbatasan atau kurang akurat dalam memperkirakan fungsi ventrikel kiri seperti studi yang dilakukan oleh Young et al. (1983) dan Fioretti et al. (1985). B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: Gagal jantung sudah menjadi problematika utama di masyarakat yang mana angka kejadiannya sangat tinggi hingga saat ini dan menjadi salah satu penyebab kematian kardiovaskular di dunia saat ini (Vasan dan Levy, 2003). Gagal jantung sistolik mempunyai prognosis yang lebih buruk apabila tidak mendapatkan terapi yang optimal dibandingkan gagal jantung diastolik. Banyak penderita gagal jantung berobat di fasilitas kesehatan primer yang mana pada fasilitas kesehatan tersebut kurang mempunyai sarana prasarana yang memadai dalam hal mendukung diagnosis gagal jantung seperti halnya ketersediaan ekokardiografi ataupun rontgen toraks. EKG merupakan alat sederhana yang 4

banyak tersedia di semua fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis adanya gagal jantung pada seorang pasien. Hasil penelitian mengenai gambaran EKG pada gagal jantung sistolik dan diastolik masih variatif, belum ada standar baku berdasarkan gambaran EKG untuk menetapkan jenis gagal jantung, apakah termasuk gagal jantung sistolik atau diastolik. Untuk itu dirasa perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran EKG pada pasien dengan gagal jantung sistolik maupun diastolik yang diharapkan dapat dibuat suatu sistem skoring berdasar gambaran EKG tersebut untuk mempermudah prediksi jenis gagal jantung meskipun peran EKG disini tetap tidak bisa menggantikan fungsi ekokardiografi sebagai alat diagnosis utama untuk membedakan gagal jantung sistolik atau diastolik. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka dapat timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah sistem skoring berdasar gambaran EKG dapat membantu prediksi jenis gagal jantung (HFpEF atau HFrEF) pada pasien dengan gagal jantung kronik? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem skoring berdasar gambaran EKG untuk membantu prediksi jenis gagal jantung (HFpEF atau HFrEF) pada pasien dengan gagal jantung kronik. 5

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik Apabila sistem skoring berdasar gambaran EKG pada penelitian ini dapat digunakan untuk membantu membedakan jenis gagal jantung pada pasien dengan gagal jantung kronik, maka sistem skoring ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan pemeriksaan EKG sebagai pemeriksaan awal pada pasien dengan gagal jantung kronik sehingga bisa diketahui apakah pasien termasuk ke dalam pasien dengan gagal jantung sistolik atau diastolik (HFrEF atau HFpEF). 2. Manfaat Klinis Apabila sistem skoring berdasar gambaran EKG ini dapat digunakan untuk membantu membedakan jenis gagal jantung pada pasien dengan gagal jantung kronik, maka sistem skoring ini dapat menjadi panduan bagi klinisi terutama yang berada di fasilitas kesehatan primer untuk membantu memprediksi pasien-pasien dengan gagal jantung sistolik atau diastolik yang nantinya perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih memadai untuk dilakukan ekokardiografi karena pasien dengan gagal jantung sistolik mempunyai prognosis yang lebih buruk jika tidak mendapatkan terapi yang optimal. F. Keaslian Penelitian (tabel 1). Penelitian yang dilakukan oleh penulis berdasarkan pada beberapa penelitian 6

Tabel 1. Studi terdahulu mengenai gambaran EKG pada gagal jantung Nama peneliti Tahun Judul studi Hasil Davie et al. 1996 Value of the Abnormalitas EKG (mayor) Electrocardoogram in lebih banyak ditemukan Identifying Heart pada pasien dengan HFrEF Failure Due to Left dibandingkan pasien Ventricular Systolic dengan HFpEF Dysfunction Basnet et al. 2009 Electrocardiograph and Abnormalitas EKG Chest X-Ray in berhubungan dengan Prediction of Left adanya disfungsi sistolik Ventricular Systolic ventrikel kiri Dysfunction Das et al. 2001 Prolonged QRS Durasi QRS mempunyai duration (QRS 170 hubungan signifikan ms) and Left Axis (inverse relationship) Deviation in the dengan nilai fraksi ejeksi Presence of Left Bundle dan pemanjangan durasi Branch Block: A QRS ( 170 milidetik) Marker of Poor Left bersamaan dengan adanya Ventricular Systolic? LBBB merupakan tanda signifikan adanya disfungsi Murkofsky et al. 1998 A Prolonged QRS Duration on Surface Electrocardiogram Is a Spesific Indicator of Left Ventricular Dysfunction Nielsen et al. 2000 Risk Assessment of Left Ventricular Systolic Dysfunction in Primary Care: Cross Sectional Study Evaluating A Range of Diagnostic Tests sistolik ventrikel kiri Pemanjangan durasi QRS (>0.10 detik) pada gambaran EKG merupakan tanda spesifik, tetapi kurang sensitif terhadap penurunan fungsi ventrikel kiri LBBB sebagai indikator kuat adanya disfungsi sistolik Wilcox et al. 2011 Usefulness of Electrocardiographic QT Interval to Predict Left Ventricular Diastolic Dysfunction Interval QTc 435 milidetik mempunyai sensitifitas 73% dan spesifisitas 74% untuk terjadinya disfungsi diastolik (septal E velocity <8 cm/s) 7

Sauer et al. 2012 Diastolic Electromechanical Coupling: Association of the Electrocardiographic T-peak to T-end Interval with Echocardiographic Markers of Diastolic Dysfunction Askenazi et al. 1978 Value of the QRS Complex in Assessing Left Ventricular Ejection Fraction Fioretti et al. 1985 Limitations of a QRS scoring system to assess left ventricular function and prognosis at hospital discharge after myocardial infarction Pemanjangan interval T- peak to T-end (TpTe) berhubungan dengan disfungsi diastolik Pasien dengan R <4.0 mv, augmented ejection fraction <0.45 (73%); sementara pasien dengan R 4.0 mv augmented ejection fraction >0.45 (93%) dengan p<0.001 Skor QRS mempunyai nilai yang rendah untuk memperkirakan nilai fraksi ejeksi Sepengetahuan peneliti hingga saat ini belum ada penelitian yang membuat suatu sistem skoring berdasar gambaran EKG untuk memprediksi pasien dengan gagal jantung kronik, apakah termasuk ke dalam gagal jantung diastolik atau sistolik (HFpEF atau HFrEF). 8