BAB I PENDAHULUAN. dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang tidak hanya berupa arca atau prasasti, tetapi juga dapat berasal dari naskahnaskah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Perkembangan Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu atau rotan (Djamaris, 1977:20). Naskah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya. Salah satu kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam teks mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi tulis yang berkembang di masyarakat Jawa dapat diketahui melalui

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. rakyat, sejarah, budi pekerti, piwulang, dll. (Nindya 2010:1). Manfaat dalam

PATHISARI. Wosing těmbung: Sěrat Pangracutan, suntingan lan jarwanipun teks, kalěpasan.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara atau kerajaan tentu mempunyai sistem hirarki dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan, berbagai buah pikiran, gagasan, ajaran, cerita, paham dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, dan sastra (Baried, 1983: 4). Cipta sastra yang termuat dalam naskah,

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB I PENDAHULUAN. teks dibagi menjadi tiga yaitu teks lisan, teks tulisan tangan dan teks cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak masyarakat yang berburu naskah-naskah kuna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa telah mengenal budaya bersusastra melalui tulisan yang

ANALISIS SEMIOTIK TEKSKIDUNG RUMEKSA ING WENGI

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

BAB I PENDAHULUAN. yang luas yang mencakup bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah

BAB I PENDAHULUAN. Naskah kuno merupakan warisan budaya masa lampau yang penting dan patut

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN. (Ratna, 2004:34). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rangkaian dari kebudayaan-kebudayaan masa lalu. Tidak ada salahnya bila ingin

NASKAH KH ANWAR RANJI WETAN MAJALENGKA. (Kajian Filologis) Proposal Skripsi

KAJIAN FILOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT AMBEK SANGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya naskah-naskah lama

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan terbentuk sebagai hasil sintesis dari pengalaman-pengalaman

KAJIAN FILOLOGI NASKAH PIWULANG PATRAPING AGÊSANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1

KAJIAN FILOLOGI DAN ISI KITAB PIRASATING SUJALMA MIWAH KATURANGGANING WANITA

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

TINJAUAN FILOLOGI DAN AJARAN MORAL DALAM SÊRAT DRIYABRATA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pengertian Filologi. kebudayaan suatu bangsa melalui teks-teks tertulis di dalam naskah-naskah klasik

2014 SAJARAH CIJULANG

KAJIAN FILOLOGI SÊRAT DWIKARÅNÅ

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode yang tepat agar hasil penelitian

Kawruh warnining udheng-udhengan (suatu tinjauan filologis) Budi Kristiono C UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. ditemukan dua varian naskah, yaitu naskah Sêrat Driyabrata dengan nomor

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah

BAB III METODE PENELITIAN

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang

METODE EDISI: STEMMA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tulis terdiri dari dua bentuk, yaitu karya sastra tulis yang berbentuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia mempunyai dokumentasi sastra lama yang. berkualitas setara dengan hasil sastra peradaban lain. Semua sastra daerah

MANFAAT STUDI FILOLOGI

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN TAMAN BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI SENI DAN BUDAYA KREATIF BERBASIS NILAI-NILAI LUHUR DALAM NASKAH NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) DAN BAHAN FILOLOGI NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara tertentu. Pada awalnya majas lebih sering digunakan didalam karya

BAB I PENDAHULUAN. hasil pemikiran orang-orang terdahulu yang dituangkan ke dalam sastra dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan zaman, tentu masyarakat Jawa mengalami perubahan-perubahan. Hal

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian dan pembahasan naskah Sêrat Sêkar Wijåyåkusumå dan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu ritus kehidupan yang dilalui baik oleh individu

TINJAUAN FILOLOGI DAN ISI SERAT PRIMBON SKRIPSI

Wawacan Samun, Salah Satu Cerita dalam Kesenian Gaok di daerah Majalengka: Edisi Teks dan Terjemahan

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

KAJIAN FILOLOGI DAN ISI DALAM SÊRAT KAWRUH GRIYÅ SKRIPSI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah merupakan tulisan tangan berupa benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa lampau (Baried, 1994:55). Sebagai hasil budaya masa lampau, naskah dalam kesusastraan di Indonesia ditulis dalam berbagai bahasa dan huruf yang menjadi ciri khas tersendiri. Hal tersebut tergantung daerah asal naskah tersebut diciptakan. Sebagai contoh naskah dari Jawa menggunakan bahasa Jawa dan ditulis dengan huruf Jawa, Pegon atau Budha. Adapula naskah dari Bali yang berbahasa Bali, dan ditulis dengan huruf Bali atau Jawa Kuna. Selain itu, media yang digunakan dalam pembuatan karya sastra lampau tersebut juga beraneka ragam. Media yang digunakan dalam penulisan sebuah naskah misalnya lontar, kulit kayu, tulang, kertas, daluwang, nipah dan bambu. Keberagaman jenis bahasa, huruf dan media yang digunakan dalam pembuatan naskah, menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki berbagai macam koleksi naskah yang memiliki ciri khas tersendiri. Sebagai karya sastra lampau yang memiliki ciri khas, keberadaan naskahnaskah di Nusantara harus dijaga, dilestarikan dan diperkenalkan, karena karyakarya tulisan tersebut merupakan warisan dan aset budaya Nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan studi terhadap karya sastra masa lampau agar dapat mengungkap informasi berbagai segi kehidupan masa lalu, yang dapat diaplikasikan di kehidupan masa kini. Filologi merupakan suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan studi terhadap hasil budaya masa lampau, 1

2 dalam rangka menggali nilai-nilai budaya pada masa itu (Baried, 1994:2). Oleh sebab itu para filolog sangat diharapkan untuk meneliti karya sastra lampau tersebut, agar tujuan dari studi terhadap karya sastra masa lampau dapat terpenuhi. Mengingat suatu naskah merupakan aset berharga yang perlu dijaga, dilestarikan dan diperkenalkan kepada khalayak umum, penulis memiliki keinginan untuk meneliti sebuah naskah yang berjudul Sĕrat Kandha Ringgit Tiyang selanjutnya disingkat SKRT dengan konsentrasi pada teks bagian ke tiga yaitu teks Lampahan Jati Pitutur yang selanjutnya disingkat LJP. Naskah SKRT merupakan naskah koleksi Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman dengan kode koleksi 0127/PP/73. Naskah SKRT berjenis sastra wayang, lebih tepatnya sebuah cerita dari pertunjukan wayang wong 1. Hal tersebut dapat dilihat pada judul naskah Sĕrat Kandha Ringgit Tiyang. Apabila judul tersebut diterjemahkan maka akan berbunyi Buku Cerita Wayang Wong. Adapun indikasi lain yang menunjukkan bahwa naskah berjenis sastra wayang adalah naskah tersebut merupakan kumpulan cerita yang mengambil cerita dari pertunjukan wayang kulit. Pada etiket punggung pelindung naskah juga bertuliskan (St. 77) yang menunjukkan bahwa naskah berjenis sastra dengan nomor koleksi 77. Pada teks ketiga yakni teks LJP, penggubahan diprakarsai oleh Pakualam V pada tahun 1883 M (Saktimulya, 2005:207). Pada saat penggubahan atau penciptaan teks tersebut, mungkin saja terjadi beberapa kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penulis teks LJP. Hal itu yang menjadi alasan penulis untuk meneliti lebih lanjut naskah SKRT khususnya pada teks LJP. 1 Drama tari dengan pelaku dan cerita didasarkan pada pertunjukan wayang kulit (Sumarsam, 2003:353).

3 Naskah SKRT terdiri dari lima teks yang ditulis dengan aksara Jawa. Dari lima teks pada naskah SKRT yang terdiri dari berbagai bentuk tulisan tersebut, pada teks bagian ketiga yakni LJP yang menjadi konsentrasi penelitian kali ini, teks LJP berbentuk kandha 2, lagon 3 dan dialog yang terbungkus dalam tembang macapat 4 dengan tebal 54 halaman. Teks LJP merupakan sebuah cerita wayang wong yang mengambil cerita dari wayang gĕdhog. Disebutkan di dalam teks LJP bahwa : Karsa lĕlangĕn ringgit tiyang, nulad criyosing dhalang ringgit gĕdhog, Lĕlampahan Jati Pitutur. (hal.144). (Beliau) menghendaki hiburan wayang wong, mencontoh cerita dalang wayang gĕdhog dengan cerita Jati Pitutur, Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa teks LJP adalah teks cerita dari wayang gĕdhog. Wayang gĕdhog adalah pertunjukan wayang kulit dengan cerita Panji (Soedarsono, 1974:25). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teks LJP merupakan cerita Panji. Oleh karena itu, agar dapat diketahui dan dimengerti isi cerita teks LJP, teks tersebut perlu disajikan dalam bentuk aksara dan bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang ditemukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 2 Kandha adalah cerita dalam pertunjukan wayang wong (Soedarsono, 1997:452). 3 Lagon berasal dari kata lagu nyanyian. Jenis nyanyian ini mendramatisir berbagai adegan yang bermacam-macam, terutama yang berhubungan dengan action yang tenang dan resmi, dan sesekali juga ada perasaan susah (Soedarsono, 1997:250). 4 Macapat atau tembang macapat adalah puisi Jawa yang dinyanyikan dengan metrum yang bermacam-macam, seperti Asmarandana dan Gambuh (Soedarsono, 1997:435). Macapat atau yang disebut tembang cilik adalah sebuah tembang yang berdasar pada guru lagu, guru wilangan dan guru gatra (Padmosoekotjo,1958:24)

4 1) Bagaimana penyajian teks LJP dalam naskah SKRT agar dapat terbaca oleh masyarakat pada umumnya? 2) Bagaimana penyajian teks LJP dalam naskah SKRT agar dapat dipahami oleh masyarakat pada umumnya? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari teks LJP adalah sebagai berikut : 1) Menyajikan suntingan teks, dengan harapan masyarakat yang tidak menguasai bahasa Jawa dan aksara Jawa dapat menikmati dan memanfaatkannya. 2) Menerjemahkan teks LJP dari bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia, agar masyarakat pada umumnya dapat mengetahui informasi di dalamnya. Terutama bagi para peminat yang ingin mengetahui dan menggali lebih jauh isi kandungan dari teks LJP. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Naskah SKRT menurut Katalog Naskah-Naskah Pura Pakualaman adalah naskah koleksi Pura Pakualaman yang berjumlah 272 halaman yang terdiri atas lima bagian teks. Bagian pertama adalah teks Gandawardaya (hal. 1-82), yang menceritakan usaha Gandawardaya mencari Janaka, ayahnya atas perintah Suyudana untuk menghancurkan Pandawa. Bagian kedua adalah teks Sĕrat Ragatama (hal. 100-140), yang menceritakan tentang petualangan Jayengrana pada saat menyerang kerajaan Ngajrak. Teks bagian ke tiga adalah Lampahan Jati Pitutur (hal. 144-197), menceritakan tentang sayembara yang diadakan oleh Prabu Lembu Mardadu dari Kediri dengan tujuan untuk menangkap penyusup istana

5 yang berusaha tidur dengan putrinya yaitu Dewi Tamioyi. Teks bagian ke empat berjudul Rĕringkĕsanipun Cariyos Sĕrat Baratayuda (hal. 203-261), teks diawali dengan kisah kunjungan Prabu Kresna dan Pandawa ke kerajaan Wiratha untuk bertemu dengan Matswapati. Bagian ke lima yaitu teks Bubukaning Cariyos Ringgit Gĕdhog (hal. 262-272), yang menceritakan tentang petualangan Panji Asmarabangun dan Galuh Candrakirana. Teks diawali dengan cerita tentang Kerajaan Ngurawan yang diperintah oleh Prabu Lembu Amijaya (Saktimulya, 2005:206-207). Dari ke lima teks di atas, penelitian ini dibatasi pada pendeskrepsian naskah dan teks, serta suntingan dan terjemahan teks bagian ke tiga yang berjudul Lampahan Jati Pitutur. 1.5 Tinjauan Pustaka Sejauh pengamatan yang dilakukan penulis sampai saat ini, penelitian mengenai sĕrat kandha dalam wayang wong sudah pernah dilakukan. Ada beberapa penelitian yang ditemukan penulis yakni pada penelitian yang dilakukan oleh R.M. Soedarsono. Proyek penelitiannya berjudul Sĕrat Kandha Ringgit Tiyang Lampahan Mintaraga : Buku I (1986). Buku tersebut merupakan hasil transliterasi dari naskah Jilid I yang berjudul Kagungan-Dalĕm Sĕrat Kandha Ringgit Tiyang Lampahan Mintaraga koleksi Perpustakaan Kridha Mardhawa Keraton Yogyakarta yang berupa narasi cerita. Pentransliterasian naskah tersebut berupa alih aksara dari teks yang beraksara Jawa dan berbahasa Jawa pedalangan ke dalam aksara Latin dengan berpedoman pada ejaan yang sudah disempurnakan pada masa itu.

6 Sejalan dengan itu R.M. Soedarsono juga mentransliterasikan naskah Jilid II yang berjudul Kagungan-Dalêm Sĕrat Pocapan Kandha Ringgit Tiyang Lampahan Mintaraga yang berupa dialog-dialog dari naskah Jilid I. Dalam proyek penelitiannya Soedarsono memberi judul Sĕrat Pocapan Ringgit Tiyang Lampahan Mintaraga : Buku II (1986). Pada Buku II tersebut, Soedarsono mentransliterasikan naskah ke dalam bahasa Latin, sama seperti pada Buku I. Berdasarkan buku-buku tersebut, maka terlihat bahwa penelitian tentang suntingan teks dan terjemahan teks LJP pada naskah SKRT belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, peluang untuk meneliti teks dari segi suntingan teks dan terjemahan masih terbuka. Disamping itu, buku-buku tersebut juga dimanfaatkan peneliti sebagai sumber pendamping dalam melakukan penelitian naskah SKRT khususnya pada teks LJP. 1.6 Landasan Teori Penelitian terhadap sebuah karya sastra seperti naskah, selalu membutuhkan seperangkat teori. Dalam meneliti teks LJP, penulis menggunakan teori filologi. Filologi berasal dari kata Yunani philos yang berarti cinta dan logos yang berarti kata. Jadi filologi adalah cinta kata. Filologi merupakan salah satu disiplin ilmu yang berupaya mengungkapkan kandungan teks yang tersimpan dalam naskah produk masa lampau. Studi tersebut dianggap bahwa suatu naskah mengandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tujuan umum filologi adalah untuk mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan tulisan dan mengungkapkan fungsi peninggalan tulisan tersebut pada masyarakat penerimanya (Baried dkk, 1994:2-11).

7 Adapun tujuan khusus dari filologi adalah mengungkapkan bentuk awal teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau, dan menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masyarakat masa kini, yaitu dalam bentuk alih aksara (Baried dkk, 1994:8). Dengan demikian dapat dikatakan tujuan akhir dari studi filologi adalah menyajikan edisi teks yang dapat dibaca oleh masyarakat luas. Oleh sebab itu suntingan teks sangat perlu dilakukan agar teks dapat dibaca oleh masyarakat luas dan dapat dikoreksi dari kesalahan penulisan sesuai dengan ejaan yang berlaku. Suntingan teks dalam istilah filologi adalah penyajian teks yang disertai dengan catatan yang berupa aparat kritik. Aparat kritik adalah catatan atas teks berupa koreksi bacaan, variasi bacaan, keterangan tambahan dan catatan tambahan (Robson, 1994:25). Teks tidak hanya untuk kritik teks saja, tetapi agar dapat dimengerti oleh pembaca teks perlu disajikan dalam bentuk terjemahan. Menurut Mc Arthur terjemahan atau translation dalam bahasa Inggrisnya, berasal dari bahasa Latin translation atau translationis yang berarti apa yang diseberangkan (what is carried across) yaitu merupakan usaha untuk menyatakan kembali ide dari satu bahasa ke bahasa lain. Terjemahan pada dasarnya diimplikasikan adanya dua bahasa, yakni bahasa sumber dan bahasa sasaran. Bahasa sumber adalah bahasa teks yang diterjemahkan dan bahasa sasaran adalah bahasa teks hasil terjemahan (Rokhman, 2008:9). Jadi bisa dikatakan teks LJP yang berbahasa Jawa yang akan di terjemahkan ke bahasa Indonesia merupakan bahasa sumber, dan bahasa Indonesia adalah bahasa sasarannya.

8 Menurut Crystal terdapat tiga tingkatan dalam proses penerjemahan yang masing-masing mempunyai penekanan yang berbeda. Ketiga tingkatan yang akan menjadi landasan teori terjemahan pada penelitian ini antara lain (Rokhman, 2008:10) : 1) Word for word translation, yaitu menerjemahkan teks dari satu bahasa lain dengan mencari persamaannya secara gramatikal. Misalnya kata dalam bahasa Jawa diterjemahkan menjadi kata dalam bahasa Indonesia, frase menjadi frase dan klausa menjadi klausa. 2) Literal translation, yaitu menerjemahkan dengan cara melihat arti literal dari kata, frase, atau kalimat yang diterjemahkan. Struktur linguistik bahasa sumber diikuti dan kemudian disesuaikan dengan gramatika bahasa sasaran. 3) Free translation, yaitu merupakan usaha menerjemahkan makna yang dinyatakan oleh bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Ketiga macam tingkatan terjemahan di atas akan digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kondisi teks LJP. Hal tersebut karena disesuaikan dengan konteks kalimat, kelancaran bahasa Indonesia dan kejelasan maknanya. Apabila di dalam teks terdapat kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang membutuhkan penjelasan atau catatan lebih lanjut, maka catatan tersebut akan dibubuhkan dalam catatan kaki. Catatan lebih lanjut tersebut disebut catatan ulasan atau catatan terjemahan. Seperti yang dikatakan Robson, (1994:55-56) catatan terjemahan berfungsi untuk menjelaskan beberapa cara aspek teks itu diterjemahkan ke dalam bahasa lain.

9 1.7 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian filologi yang mencakup metode penelitian terhadap naskah dan metode suntingan teks. Pada tataran metode penelitian naskah, hal yang dilakukan adalah memilah-milah objek naskah dari beberapa katalog, sehingga menemukan naskah terpilih. Studi katalog digunakan dalam tahap pengumpulan data dan inventarisasi naskah. Dari studi katalog tersebut, naskah SKRT terpilih melalui bantuan Katalog Naskah-Naskah Pura Pakualaman. Setelah naskah terpilih, langkah yang dilakukan selanjutnya adalah mencari buku-buku referensi yang berkaitan dengan penelitian. Setelah menentukan naskah dan mencari referensi yang berkaitan dengan penelitian, langkah yang selanjutnya dilakukan adalah pengolahan data. Pada tahap pengolahan data, hal pertama yang dilakukan adalah deskripsi naskah SKRT dan deskripsi teks LJP. Deskripsi naskah perlu dilakukan agar bentuk dan kondisi naskah dapat diinformasikan kepada pembaca. Sebab bentuk dan kondisi suatu naskah akan mempengaruhi cara naskah tersebut diperlakukan oleh pembaca, jika suatu saat naskah tersebut akan dimanfaatkan oleh pembaca (Robson, 1994:11). Setelah pengolahan data, tahapan yang dilakukan selanjutnya adalah emendasi. Emendasi dilakukan untuk mencari keotentikan teks dengan cara mengkritisi teks (Reynolds L.D dan Wilson N.G, 1974:187). Pada tahap ini metode yang akan digunakan untuk menyunting teks LJP adalah metode kritis. Metode kritis atau edisi standar adalah menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-

10 kesalahan kecil dan ketidakajegan, sedang ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku (Baried dkk, 1994;68). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode kritis adalah menyajikan sebuah teks dengan mengadakan perbaikan bacaan yang dinilai kurang sesuai dan dibetulkan dengan berpedoman pada sistem ejaan yang berlaku. Metode tersebut digunakan untuk membantu pembaca mengatasi berbagai kesulitan, yang bersifat tekstual atau yang berkenaan dengan interpretasi sehingga pembaca terbebas dari kesulitan dan dapat mengerti isinya (Robson, 1994:25). Metode kritis dilakukan bersamaan dengan proses transliterasi sebuah teks. Transliterasi adalah pemindahan dari satu tulisan ke tulisan yang lain (Robson, 1994;24). Pendapat lain juga mengatakan bahwa transliterasi merupakan penggantian jenis tulisan yaitu huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Baried, 1994:63). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa transliterasi adalah alih aksara teks, misalnya alih aksara teks dari aksara Jawa ke aksara Latin. Pada saat proses transliterasi, peneliti yang ingin menyunting teks dengan edisi kritis ataupun diplomatis dapat langsung menerapkannya. Setelah teks ditransliterasi dan sudah bersih dari kesalahan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menerjemahkan. Metode terjemahan yang akan dipakai pada penelitian ini adalah metode terjemahan campuran atau kombinasi yakni metode terjemahan kata per kata, harafiah dan bebas. Ketiga metode tersebut akan digunakan penulis sesuai dengan kondisi teks yang akan diterjemahkan.

11 Metode terjemahan kata per kata, dan metode terjemahan bebas dilakukan dengan tujuan agar memudahkan proses penerjemahan. Hal tersebut karena disesuaikan dengan konteks kalimat, kelancaran bahasa Indonesia dan kejelasan pengertian. Oleh sebab itu kata-kata Bahasa Jawa yang diterjemahkan tidak selalu konsisten diterjemahkan dengan kata yang sama dalam bahasa Indonesia. Sedangkan metode terjemahan secara harafiah dilakukan agar kandungan isi teks tidak terlalu menyimpang sesudah dilakukan penerjemahan (Wiryamartana, 1990:34). 1.8 Sistematika Penyajian Adapun sistematika penyajian dalam penelitian ini, disajikan dalam empat bab. Pembagian bahasan tiap bab tersebut adalah sebagai berikut : Bab I yaitu berupa pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian. Bab II menjelaskan tentang deskripsi naskah SKRT secara umum dan deskripsi teks LJP secara keseluruhan, contohnya seperti judul naskah, pemrakarsa, penulis dan waktu penulisan. Bab III yaitu berupa suntingan teks dan terjemahan teks LJP. Pada bab ini memuat pengantar suntingan teks dan pengantar terjemahan. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian suntingan teks edisi kritis, dan dilanjutkan dengan terjemahan teks LJP. Bab IV yaitu berupa kesimpulan. Bab ini merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dari uraian bab-bab sebelumnya.