BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan sebagai kejadian atau permasalahan yang ada dalam terapi obat atau mengganggu secara potensial hasil keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration) memiliki persentase sebesar 59,3% dalam kejadian DRPs. Kesalahan pencatatan obat pada pengobatan penyakit kardiovaskuler menempati urutan kedua terbesar di Rumah Sakit Indonesia (Ernawati dkk., 2014). Berbagai obat kardiovaskuler memiliki risiko tinggi dalam menyebabkan kejadian DRPs. Hal ini disebabkan karena mayoritas jenis dan nama obat kardiovaskuler termasuk dalam look alike and sound alike (LASA) sehingga pencatatan pengobatan kardiovaskuler merupakan urutan kedua terbesar dalam kejadian medication error. Penelitian menyebutkan bahwa pengobatan kardiovaskuler memiliki potensi sebesar 24-33% dalam kejadian DRPs dan berpengaruh secara signifikan terhadap outcome klinik yang diharapkan (Camiré dkk., 2009; Ernawati dkk., 2014; Michaels dkk., 2010). Pernyataan ini didukung oleh beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat 73,18% DRPs terjadi pada pasien geriatri dengan hipertensi di Poli Rawat Jalan RSUP Persahabatan (Dewi dkk., 2013); sebanyak 13,81% DRPs terjadi pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Semarang (Setyani dkk., 2008); dan sebesar 29,8% DRPs terjadi di bangsal kardiologi Rumah Sakit Spanyol (Urbina dkk., 2014). 1

2 2 Hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap kejadian DRPs pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler telah diteliti untuk mencegah hasil luaran klinik yang buruk. Usia, jenis kelamin, kondisi organ pasien, kemampuan pengoperasian Computerized Provider Order Entry (CPOE), jumlah dan jenis obat yang diberikan merupakan beberapa faktor risiko yang perlu diberi perhatian secara khusus untuk mencegah terjadinya DRPs. Dari tujuh jenis yang ada, mayoritas DRPs yang terjadi pada pengobatan penyakit kardiovaskuler adalah ketidaktepatan kombinasi obat dengan obat ataupun dengan makanan, kesalahan penulisan akibat ketidakpahaman pengoperasian CPOE, dosis berlebih, dan penyesuaian dosis berdasarkan kondisi farmakokinetika pasien dan obat (Abraham, 2014; Urbina dkk., 2014). Salah satu faktor risiko yang dinyatakan berkorelasi secara signifikan terhadap peningkatan kejadian DRPs pada pengobatan penyakit kardiovaskuler adalah adanya polifarmasi (Gastelurrutia dkk., 2011; Ledwidge dkk., 2004; Urbina dkk., 2014). Polifarmasi merupakan penggunaan obat obatan yang berlebih dan ditekankan pada pemberian obat obatan yang sebenarnya tidak diperlukan oleh pasien. Peningkatan jumlah obat yang diberikan pada pasien akan memberikan luaran klinik yang buruk bagi pasien khususnya pasien geriatri (Hajjar dkk., 2007). Dengan adanya polifarmasi, maka akan terjadi peningkatan probabilitas dalam interaksi obat dengan obat ataupun obat dengan makanan. Oleh karena itu perlu adanya intervensi farmasis dalam penatalaksanaan terapi penyakit kardiovaskuler.

3 3 Salah satu rumah sakit di Indonesia yang merupakan rumah sakit rujukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian Selatan adalah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito. RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pendidikan tipe A yang bertanggungjawab secara langsung kepada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dalam upaya meningkatkan mutu, membentuk citra rumah sakit yang excellent service, dan memiliki pelayanan rumah sakit berstandar internasional maka perlu dilakukan berbagai upaya dalam peningkatan pelayanan kefarmasian. Salah satu upaya yang nyata dapat dilakukan adalah dengan cara mencegah terjadinya insiden rawat inap akibat DRPs. DRPs memiliki kontribusi yang besar terhadap insiden rawat inap pasien gawat darurat (Al-Arifi dkk., 2014; Alghamdy dkk., 2015). Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian terhadap hubungan antara faktor risiko usia, jenis kelamin, multipatologi penyakit dan polifarmasi dengan kejadian DRPs di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Sardjito sehingga dapat mencegah insiden rawat inap di ruang gawat darurat akibat DRPs dan menghasilkan luaran klinik yang baik. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa saja jenis DRPs yang terjadi pada pasien rawat jalan Poliklinik Kardiologi di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta? 2. Apakah terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, multipatologi, dan polifarmasi terhadap kejadian DRPs pada pasien rawat jalan Poliklinik Kardiologi di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta?

4 4 C. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian telah dilakukan terkait dengan prevalensi kejadian DRPs, jenis kategori DRPs yang sering terjadi, dan pengaruh DRPs terhadap outcome klinik serta adverse drug reactions yang muncul pada terapi terdapat pada tabel 1. Tabel 1. Penelitian tentang Kajian Faktor Risiko dan DRPs pada Pasien Kardiovaskuler Peneliti Judul & Metode Penelitian Hasil Penelitian Ledwidge dkk., (2004) Specialist Care Of Heart Failure Improves Appropriate Pharmacotherapy At The Expense Of Greater Polypharmacy And Drug- Interactions Metode: cohort, prospektif Specialist care yang dilakukan pada pasien dengan heart failure dapat menurunkan kejadian penggunaan obat yang tidak tepat, tidak ada terapi, dan penggunaan dosis obat yang salah secara signifikan (p < 0,0001). Namun, kejadian polifarmasi dan interaksi potensial obat (interaksi obat ginjal dan interaksi obat liver) tetap meningkat hingga 33% dan 62%. Setyani dkk., (2008) Romana dkk., (2012) Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Semarang Periode Maret Oktober 2006 Metode: deskriptif, retrospektif Polypharmacy Leading To Adverse Drug Reactions In Elderly In A Tertiary Care Hospital Metode: observasional dan prospektif Dari 228 resep pasien dengan hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pemerintah Kota Semarang, terdapat 117 resep yang termasuk dalam DRPs. DRPs terdiri dari dosis terlalu tinggi 5,98%; dosis terlalu rendah 46,16% dan interaksi obat 47,86%. Mayoritas pasien lansia mengalami polifarmasi dengan penggunaan obat injeksi dan antibiotik yang terbatas. Berbagai adverse drug reactions muncul pada 15% pasien lansia.

5 5 Peneliti Judul & Metode Penelitian Hasil Penelitian Urbina (2014) dkk., Patient Risk Factors For Developing A Drug-Related Problem In A Cardiology Ward Metode: observasional, prospektif Dari 964 pasien masuk, minimal satu jenis DRPs ditemukan pada 29,8% pengobatan. Faktor yang memiliki risiko tinggi terhadap kejadian tersebut adalah polifarmasi (OR = 1,228); jenis kelamin wanita (OR = 1,496); dan pengobatan pertama kali yang diterima oleh pasien (OR = 1,494). Ernawati dkk., (2014) Gastelurrutia dkk., (2011) Nature And Frequency Of Medication Errors In A Geriatric Ward: An Indonesian Experience Metode: prospektif Negative Clinical Outcomes Associated With Drug- Related Problems In Heart Failure (HF) Outpatients: Impact Of A Pharmacist In A Multidisciplinary HF Clinic Metode: prospektif Kesalahan dokumentasi/pencatatan obat obat kardiovaskuler menyebabkan potentially significant outcome pada pasien kardiovaskuler. Dari DRPs yang ditemukan, sebanyak 31% DRPs terjadi akibat kegagalan terapi; 22% karena dosis yang inadekuat, salah, atau durasi penggunaan obat yang salah; 16% karena efek samping yang mungkin terjadi; dan 14% akibat ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan. Jumlah obat yang diberikan sebagai terapi kepada pasien memiliki pengaruh yang signifikan terhadap munculnya drugnegative outcomes (DNOs) (p<0,013). Namun, dengan adanya intervensi dari farmasis, kasus DRPs dapat dihindari sebesar 83%. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan beberapa penelitian yang sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor risiko kejadian DRPs pada pasien kardiovaskuler. Faktor risiko yang akan dikaji pada penelitian ini difokuskan pada faktor pasien, faktor terapi, dan faktor penyakit. Faktor pasien dilihat dari besarnya usia dan jenis kelamin pasien. Faktor terapi ditekankan pada jumlah obat kardiovaskuler yang diresepkan oleh dokter kepada pasien. Pada

6 6 faktor yang ketiga, yaitu faktor penyakit ditekankan pada multipatologi penyakit yang dimiliki oleh pasien tersebut. Dengan melihat berbagai faktor risiko DRPs, hasil penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai gambaran faktor risiko yang berpengaruh paling besar terhadap kejadian DRPs sehingga dapat dilakukan pencegahan oleh tenaga kefarmasian. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi praktisi di Rumah Sakit, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran untuk mengetahui faktor risiko apa yang paling berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien kardiovaskuler di Poliklinik Kardiologi RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Dengan demikian dapat digunakan dalam melakukan monitoring secara khusus pada pasien dengan risiko tinggi dalam kejadian DRPs. 2. Bagi peneliti, dapat memberikan informasi dan pengetahuan akan faktor risiko apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien kardiovaskuler. 3. Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan untuk melakukan penelitian serupa yang dapat dikembangkan dalam penelitian terhadap monitoring luaran klinik pada pasien kardiovaskuler risiko tinggi.

7 7 E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui jenis DRPs yang terjadi pada terapi pasien rawat jalan Poliklinik Kardiologi di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. 2. Mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, multipatologi, dan polifarmasi terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien rawat jalan Poliklinik Kardiologi di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.