BAB 5 HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

ABSTRAK. Kata kunci: permen karet, sukrosa, xylitol, kapasitas bufer, ph saliva

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 4 METODE PENELITIAN

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso***

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1 Distribusi kapasitas dapar saliva sesudah pengunyahan parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

PENGARUH PEMBERIAN TABLET HISAP Xylitol DAN TABLET HISAP SUKROSA TERHADAP ph SALIVA PADA ANAK USIA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SKEMA ALUR FIKIR. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB 4 METODE PENELITIAN

Retriksi Cairan dengan Mengunyah Permen Karet Xylitol)

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permukaan gigi yang tidak bersifat self cleansing (membersihkan gigi), self cleansing

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONESIA. EFEK XYLITOL TERHADAP RESIKO KARIES DITINJAU DARI ph PLAK DAN ph SALIVA PADA PASIEN YANG MENGGUNAKAN ALAT ORTODONTI CEKAT

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT

ABSTRAK. Xylitol, populasi bakteri aerob, plak gigi.

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

Kata kunci: Self-ligating bracket, conventional bracket, Streptococcus mutans.

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

ABSTRAK. Kata Kunci: permen karet, probiotik, Lactobacillus reuteri, Streptococcus mutans.

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

Transkripsi:

BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut diperoleh subyek penelitian sebanyak 30 orang dengan metode consecutive sampling. Setiap subyek penelitian diinstruksikan untuk mengunyah permen karet Xylitol sebanyak dua buah sehabis menyikat gigi selama minimal lima menit, dua kali sehari pagi dan malam selama dua minggu, dan pemeriksaan ph plak dan ph saliva dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan tersebut. Perbedaan ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah mengunyah Xylitol Rerata ± SD Nilai (n = 30) Min Max ph Plak Sebelum ph Plak Sesudah ph Saliva Sebelum ph Saliva Sesudah 5.983 ±0.3824 5.5 6.5 6.367 ± 0.2249 6.0 6.5 7.047 ± 0.4918 5.8 7.6 7.193 ± 0.4828 6.2 7.8 Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengambilan data berupa pemeriksaan ph plak dan ph saliva yang berlum dipaparkan Xylitol. Uji reliabilitas dilakukan secara intra observer dan inter observer di analisis dengan metode test-retest. Hasilnya menunjukkan tingkat reliabilitas yang dapat dipercaya semua variabel memiliki nilai r mendekati 1 (diatas 0.8). 27

28 Tabel 1 menunjukkan terjadi peningkatan ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah. Dari data-data yang terkumpul, kemudian dianalisis, sebaran data ini memiliki sebaran yang tidak normal (berdasarkan pengujian Shapiro-Wilk) sehingga untuk mengetahui perbedaan antara ph plak sebelum dan sesudah dilakukan uji kemaknaan Wilcoxon dua arah. Tabel 5.2 : Perubahan rerata ph plak sebelum dan sesudah perlakuan RERATA PH PLAK Nilai SEBELUM PERLAKUAN *p < 0.05 SESUDAH PERLAKUAN 5.983 6.367 0.384 p=0.000* t p Tabel 5.2 menunjukkan rerata perbedaan ph plak sebelum dan sesudah perlakuan. Dari uji statistik (Wilcoxon) terdapat perbedaan ph plak yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan (p < 0.05). Tabel 5.3 : Perubahan rerata ph saliva sebelum dan sesudah perlakuan RERATA PH SALIVA Nilai SEBELUM SESUDAH PERLAKUAN PERLAKUAN t p 7.047 7.193 0.146 p=0.043* *p < 0.05 Tabel 5.3 menunjukkan rerata perbedaan ph saliva sebelum dan sesudah perlakuan. Dari uji statistik (Wilcoxon) terdapat perbedaan ph saliva yang bermakna sebelum dan sesudah perlakuan (p < 0.05).

BAB 6 PEMBAHASAN Tujuan perawatan ortodonti adalah memperbaiki fungsi gigi geligi dan estetis seseorang. Perawatan ortodonti yang menggunakan alat cekat berpotensi meningkatkan resiko karies selama atau setelah perawatan karena kendala dalam membersihkan plak dan sisa-sisa makanan yang melekat pada bracket, kawat dan ligature. 5 Dengan meningkatnya akumulasi plak pada bracket, kawat dan ligature maka resiko berkembangnya lesi karies pada saat perawatan ortodonti juga meningkat. 7 Metabolisme bakteri terhadap karbohidrat dalam tingkat tinggi pada plak dapat menyebabkan turunnya ph dengan sangat cepat hingga 2-5 poin pada permukaan gigi. Karenanya demineralisasi pada enamel di sekitar bracket merupakan proses yang dapat terjadi dengan sangat cepat. 7,8 Berbagai mekanisme dapat digunakan dalam mencegah karies, salah satu metode yang efektif adalah dengan mengganti substansi pemanis sukrosa dengan pemanis non-kariogenik seperti Xylitol. 5,11 Penelitian eksperimental klinis ini dilakukan untuk mengetahui efek Xylitol terhadap resiko karies pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat ditinjau dari perubahan pada ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah mengunyah permen karet Xylitol selama dua minggu. Pemeriksaan ph plak dan ph saliva dilakukan sebelum dan setelah perlakuan untuk mengetahui perubahan ph plak dan ph saliva yang terjadi. Perlakuan selama dua minggu dilakukan atas dasar penelitian-penelitian oleh Soderling dan kawan-kawan (Effect of sorbitol, xylitol, and xylitol sorbitol chewing gums on dental plaque), Twetman S dan Stecksen-Blicks C (Effect of xylitol containing chewing gums on lactic acid production in dental plaque from caries active pre-school children), dan Abdulkadir Sengun dan kawan-kawan (Evaluation of the dental plaque ph recovery effect of a xylitol lozenge on patients with fixed orthodontic appliances) yang menunjukkan bahwa waktu aplikasi Xylitol selama dua minggu terbukti berpengaruh terhadap plak dan saliva. Pemeriksaan ph plak dan ph saliva dilakukan dengan menggunakan ph plak indicator kit dan dental saliva ph indicator. Setiap subyek penelitian diminta 29

30 untuk tidak makan dan minum minimal satu jam sebelum pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk memperkecil bias yang terjadi akibat stimulasi kelenjar saliva oleh makanan dan minuman. Selain itu, dibutuhkan waktu kurang lebih 30-60 menit bagi plak untuk kembali pada ph normal setelah pajanan terhadap makanan. 18 Prosedur pemeriksaan disesuaikan dengan instruksi pabrik dari ph plak indicator kit dan dental saliva ph indicator. Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk, sebaran data yang didapat memiliki sebaran yang tidak normal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kondisi oral hygiene dan kondisi saliva subjek penelitian yang bervariasi, serta kisaran skor ph pada alat ukur yang digunakan. Oral hygiene seseorang dipengaruhi oleh pola diet, frekuensi dan cara menyikat gigi, serta penggunaan dental floss atau obat kumur sehingga banyak faktor yang dapat membuat terjadinya variasi kondisi oral hygiene pada tiap-tiap subjek penelitian. Sementara kondisi saliva dapat dipengaruhi oleh riwayat kesehatan gigi (ada tidaknya gigi yang berlubang), riwayat kesehatan umum, obat yang sedang dikonsumsi, serta pola diet. Alat ukur yang digunakan peneliti juga dapat mempengaruhi sebaran data karena ph plak dan ph saliva diukur dengan melihat perbedaan skor ph berdasarkan warna indikator menggunakan ph plak indicator kit dan dental saliva ph indicator, tiap warna menunjukkan angka dengan kisaran yang cukup besar yaitu 0.2 untuk ph saliva dan 0.5 untuk ph plak. Pada tabel 5.1, ph plak sebelum perlakuan memiliki rerata 5.983 dengan kisaran nilai minimum 5.5 dan maksimum 6.5. Nilai minimum ph plak yang mencapai angka 5.5 memiliki resiko tinggi terjadinya demineralisasi mengingat ph 5.5 merupakan ph kritis kristal hidroksiapatit, sementara untuk nilai maksimum 6.5 dapat dikatakan memiliki tingkat resiko karies yang lebih kecil. Dengan rerata ph 5.983 dapat disimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya demineralisasi semakin besar karena rerata ph plak semakin mendekati nilai 5.5. Setelah mengunyah permen karet Xylitol selama dua minggu, rerata ph plak menunjuk pada angka 6.367 dengan kisaran nilai minimum 6.0 dan nilai maksimum 6.5 yang berarti rerata ph plak mengalami kenaikan dan memiliki tingkat resiko karies yang lebih kecil dibandingkan sebelum perlakuan. Untuk menguji apakah peningkatan ph plak sebelum dan sesudah perlakuan tersebut

31 bermakna peneliti melakukan uji kemaknaan non parametrik Wilcoxon dua arah yang disimpulkan pada tabel 5.2. Angka kemaknaan menunjukkan nilai p < 0.05, dengan nilai p = 0.000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengunyah permen karet Xylitol selama dua minggu dapat meningkatkan ph plak pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat. Hasil penelitian ini didukung oleh sifat dan cara kerja Xylitol yang tidak dapat di fermentasi oleh streptococcus oral dan mikroorganisme lainnya sehingga tidak dihasilkan asam yang dapat menurunkan ph plak. 11 Mikroorganisme tidak memetabolisme Xylitol karena Xylitol memiliki lima atom karbon yang susanan atomnya berbeda dari karbohidrat sehingga penggunaan Xylitol tidak akan menurunkan ph plak maupun saliva. 11 Selain itu, konsumsi Xylitol dalam jangka pendek terbukti dapat menurunkan populasi Streptococcus mutans. 6,11 Sementara untuk jangka panjangnya memberikan efek yang menyebabkan Streptococcus mutans mengalami penurunan kemampuan untuk menempel pada permukaan gigi oleh aliran saliva. 6 Hasil pemeriksaan ph saliva sebelum perlakuan menunjukkan nilai rerata ph 7.047 dengan nilai minimum 5.8 dan nilai maksimum 7.6 (tabel 5.1). Berdasarkan dental saliva ph indicator kit, nilai minimum ph saliva tersebut termasuk ke dalam zona kuning (resiko karies sedang) sedangkan nilai maksimum termasuk ke dalam zona hijau (resiko karies rendah) dan rerata ph saliva sebelum perlakuan termasuk ke dalam zona hijau (resiko karies rendah). Setelah mengunyah permen karet Xylitol selama dua minggu terdapat peningkatan nilai rerata ph saliva sebanyak 0.146 menjadi 7.193, dengan kisaran nilai minimum 6.2 dan maksimum 7.8. Untuk menguji apakah peningkatan ph saliva sebelum dan sesudah perlakuan tersebut bermakna, peneliti melakukan uji kemaknaan non parametrik Wilcoxon dua arah yang disimpulkan pada tabel 5.3. Angka kemaknaan menunjukkan nilai p < 0.05, dengan nilai p = 0.043. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengunyah permen karet Xylitol selama dua minggu dapat meningkatkan ph saliva pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat. Peningkatan skor ph saliva yang bermakna setelah mengunyah permen karet Xylitol ini didukung oleh sifat permen karet Xylitol yang dapat menstimulasi sekresi saliva. 25 Penelitian telah membuktikan bahwa mengunyah permen karet yang mengandung gula ataupun bebas gula merupakan cara yang efektif untuk

32 meningkatkan laju aliran saliva. Dengan meningkatnya laju aliran saliva, kapasitas dapar saliva dan saturasi mineral juga meningkat, dimana keduanya membantu meningkatkan ph saliva, ph plak dan level kalsium plak. 10 Mengunyah permen karet Xylitol terbukti dapat menetralkan kembali ph yang rendah dengan meningkatkan kapasitas dapar saliva dan meningkatkan pembersihan fermentable carbohydrate dari rongga mulut melalui aliran saliva. 31 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian lain yang pernah dilakukan sebelumnya yang mengatakan bahwa Xylitol dapat meningkatkan ph plak dan ph saliva dengan menghambat produksi asam oleh bakteri Streptococcus mutans. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Xylitol dapat mengurangi kemampuan Streptococcus mutans untuk menempel pada permukaan gigi, sehingga mudah terlepas dari plak (Söderling et al., 1987; Sato et al., 2000). Penelitian lain mengatakan bahwa Xylitol mengurangi jumlah Streptococcus mutans sehingga menurunkan jumlah produksi asam (Loesche et al., 1984; Makinen et al., 1989; Miyasawa et al., 2003). Laporan lain mengatakan bahwa produksi asam dari gula lain akan terhambat dengan adanya Xylitol (Vadeboncoeur et al., 1983; Assev and Rølla, 1986). Beberapa penelitian lain menunjukkan efek Xylitol terhadap Streptococcus mutans pada saliva dan plak. Soderling et al. (1989) menunjukkan bahwa, konsumsi 10.9g Xylitol /hari selama 14 hari pada pasien usia 19-35 tahun menghasilkan reduksi Streptococcus mutans pada plak dan saliva, juga penurunan jumlah plak hingga 29.4%, dan meningkatkan resistensi terhadap penurunan ph yang diinduksi oleh asupan sukrosa. Penelitian lain oleh Isotupa et al. (1995), pada anak usia 11-15 tahun yang menggunakan alat ortodonti cekat dan maksimum 10.9 g per hari, juga terjadi penurunan Streptococcus mutans pada saliva dan plak sebanyak 17-20%. Loesche dan kawan-kawan (1984) lebih dulu menemukan bahwa anak-anak yang diberikan 5 gram Xylitol per hari selama 4 minggu mengalami penurunan jumlah Streptococcus mutans pada saliva dan plak. Penelitian klinis jangka panjang lainnya tidak menemukan penurunan Streptococcus mutans pada plak (Makinen et al., 1989, 1996; Söderling et al., 1991). 30

33 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dapat mengurangi resiko terjadinya karies pada pasien yang menggunakan alat ortodonti cekat. Namun agar didapat hasil yang lebih baik lagi, perlu dilakukan kontrol terhadap subyek penelitian dalam hal diet sehari hari, serta pengawasan pelaksanaan penelitian agar pengunyahan permen karet Xylitol yang dilakukan subyek sesuai dengan jumlah yang diinstruksikan peneliti. Diet sehari-hari dan oral hygiene yang berbeda-beda pada setiap subyek dapat mempengaruhi hasil penelitian.