Polifarmasi dan Interaksi Obat Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan dengan Penyakit Metabolik

dokumen-dokumen yang mirip
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

Potensi Interaksi Obat Resep Pasien Geriatri: Studi Retrospektif pada Apotek di Bandung

Potensi Interaksi Obat-Obat pada Resep Polifarmasi: Studi Retrospektif pada Salah Satu Apotek di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

BAB I PENDAHULUAN. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir

BAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan

BIODATA DOSEN PROGRAM PASCASARJANA ILMU FARMASI UGM

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

STUDI RETROSPEKTIF INTERAKSI OBAT PADA PASIEN JAMKESMAS DI RSUD HASANUDDIN DAMRAH MANNA BENGKULU SELATAN SKRIPSI OLEH: TONNY SETIAWAN NIM

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

STUDI RETROSPEKTIF INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PEDIATRIK RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI - JUNI 2012 TESIS

Christina A.K. Dewi, et al.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI - JUNI 2012

HUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA <200 mg/dl DAN ANTARA mg/dl

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

A.A Sagung Ika Nuriska 1, Made Ratna Saraswati 2

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

SKRIPSI OLEH: TEDY KURNIAWAN BAKRI NIM PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

POTENSI INTERAKSI OBAT RESEP PASIEN HIPERTENSI DI SALAH SATU RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI KOTA SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

Pengaruh visitasi farmasis terhadap potensi interaksi obat pada pasien lanjut usia rawat inap di Bangsal Dahlia RSUD. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN PEDIATRI STUDI RETROSPEKTIF DI 3 APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JULI - DESEMBER 2014 SKRIPSI

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

EVALUASI KETEPATAN OBAT ANTI DISLIPIDEMIA PADA PASIEN DISLIPIDEMIA RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

HUBUNGAN ANTARA KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN KADAR TRIGLISERIDA DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN DI INSTALASI PATOLOGI KLINIK RSUP H

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

Tugas Akhir. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh: Lusiana Rizqi M DIPLOMA 3 FARMASI

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

Transkripsi:

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 25 Vol. 4 No. 4, hlm 25 24 ISSN: 2252 628 Artikel Penelitian Tersedia online pada: http://ijcp.or.id DOI:.546/ijcp.25.4.4.25 Polifarmasi dan Interaksi Obat Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan dengan Penyakit Metabolik Eva S. Dasopang, Urip Harahap, Dharma Lindarto 2 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 2 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia Abstrak Penyakit metabolik merupakan penyakit yang berkaitan dengan peningkatan usia seperti hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, dan obesitas. Penyakit-penyakit tersebut ditangani dengan terapi obat yang sifatnya polifarmasi sehingga dapat menyebabkan risiko terjadi interaksi obat-obat. Penelitian ini dilakukan secara restropektif dengan menggunakan rekam medis pasien usia lanjut dengan penyakit metabolik yang di rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sebanyak 28 sampel yang termasuk ke dalam kriteria inklusi diperoleh data bahwa jumlah interaksi obat-obat yang terjadi cukup tinggi sebesar 78,96%. Pola mekanisme yang terbanyak adalah farmakokinetik (6,6%) dengan tingkat keparahan yang terbanyak adalah moderat (69,8%). Penelitian ini menunjukan adanya korelasi antara jumlah interaksi dengan jumlah obat (r=,728; p=,), dan jumlah interaksi dengan jumlah diagnosis (r=,264; p=,). Kata kunci: Interaksi obat, penyakit metabolik, polifarmasi Polipharmacy and Drug Interactions in Elderly Patients with Metabolic Diseases Abstract Metabolic disease is a disease that is associated with increasing age such as hypertension, diabetes mellitus, dyslipidemia and obesity. Such diseases are treated with polypharmacy therapy that can cause increased risk of drug interactions. This study was conducted using a restropective method using the medical records of elderly patients with metabolic diseases in outpatient unit of H. Adam Malik General Hospital Medan. A total of 28 samples were included in the inclusion criteria data showed that the number of drug-drug interactions that occur quite high at 78.96%. The pattern of drug interaction mechanism that most frequently occur is pharmacokinetic (6.6%) and the highest severity was moderate (69.8%). This study shown a correlation between the number of interactions with a number of drugs (r=.728; p=.), and the number of interactions with a number of diagnoses (r=.264; p=.). Keywords: Drug-interactions, metabolic-disease, polypharmacy Korespondensi: Eva S. Dasopang S.Si., M.Si., Apt., Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, email: evasartikadasopang@gmail.com Naskah diterima: 6 April 25, Diterima untuk diterbitkan: 27 Juli 25, Diterbitkan: Desember 25 25

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 25 Pendahuluan Keberhasilan pembangunan menyebabkan peningkatan usia harapan hidup penduduk di Indonesia sehingga terjadi pertumbuhan jumlah penduduk usia lanjut. Batasan lansia menurut WHO meliputi usia lanjut (elderly) antara 6 74 tahun, dan usia lanjut tua (old) antara 75 9 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 9 tahun. 2 Berdasarkan Undangundang Nomor Tahun 998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan usia lanjut adalah penduduk yang telah mencapai usia 6 tahun ke atas. Peningkatan pada usia harapan hidup ini menimbulkan konsekuensi yang logis, yaitu terjadinya masalah kesehatan yang potensial pada seseorang dengan usia lanjut. Proses menua berdampak pada penurunan fungsi organ sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah pada kesehatan diantaranya para lansia rentan terhadap faktor risiko penyakitpenyakit metabolik, antara lain hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, dan obesitas. 4 Prevalensi penyakit metabolik meningkat dengan bertambahnya usia. 5 Penyakit metabolik menurut Consensus The International Diabetes Federation (IDF) tahun 25 adalah kumpulan faktor risiko antara lain diabetes dan prediabetes, obesitas abdominal, hipertensi, dan dislipidemia. Menurut data National Cholesterol Education Program Expert Panel on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults Treatment Panel III (NCEP ATP III) pada tahun 2, penyakit metabolik merupakan sekelompok kelainan metabolik lipid maupun nonlipid yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner yang terdiri atas obesitas sentral, dislipidemia, kadar trigliserida yang tinggi dan kadar High Density Lipoprotein (HDL) rendah, hipertensi, dan kadar glukosa plasma abnormal. 6,7 Telah diketahui bahwa penyakit pasien pada usia lanjut memiliki beberapa kriteria, antara lain memiliki lebih dari satu penyakit (multipel), biasanya bersifat kronis sehingga menimbulkan kecacatan bahkan kematian, dan rentan terhadap berbagai penyakit akut yang diperberat dengan adanya penurunan pada daya tahan tubuh. 8 Polifarmasi secara signifikan bisa meningkatkan risiko interaksi obat dengan obat. 9 Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang banyak dan tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien. Arti dasar dari polifarmasi adalah obat dalam jumlah yang banyak dalam satu resep (dan atau tanpa resep) untuk efek klinik yang tidak sesuai. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Yogyakarta diperoleh bahwa pasien yang menggunakan 2 jenis obat mempunyai risiko % interaksi obat dan 8% ketika menggunakan 4 jenis obat, dan mencapai 82% ketika menggunakan 7 atau lebih jenis obat secara bersamaan. Beberapa peneliti mengatakan bahwa penggunaan 2 jenis obat disebut polifarmasi minor dan penggunaan lebih dari 4 jenis obat disebut polifarmasi mayor. 2 Keparahan interaksi dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan yaitu minor, moderat, dan mayor. Termasuk kategori minor jika interaksi kemungkinan terjadi pada pasien akibat kelalaian. Kategori moderat apabila interaksi terjadi pada pasien dan monitoring harus dilakukan. Efek interaksi moderat mungkin dapat menyebabkan perubahan pada status klinis pasien, menyebabkan perawatan tambahan atau pasien semakin lama tinggal di rumah sakit. Suatu interaksi termasuk dalam keparahan mayor apabila interaksi tersebut membahayakan pasien termasuk nyawa pasien dan kerusakan/kecacatan mungkin terjadi. Pasien pada usia lanjut rentan dengan perubahan yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, peningkatan faktor risiko untuk penyakit yang terkait dengan penuaan, dan peningkatan konsekuensi dalam penggunaan obat. 4 Farmakokinetik dan farmakodinamik 26

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 25 sering mengalami perubahan pada pasien dengan usia lanjut, penurunan metabolisme, kapasitas penyerapan berkurang, ekskresi ginjal, dan perubahan dalam volume serta distribusi dalam lemak tubuh. 5 Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai polifarmasi dan interaksi obat pada pasien usia lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah interaksi obat-obat, pola mekanisme, tingkat keparahan, mengetahui hubungan antara jumlah interaksi dengan jumlah obat dan jumlah interaksi dengan jumlah diagnosis pada pasien usia lanjut dengan penyakit metabolik yang dirawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Hipotesis pada penelitian ini adalah jumlah interaksi obat-obat pada pasien usia lanjut yang terjadi adalah tinggi dengan pola mekanisme farmakokinetik, farmakodinamik, dan unknown. Tingkat keparahan yang dapat terjadi adalah mayor, moderat, dan low serta terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah interaksi dengan jumlah obat dan jumlah interaksi dengan jumlah diagnosis. Metode Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada periode Januari Oktober tahun 2. Sumber data meliputi seluruh rekam medik pasien usia lanjut dengan penyakit metabolik yang dirawat jalan pada Januari Desember 22. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara acak sederhana dan dihitung menggunakan proporsi binomunal (binomunal proportions). 6 Jumlah obat yang dikonsumsi berdasarkan rekam medik dengan jumlah resep yang terbanyak. Interaksi potensial pada resep kemudian diidentifikasi melalui database pada www.drugs.com dan tingkat keparahan dikelompokan berdasarkan pada level minor, moderate dan severe. 7 Penentuan dari mekanisme interaksi yang termasuk farmakokinetik, farmakodinamik, dan unknown dilakukan berdasarkan literatur. Analisis korelasi dilakukan dengan metode Spearman test. Subjek yang dipilih harus memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien usia lanjut (6 tahun atau lebih) yang dirawat pada periode Januari Desember 22 dan memiliki data rekam medik yang lengkap, meliputi apakah pasien mendapatkan terapi lebih dari dua jenis obat dan seluruh gender sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien yang tidak lengkap data rekam mediknya, menggunakan satu jenis obat, serta rekam medis di luar periode Januari Desember 22. Hasil Hasil analisis terhadap 28 kartu rekam medis pasien usia lanjut dengan penyakit metabolik yang dirawat jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan dari Januari sampai dengan Desember 22 diperoleh kejadian interaksi obat-obat yang terjadi cukup tinggi. Dari 28 rekam medik ada 259 rekam medik yang mengalami interaksi obat (78,96%). Kejadian interaksi obat-obat pada pasien usia lanjut berdasarkan jenis kelamin, yaitu pria lebih tinggi (8,%) dibandingkan wanita (76,92%). Berdasarkan jumlah obat, semakin banyak obat yang digunakan maka semakin tinggi kejadian interaksi yang terjadi. Begitu juga dengan jumlah diagnosis bahwa semakin banyak diagnosis semakin meningkat pula kejadian interaksi obat. Gambaran kejadian interaksi dapat dilihat pada Tabel. Analisis korelasi dengan menggunakan metode Spearman test menunjukkan bahwa jumlah interaksi obat dengan jumlah obat dan diagnosis terdapat korelasi positif, yaitu interaksi meningkat dengan meningkatnya jumlah obat dan jumlah diagnosis yang di terima oleh pasien. Korelasi yang diperoleh sangat signifikan antara jumlah interaksi 27

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 25 Tabel Gambaran Kejadian Interaksi Obat pada Rekam Medik Pasien Rawat Jalan (n=28) No Kriteria Subjek Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2 Jumlah obat Dua obat Tiga obat Empat obat Lima obat Enam obat Tujuh obat Delapan obat Sembilan obat Sepuluh obat Sebelas obat Diagnosis Satu diagnosis Dua diagnosis Tiga diagnosis Empat diagnosis Rekam Medik Pasien Rawat jalan (n=28) Berinteraksi Persen (%) Tidak berinteraksi Persen (%) 29 72 5 9 58 2 4 67 4 46 6 8, 76,92 9,9 6,72 85,6 82,98 95,8 95,8 76,4 76,9 92, 9 4 6 8 2 44 4 8,87 2,8 9,9 6,28 4,6 7,2 4,92 4,6 2,86 2,9 8, dengan jumlah obat (r=,728) sedangkan jumlah interaksi dengan jumlah diagnosis diperoleh korelasi yang signifikan (r=,264). Data dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan jenis obat yang berpotensi mengalami interaksi (5 kejadian interaksi), diperoleh jenis interaksi yang terjadi dibagi menjadi tiga, yaitu interaksi farmakokinetik (6,6%), interaksi farmakodinamik (22,8%), dan interaksi unknown (,6%). Data dapat dilihat pada Tabel. Pembahasan Kejadian interaksi obat-obat pada pasien usia lanjut memang cukup tinggi (78,96%). Hal ini sesuai dengan penelitian lainnya yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta menunjukan bahwa interaksi pada pasien dengan usia lanjut rawat jalan cukup besar (69%). 8 Berdasarkan jumlah obat dapat dilihat bahwa semakin banyak obat yang dikonsumsi maka semakin besar interaksi obat yang terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Raquel dkk juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu makin meningkatnya jumlah obat maka semakin tinggi pula kejadian interaksi. 9 Berdasarkan data jumlah diagnosis dapat disimpulkan bahwa makin banyak diagnosis maka semakin tinggi kejadian interaksi obat. Pada pasien usia lanjut cenderung menderita berbagai penyakit sehingga menyebabkan konsumsi obat semakin banyak sehingga interaksi yang terjadi semakin meningkat Tabel 2 Korelasi Antara Jumlah Interaksi dengan Jumlah Obat dan Diagnosis Jumlah Interaksi r p Jumlah Obat Jumlah Diagnosis *. Korelasi signifikan **. Korelasi sangat signifikan,728**,264 *,, 28

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 25 Tabel Mekanisme Interaksi Obat-Obat pada Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan No Jenis Interaksi Jumlah Persentase (%) 2 Farmakokinetik Farmakodinamik Unknown Total 8 4 68 5 6,6 22,8,6 dengan meningkatnya jumlah diagnosis. 2 Pasien yang menderita beberapa penyakit dapat melakukan pengobatan lebih dari satu dokter juga merupakan salah satu faktor dalam terjadinya polifarmasi. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa semakin banyak penyakit yang diderita oleh pasien, akan semakin banyak obat yang dikonsumsi sehingga meningkatkan pula potensi kejadian interaksi obat. 2 Suatu studi di Purwokerto juga diketahui kejadian interaksi obat-obat meningkat dengan penggunaan obat yang banyak peresepnya. 22 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya interaksi selain karena banyaknya obat yang digunakan, menderita beberapa penyakit juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan dokter tentang mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat sehingga interaksi obat yang berupa peningkatan toksisitas sering dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi yang berupa penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit. Selain itu, terlalu banyaknya obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat. Berdasarkan data jumlah obat dan jumlah diagnosis penyakit yang dihubungkan dengan jumlah interaksi diperoleh korelasi positif, yaitu semakin banyak jumlah obat semakin banyak pula interaksi yang terjadi. Demikian juga dengan diagnosis, yaitu semakin banyak diagnosis semakin banyak pula interaksi yang terjadi. Dari seluruh resep yang telah dikumpulkan dan dianalisis, berdasarkan pola mekanisme interaksi yang tertinggi adalah farmakokinetik (6,6%), diikuti farmakodinamik (22,8%) dan unknown (,6%). Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta pada pasien dengan usia lanjut rawat jalan diperoleh interaksi yang tertinggi adalah farmakokinetik sebesar (72%), diikuti dengan farmakodinamik (9%), dan unknown (9%). 8 Hanya interaksi cara farmakodinamik yang dapat diprediksi dan umumnya berlaku untuk segolongan obat dari kelas terapi yang sama, sedangkan interaksi farmakokinetik tidak dapat diprediksi untuk obat dalam kelas terapi yang sama karena perbedaan sifat fisika kimia obat yang menyebabkan perbedaan profil farmakokinetik. 2 Kemunduran fungsi organ merupakan salah satu akibat proses penuaan yang dapat memengaruhi proses farmakokinetik maupun farmakodinamik obat di dalam tubuh karena Tabel 4 Tingkat Keparahan Interaksi Obat-Obat pada Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan No Jenis Interaksi Jumlah Persentase (%) 2 Mayor Moderat Minor Total 4 49 7 5 6,8 69,8 2,4 29

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 25 proses penuaan menyebabkan perubahan terhadap sistem muskuluskeletal, sistem kardiopumonal, sistem pencernaan, sistem perkemihan, perubahan sistem endokrin, dan sistem neurologis. 24 Potensi interaksi yang terjadi berdasarkan tingkat keparahan dari 5 kejadian interaksi obat yang tertinggi adalah moderat (69,8%), minor (2,4%), dan mayor (6,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian di RSUD Hasanuddin yang menyatakan bahwa interaksi tertinggi berdasarkan tingkat keparahannya adalah moderat sebesar 59,27%. 25 Berdasarkan data tersebut potensi interaksi moderat lebih sering terjadi pada kelompok usia lanjut yang menuntut kewaspadaan dari apoteker dan dokter untuk mencegah dan/ atau meminimalisasi interaksi yang terjadi. 9 Interaksi obat dianggap penting secara klinik apabila dapat meningkatkan toksisias atau justru menurunkan efek terapi farmakologi dari obat tersebut. Interaksi antara obatobat dapat dihindari dengan cara mencegah penggunaan obat yang bersifat polifarmasi. Apoteker harus mampu mengidentifikasi, mengatasi, dan mencegah interaksi obat serta memastikan tujuan terapi pasien dapat tercapai sehingga terwujudnya terapi yang optimal. 26 Simpulan Interaksi obat-obat pada pasien usia lanjut dengan penyakit metabolik cukup tinggi. Berdasarkan pola mekanismenya, interaksi farmakokinetik merupakan yang tertinggi (6,6%), tingkat keparahan level moderat yang tertinggi (69,8%) serta terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah interaksi dengan jumlah obat dan jumlah diagnosis. Daftar Pustaka. Pranaka K. Penerapan geriatrik kedokteran menuju usia lanjut yang sehat. Universa Medicina. 26;25(4):87 2. Ismayadi. Asuhan keperawatan dan reumatik (arthritis rhematoid) pada lansia. Medan: FK USU; 24.. Badan Pusat Statistik. Statistik penduduk lanjut usia. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2. 4. Darmojo B, Martono H. Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 999. 5. Krisnawaty B, Hari KY, Budi M. Perbedaan gender pada kejadian sindrom metabolik pada penduduk perkotaan di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 22;7(5):29 25. 6. Sudijanto K. Body mass index, total cholesterol, and ratio total to hdl cholesterol were determinants of metabolic syndrome in the indonesian elderly. Med J Indones. 27;6():95 2. doi:.8/mji.v6i.276 7. Sudijanto K, Purwantyastuti, Dharmayati UL, Ratna J, Yull KR, Besral. Prevalensi dan determinan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif di Jakarta dan sekitarnya. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2;5(2):84 8. 8. Hajjar ER, Cafiero AC, Hanlon JT. Polypharmacy in elderly patients. Am J Geriatr Pharmacother. 27;5(4):45 5. doi:.6/j.amjopharm.27.2.2 9. Anissa N, Abdulah R. Potensi interaksi obat resep pasien geriatri: studi restropektif pada Apotek di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 22;():96.. Rambadhe S, Chakarborty A, Shrivastava A, Ptail UK. A survey on polypharmacy and use of inappropriate medications. Toxicol Int. 22;9():68 7. doi:.4/97-658.9456. Rahmawati F, Pramantara DP, Rohmah W, Sulaiman SA. Polypharmacy and unnecessary drug therapy on geriatric hospitalized patients in Yogyakarta Hospitals, Indonesia. Int J Pharm Pharmaceu Scie. 29;():6. 2. Ramer LB, Massey EB, Simpson TW, 24

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 25 Simpson KN. Polypharmacy: misleading, but manageable clinical interventions in age. 28;(2):8 89. Mamun K, Lien CT, Tan GCE, Ang WST. Polypharmacy and inappropriate mediction use in singapore nursing homes. Ann Acad Med Singapore. 24; ():49 52. 4. Hines LE, Murphy JE. Potentially harmful drug-drug interactions in the elderly: a review. Am J Geriatr Pharmacother. 2;9(6):67 77.doi:.6/j. amjopharm.2..4 5. Sitar DS. Aging issues in drug disposition and efficacy. Proc West Pharmacol Soc. 27;5:6 2. 6. Lemeshow S, David WH. Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 997. 7. Drug Interactions Checker. Cherner Multum, Inc, Denver, CO [diunduh 6 Agustus 22]. Tersedia dari: http:// www/drugs.com 8. Rahmawati F, Handayani R, Gosal V. Kajian restropektif interaksi obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia. 26;7(4):77 8. 9. Raquel SM, Claudia QVS, Alfredo DO, Chiara ER, Divaldo PL. Assessment of drug interactions in elderly patients of a family health care unit in aracaju (Brazil): a pilot study. Afr J Pharm Pharmacol. 2;5(7):82 8. doi:.5897/ajpp.299 2. Christina AKD, Umi A, Mufarrihah, Yunita N. Drug therapy problems pada pasien yang menerima resep polifarmasi. Jurnal Farmasi Komunitas. 24;():7 22. 2. Kismawati M, Lukman H, Dewa I. Profil drug-related problems pada pasien geriatrik rawat inap di Bangsal Bugenvil Unit Penyakit Dalam RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta Periode September 29 Januari 2. Prosiding Seminar Nasional; 2 Desember 27; Yogyakarta, Indonesia: Universitas Gajah Mada: 2. 22. Andriana S, Djoko W, Budi R. Identifikasi potensi interaksi obat pada pasien rawat inap penyakit dalam di RSUP Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan metode observasional retrospektif periode November 29 Januari 2. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 22;2(2): 95 2. 2. Retno G. Interaksi obat dan beberapa implikasinya. Media Litbang Kesehatan. 28;8(4):75. 24. Ekowati H, Adi TP, Trisnowati, Raharjo. Pengaruh visitasi farmasi terhadap potensi interaksi obat pada pasien lanjut usia rawat inap di Bangsal Dahlia RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo. Majalah Farmasi Indonesia. 26;7(4):99 2. 25. Tonny S. Studi restropektif interaksi obat pada pasien jankesmas di RSUD Hasanuddin Damrah Manna Bengkulu Selatan (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2. 26. Ana Y, Arie S, Catur DS, Gesnita N, Gusti NV, Mufarrihah, et al. Profil praktek pngelolaan obat pada lansia di Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas. 24;():24 9. 24