BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. telah tanggal. Selama lebih dari 35 tahun dental implantology telah terbukti

BAB I PENDAHULUAN. Kehilangan struktur mahkota gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

Kata kunci : Dental bridge, nanokomposit Mg-Al-Si-Zr, teknik solgel, geopolimer, alkali aktivator, cotton fiber

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kanker mulut (Lamster dan Northridge, 2008). Kehilangan gigi dapat menjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Resin akrilik telah banyak digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sifat yang estetis. Sifat estetis bahan ini terletak pada warna yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkan pada akhir tahun 1940-an dan awal 1950-an, bahan tersebut hanya

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer.

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang memuaskan serta memiliki kekuatan (Farga-Ninoles dkk., 2013). Mahkota

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Biokeramik pada Dental Implant

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Karies gigi, trauma dan kegagalan restorasi menyebabkan kerusakan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kuat. Resin komposit terdiri atas dua komponen utama, yaitu matriks resin dan filler

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kekompakan dengan jaringan mulut (Anusavice, 2004). banyak unit. Polimer ada dua jenis yaitu polimer alami dan polimer sintetik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik (Jubhari, 2007). Hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. posterior dalam dunia kedokteran gigi terus mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan bahan restorasi juga semakin meningkat. Bahan restorasi warna

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi laka lantas MABES Polri tercatat ada 61,616 kasus kecelakaan lalu lintas di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. terus meningkat. Perawatan ortodonsi bertujuan untuk memperbaiki oklusi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

ABSTRAK. Identitas penyusun : Vania Christiani Wiryadi Nama Pembimbing : Angela Evelyna, drg., M.Kes. Prof. Dr. Ir. Bambang Sunendar P., M. Eng.

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi antara lain dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, trauma dan atrisi berat. Selain itu, meningkatnya usia sering dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi. Kehilangan gigi dapat menyebabkan estetik dan fungsi biomekanis menjadi tidak baik. Gigi tiruan adalah suatu alat artifisial untuk menggantikan gigi dan jaringan yang berdekatan yang hilang. Kehilangan dapat diganti dengan gigi tiruan seperti gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan atau implan. 1,2,3 Dental bridge (bridge) merupakan salah satu contoh gigi tiruan cekat yang menjadi pilihan yang banyak digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang karena jangka penggunaan yang lama dan menurut pasien lebih efisien karena tidak perlu dilepas dan dipasang. Harapan dari pasien pengguna bridge adalah tercapainya estetik yang baik, fungsi dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. 4,5,6 Suatu bridge hendaknya tidak sekedar mengganti gigi-gigi yang hilang akan tetapi juga harus memulihkan dan menjamin terpeliharanya semua fungsi dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya. Daya guna dari perawatan ini bergantung pada kemampuan kita menerapkan prinsip-prinsip mekanis, fisiologis, hygiene, estetik dan fonetik dalam batas-batas kemampuan biologis dan jaringan penyangga. Salah satu indikator yang 1

2 penting untuk memperoleh durabilitas yang baik bagi bridge ialah pemilihan bahan bridge yang tepat. 4,5 Bahan yang sering digunakan untuk pembuatan bridge, yaitu logam, keramik, logam-keramik, dan komposit. Setiap bahan memiliki sifat dan karakteristik masing-masing. Bahan yang banyak digunakan hingga saat ini dan dapat memberikan hasil estetik yang optimal adalah keramik dental karena warna dan bentuknya yang menyerupai gigi asli. Keramik dental bersifat abrasif terhadap enamel dan dapat membahayakan gigi antagonis yang masih sehat, sehingga dibutuhkan suatu material yang memiliki sifat fisik seperti kekerasan, kekuatan dan ketahanan terhadap keausan yang menyerupai gigi asli. Modifikasi bahan keramik yang dapat menyerupai sifat mekanis gigi asli antara lain melalui proses penggabungan beberapa unsur keramik dengan matriks tertentu, istilah yang menggambarkan bahan ini adalah komposit. Komposit yang sering digunakan dalam dunia kedokteran gigi adalah resin komposit. Resin komposit merupakan suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan partikel filler anorganik. Resin komposit ini banyak digunakan sebagai bahan restorasi akan tetapi sifat mekanisnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan keramik. 4,6,7 Komposit dengan filler keramik berpotensi untuk memenuhi tuntutan estetik dalam penggunaan bridge. Selain estetik, keramik komposit juga dapat memberikan kekuatan mekanis, stabilitas dimensional, radioopasitas serta durabilitas yang baik di dalam rongga mulut. Keramik yang banyak digunakan di dalam dunia kedokteran gigi antara lain seperti porselen feldspar, alumina, glass-infiltrated porous alumina dan keramik glass.

3 Namun jenis keramik tersebut menunjukkan kekuatan tekuk (bend strength) dan ketahanan (toughness) yang rendah sehingga menyebabkan terbatasnya disain dalam penggunaannya. Modifikasi dari bahan keramik diperlukan untuk menghasilkan suatu bahan dengan sifat mekanis yang baik. 8,9 Penambahan bahan filler keramik nanopartikel telah banyak digunakan dalam proses pembuatan bahan restorasi komposit kedokteran gigi karena memiliki keuntungan yaitu meningkatkan sifat mekanis seperti antara lain kekuatan fatik, kekerasan dan resistensi terhadap goresan. Salah satu jenis keramik yang banyak diteliti di bidang kedokteran gigi adalah zirkonia, alumina, dan silika. 9,10 Oksida logam pada magnesia berfugsi sebagai stabilizer yang akan membuat struktur molekul menjadi lebih stabil pada suhu kamar khususnya bagi zirkonia, sehingga lebih efektif untuk menghambat risiko terjadinya retak. Alumina tidak hanya dibuat dalam komposisi tunggal saja, akan tetapi diberikan berupa bahan keramik lain dengan komposisi tertentu sehingga menghasilkan keramik komposit yang memiliki sifat mekanik yang lebih baik. Alumina dapat dikombinasikan dengan silika sebagai filler bahan restorasi komposit dan stabilizer pada zirkonia. Opaque dari alumina jika hanya dikombinasikan dengan zirkonia akan menghasilkan restorasi dengan estetik yang kurang baik, maka diperlukan material lain yang memiliki translusensi yang baik seperti silika untuk meningkatkan nilai estetiknya. Penambahan silika dengan ukuran nanopartikel akan menambah kekuatan mekanik dan menambah nilai estetik dari suatu bahan restorasi gigi. 9,10,11,12

4 Fiber merupakan serat alami yang ditarik pada suhu dibawah titik leleh, dapat berbentuk memanjang (continuous) atau pendek (discontinuous). Fiber yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi yaitu polyethylene, glass, dan karbon. Salah satu fiber yang penggunaannya luas, mudah dijumpai dan murah adalah cotton fiber (kapas). Efektivitas penggunaan fiber sebagai bahan penguat pada komposit tergantung dari beberapa variabel seperti perlekatan antara fiber dengan matriks, kuantitas fiber dalam matriks, panjang, bentuk dan arah fiber. Penggunaan serat kapas ini dapat mengurangi kegagalan material geopolimer akibat sifat brittle. 13,14,15 Alkali aktivator memiliki peranan yang sangat penting dalam reaksi geopolimerisasi, semakin besar konsentrasi larutan alkali aktivator maka semakin besar pula kekuatan mekanis material serta mempercepat reaksi geopolimerasi, namun hal ini bergantung pada material dasar yang digunakan. 16,17,18 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada penelitian ini peneliti ingin mengatahui pengaruh konsentrasi alkali aktivator dan fraksi massa cotton fiber terhadap sifat mekanis dari nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh perbedaan pada pemberian konsentrasi alkali aktivator 8 M dan 12 M terhadap kekerasan (hardness) dan

5 flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge. 2. Apakah terdapat pengaruh perbedaan pada pemberian fraksi massa cotton fiber 0,5% dan 1% terhadap kekerasan (hardness) dan flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi alkali aktivator dan variasi fraksi massa cotton fiber terhadap kekerasan dan flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan pada pemberian konsentrasi alkali aktivator 8 M dan 12 M terhadap kekerasan (hardness) dan flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge. 2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan pada pemberian fraksi massa cotton fiber 0,5% dan 1% terhadap kekerasan (hardness) dan flexural strength nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.

6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat ilmiah dan manfaat praktis yang akan diuraikan sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu dalam pengetahuan akademik yang berguna bagi mahasiswa perguruan tinggi kedokteran gigi di bidang ilmu material kedokteran gigi khususnya mengenai bahan dental bridge. 1.4.2 Manfaat Ilmiah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan material kedokteran gigi dengan menyumbangkan pengetahuan mengenai pengaruh konsentrasi alkali aktivator dan fraksi massa cotton fiber terhadap sifat mekanis nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge. 1.4.3 Manfaat Praktis Dengan variasi konsentrasi alkali aktivator dan penambahan cotton fiber sebagai bahan penguat pada nanokomposit berbasis geopolimer hasil sintesis diharapkan dapat menjadi alternatif atau pilihan bagi masyarakat untuk menggunakan bahan dental bridge yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama, tetapi dengan harga yang terjangkau.

7 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran Gigi yang hilang dapat diganti dengan gigi tiruan. Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mastikasi dan fonetik serta untuk memperbaiki estetik dan memelihara kesehatan jaringan disekitarnya. Pembuatan gigi tiruan diperlukan untuk menghindari efek merugikan akibat kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama seperti migrasi patologis, kehilangan tulang alveolar pada daerah gigi yang hilang, penurunan efisiensi pengunyahan dan gangguan bicara. Tujuan pembuatan gigi tiruan adalah mengembalikan fungsi pengunyahan, fungsi bicara, dan fungsi estetika serta memberikan efek psikologis yang menguntungkan. Gigi tiruan dapat dibedakan menjadi gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian (GTS). GTS dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan dan cekat (GTC). 6,7,8 Salah satu jenis gigi tiruan cekat adalah bridge yang merupakan gigi tiruan sebagian yang dilekatkan secara permanen pada satu atau lebih dari satu gigi penyangga dan mengganti satu atau lebih dari satu gigi yang hilang. Bridge seringkali menjadi salah satu pilihan gigi tiruan cekat yang banyak diminati karena jangka penggunaan yang cukup lama selain itu bridge juga bersifat kuat dan merupakan restorasi yang retentif untuk mengganti satu atau lebih kehilangan gigi. 4,7 Bahan bridge yang digunakan dalam dunia kedokteran gigi adalah keramik, logam, keramik logam dan komposit. Setiap bahan memiliki sifat, keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Logam dianggap sebagai bahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup panjang karena

8 sifatnya yang kuat, namun penggunaan yang terlalu lama dapat menyebabkan pewarnaan gingiva menjadi kehitaman pada bagian servikal gigi penyangga. Bahan keramik merupakan bahan yang paling estetik namun brittle apabila tipis dan dapat mengakibatkan keausan pada insisal atau oklusal gigi antagonis. Keramik dental merupakan material yang brittle dan mudah fraktur apabila dibuat tipis sehingga dapat menyebabkan kekegagalan restorasi. Keramik dental yang tidak di glazing dengan baik dapat menyebabkan keausan pada permukaan oklusal atau insisal gigi antagonis. Restorasi keramik logam atau disebut sebagai porcelain fused to metal (PFM) banyak digunakan saat ini karena memiliki kombinasi sifat antara keramik yang mempunyai sifat estetik tinggi dan logam dengan kekuatan yang baik, tetapi memerlukan pengurangan jaringan gigi yang hati-hati untuk memperoleh ruangan untuk bahan. Bahan resin akrilik tidak dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang karena dapat mengalami diskolorasi. Alternatif dari kombinasi dua bahan lebih (komposit) untuk menghasilkan suatu bahan bridge dengan sifat mekanis yang baik namun tetap memiliki estetik yang baik perlu diteliti lebih lanjut. 2,7,10 Komposit merupakan kombinasi dua jenis bahan atau lebih untuk meningkatkan sifat mekanis suatu bahan. Semakin kecil partikel yang dihasilkan maka semakin baik sifat mekanis yang dimiliki suatu bahan. Sintesis partikel dengan sistem nano telah banyak dikembangkan saat ini. Keuntungan dari nanopartikel adalah meningkatkan sifat mekanis seperti antara lain kekuatan fatik, kekerasan dan resistensi terhadap goresan. Nanokomposit merupakan komposit yang diproses melalui lebih dari satu

9 fase dalam dimensi nanometer (1 nm = 10-9 m). Nanokomposit terdiri dari material dasar (matriks) yang secara kontinyu melingkupi dan menyatukan material lain (penguat/reinforcement) yang tersebar merata. Material dasar terdiri dari bahan filler (filler), coupling agent dan matriks. 19,20 Bahan filler nanokomposit dapat terbuat dari berbagai jenis bahan baik bahan organik maupun inorganik. Bahan organik yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi berupa oligomer seperti dimethacrylates (Bis-GMA) 2,2- bis[4(2-hydroxy-3 methacryloyloxy-propyloxy)-phenyll propane dan urethane dimethacrylate (UDMA). Bahan inorganik dapat terdiri dari partikel quartz atau silika. Magnesium merupakan logam yang paling ringan dalam struktur alloy. Keuntungannya yang lain ialah memiliki stabilitas dimensi yang tinggi disertai dengan sifat mekanis yang baik, namun modulus elastisitasnya yang rendah membutuhkan kombinasi dengan material lain yang lebih kuat seperti alumina dan silika yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi. Silika juga memiliki sifat optis yang baik dan kombinasi dengan zirkonia yang merupakan keramik terbaik di antara keramik kedokteran gigi. Dengan kombinasi magnesium, alumina, silika dan zirkonia yang disintesis dengan nanopartikel diharapkan dapat menghasilkan suatu nanokomposit dengan sifat mekanis dan estetik yang baik. 9,21 Matriks nanokomposit yang digunakan adalah geopolimer. Geopolimer merupakan suatu tehnik inovasi yang dapat mengubah aluminosilikat menjadi suatu produk yang disebut geopolimer atau polimer inorganik. Reaksi yang terjadi merupakan geopolimerisasi. Geopolimerisasi merupakan reaksi geosintesis yang mengikuti reaksi alami pembentukkan aluminosilikat yan

10 akan dilarutkan dengan larutan alkali aktivator. Alkali aktivator berperan sebagai prekursor pada proses ini. Semakin besar konsentrasi alkali aktivator yang digunakan akan mempengaruhi laju reaksi proses geopolimeriasi serta meningkatkan kekuatan mekanik material. Geopolimer mempunyai sifat kekuatan yang tinggi, modulus elastisitas dan shrinkage rendah namun seringkali terjadi kegagalan akibat sifat yang rapuh seperti keramik. Kegagalan ini dapat dicegah dengan adanya kombinasi bahan penguat seperti serat. 13,16,17 Pada penelitian Harmaji, konsentrasi alkali aktivator yang digunakan adalah 8, 12, dan 16 M dengan tujuan untuk melihat pengaruh masing-masing konsentrasi alkali aktivator terhadap kekuatan tekan dari sampel geopolimer yang dibuat. Kuat tekan 28 hari untuk setiap varian memiliki kekuatan tertinggi dengan alkali aktivator 12 M jika dibandingkan dengan 16 M akibat kelebihan ion Na + sehingga OH - lebih sulit dilepas untuk berikatan dengan silikat. Sehingga konsentrasi alkali aktivator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 dan 12 M. 18 Serat pada komposit dapat mencegah terjadinya kegagalan material akibat brittle. Serat yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi adalah kaca, polyethylene dan karbon. Serat secara umum digunakan dapat berasal dari tanaman, binatang atau sumber mineral lainnya. Cotton fiber (serat kapas) merupakan salah satu contoh serat yang berasal dari tanaman. Kapas berasal dari tanaman genus Gossypium kelompok dari rumpun Hibisceae. Penggunaan kapas sebagai bahan penguat dari komposit memiliki beberapa keuntungan karena densitasnya yang rendah dan memiliki sifat

11 mekanis yang baik jika dibandingkan dengan fiber pabrikan. Susunan selulosa dari kapas yang khas dapat memberikan kekuatan dan sifat serap (absorbent). Kapas merupakan serat alami yang paling sering digunakan secara luas dan bersifat nyaman, mudah untuk dirawat, dan tahan lama. Penggunaan serat sebagai bahan penguat diharapkan mampu meningkatkan sifat mekanis suatu bahan serta diperoleh suatu bahan yang ekonomis karena kapas mudah diperoleh dan murah. 7,22,23 Pada penelitian Aloymari, dimana dilakukan penambahan kapas pada komposit geopolimer dengan variasi massa kapas 0,3, 0,5, 0,7 dan 1 % yang kemudian dilakukan beberapa pengujian. Hasil uji kekerasan menunjukkan adanya peningkatan kekerasan pada komposit dengan 0,5 % kapas dari 70 menjadi 93 RHN. Komposit dengan 0,7 dan 1 % kapas terjadi penurunan konsistensi matriks akibat beberapa hal seperti meningkatnya kadar air pada komposit dan adanya porositas sehingga kekerasan menurun. Hasil uji kekuatan tekan (compressive strength) komposit yang paling baik ditunjukkan dengan 0,5% kapas dan memperlihatkan penurunan pada 0,7 dan 1 % akibat kapas yang terlalu banyak dapat menyebabkan terbentuknya porus karena adhesivitas yang menurun. Sehingga fraksi massa kapas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,5 dan 1%. 13 Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka pada penelitian ini peneliti ingin mengatahui pengaruh konsentrasi alkali aktivator 8 dan 12 M serta fraksi massa cotton fiber 0,5 dan 1% sifat mekanis khususnya kekerasan (hardness) dan flexural strength dari nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge.

12 1.5.2 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Larutan alkali aktivator 8 M dan 12 M menyebabkan adanya perbedaan kekerasan (hardness) dan flexural strength pada nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge. 2. Cotton fiber dengan fraksi massa 0,5 dan 1 % menyebabkan adanya perbedaan kekerasan (hardness) dan flexural strength pada nanokomposit berbasis geopolimer untuk aplikasi dental bridge. 1.6 Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan analisis statistik ANOVA one way. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari -September 2015 di Laboratorium Pemrosesan Material Mutakhir Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung. Pengujian kekerasan dilakukan di Laboratorium Metalurgi Fisika dan Keramik, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Program Studi Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung. Pengujian flexural strength dilakukan di Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung dan karakterisasi mikrostruktur dilakukan di Pusat Penelitian Geologi dan Kelautan Bandung.