HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. a. Di mulai dengan perumusan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

Achmad Fariz Chariri Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

Developmental and Clinical Psychology

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan


BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) PADASISWA DI SMA NEGERI 2 BABELAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. persiapan memasuki masa dewasa, bahkan juga merupakan persiapan untuk

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual Pranikah. jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam macam mulai dari perasaan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Semua partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita dan berusia

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan untuk melakukan kategorisasi pada masing-masing data variabel

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI MAN 1 SAMARINDA

JURNAL HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU ADAPTIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAPAR KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

KONTROL DIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 KUTASARI, PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA. Naskah Publikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif melalui analisis regresi linier berganda. Menurut. menguji hipotesis yang akan ditetapkan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN INTENSITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2013/2014 ABSTRACT

Hubungan Antara Figur Kelekatan Orangtua dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Remaja SMA Negeri 11 Yogyakarta

asertifnya. Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat religiositas seseorang, maka semakin rendah juga tingkat perilaku asertifnya.

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

PROFIL KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR. Oleh: Resci Nova Linda*)

Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keharmonisan keluarga dengan rasa percaya diri siswa di SMP Negeri 3 Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengambilan data lapangan terhadap perawat yang bekerja di shift malam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa tepatnya di Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah yang sedang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. responden disetiap rangkap kuesioner yang terdiri dari :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA Nia Devi Anggreini, Erik Saut H Hutahaean, Diah Himawati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Fenomena perilaku seksual pranikah remaja yang terjadi di masyarakat menjadi dasar penelitian. Intensitas perilaku seksual pranikah adalah tingkatan kuatnya aktifitas hubungan seksual yang dilakukan sepasang manusia yang belum terikat tali pernikahan yang bentuknya bisa bermacam-macam antara lain perasaan tertarik, bersentuhan, bercumbu dan bersenggama dengan seseorang dalam kurun waktu tertentu.kontrol diri adalah suatu kecakapan individu untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner kontrol diri dan intensitas perilaku seksual pranikah yang disusun oleh peneliti. Hasil (-0,667 ) menunjukkan hubungan negatif antara kontrol diri dengan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja. Kata kunci: kontrol diri, intensi perilaku seksual pranikah, remaja Latar Belakang Penelitian dari Australia National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2010/2011 di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi dengan jumlah sample 3006 responden usia 17-24 menunjukkan 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah (www.suaramerdeka.com). Pada usia remaja, dorongan seksual terjadi sangat kuat. Perkembangan organ seksual pun mampu mempengaruhi minat remaja terhadap lawan jenisnya. Perkembangan organ seksual mampu menimbulkan konflik dalam diri remaja yang labil, seperti terjadi pertentangan antara dorongan seksual dan norma masyarakat yang berlaku. Dorongan atau hasrat seksual muncul jauh lebih awal daripada kesempatan untuk melakukannya secara bebas (Sarwono, 2010 dalam Puspitadesi dkk, 2013). Adapun yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Adanya dorongan hasrat seksual yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu. Adapun faktor lain yang dicurigai sebagai pendorong perilaku seksual adalah kontrol diri (Sarwono, 2012). Jurnal Psikologi Ubhara1

Seperti yang dikemukakan oleh William Kay (dalam Jahja, 2011) bahwa salah satu tugas perkembangan remaja yaitu memperkuat self control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup. Kontrol diri ini penting untuk dikembangkan karena individu tidak hidup sendiri melainkan bagian dari masyarakat. Messina & Messina (dalam Gunarsa, 2004) menyatakan bahwa pengendalian diri adalah seperangakat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri pribadi, keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self destructive), perasaan mampu pada diri sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain, kebebasan menentukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional, serta seperangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung jawab atas diri pribadi. Individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengatur dan mengarahkan perilakunya, sehingga diasumsikan seorang remaja dengan kontrol diri yang rendah akan berperilaku dan bertindak lebih kepada hal-hal yang menyenangkan dirinya termasuk dengan cara menyalurkan hasrat seksualnya baik dalam bentuk berpacaran ataupun pelacuran. Dengan kontrol diri yang rendah, remaja tidak mampu memandu, mengarahkan, dan mengatur perilakunya (Suwarti & Pinandita, 2014). Hasil penelitian Dewi (2014) menunjukkan fakta bahwa semakin rendah kontrol diri, maka akan semakin tinggi perilaku seksual pranikah. Hal serupa juga diungkapkan oleh Khairunnisa (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah Berdasarkan pada fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kontrol diri yang kaitannya dengan kecenderungan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja. Kontrol Diri Calhoun dan Acocella (1976) mendefinisikan kontrol diri sebagai pengaturan prosesproses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Sedangkan Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufron, 2014) mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Aspek-aspek kontrol diri menurut Averill (dalam Ghufron, 2014), yaitu:kontrol perilaku (behavior control) yang diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus Jurnal Psikologi Ubhara2

modifability),kontrol kognitif (cognitive control) yang terdiri atas memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal), serta kontrol keputusan (decesional control). Intensitas perilaku seksual pranikah Menurut Chaplin (2011) intensitas adalah kuatnya tingkah laku, pengalaman, kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap. Dapat disimpulkan bahwa intensitas adalah tingkatan kuatnya tingkah laku yang mendukung suatu sikap. Menurut Soetjiningsih (2008) mengungkapkan bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja adalah segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya yang dilakukan remaja sebelum menikah. Gunarsa (2000) mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku seksual pada remaja adalah masturbasi, pacaran, dan senggama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intensitas perilaku seksual pranikah adalah tingkatan kuatnya aktifitas hubungan seksual yang diukur melalui perolehan skor dari skala intensitas perilaku seksual berdasarkan bentuk-bentuk perilaku seksual, yaitu masturbasi, pacaran dan bersenggama. Metode Penelitian Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling ini dengan kriteria subjek yaitu remaja usia 15-18 tahun jenjang pendidikan SMA maupun SMK, pernah atau sedang menjalin hubungan dengan lawan jenis. Subjek dalam penelitian ini, sampel yang digunakan oleh peneliti adalah remaja berusia 15-18 tahun berjumlah 122 orang. Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan melalui penyebaran skala kontrol diri dan skala intensitas perilaku seksual pranikah. Hasil Skala kontrol diri terdiri dari 29 item dengan koefisien reliabilitas 0,881menunjukkan bahwa skala kontrol diri yang digunakan pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang bagus. Dengan nilai corrected item total correlation berkisar 0,291-0,671. Skala intensitas perilaku seksual terdiri dari 45 item dengan koefisien reliabilitas 0,960 menunjukkan bahwa skala intensitas perilaku seksual pranikah yang digunakan pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang sangat bagus berdasarkan tabel skor reliabilitas. Dengan nilai corrected item total correlation berkisar 0,375 0,748. Jurnal Psikologi Ubhara3

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik statistik one sample kolmogorov smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika sig. > 0,05 maka sebaran data berdistribusi normal, sedangkan jika sig. < 0,05 maka sebaran data berdistribusi tidak normal. Analisis menunjukan bahwa nilai kolmogorov smirnov Z variabel kontrol diri 0,542 dengan sig. = 0,931, sedangkan untuk variabel intensitas perilaku seksual pranikah nilai kolmogorov smirnov Z = 0,669 dengan sig. = 0,762. Berdasarkan hasil analisis ini bahwa sebaran data kedua variabel tersebut adalah berdistribusi normal. Uji homogenitas menunjukkan nilai signifikasinya (Sig.) 0.850. Jika nilai Sig. > 0.05 maka dapat dipastikan bahwa data tersebut homogen. Karena 0.850> 0.05 maka hal ini menunjukkan bahwa data diatas bersifat homogen. Uji linearitas menunjukkan sig. pada baris deviation from linearity adalah 0,881 > 0,05 dan nilai pada kolom sig. baris linearity 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kontrol diri dengan variabel intensitas perilaku seksual pranikah terdapat hubungan yang linear. Uji korelasi bivariate correlation antara kontrol diri dengan intensitas perilaku seksual pranikah pada remajamenunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,667 dengan signifikansi sebesar 0,000. Signifikansi p=0,000 < 0,05 angka tersebut berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis penelitian ini (Ha) diterima. Hipotesis alternatif berbunyi terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dengan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja diterima. Oleh karena itu, semakin tinggi kontrol diri seseorang maka semakin rendah intensitas perilaku seksual pranikah, dan semakin rendah kontrol diri seseorang maka semakin tinggi pula intensitas perilaku seksual pranikahnya. Kategorisasi Berdasarkan pada tabel kategorisasi kontrol diri di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki kontrol diri tinggi yaitu sebanyak 28 orang (23%), subjek yang memiliki kontrol diri sedang yaitu sebanyak 64 orang (52%) dan subjek yang memiliki kontrol diri rendah yaitu sebanyak 30 orang (25%). Dari hasil kategorisasi ini terlihat bahwa jumlah subjek rata-rata memiliki kontrol diri sedang. Berdasarkan pada tabel kategorisasi intensitas perilaku seksual pranikah di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki intensitas perilaku seksual pranikah tinggi yaitu sebanyak 19 orang (16%), subjek yang memiliki intensitas perilaku seksual pranikah sedang yaitu sebanyak 77 orang (63%) dan subjek yang memiliki intensitas perilaku seksual pranikah Jurnal Psikologi Ubhara4

rendah yaitu sebanyak 26 orang (21%). Dari hasil kategorisasi ini terlihat bahwa jumlah subjek rata-rata memiliki intensitas perilaku seksual pranikah yang tergolong sedang. Diskusi Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi antara kontrol diri dengan intensitas perilaku seksual pranikah sebesar rxy = -0,667 dan p = 0,000 (p < 0,05). Tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan yang berbanding terbalik antara kedua variabel. Artinya, semakin tinggi kontrol diri, maka semakin rendah intensitas perilaku seksual pranikah. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kontrol diri, maka semakin tinggi intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2014) yang menunjukkan ada korelasi negatif antara kontrol diri dengan perilaku seksual pada mahasiswa dengan koefisien r = -0,417 dan signifikansi atau p = 0,000. Penelitian lain yang dilakukan Khairunnisa (2013) mengenai hubungan religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah remaja diketahui nilai beta = 0,221, t = 2,042 dan p = 0,044 hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah. Penelitian lain dari Puspitadesi, dkk (2013) menyebutkan besarnya sumbangan efektif antara figur kelekatan orangtua dan kontrol diri secara bersama-sama terhadap perilaku seksual remaja sebesar 15,5% dan 84,5% masih terdapat faktor lain yang menentukan. Keadaan kontrol diri pada subjek dalam penelitian ini berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 64 orang (52%) sedangkan intensitas perilaku seksual pranikah juga berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 77 orang (63%). Berdasarkan teori Piaget, remaja telah mencapai tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Oleh karenanya remaja mampu mempertimbangkan suatukemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya (Ghufron, 2014). Remaja dapat mengalihkan timbulnya dorongan seksual pada kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga atau terlibat dalam dalam kegiatan sosial. Banyaknya aktivitas atau kegiatan yang dilakukan remaja merupakan salah satu faktor yang dapat meminimalkan terjadinya perilaku seksual dalam bentuk apapun (Safitri, 2007). Dengan kemampuan kontrol diri yang dimiliki individu dapat mengelola kognitif, afektif dan konatifnya untuk mengarahkan perilaku individu ke arah yang positif. Dengan demikian kemampuan kontrol diri yang baik maka penyusunan, pembimbingan, pengaturan Jurnal Psikologi Ubhara5

dan pengarahan perilaku dengan positif sehingga intensitas perilaku seksual pranikahnya rendah. Bagi peneliti lain yang berminat mengembangkan penelitian ini, dapat menggunakan metode lain seperti metode kualitatif dan diharapkan untuk lebih memperhatikan aspek lain yang dapat mempengaruhi perilaku seksual seperti pengaruh lingkungan, latar belakang pendidikan orangtua, peran teman sebaya, pola asuh, konsep diri, religiusitas dan harga diri. Selain itu penelitian dapat diperluas subjeknya tidak hanya remaja pertengahan berusia 15-18 tahun serta tidak terfokus hanya pada intensitas perilaku seksual pranikah saja. Bagi orangtua maupun pendidik dapat membantu remaja untuk meningkatkan kontrol diri melalui pemberian informasi mengenai seks serta bahaya perilaku seksual pranikah, selain itu pihak sekolah juga dapat mengadakan seminar dan menambahkan materi pembelajaran mengenai seksualitas dalam kegiatan konseling. Bagi remaja perlu diberikan sarana yang positif dan kreatif dalam menyalurkan dorongan biologis melalui ekspresi psikologis dan penyaluran fisik yang sehat seperti olahraga, kegiatan untuk mencintai alam, kegiatan kreativitas dan pengembangan potensi dan bakat. DAFTAR PUSTAKA Andika, Primasiwi.(2013). BKKBN Diminta Atasi Seks Bebas Dikalangan Remaja. www.suaramerdeka.com Calhoun, J.F dan Acocella, J.R. (1976). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (terjemahan R.Satmoko). Semarang: IKIP Semarang Press Chaplin, J. P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah: Dr. Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Dewi, Aprilia Kristina. (2014). Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Jurnal Psikologi. Semarang: Universitas Negeri Semarang Ghufron M. N & Risnawati R. (2014). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media Gunarsa, S.D., dan Gunarsa, S.D. (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia Gunarsa, S.D., dan Gunarsa, S.D. (2000). Psikologi Perkembangan Anak, Remaja Dan Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Jurnal Psikologi Ubhara6

Khairunnisa, Ayu. (2013). Hubungan Religiusitas Dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Pranikah RemajadiMAN 1 Samarinda. Jurnal. Vol.1/No.2/220-229 Samarinda: Universitas Mulawarman Puspitadesi, D. I., Yuliadi, I & Nugroho, A.A. (2013). Hubungan Antara Figur Kelekatan Orangtua Dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Remaja SMA Negeri 11 Yogyakarta. Jurnal. Vol.1/No.4. Yogyakarta: Universitas Sebelas Maret Soetjiningsih, Christiana Hari. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Suwarti, dan Pinandita, T. (2014). Deskripsi Perilaku Seks Remaja di Purwokerto. Jurnal Sainteks. Vol.XI/No.2/Oktober. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jurnal Psikologi Ubhara7