HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Veni Hadju Nurpudji Astuti

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA REMAJA USIA TAHUN DI INDONESIA LATIVA

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA DEWASA USIA TAHUN DI INDONESIA KHOIRUL ANWAR

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Status Gizi

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA SEKOLAH 7 12 TAHUN DI INDONESIA

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

METODE PENELITIAN. Gambar 2Cara Penarikan Contoh

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

Karakteristik Sosial Ekonomi - Jenis kelamin - Umur - Besar keluarga - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA 2 6 TAHUN DI INDONESIA

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HEALTHY EATING INDEX REMAJA DI KOTA YOGYAKARTA DAN PADANG YOGA HENDRIYANTO

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

GIZI SEIMBANG BALITA OLEH : RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, dan daerah tempat tinggal sampel, sedangkan karakteristik keluarga terdiri dari pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, serta status ekonomi keluarga dalam bentuk kuintil. Daerah tempat tinggal sampel atau pemukiman dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu perdesaan dan perkotaan. Sampel adalah anak dengan rentang usia 0-9 tahun (WHO 2011). Sampel penelitian ini dibagi berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan kelompok usia. Sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok usia, yaitu 0-5 bulan, 6-11 bulan, 12-23 bulan, 2-3 tahun, 4-6 tahun, dan usia 7-9 tahun. Pengelompokan ini didasarkan pada WNPG (2004). Jumlah total sampel dari penelitian ini adalah 41655, dengan sampel laki-laki berjumlah 21136 orang (50.7%) dan sampel perempuan berjumlah 20519 orang (49.3%). Sebaran sampel laki-laki dan perempuan menurut karakteristik individu dan jenis kelamin dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Daerah tempat tinggal dapat menentukan kemudahan akses terhadap asupan pangan. Lebih dari setengah sampel bertempat tinggal di daerah perdesaan dengan besar persentase masing-masing sampel laki-laki dan perempuan secara berurut, yaitu 51.7% dan 51.2%. Berdasarkan kelompok usia, lebih dari setengah sampel bertempat tinggal di daerah perdesaan. Hanya saja, pada sampel laki-laki dengan kelompok usia 6-11 bulan dan 12-23 bulan lebih banyak tinggal di daerah perkotaan. Pendidikan orangtua merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pemilihan jenis pangan yang dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Penggolongan pendidikan orangtua sampel didasarkan pada kategori yang telah ditentukan oleh Riskesdas 2010. Kategori pendidikan orangtua dikelompokkan menjadi tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3, dan tamat perguruan tinggi. Persentase tertinggi untuk pendidikan terakhir ayah dan ibu baik pada sampel laki-laki maupun perempuan adalah tamat SD/MI. Jenis pekerjaan merupakan faktor yang dapat menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dibeli karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan

28 pendapatan yang diterima. Kategori pekerjaan ditentukan oleh Riskesdas 2010, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Sebagian besar pekerjaan ayah sebagai wiraswasta pada daerah perkotaan dan sebagai petani/nelayan di daerah perdesaan. Ibu sampel sebagian besar tidak bekerja baik pada sampel yang di daerah perkotaan maupun perdesaan. Status ekonomi sampel berdasarkan data Riskesdas 2010 diperoleh dalam bentuk kuintil, yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4, dan kuintil 5. Kuintil 1 sampai 5 mengidentifikasi keadaan ekonomi suatu rumah tangga. Semakin tinggi kuintil maka semakin baik keadaan ekonomi suatu rumah tangga, sebaliknya semakin rendah kuintil semakin rendah pendapatan keluarga per kapita setiap bulannya. Secara keseluruhan, sampel penelitian berada pada kuintil 1 dengan persentase untuk sampel laki-laki sebesar 27.4% dan sampel perempuan 27.3%. Keadaan ini juga terjadi pada seluruh kelompok usia sampel laki-laki dan perempuan. Status Gizi Indikator antropometri yang digunakan untuk mengukur status gizi pada penelitian ini adalah usia, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap sampel dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO (2007). Pengolahan status gizi menghasilkan nilai z-score berupa WAZ (weight- for-age z-score), HAZ (length or height-for-age z-score), dan BAZ (BMI-for-age z-score). Nilai z-score yang digunakan dalam penilaian status gizi anak adalah BAZ (BMI-for-age z-score), karena lebih menggambarkan status gizi terkini. Cut off points dari indikator tersebut adalah sampel dikatakan kurus apabila z-score < -2.0, normal pada range z-score -2,0 s/d z-score 2,0, dan tergolong gizi lebih apabila z-score > 2.0. Berdasarkan Tabel 10, sebagian besar sampel memiliki status gizi normal. Persentase status gizi normal pada sampel laki-laki dan perempuan masing-masing, yaitu 69.4% dan 73.2%. Status gizi normal lebih tinggi pada sampel perempuan dibandingkan dengan sampel laki-laki. Mayoritas sampel, yaitu sebanyak 71.3% memiliki status gizi normal, sebanyak 17.1% sampel status gizi lebih, dan sampel dengan status gizi kurus sebanyak 11.6%. Sampel yang memiliki status gizi kurus lebih sedikit daripada sampel dengan status gizi

29 lebih. Hasil perolehan status gizi ini sama dengan status gizi anak usia 0-9 tahun yang dihitung dan diperoleh Riskesdas 2010 (Balitbangkes 2010). Berikut tabel status gizi berdasarkan nilai z-score BAZ menurut jenis kelamin dan kelompok usia: Status Gizi (BAZ) Laki-laki Kurus Normal Lebih Perempuan Kurus Normal Lebih Laki-laki dan Perempuan Kurus Normal Lebih Tabel 10 Sebaran responden menurut status gizi (BAZ) dan kelompok usia 0-5bln n (%) 162 22 (13.6) 88 (54.3) 52 (32.1) 137 16 (11.7) 88 (64.2) 33 (24.1) 299 38 (12.7) 176 (58.9) 85 (28.4) 6-11bln n (%) 847 133 (15.7) 508 (60.0) 206 (24.3) 796 117 (14.7) 482 (60.6) 197 (24.7) 1643 250 (15.2) 990 (60.3) 403 (24.5) Kelompok Usia 12-23bln 2-3thn n (%) n (%) 1835 4205 287 502 (15.7) (12.0) 1096 2823 (59.7) (67.1) 452 880 (24.6) (20.9) 1806 4018 249 472 (13.8) (11.7) 1125 2732 (62.3) (68.0) 432 814 (23.9) (20.3) 3641 8223 536 974 (14.7) (11.8) 2221 5555 (61.0) (67.6) 884 1694 (24.3) (20.6) 4-6thn n (%) 6779 732 (10.8) 4831 (71.3) 1216 (17.9) 6556 709 (10.8) 4890 (74.6) 957 (14.6) 13335 1441 (10.8) 9721 (72.9) 2173 (16.3) 7-9thn n (%) 7308 884 (12.1) 5319 (72.8) 1105 (15.1) 7206 711 (9.9) 5710 (79.2) 785 (10.9) 14514 1595 (11.0) 11029 (76.0) 1890 (13.0) n (%) 21136 2560 (12.1) 14665 (69.4) 3911 (18.5) 20519 2274 (11.1) 15027 (73.2) 3218 (15.7) 41655 4834 (11.6) 29692 (71.3) 7129 (17.1) Tingginya persentase status gizi lebih pada anak laki-laki dan perempuan dapat menjadi beban tambahan bagi pemerintah, karena selain harus menanggulangi anak dengan status gizi kurang, pemerintah dituntut pula untuk memperhatikan anak dengan status gizi lebih. Menurut Riyadi (2003), gizi lebih atau overweight pada masa anak-anak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas pada masa dewasa. Baker et al. (2004) dalam penelitiannya menyimpulakan bahwa pemberian makanan tambahan sebelum bayi berusia 4 bulan dan ibu yang obesitas menyebabkan pertambahan berat badan bayi yang lebih banyak dibandingkan bayi yang mendapat ASI saja sampai usia 5 bulan. Persentase sampel yang paling banyak memiliki status gizi lebih adalah sampel laki-laki pada kelompok usia 0-5 bulan sebanyak 32.1%, dengan rata-rata berat badan dan tinggi badan adalah 7.5 ± 1.4 kg dan 55.7 ± 5.5 cm. Demikian pula, untuk status gizi kurus persentase paling banyak pada sampel laki-laki sebanyak 15.7%, namun pada kelompok usia 6-11 bulan, dengan rata-rata berat badan dan tinggi badan adalah 7.6 ± 1.1 kg dan 76.4 ± 6.5 cm (Lampiran 5).

30 Asupan Air Menurut Sumber Air dari Minuman Air dari minuman, air dari makanan, dan hasil metabolisme (air metabolik) merupakan sumber air dalam tubuh. Asupan air dalam jumlah terbesar yang diperoleh tubuh merupakan air dari minuman, yaitu sekitar dua pertiga (65-70%) (Santoso et al. 2011). Air dari minuman dibedakan menjadi air putih dan bukan air putih. Rata-rata asupan air putih pada sampel laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan. Asupan air putih pada sampel laki-laki dan perempuan secara berurut sebesar 616.2 ± 373.6 ml/hari dan 613.0 ± 369.0 ml/hari. Asupan air putih pada sampel usia 0-5 bulan sebanyak 456.1 ± 652.2 ml/hari, usia 6-11 bulan sebanyak 508.2 ± 531.0 ml/hari, usia 12-23 bulan sebanyak 510.2 ± 369.2 ml/hari, usia 2-3 tahun sebanyak 581.8 ± 372.3 ml/hari, usia 4-6 tahun sebanyak 631.8 ± 345.2 ml/hari, dan pada sampel yang berusia 7-9 tahun sebesar 614.6 ± 371.4 ml/hari (Lampiran 6). Selain air putih, air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel adalah susu, dengan besar asupan pada sampel laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 78.1 ± 175.6 ml/hari dan 73.3 ± 167.6 ml/hari. Asupan susu lebih rendah pada kelompok usia yang lebih tua. Asupan susu paling tinggi berada pada kelompok usia 0-5 bulan, yaitu sebanyak 349.3 ± 325.9 ml/hari. Secara keseluruhan, rata-rata asupan susu pada sampel adalah 75.7 ± 171.7 ml/hari. Asupan minuman teh semakin meningkat pada kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata asupan minuman teh secara keseluruhan pada sampel sebesar 49.5 ± 124.4 ml/hari. Susu kental manis banyak dikonsumsi oleh kelompok sampel yang berusia 2-3 tahun sebanyak 53.9 ± 164.0 ml/hari. Secara berurut kontribusi air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih, susu, teh, susu kental manis, sirup, minuman lainnya (seperti es dawet, jamu, es cincau, dan lainnya), jus, minuman berkarbonasi, dan yang paling sedikit dikonsumsi sampel adalah kopi. Rata-rata total asupan air dari minuman pada sampel laki-laki (800.9 ± 398.3 ml/hari) lebih tinggi daripada sampel perempuan (790.1 ± 390.8 ml/hari). Berdasarkan kelompok usia, rata-rata total asupan air mengalami fluktuasi dengan total asupan air yang paling tinggi pada kelompok usia 6-11 bulan sebanyak 830.1 ± 576.2 ml/hari. Rata-rata total asupan air pada seluruh sampel

31 adalah 795.6 ± 394.6 ml/hari. Tabel asupan air dari minuman pada anak menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang paling utama adalah air putih (74%) (AFIC 1998). Rata-rata asupan air putih lebih tinggi pada kelompok usia 4-6 tahun dan 7-9 tahun dibandingkan dengan kelompok usia lain yang lebih muda. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada kelompok usia 4-18 tahun oleh Fulgoni (2007) bahwa semakin bertambahnya usia, asupan air putih semakin banyak. Air dari Makanan Pangan yang dikonsumsi seseorang berasal dari makanan dan minuman. Kontribusi air bagi tubuh dapat diperoleh dari asupan air dari makanan. Asupan air dari makanan dikelompokkan ke dalam 11 kelompok, yaitu (1) serealia, umbi, dan olahannya; (2) kacang-kacangan, biji-bijian, dan olahannya; (3) daging dan olahannya; (4) telur dan olahannya; (5) ikan, hasil perikanan, dan olahannya; (6) sayuran dan olahannya; (7) buah-buahan; (8) olahan susu; (9) minyak dan lemak; (10) serba serbi; dan (11) makanan jajanan. Asupan air dari makanan pada sampel laki-laki maupun sampel perempuan paling banyak berasal dari golongan serealia, umbi, dan olahannya. Rata-rata asupan air dari serealia, umbi, dan olahannya pada sampel laki-laki sebesar 201.6 ± 114.3 ml/hari dan pada sampel perempuan sebesar 196.6 ± 112.7 ml/hari. Rata-rata asupan air dari serealia, umbi, dan olahannya mengalami peningkatan pada kelompok usia yang lebih tua. Menurut Hardinsyah et al. (2010), sebagian besar sumber air dari makanan adalah makanan pokok (46%), serta buah dan sayur (30%). Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya. Asupan air dari makanan yang dikonsumsi terbanyak kedua oleh sampel adalah golongan sayuran dan olahannya. Rata-rata mayoritas asupan air dari sayuran dan olahannya adalah 52.2 ± 73.8 ml/hari, pada sampel laki-laki sebanyak 52.0 ± 73.5 ml/hari dan pada sampel perempuan sebanyak 52.5 ± 74.1 ml/hari (Lampiran 7). Asupan air dari makanan yang sedikit memberikan

32 kontribusi berasal dari golongan olahan susu, serta lemak dan minyak. Secara keseluruhan, rata-rata asupan air dari makanan pada sampel adalah 334.8 ± 171.6 ml/hari. Jumlah air dari makanan tergantung kepada pola konsumsi makan berupa jenis asupan makanan sampel. Apabila seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka sumber air tubuh dari makanan akan lebih tinggi. Akan terjadi sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung, dan daging yang kering (Santoso et al. 2011). Air Metabolik Air metabolik adalah air yang diperoleh dari hasil oksidasi dalam reaksi kimia, yaitu metabolisme (Makfoeld et al. 2002). Air metabolik berasal dari oksidasi substrat zat gizi makro, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak di dalam tubuh. asupan air juga berasal dari air hasil metabolisme (air metabolik). Rata-rata asupan air metabolik lebih tinggi pada sampel laki-laki (130.6 ± 61.6 ml/hari) daripada sampel perempuan (128.0 ± 61.0 ml/hari). Rata-rata asupan air metabolik lebih tinggi pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata total asupan air metabolik pada seluruh sampel sebesar 129.3 ± 61.3 ml/hari. Berikut adalah tabel asupan air metabolik pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia: Tabel 11 Asupan air metabolik pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Air Metabolik Laki-laki Perempuan Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn 57.0 ± 72.3 ± 96.9 ± 120.9 ± 134.9 ± 149.1 ± 37.6 44.5 45.9 52.5 58.5 65.0 57.4 ± 72.3 ± 94.9 ± 116.8 ± 132.6 ± 145.8 ± 38.4 43.4 48.3 51.1 58.6 63.7 57.1 ± 72.3 ± 95.9 ± 118.9 ± 133.8 ± 147.5 ± 37.9 43.9 47.1 51.8 58.6 64.4 130.6 ± 61.6 128.0 ± 61.0 129.3 ± 61.3 asupan air metabolik pada penelitian ini masih rendah dibandingkan anjuran yang semestinya. Menurut Hoyt and Honig (1996) dalam Institute of Medicine of the National Academies (2004) bahwa perkiraan yang wajar dari produksi rata-rata air metabolik untuk orang dengan aktivitas ringan sekitar 250-350 ml/hari dan dapat meningkat menjadi 500-600 ml/hari untuk orang yang aktif secara fisik. Rendahnya air metabolik pada sampel dapat disebabkan oleh kurangnya asupan pangan yang mengandung karbohidrat. Menurut Santoso et al. (2011), semakin banyak produksi energi dari makanan berkarbohidrat akan semakin banyak air metabolik yang dihasilkan oleh tubuh.

33 Asupan Air Rata-rata total asupan air pada anak laki-laki maupun perempuan lebih tinggi pada kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata total asupan air pada anak usia 0-5 bulan sebanyak 951 ± 664 ml/hari, usia 6-11 bulan sebanyak 1044 ± 598 ml/hari, usia 12-23 bulan sebanyak 1103 ± 476 ml/hari, usia 2-3 tahun sebanyak 1221 ± 474 ml/hari, usia 4-6 tahun sebanyak 1274 ± 451 ml/hari, dan usia 7-9 tahun sebanyak 1338 ± 460 ml/hari (Tabel 12). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata asupan air anak laki-laki (1269 ± 481 ml/hari) yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (1250 ± 472 ml/hari) (p<0.01). Tabel 12 Asupan air pada anak menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia ml/kap/hari (%) Asupan Air Laki-laki Air dari minuman Air dari makanan Air metabolik Perempuan Air dari minuman Air dari makanan Air metabolik Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn 837.2± 694.7 (84.2%) 65.3± 84.3 (8.2%) 56.9± 37.5 (7.6%) 959± 703 807.0 ± 599.9 (83.3%) 75.8 ± 98.8 (9.1%) 57.3± 38.3 (7.6%) 940± 618 Laki-laki dan Perempuan 823.4 ± Air dari 652.1 minuman (83.8%) Air dari makanan Air metabolik 70.1 ± 91.2 (8.6%) 57.0± 37.8 (7.6%) 951± 664 a 826.3 ± 548.9 (76.8%) 140.9± 133.6 (15.2%) 72.2± 44.4 (8.0%) 1039± 574 834.1 ± 604.2 (76.4%) 141.5 ± 137.6 (15.5%) 72.2± 43.3 (8.1%) 1048± 623 830.1 ± 576.2 (76.6%) 141.2 ± 135.5 (15.3%) 72.2± 43.8 (8.1%) 1044± 598 (100.0% b 796.1 ± 430.6 (69.2%) 230.1 ± 147.1 (21.6%) 96.6± 45.8 (9.3%) 1123± 480 764.8 ± 418.2 (68.8%) 223.4 ± 145.3 (21.8%) 94.7± 48.2 (9.4%) 1083± 471 780.6 ± 424.7 (69.0%) 226.8 ± 146.3 (21.7%) 95.7± 47.0 (9.3%) 1103± 476 c 823.9 ± 425.7 (64.8%) 295.5 ± 149.3 (25.0%) 120.6± 52.4 (10.2%) 1240± 489 801.3 ± 400.6 (65.0%) 284.3 ± 135.3 (24.9%) 116.5± 51.0 (10.2%) 1202± 458 812.9 ± 413.8 (64.9%) 290.0 ± 142.8 (24.9%) 118.6± 51.7 (10.2%) 1221± 474 d 791.8 ± 367.7 (60.7%) 352.3 ± 153.0 (28.5%) 134.6± 58.4 (10.8%) 1279± 450 790.2 ± 371.3 (61.1%) 348.0 ± 158.2 (28.2%) 132.2± 58.5 (10.7%) 1270± 451 791.0 ± 369.5 (60.9%) 350.2 ± 155.6 (28.3%) 133.4± 58.5 (10.8%) 1275± 451 e 793.5 ± 369.5 (57.7%) 405.8 ± 171.0 (31.0%) 148.7± 64.9 (11.3%) 1348± 465 785.0 ± 358.7 (58.0%) 397.8 ± 168.8 (30.8%) 145.4± 63.6 (11.2%) 1328± 455 789.3 ± 364.2 (57.9%) 401.8 ± 169.9 (30.8%) 147.1± 64.3 (11.3%) 1338± 460 f 800.9 ± 398.3 (62.1%) 338.2 ± 172.8 (27.3%) 130.3± 61.5 (10.6%) 1269± 481 a 790.1 ± 390.8 (62.2%) 332.2 ± 170.8 (27.3%) 127.6± 60.8 (10.5%) 1250± 472 b 795.6 ± 394.6 (62.1%) 335.3 ± 171.8 (27.3%) 129.0± 61.2 (10.6%) 1260± 477

34 Asupan air berdasarkan karakteristik daerah tempat tinggal sampel juga perlu untuk diketahui. Untuk mengetahui asupan air di daerah perkotaan dengan perdesaan dilakukan uji beda. Asupan air untuk daerah perdesaan berbeda nyata dengan daerah perkotaan (p<0.01), dimana lebih tinggi di daerah perkotaan sebesar 1308 ± 498 ml/hari dibandingkan dengan daerah perdesaan sebesar 1214 ± 451 ml/hari. Tingginya asupan air di daerah perkotaan menunjukkan bahwa tingginya asupan pangan yang berkaitan dengan status ekonomi keluarga di daerah perkotaan, sehingga menghasilkan total asupan air yang tinggi pula. Persentase air dari minuman, makanan, dan air metabolik terhadap total asupan air berbeda untuk tiap kelompok usia. Persentase asupan air juga lebih tinggi pada sample dengan kelompok usia yang lebih tua pada ketiga sumber asupan air tersebut (Gambar 3). Rata-rata persentase air dari minuman, makanan, dan air metabolik pada sampel secara berurut adalah 62.1%, 27.3%, dan 10.6%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase sumber asupan air paling besar berasal dari minuman. Berikut grafik yang menggambarkan asupan air menurut sumber berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia. 1600 1400 1200 y = 34,472x + 1056,6 R² = 0,8527 y = 43,859x + 966,57 R² = 0,8476 Laki-laki Air dari Minuman Laki-laki Air dari Makanan Laki-laki Air metabolik 1000 800 y = -6,0242x + 841,03 R² = 0,7031 y = 3,9127x + 760,12 R² = 0,272 Laki-laki Asupan Air Perempuan Air dari Minuman Perempuan Air metabolik 600 400 y = 31,456x + 142,51 R² = 0,8572 y = 31,119x + 134,89 R² = 0,8972 Perempuan Air dari Makanan Perempuan Asupan Air 200 y = 8,9915x + 73,207 y = 8,8091x + 71,6 R² = 0,8607 R² = 0,8891 0 6 12 24 36 48 60 72 84 96 108 Usia (bulan) Gambar 3 Asupan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia (ml/kap/hari)

35 Setelah diperoleh total asupan air masing-masing sampel, maka dapat ditetapkan nilai Adequate Intake (AI) untuk asupan air pada median asupan air dari sampel dengan status gizi normal. AI adalah perkirain asupan dan penyerapan pangan yang cukup akan zat gizi yang penting untuk memenuhi kebutuhan dan menjaga kesehatan. Berdasarkan rasio perbandingan AI untuk asupan air dengan kebutuhan energi sampel dapat diperoleh nilai kebutuhan air bagi sampel. Nilai kebutuhan air bagi anak yang diperoleh berdasarkan penelitian ini sebesar 0.95 ml/kal lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan air berdasarkan penelitian Manz dan Wentz (2005) sebesar 1.11 ml/kal dan penelitian Popkin et al. (2010) sebesar 1 ml/kal. Kebutuhan air menurut Manz dan Wentz (2005) menyesuaikan dengan data penelitian NHANES III, sedangkan kebutuhan air menurut Popkin et al. (2010) menyesuaikan dengan data kebutuhan air menurut IOM. Rasio perbandingan AI untuk asupan air dengan kebutuhan energi sampel pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai kebutuhan air dari penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini diduga disebabkan karena food recall 1x24 jam yang dilakukan oleh tim pengumpul data Riskesdas 2010 hanya fokus kepada makanan yang dikonsumsi oleh sampel. Recall terhadap asupan air putih dan air dari minuman lainnya tidak dilakukan dengan wawancara secara mendalam. Rendahnya asupan air dari minuman pada kelompok usia 0-5 bulan diperkirakan karena adanya kontribusi air dari makanan dan air metabolik, yang seharusnya hanya berasal dari ASI saja. Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air Rata-rata kebutuhan air anak laki-laki adalah 1431 ± 345 ml/hari dan anak perempuan adalah 1360 ± 285 ml/hari dengan rata-rata kebutuhan air secara keseluruhan adalah 1396 ± 319 ml/hari (Tabel 13). Rata-rata kebutuhan air pada anak meningkat seiring dengan peningkatan usia. Kebutuhan air sampel laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan sampel perempuan (p<0.01). Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 10. Tingginya kebutuhan air pada sampel laki-laki sesuai dengan studi yang dilakukan Asian Food Information Centre (2000), bahwa laki-laki memiliki lebih banyak air dalam tubuhnya dibandingkan perempuan karena laki-laki memiliki otot tanpa lemak (lean muscle) lebih besar dari perempuan. Otot menahan lebih banyak air dibandingkan jaringan lemak. Hal tersebut juga dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki biasanya lebih banyak daripada perempuan,

36 sehingga dibutuhkan asupan air yang lebih banyak untuk menggantikan asupan air yang hilang akibat aktivitas tersebut. Berikut adalah tabel tingkat pemenuhan kebutuhan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia: Tabel 13 Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia ml/kap/hari (%) Asupan Air Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn Laki-laki Asupan 959 ± 1039 ± 1123 ± 1240 ± 1279 ± 1348 ± 1269 ± 703 574 480 489 450 465 481 Kebutuhan 762 ± 827 ± 1011 ± 1287 ± 1494 ± 1646 ± 1431 ± 157 164 213 236 245 288 345 a Tingkat pemenuhan kebutuhan air 131.8 ± 103.9 128.9 ± 73.8 114.5 ± 52.4 98.6 ± 41.2 87.1 ± 32.0 83.7 ± 30.6 92.6 ± 41.0 a Perempuan Asupan 940 ± 1048 ± 1083 ± 1202 ± 1270 ± 1328 ± 1250 ± 618 623 471 458 451 455 472 Kebutuhan 699 ± 789 ± 968 ± 1238 ± 1407 ± 1557 ± 1360 ± 133 167 239 220 159 177 285 b Tingkat pemenuhan kebutuhan air 140.4 ± 101.3 138.4 ± 91.3 116.7 ± 55.8 99.5 ± 40.8 91.0 ± 32.8 86.1 ± 30.4 95.4 ± 42.7 b Laki-laki dan Perempuan Asupan 951 ± 1044 ± 1103 ± 1221 ± 1275 ± 1338 ± 1260 ± 664 598 476 474 451 460 477 Kebutuhan 733 ± 809 ± 990 ± 1264 ± 1452 ± 1602 ± 1396 ± 149 a 167 b 227 c 230 d 211 e 244 f 319 Tingkat pemenuhan 135.7 ± 133.5 ± 115.6 ± 99.0 ± 89.0 ± 84.9 ± 94.0 ± kebutuhan air 102.7 a 82.8 b 54.1 c 41.0 d 32.5 e 30.6 f 41.9 Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang dihitung berdasarkan data asupan Riskesdas 2010 untuk anak laki-laki adalah 92.6 ± 41.0 % lebih rendah dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu 95.4 ± 42.7 % (p<0.01). Hal ini dikarenakan, kebutuhan pada anak perempuan lebih rendah dibandingkan dengan anak laki-laki, sedangkan selisih nilai asupan air pada anak perempuan hanya sedikit berbeda dibandingkan dengan anak laki-laki. Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Selain total asupan air, jumlah asupan zat gizi makro dan mineral juga diteliti dalam penelitian ini. Zat gizi makro terdiri dari energi, protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan mineral terdiri dari kalsium, fosfor, dan besi. Asupan zat gizi makro dan mineral diolah berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas 2010. Rata-rata asupan zat gizi makro dan mineral pada sampel laki-laki lebih tinggi daripada sampel perempuan. Rata-rata asupan energi pada sampel lakilaki sebesar 1028 ± 481 Kal per kapita/hari, sedangkan pada sampel perempuan sebesar 1008 ± 476 Kal per kapita/hari. Rata-rata asupan protein pada sampel laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 33.8 ± 17.9 g dan 33.1 ± 17.7 g. Rata-rata asupan karbohidrat pada sampel laki-laki sebanyak 151.9 ± 77.9 g dan

37 pada sampel perempuan sebanyak 148.2 ± 76.4 g. Rata-rata asupan lemak pada penelitian ini relatif sama pada seluruh sampel sebesar 30.9 ± 22.7 g. Berikut adalah tabel asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari: Tabel 14 Asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Asupan Zat Gizi Laki-laki Energi (Kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Air (ml) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn 444 ± 294 11.1 ± 8.5 17.3 ± 15.3 61.6 ± 39.4 959.5 ± 702.6 296.9 ± 281.4 262.2 ± 215.3 3.8 ± 8.3 Perempuan Energi (Kal) 448 ± 300 Protein (g) 10.1 ± 7.5 Lemak (g) 18.6 ± 15.2 Karbohidrat (g) 60.6 ± 39.5 Air (ml) 940.2 ± 618.3 Kalsium (mg) 272.5 ± 242.9 Fosfor (mg) 229.9 ± 188.9 Besi (mg) 2.8 ± 3.3 Laki-laki dan Perempuan Energi (Kal) 446 ± 296 Protein (g) 10.6 ± 8.1 Lemak (g) 17.9 ± 15.2 Karbohidrat (g) 61.2 ± 39.4 Air (ml) 950.6 ± 664.3 Kalsium (mg) 285.8 ± 264.3 Fosfor (mg) 247.4 ± 203.9 Besi (mg) 3.3 ± 6.5 566 ± 349 16.1 ± 12.3 18.5 ± 15.4 83.5 ± 51.2 1039.5 ± 574.4 328.8 ± 347.3 331.3 ± 278.5 4.5 ± 7.4 565 ± 339 15.5 ± 11.9 17.9 ± 14.5 85.1 ± 53.2 1047.9 ± 623.1 311.8 ± 334.1 320.5 ± 269.3 4.0 ± 6.3 565 ± 344 15.8 ± 12.1 18.2 ± 15.0 84.3 ± 52.2 1043.6 ± 598.3 320.6 ± 341.0 326.1 ± 274.0 4.3 ± 6.9 761 ± 361 23.7 ± 13.4 23.9 ± 16.6 112.1 ± 56.4 1123.0 ± 479.8 323.5 ± 332.9 425.0 ± 271.6 5.0 ± 6.4 745 ± 378 23.2 ± 13.8 23.3 ± 16.8 109.9 ± 59.7 1082.8 ± 470.9 292.4 ± 308.9 403.7 ± 262.7 5.0 ± 7.9 753 ± 369 23.4 ± 13.6 23.6 ± 16.7 111.0 ± 58.1 1103.1 ± 475.8 308.1 ± 321.6 414.5 ± 267.4 5.0 ± 7.2 953 ± 410 31.7 ± 15.4 29.2 ± 19.4 139.5 ± 66.3 1239.9 ± 488.7 312.5 ± 346.2 525.3 ± 306.3 5.6 ± 7.8 921 ± 400 31.0 ± 15.1 28.4 ± 19.5 134.0 ± 62.8 1202.0 ± 457.8 309.6 ± 346.0 519.1 ± 305.4 5.6 ± 7.9 937 ± 406 31.4 ± 15.3 28.8 ± 19.5 136.8 ± 64.7 1221.4 ± 474.2 311.1 ± 346.1 522.2 ± 305.9 5.6 ± 7.8 1062 ± 456 35.0 ± 16.9 31.8 ± 22.5 157.4 ± 74.6 1278.6 ± 450.2 251.7 ± 299.5 541.4 ± 290.6 5.5 ± 8.1 1044 ± 457 34.2 ± 16.6 31.4 ± 22.9 154.5 ± 74.0 1270.3 ± 450.9 243.7 ± 295.9 525.7 ± 284.9 5.4 ± 8.0 1053 ± 456 34.6 ± 16.8 31.6 ± 22.7 156.0 ± 74.4 1274.5 ± 450.5 247.8 ± 297.7 533.7 ± 287.9 5.5 ± 8.0 1174 ± 505 38.9 ± 19.0 35.1 ± 25.0 173.8 ± 83.6 1347.9 ± 464.6 238.1 ± 306.6 577.8 ± 301.8 5.9 ± 8.8 1148 ± 496 38.1 ± 18.7 35.0 ± 25.5 168.6 ± 81.8 1327.9 ± 1327.9 235.2 ± 299.7 565.5 ± 295.3 5.9 ± 8.3 1161 ± 501 38.5 ± 18.9 35.1 ± 25.3 171.2 ± 82.7 1338.0 ± 459.9 236.7 ± 303.2 571.7 ± 298.6 5.9 ± 8.5 1028 ± 481 33.8 ± 17.9 31.1 ± 22.5 151.9 ± 77.9 1269.3 ± 480.8 268.8 ± 318.4 530.1 ± 301.7 5.6 ± 8.1 1008 ± 476 33.1 ± 17.7 30.7 ± 22.9 148.2 ± 76.4 1249.8 ± 472.3 260.7 ± 311.5 517.7 ± 296.6 5.5 ± 8.0 1018 ± 479 33.4 ± 17.8 30.9 ± 22.7 150.1 ± 77.2 1259.7 ± 476.7 264.8 ± 315.0 524.0 ± 299.2 5.5 ± 8.1

38 Asupan mineral yang paling tinggi pada seluruh sampel berasal dari zat gizi fosfor dengan besar asupan 524.0 ± 299.2 mg. Asupan mineral kalsium mengalami fluktuasi yang cenderung menurun pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Rata-rata asupan kalsium pada seluruh sampel adalah 264.8 ± 315.0 mg. Besi merupakan zat gizi dengan asupan yang paling rendah dibandingkan dengan asupan zat gizi makro dan mineral lainnya. Rata-rata total asupan besi pada seluruh sampel sebanyak 5.5 ± 8.1 mg. Secara keseluruhan asupan zat gizi makro dan mineral (Tabel 14) meningkat pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Semakin tua kelompok usia, maka asupan pangan seseorang akan semakin meningkat sesuai dengan kebutuhannya. Asupan energi sampel lebih tinggi pada sampel laki-laki dibandingkan dengan sampel perempuan. Tingginya asupan energi pada sampel laki-laki, dikarenakan aktivitasnya lebih banyak daripada perempuan, sehingga dibutuhkan asupan energi yang lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan tubuhnya. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral sampel diperoleh dari asupan zat gizi makro dan mineral dibandingkan dengan kebutuhan (Lampiran 8) masing-masing sampel. Secara berurut tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral dari nilai yang paling tinggi hingga yang paling rendah, yaitu berasal dari protein, fosfor, air, energi, karbohidrat, lemak, besi, dan kalsium. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro pada sampel lakilaki lebih rendah dibandingkan dengan sampel perempuan. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada sampel laki-laki adalah 81.2 ± 36.8 % dan pada sampel perempuan adalah 83.3 ± 38.0 %. Secara keseluruhan, rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan energi sampel adalah 82.2 ± 37.4 % (Tabel 15). Persentase tingkat pemenuhan zat gizi makro dan mineral yang paling tinggi diperoleh sampel dari zat gizi protein. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan protein sampel sebesar 158.7 ± 82.1 %, pada sampel laki-laki adalah 158.5 ± 81.5 % dan pada sampel perempuan adalah 158.9 ± 82.7 %. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan karbohidrat dan lemak secara keseluruhan pada sampel adalah 79.5 ± 40.4 % dan 70.8 ± 51.2 %. Kebutuhan sampel akan zat gizi mineral kalsium, fosfor, dan besi berbeda untuk tiap kelompok usia sesuai dengan kebutuhan menurut WNPG (2004). Secara keseluruhan rata-rata tingkat

39 pemenuhan kebutuhan kalsium, fosfor, dan besi secara berturut-turut adalah 51.8 ± 63.4 %, 135.6 ± 80.7 %, dan 62.3 ± 90.7 %. Berikut tabel tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada anak: Tabel 15 Tingkat pemenuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Kelompok Usia Asupan Zat Gizi 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn Laki-laki 66.3 ± 77.1 ± 85.5 ± 83.6 ± 80.0 ± 80.6 ± Energi (Kal) 46.5 47.5 41.7 36.4 34.7 35.7 110.9 ± 110.6 ± 162.7 ± 171.6 ± 167.8 ± 147.9 ± Protein (g) 85.0 82.2 90.8 82.8 80.9 74.6 58.3 ± 56.9 ± 68.9 ± 65.4 ± 71.4 ± 72.0 ± Lemak (g) 54.0 47.8 49.2 44.0 50.4 51.8 68.8 ± 87.5 ± 86.2 ± 83.9 ± 74.7 ± 76.3 ± Karbohidrat (g) 46.9 53.5 45.0 40.8 36.3 37.8 131.8 ± 128.9 ± 114.5 ± 98.6 ± 87.0 ± 83.7 ± Air (ml) 104.0 73.8 52.4 41.2 32.0 30.6 148.5 ± 91.7 ± 64.7 ± 62.5 ± 50.3 ± 39.7 ± Kalsium (mg) 140.7 99.0 66.6 69.2 59.9 51.1 262.2 ± 167.8 ± 106.3 ± 131.3 ± 135.5 ± 144.5 ± Fosfor (mg) 215.3 150.0 67.9 76.6 72.7 75.4 76.2 ± 67.0 ± 63.1 ± 70.4 ± 61.6 ± 59.4 ± Besi (mg) 165.9 109.2 80.0 97.5 89.5 87.5 Perempuan 73.6 ± 82.3 ± 88.0 ± 84.0 ± 82.7 ± 82.5 ± Energi (Kal) 50.8 51.7 45.4 37.3 35.9 35.9 101.0 ± 111.5 ± 166.4 ± 172.6 ± 168.7 ± 146.7 ± Protein (g) 74.9 83.6 95.7 84.1 82.4 74.4 69.1 ± 59.0 ± 70.7 ± 66.3 ± 74.3 ± 75.1 ± Lemak (g) 58.2 49.9 51.5 45.8 54.1 55.0 74.5 ± 95.6 ± 89.0 ± 84.1 ± 77.3 ± 77.8 ± Karbohidrat (g) 49.9 62.5 50.0 40.9 37.1 38.3 140.4 ± 138.4 ± 116.7 ± 99.5 ± 91.0 ± 86.1 ± Air (ml) 101.3 91.3 55.8 40.8 32.8 30.4 136.6 ± 86.6 ± 58.5 ± 61.9 ± 48.7 ± 39.2 ± Kalsium (mg) 121.5 93.8 61.8 69.2 59.2 49.9 229.9 ± 160.5 ± 100.9 ± 129.8 ± 131.4 ± 141.4 ± Fosfor (mg) 188.9 140.8 65.7 76.3 71.2 73.8 55.2 ± 59.8 ± 62.6 ± 69.4 ± 59.8 ± 58.9 ± Besi (mg) 66.4 91.9 99.4 98.2 89.0 82.7 Laki-laki dan Perempuan 69.7 ± 79.6 ± 86.7 ± 83.8 ± 81.3 ± 81.5 ± Energi (Kal) 48.6 49.6 43.6 36.8 35.3 35.8 106.4 ± 111.0 ± 164.5 ± 172.1 ± 168.2 ± 147.3 ± Protein (g) 80.5 82.9 93.3 83.4 81.6 74.5 63.3 ± 57.9 ± 69.8 ± 65.8 ± 72.8 ± 73.6 ± Lemak (g) 56.2 48.9 50.4 44.9 52.3 53.4 71.4 ± 91.5 ± 87.6 ± 84.0 ± 76.0 ± 77.1 ± Karbohidrat (g) 48.3 58.2 47.6 40.8 36.7 38.1 135.7 ± 133.5 ± 115.6 ± 99.0 ± 89.0 ± 89.4 ± Air (ml) 102.7 82.9 54.1 41.0 32.5 30.5 142.9 ± 89.3 ± 61.6 ± 62.2 ± 49.6 ± 39.4 ± Kalsium (mg) 132.2 96.6 64.3 69.2 59.5 50.5 247.4 ± 164.3 ± 103.6 ± 130.6 ± 133.4 ± 142.9 ± Fosfor (mg) 203.9 145.6 66.8 76.5 72.0 74.7 66.6 ± 63.5 ± 62.9 ± 69.9 ± 60.7 ± 59.2 ± Besi (mg) 130.3 101.2 90.1 97.9 89.3 85.2 81.2 ± 36.8 158.5 ± 81.5 69.5 ± 49.7 78.6 ± 39.7 92.6 ± 41.0 52.7 ± 64.5 137.4 ± 82.1 63.0 ± 91.5 83.3 ± 38.0 158.9 ± 82.7 72.1 ± 52.7 80.5 ± 41.1 95.4 ± 42.7 50.9 ± 62.3 133.7 ± 79.2 61.6 ± 89.8 82.2 ± 37.4 158.7 ± 82.1 70.8 ± 51.2 79.5 ± 40.4 93.9 ± 41.9 51.8 ± 63.4 135.6 ± 80.7 62.3 ± 90.7

40 Secara keseluruhan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan lemak tergolong defisit tingkat sedang (70-79% kebutuhan). Tingkat pemenuhan kebutuhan lemak pada sampel laki-laki defisit berat (< 70% kebutuhan) dan pada perempuan defisit sedang (70-79% kebutuhan). Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan pangan sumber lemak, seperti pangan yang berasal dari daging dan unggas dan telur. Hanya sebanyak 3.1% sampel yang mengonsumsi pangan dari daging dan unggas dan sebanyak 5.7% sampel yang mengonsumsi pangan dari telur. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut depkes (1996) dalam Sukandar (2007) adalah : (1) defisit tingkat berat (< 70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); (5) kelebihan ( 120% AKG). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan protein tergolong berlebih ( 120% AKG) untuk seluruh sampel. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan karbohidrat defisit sedang (70-79% AKG) pada semua sampel. Kebutuhan energi tergolong defisit ringan (80-89% kebutuhan) pada semua sampel. Klasifikasi tingkat kecukupan mineral menurut Gibson (2005), yaitu (1) kurang (< 77% AKG); (2) cukup ( 77% AKG). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan mineral, yaitu kalsium dan besi, tergolong kurang (< 77% AKG). Protein dapat meningkatkan kehilangan kalsium dalam urin yang menyebabkan berkurangnya retensi kalsium dalam tubuh (WNPG 2004). Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan fosfor tergolong cukup ( 77% AKG). Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kerusakan tulang (Almatsier 2003). Pangan sumber fosfor adalah daging, ikan, unggas, dan serealia. Namun sumber fosfor yang berasal dari pangan hewani mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan pangan nabati (WNPG 2004). Asupan Vitamin Selain asupan zat gizi mikro berupa mineral (kalsium, fosfor, dan besi) juga terdapat asupan vitamin, yaitu vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C. Rata-rata asupan vitamin A sampel secara keseluruhan adalah 410.8 ± 757.5 RE, tiamin 0.3 ± 0.2 mg, riboflavin 0.5 ± 0.4 mg, niasin 5.5 ± 4.0 mg, vitamin B6 0.6 ± 0.4 mg, asam folat 90.7 ± 97.0 µg, vitamin B12 1.8 ± 3.3 µg, dan vitamin C sebesar 19.5 ± 29.5 mg (Tabel 16).

41 Tabel 16 Asupan vitamin per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Kelompok Usia Asupan Zat Gizi 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn Laki-laki 297.6 ± 416.5 ± 477.7 ± 414.4 ± 386.0 ± 424.1 ± Vitamin A (RE) 305.0 565.6 742.1 793.1 644.4 902.9 0.2 ± 0.2 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.4 ± Tiamin (mg) 0.1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.3 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± Riboflavin (mg) 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 1.9 ± 2.6 ± 3.7 ± 5.0 ± 5.8 ± 6.7 ± Niasin (mg) 1.5 2.0 2.4 3.4 3.8 4.6 0.3 ± 0.3 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.6 ± 0.7 ± Vitamin B6 (mg) 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 34.0 ± 53.3 ± 73.3 ± 88.2 ± 92.7 ± 102.0 ± Folate (µg) 51.7 60.1 79.7 99.7 93.4 105.9 0.6 ± 1.0 ± 1.4 ± 1.7 ± 1.9 ± 2.1 ± Vitamin B12 (µg) 0.8 2.3 3.2 3.4 2.8 4.1 29.4 ± 25.9 ± 22.8 ± 19.4 ± 18.6 ± 19.1 ± Vitamin C (mg) 31.8 28.0 24.5 26.4 31.7 29.7 Perempuan 310.4 ± 408.1 ± 444.2 ± 397.0 ± 386.9 ± 426.9 ± Vitamin A (RE) 269.9 710.9 763.6 656.0 693.5 818.1 0.2 ± 0.2 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.4 ± Thiamin (mg) 0.1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.3 ± 0.4 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± Riboflavin (mg) 0.2 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 1.8 ± 2.5 ± 3.6 ± 5.0 ± 5.6 ± 6.5 ± Niasin (mg) 1.3 1.9 2.6 3.3 3.6 4.4 0.2 ± 0.3 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.6 ± 0.7 ± Vitamin B6 (mg) 0.2 0.2 0.3 0.3 0.3 0.4 33.2 ± 50.3 ± 70.5 ± 83.9 ± 92.7 ± 101.7 ± Folate (µg) 29.7 60.8 75.0 82.3 99.0 106.9 0.5 ± 1.0 ± 1.3 ± 1.7 ± 1.8 ± 2.1 ± Vitamin B12 (µg) 0.5 3.1 3.3 2.8 2.8 3.7 25.7 ± 24.0 ± 22.2 ± 18.7 ± 18.0 ± 19.5 ± Vitamin C (mg) 25.2 26.6 26.2 24.6 27.2 35.0 Laki-laki dan Perempuan 303.4 ± 412.4 ± 461.1 ± 405.9 ± 386.4 ± 425.5 ± Vitamin A (RE) 289.1 640.0 752.9 729.4 669.0 861.8 0.2 ± 0.2 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.3 ± 0.4 ± Thiamin (mg) 0.1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.3 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± 0.5 ± Riboflavin (mg) 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 1.8 ± 2.5 ± 3.7 ± 5.0 ± 5.7 ± 6.6 ± Niasin (mg) 1.4 2.0 2.5 3.4 3.8 4.5 0.3 ± 0.3 ± 0.4 ± 0.5 ± 0.6 ± 0.7 ± Vitamin B6 (mg) 0.2 0.3 0.3 0.3 0.4 0.4 33.6 ± 51.8 ± 71.9 ± 86.1 ± 92.7 ± 101.9 ± Folate (µg) 43.0 60.5 77.4 91.6 96.2 106.4 0.6 ± 1.0 ± 1.4 ± 1.7 ± 1.9 ± 2.1 ± Vitamin B12 (µg) 0.7 2.7 3.3 3.2 2.8 3.9 27.7 ± 25.0 ± 22.5 ± 19.0 ± 18.3 ± 19.3 ± Vitamin C (mg) 29.0 27.3 25.4 25.5 29.6 32.5 413.3 ± 776.0 0.3 ± 0.2 0.5 ± 0.4 5.6 ± 4.0 0.6 ± 0.4 91.3 ± 97.6 1.9 ± 3.5 19.7 ± 29.3 408.3 ± 738.1 0.3 ± 0.2 0.5 ± 0.4 5.5 ± 3.9 0.6 ± 0.4 90.2 ± 96.3 1.8 ± 3.2 19.3 ± 29.7 410.8 ± 757.5 0.3 ± 0.2 0.5 ± 0.4 5.5 ± 4.0 0.6 ± 0.4 90.7 ± 97.0 1.8 ± 3.3 19.5 ± 29.5 Secara keseluruhan, rata-rata asupan vitamin sampel semakin meningkat pada sampel dengan kelompok usia yang lebih tua. Asupan vitamin tersebut sangat berguna untuk proses pertumbuhan selama masa anak-anak, karena sebagian besar vitamin tersebut berfungsi sebagai koenzim yang penting untuk

42 metabolisme tubuh, seperti riboflavin dan niasin. Asupan tiamin yang cukup dapat mengoptimalkan metabolisme energi dari karbohidrat. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai antioksidan bagi tubuh dan vitamin B12 berfungsi sebagai pencegah anemia, terutama anemia perniciousa (WNPG 2004). Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin Asupan zat gizi vitamin juga dibandingkan dengan kebutuhannya (Lampiran 9) untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dari sampel yang diteliti. Persentase tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dari persentase yang paling tinggi terpenuhi ke persentase terendah secara berurut adalah vitamin B6, vitamin A, riboflavin, niasin, tiamin, asam folate, vitamin C, dan vitamin B12. Secara keseluruhan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A sebesar 91.9 ± 168.0 %, tiamin sebesar 52.0 ± 34.1 %, sebesar riboflavin 79.2 ± 65.8 %, niasin sebesar 70.8 ± 49.0 %, vitamin B6 sebesar 92.4 ± 65.9 %, vitamin B12 sebesar 15.9 ± 29.9 %, asam folat sebesar 51.1 ± 54.6, dan vitamin C sebesar 45.2 ± 67.9 %. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin lebih tinggi pada sampel laki-laki daripada sampel perempuan (Tabel 17). Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dikatakan defisit atau kurang apabila nilainya < 77% AKG dan cukup apabila nilainya 77% AKG. Rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 tergolong cukup, sedangkan rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan tiamin, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C tergolong defisit. Persentase vitamin B12 dan vitamin C tidak mencapai setengah dari tingkat pemenuhan kebutuhan sampel akan vitamin ini. Pemenuhan vitamin B12 pada anak yang masih dalam masa pertumbuhan penting untuk diperhatikan, karena vitamin B12 bersama asam folat merupakan substansi yang sangat penting pada regenerasi sel dan pertumbuhan jaringan (WNPG 2004). Persentase tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin mengalami fluktuasi yang cenderung menurun sampai kelompok usia 12-23 bulan, dan meningkat kembali pada kelompok usia 2-3 tahun, kemudian mengalami penurunan pada kelompok usia yang lebih tua. Namun, hal ini berbeda pada tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A yang cenderung meningkat dari kelompok usia 0-5 bulan sampai pada kelompok usia 12-23 bulan, dan kemudian mengalami penurunan pada kelompok usia yang lebih tua, yaitu 4-6 tahun dan 7-9 tahun. Pangan sumber vitamin sebagian besar adalah daging dan unggas yang sedikit dikonsumsi oleh sampel. Selain daging dan unggas, sayuran dan buah

43 juga merupakan sumber vitamin yang baik, namun memiliki daya cerna yang lebih rendah dibandingkan dengan pangan hewani (WNPG 2004). Berikut adalah tabel tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada anak: Tabel 17 Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia Kelompok Usia Asupan Zat Gizi 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn Laki-laki 74.4 ± 104.9 ± 119.4 ± 103.6 ± 85.5 ± 84.8 ± Vitamin A (RE) 81.3 142.0 185.5 198.3 143.2 180.6 56.4 ± 54.4 ± 52.8 ± 65.0 ± 57.1 ± 41.3 ± Thiamin (mg) 46.2 41.0 32.4 40.7 34.0 25.8 103.4 ± 101.8 ± 92.5 ± 106.2 ± 83.6 ± 56.4 ± Riboflavin (mg) 80.6 88.1 68.7 83.9 63.5 43.8 94.4 ± 71.6 ± 62.2 ± 83.9 ± 71.9 ± 66.6 ± Niasin (mg) 77.0 57.6 40.4 57.2 48.1 45.9 268.3 ± 134.6 ± 86.7 ± 109.8 ± 102.4 ± 70.0 ± Vitamin B6 (mg) 223.9 134.8 52.3 73.8 59.4 41.9 52.3 ± 68.4 ± 48.9 ± 58.8 ± 46.3 ± 51.0 ± Folate (µg) 79.5 77.4 53.1 66.5 46.7 52.9 15.4 ± 20.0 ± 15.8 ± 19.2 ± 15.7 ± 14.3 ± Vitamin B12 (µg) 20.8 45.7 35.7 38.2 23.3 27.6 73.5 ± 64.7 ± 57.1 ± 48.4 ± 41.2 ± 42.5 ± Vitamin C (mg) 79.5 69.9 61.2 65.9 70.4 65.9 Perempuan 82.8 ± 102.6 ± 111.1 ± 99.2 ± 86.0 ± 85.4 ± Vitamin A (RE) 72.0 177.8 190.9 164.0 154.1 163.6 50.5 ± 52.6 ± 51.2 ± 63.2 ± 55.5 ± 40.9 ± Tiamin (mg) 34.1 41.0 33.1 38.6 32.9 26.9 96.5 ± 97.6 ± 88.3 ± 104.2 ± 81.2 ± 55.7 ± Riboflavin (mg) 77.6 85.4 70.2 79.5 60.9 43.1 88.8 ± 68.8 ± 60.7 ± 82.6 ± 70.1 ± 64.7 ± Niasin (mg) 62.5 54.1 43.3 55.8 45.6 44.0 233.7 ± 129.1 ± 83.3 ± 105.6 ± 100.4 ± 68.8 ± Vitamin B6 (mg) 176.6 121.2 54.7 63.2 58.2 40.3 51.1 ± 64.2 ± 47.0 ± 55.9 ± 46.4 ± 50.9 ± Folate (µg) 45.8 76.3 50.0 54.8 49.5 53.4 11.9 ± 21.0 ± 14.7 ± 19.3 ± 15.1 ± 13.8 ± Vitamin B12 (µg) 12.6 61.6 36.6 31.7 23.5 24.9 64.2 ± 60.1 ± 55.4 ± 46.7 ± 40.0 ± 43.3 ± Vitamin C (mg) 62.9 66.4 65.6 61.5 60.5 77.9 Laki-laki dan Perempuan 80.9 ± 103.8 ± 115.3 ± 101.5 ± 85.9 ± 85.1 ± Vitamin A (RE) 77.1 160.3 188.2 182.3 148.7 172.4 53.7 ± 53.5 ± 52.0 ± 64.1 ± 56.3 ± 41.1 ± Thiamin (mg) 41.1 41.0 32.7 39.7 33.5 26.3 100.2 ± 99.8 ± 90.4 ± 105.2 ± 82.4 ± 56.0 ± Riboflavin (mg) 79.2 86.8 69.5 81.8 62.3 43.4 91.8 ± 70.3 ± 61.4 ± 83.3 ± 71.0 ± 65.6 ± Niasin (mg) 70.7 55.9 41.9 56.5 46.9 45.0 252.4 ± 131.9 ± 85.0 ± 107.7 ± 101.5 ± 69.4 ± Vitamin B6 (mg) 204.0 128.4 53.5 68.8 58.8 41.1 51.7 ± 66.4 ± 48.0 ± 57.4 ± 46.3 ± 50.9 ± Folate (µg) 66.1 76.9 51.6 61.1 48.1 53.2 13.8 ± 20.5 ± 15.2 ± 19.3 ± 15.4 ± 14.0 ± Vitamin B12 (µg) 17.6 54.0 36.1 35.2 23.4 26.3 69.2 ± 62.5 ± 56.2 ± 47.6 ± 40.6 ± 42.9 ± Vitamin C (mg) 72.4 68.3 63.4 63.8 65.7 72.1 92.6 ± 172.2 52.7 ± 34.4 80.3 ± 67.1 71.8 ± 49.9 93.9 ± 68.9 51.6 ± 55.8 16.1 ± 30.5 45.6 ± 67.6 91.2 ± 163.7 51.3 ± 33.7 78.1 ± 64.6 69.9 ± 48.1 90.8 ± 62.6 50.6 ± 53.4 15.7 ± 29.4 44.8 ± 68.1 91.9 ± 168.0 52.0 ± 34.1 79.2 ± 65.8 70.8 ± 49.0 92.4 ± 65.9 51.1 ± 54.6 15.9 ± 29.9 45.2 ± 67.9

44 Mutu Gizi Asupan Pangan Perhitungan Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) didasarkan pada 16 zat gizi, yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, air, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Rata-rata MGP pada anak laki-laki sebesar 58.9 ± 18.0 dan anak perempuan sebesar 58.7 ± 18.0 (Tabel 18). Hasil uji beda menggunakan independent samples t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara MGP laki-laki dengan perempuan (p>0.05). Berikut adalah tabel mutu gizi asupan pangan pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia: Tabel 18 Rata-rata mutu gizi asupan pangan dan sebaran sampel pada anak menurut kategori MGP, jenis kelamin, dan kelompok usia Skor Mutu Gizi Asupan Pangan Laki-laki < 55 55-70 70-85 85 Perempuan < 55 55-70 70-85 85 Laki-laki dan Perempuan < 55 55-70 70-85 85 Kelompok Usia 0-5bln 6-11bln 12-23bln 2-3thn 4-6thn 7-9thn n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) 60.2 ± 59.5 ± 60.5 ± 62.9 ± 59.2 ± 55.8 ± 26.4 25.4 21.0 18.5 16.8 16.1 61 346 694 1379 2668 3506 (37.7) (40.9) (37.8) (32.8) (39.4) (48.0) 28 138 455 1202 2235 2334 (17.3) (16.3) (24.8) (28.6) (33.0) (31.9) 37 196 432 1053 1431 1196 (22.8) (23.1) (23.5) (25.0) (21.1) (16.4) 36 167 254 571 445 272 (22.2) (19.7) (13.8) (13.6) (6.6) (3.7) 162 847 1835 4205 6779 7308 60.7 ± 59.2 ± 59.1 ± 62.5 ± 59.1 ± 55.9 ± 26.7 24.4 21.5 18.8 16.9 16.1 53 338 735 1375 2628 3445 (38.7) (42.5) (40.7) (34.2) (40.1) (47.8) 19 145 436 1104 2145 2347 (13.9) (18.2) (24.1) (27.5) (32.7) (32.6) 35 160 399 1000 1322 1138 (25.5) (20.1) (22.1) (24.9) (20.2) (15.8) 30 153 236 539 461 276 (21.9) (19.2) (13.1) (13.4) (7.0) (3.8) 137 796 1806 4018 6556 7206 60.4 ± 59.3 ± 59.8 ± 62.7 ± 59.2 ± 55.9 ± 26.5 24.9 21.3 18.6 16.9 16.1 114 684 1429 2754 5296 6951 (38.1) (41.6) (39.2) (33.5) (39.7) (47.9) 47 283 891 2306 4380 4681 (15.7) (17.2) (24.5) (28.0) (32.8) (32.3) 72 356 831 2053 2753 2334 (24.1) (21.7) (22.8) (25.0) (20.6) (16.1) 66 320 490 1110 906 548 (22.1) (19.5) (13.7) (13.5) (6.8) (3.8) 299 1643 3641 8223 13335 14514 n (%) 58.9 ± 18.0 8654 (40.9) 6392 (30.2) 4345 (20.6) 1745 (8.3) 21136 58.7 ± 18.0 8574 (41.8) 6196 (30.2) 4054 (19.8) 1695 (8.3) 20519 58.8 ± 18.0 17228 (41.4) 12588 (30.2) 8399 (20.2) 3440 (8.3) 41655

45 Mutu gizi asupan pangan untuk daerah perdesaan berbeda nyata dengan daerah perkotaan (p<0.01), dimana nilai MGP untuk sampel yang tinggal di daerah perkotaan lebih tinggi daripada daerah perdesaan. Tingginya nilai MGP di daerah perkotaan kemungkinan dikarenakan asupan pangan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada daerah perdesaan. Selain itu, tingkat pendidikan dan status ekonomi di suatu daerah akan mempengaruhi tingkat asupan dan daya beli masyarakat akan pangan. Sampel memiliki nilai MGP yang tergolong sangat kurang dengan persentase 40.9% untuk sampel laki-laki dan 41.8% untuk sampel perempuan. Secara keseluruhan, sebanyak 41.4% sampel yang memiliki nilai MGP tergolong sangat kurang. Sebanyak 8.3% sampel yang memiliki nilai MGP tergolong baik. Banyaknya sampel yang memiliki nilai MGP tergolong sangat kurang dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi sampel yang lebih lanjut dapat menyebabkan kurangnya tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi sampel yang dapat mempengaruhi nilai MGP. Menurut Hardinsyah (2001), mutu gizi asupan pangan merupakan suatu nilai untuk menentukan apakah makanan tersebut bergizi atau tidak, yang didasarkan pada kandungan zat gizi makanan berkaitan dengan kebutuhan dan tingkat ketersediaan secara biologis bagi tubuh (bioavailability). Secara keseluruhan, nilai MGP yang paling tinggi berada pada kelompok usia 2-3 tahun sebesar 62.7 ± 18.6. Rata-rata MGP sampel semakin menurun seiring dengan berrtambahnya usia. Berikut grafik yang menggambarkan MGP sampel menurut jenis kelamin dan kelompok usia. 70 60 50 40 30 20 y = -0.597x + 62.07 R² = 0.265 y = -0,6812x + 62,547 R² = 0,5037 Laki laki MGP Perempuan MGP 10 0 6 12 24 36 48 60 72 84 96 108 Gambar 4 Mutu gizi asupan pangan pada anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia (%)

46 Hubungan antara Karakteristik dengan Asupan Air dan MGP Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman pada seluruh sampel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.01) antara asupan air dengan pendidikan ayah (r = 0.090), pendidikan ibu (r = 0.082), dan status ekonomi (r = 0.167) (Tabel 19). Berikut adalah tabel uji korelasi Rank Spearman hubungan antara karakteristik sampel dengan asupan air dan MGP: Tabel 19 Uji korelasi Rank Spearman hubungan antara karakteristik dengan asupan air dan MGP Karakteristik Asupan MGP air Pendidikan Ayah 0.090** 0.186** (1=Tidak tamat SD/MI, 2=tamat SD/MI, 3=tamat SMP/MTS, 0.000 0.000 4=tamat SMA/Ma, 5=tamat D1/D2/D3, 6=tamat PT) Pendidikan Ibu 0.082** 0.184** (1=Tidak tamat SD/MI, 2=tamat SD/MI, 3=tamat SMP/MTS, 0.000 0.000 4=tamat SMA/Ma, 5=tamat D1/D2/D3, 6=tamat PT) Status ekonomi 0.167** 0.274** (Kuintil) 0.000 0.000 Asupan air meningkat seiring dengan semakin baiknya pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan status ekonomi. Hasil uji korelasi Rank Spearman pada keseluruhan sampel menunjukkan hubungan yang bernilai positif dan signifikan (p<0.01) antara mutu gizi asupan pangan dengan pendidikan ayah (r = 0.186), pendidikan ibu (r = 0.184), dan status ekonomi (r = 0.274). Hal ini berarti, semakin tinggi status pendidikan orangtua dan semakin baiknya status ekonomi rumah tangga maka mutu gizi asupan pangan semakin meningkat. Berdasarkan nilai correlation coefficient, karakteristik status ekonomi memiliki hubungan korelasi yang lebih kuat terhadap asupan air dan MGP dibandingkan karakteristik yang lain. Implikasi Data Riskesdas dan Program Mendatang Data Riskesdas 2010 merupakan data pertama yang dikumpulkan oleh tim Riskesdas berupa data asupan pangan per individu pada setiap anggota rumah tangga dalam skala nasional. Kekuatan dari data Riskesdas 2010 adalah 1) data pertama yang representatif; 2) variabel luas karena mencangkup nasional; 3) adanya data kandungan zat gizi pangan hasil Recall 1x24 jam; sehingga 4) dapat digunakan untuk berbagai keperluan terkait informasi asupan pangan dan kandungan gizinya; serta 5) dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam rangka pembuatan kebijakan. Kendala-kendala yang dihadapi Riskesdas dalam pengumpulan data asupan pangan berupa 1) kesulitan memperoleh tenaga profesional (tenaga ahli

47 gizi) untuk kabupaten/kota yang aksesnya sulit dijangkau seperti kabupaten/kota yang berada di provinsi papua; 2) sampel tidak seluruhnya dapat diwawancara karena tidak berada di tempat; 3) blok sensus yang tidak terjangkau karena keterbatasan akses transportasi; serta 4) kabupaten/kota yang tidak memenuhi syarat, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 RT. Kendala-kendala yang dihadapi oleh tim Riskesdas dalam upaya pengumpulan data asupan pangan, berimplikasi menjadi kelemahan dari data Riskesdas 2010. Di samping kekuatan dari data Riskesdas 2010, terdapat juga kelemahan dari pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010 berupa 1) data yang tidak lengkap pada beberapa sampel, seperti: data berat badan, tinggi badan, dan asupan pangan; 2) tidak adanya pemisahan kuesioner makanan dan minuman; 3) beberapa data berat bahan pangan (gram atau ml) yang tidak logis, sehingga berimplikasi pada kandungan zat gizi dari bahan pangan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah; 4) tenaga pengumpul data asupan pangan tidak seluruhnya dilakukan oleh tenaga profesional dalam bidang gizi; 5) tidak adanya data mengenai faktor aktivitas sampel; dan 6) beberapa data total berat (ml) asupan ASI per hari yang tidak logis. Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh tim Riskesdas 2010. Kelemahan pada data Riskesdas berimplikasi menjadi kelemahan pada penelitian ini, yaitu 1) kandungan zat gizi dari bahan pangan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah karena beberapa data asupan pangan yang tidak logis; 2) terdapat beberapa pangan yang tidak ada data kandungan air pada DKBM; 3) tidak adanya data kandungan zat gizi ASI pada DKBM; 4) karena ada beberapa data yang tidak lengkap dan tidak logis, sehingga beberapa sampel harus dibuang melalui cleaning data. Sebelum data diterima oleh peneliti, Riskesdas telah melakukan proses manajemen data berupa receiving batching, edit, entri, penggabungan data, cleaning, dan imputasi. Meskipun imputasi telah dilakukan guna penanganan data-data missing dan outlier, namun masih terdapat data yang tidak lengkap seperti pada berat badan, tinggi badan, dan asupan pangan. Riskesdas 2010 tidak memisahkan kuesioner recall 1x24 jam antara makanan dan minuman, sehingga wawancara terhadap minuman yang dikonsumsi sampel menjadi kurang mendalam. Kurang mendalamnya wawancara terhadap asupan minuman sampel berimplikasi pada data minuman yang missing, seperti beberapa sampel tidak memiliki data asupan minuman.