BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral adalah penyakit kelainan katup jantung yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri pada fase diastolik disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan katup ini bersifat progresif dan kronis, ditandai dengan fase laten yang panjang antara episode awal demam rematik akut dan perkembangan munculnya gejala pada jantung (Berger, 2004). Sekitar 60% pasien stenosis mitral memiliki riwayat penyakit demam rematik, yang merupakan reaksi autoimun akibat faringitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemolitikus grup A. Penyebab lainnya yaitu malformasi kongenital dari katup mitral, kalsifikasi annulus mitral dan beberapa kondisi metabolik (Moghbeli & Herrmann, 2009) (Catherine & Otto, 2009). Di negara maju seperti Amerika Serikat, prevalensi terjadinya demam rematik menurun dengan perkiraan angka kejadian 1 dari kasus. Penurunan ini berbanding lurus dengan penurunan prevalensi stenosis mitral pada Negara maju. Sedangkan pada negara berkembang, prevalensi terjadinya demam rematik lebih tinggi dibandingkan Negara maju. Sebagai contoh, prevalensi demam rematik di India mencapai / dan di Afrika mencapai 35/ (Dima & Desser, 2014). Sedangkan di Indonesia sendiri, belum ada data pasti mengenai prevalensi demam rematik maupun penyakit jantung rematik. 1

2 2 Diagnosis stenosis mitral ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi riwayat demam rematik dan gejala yang dirasakan, berupa sesak nafas dan kelelahan ketika beraktivitas maupun istirahat. Pemeriksaan fisik akan terdengar pembukaan katup diawal fase diastolik, murmur mid-diastolik, dan suara jantung pertama yang terdengar keras. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu roentgen toraks, namun pada stenosis mitral awal gambaran jantung masih terlihat normal. Semakin parah tingkat stenosisnya, akan nampak pembesaran atrium kiri. Untuk lebih memastikan, dapat pula dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi dan ekokardiografi. Pada pemeriksaan elektrokardiografi akan diperoleh gambaran P mitral dikarenakan pembesaran atrium kiri, atrial fibrilasi dan gelombang QRS yang iregular. Sedangkan, pada pemeriksaan ekokardiografi, akan diperoleh gambaran daun katup posterior yang kaku karena mengalami fibrosis sehingga derajat keparahannya dapat diukur (Henein & Pepper, 2009). Oleh karena itu, ekokardiografi digunakan sebagai baku emas penegakan diagnosis stenosis mitral. Terbatasnya jumlah ekokardiografi di Indonesia, diperlukan alat bantu penegakan diagnosis stenosis mitral yang lebih sederhana dan ketersediaan alatnya sudah lebih banyak di tingkat pelayanan kesehatan primer. Elektrokardiografi menjadi salah satu pilihan yang tepat sebagai alat bantu penegakan diagnosis stenosis mitral di Indonesia. Ketersediaan alat lebih banyak, biaya operasional lebih murah serta interpretasi hasil lebih mudah dibandingkan dengan ekokardiografi. Oleh karena itu, elektrokardiografi dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis awal kondisi stenosis mitral.

3 3 Salah satu hal yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan elektrokardiografi pada pasien stenosis mitral adalah adanya kemungkinan terjadinya hipertrofi ventrikel kanan. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya hipertrofi ventrikel kanan dari elektrokardiogram pasien. Pada penelitian ini, digunakan kriteria hipertrofi ventrikel kanan yang dikeluarkan oleh The American Heart Association/The American College of Cardiology Foundation/The Heart Rhythm Society (AHA/ACCF/HRS). Pada pasien dengan kondisi hipertrofi ventrikel kanan berdasarkan kriteria ini, diprediksikan memiliki tekanan arteri pulmonal 60 mmhg dengan sensitivitas 93% dan spesifisitas 92% (Deniz, et al., 2012). Kriteria ini biasa digunakan untuk menentukan ada tidaknya hipertensi pulmonal akibat penyakit katup mitral sebagai indikator kunci dalam algoritma untuk intervensi bedah berdasarkan pedoman ACCF/AHA untuk penyakit katup jantung (Kiefer & Bashore, 2011). B. Perumusan Masalah Stenosis mitral merupakan suatu kondisi penyempitan katup mitral yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pada atrium kiri yang semakin lama akan menyebabkan pressure overload pada ventrikel kanan dan menyebabkan terjadinya kondisi hipertrofi ventrikel kanan. Kondisi hipertrofi ventrikel kanan dapat dilihat berdasarkan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dan ditegakkan berdasarkan kriteria tertentu, salah satunya kriteria yang dikeluarkan oleh AHA/ACCF/HRS. Sehingga, keparahan derajat stenosis mitral

4 4 yang dinilai berdasarkan area katup mitral dapat dihubungkan dengan adanya kondisi hipertrofi ventrikel kanan berdasarkan kriteria AHA/ACCF/HRS. C. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara area katup mitral dengan hipertrofi ventrikel kanan sesuai skor kriteria rekomendasi AHA/ACCF/HRS pada pasien stenosis mitral di RSUP Dr. Sardjito. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjawab apakah kondisi stenosis mitral dapat diidentifikasi dengan menggunakan pemeriksaan elektrokardiografi, dengan melihat apakah terdapat hubungan antara area katup mitral dengan hipertrofi ventrikel kanan sesuai skor kriteria rekomendasi AHA/ACCF/HRS pada pasien stenosis mitral, serta dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian berikutnya. 2. Bagi dokter/klinisi, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan cara yang lebih mudah untuk mendeteksi, menegakkan diagnosis, dan memantau kondisi pasien SM. Sehingga, pasien SM dapat memperoleh penanganan dengan segera untuk mencegah komplikasi dan prognosis yang buruk. 3. Bagi masyarakat, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat mendapatkan penanganan yang lebih awal dan lebih baik, sesuai dengan kondisinya. Sehingga, pasien memperoleh hasil pengobatan yang lebih baik.

5 5 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian Identitas Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Electrocardiographic Tampilan EKG RVH Sampel penelitian right ventricular hypertrophy predicts the severity of pulmonary hypertension in patients with mitral berhubungan dengan kondisi SM yang lebih parah, tekanan arteri pulmonalis yang lebih tinggi dan ruang jantung kanan yang yang digunakan penelitian ini mencakup pasien SM di RSUP Dr. Sardjito sejak Agustus 2014 Oktober stenosis lebih besar. Pada penelitian ini (Deniz A, Tüfenk M, RVH dapat digunakan langsung mencari Acartürk E, Türk Kardiyol Dern Arş, 2012) sebagai parameter untuk memprediksi hipertensi pulmonal. hubungan tampilan EKG RVH dengan kondisi SM. Identification of Spesifisitas dan Metode penelitian Electrocardiographic Criteria for sensitivitas beberapa kriteria EKG RVH pada (kasus-kontrol dan potong lintang). Diagnosis of Right pasien SM dengan Kriteria EKG RVH Ventricular Hypertrophy Due to Mitral Stenosis (Paul M. Butler, et al., American Journal of Cardiology, 1968.) membandingkan kelompok kasus dan kontrol. yang digunakan.