BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam

ANALISIS KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET ARANG KAYU DAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI DENGAN VARIASI KOMPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

beragam kegunaan, maka tak heran bahwa tanaman ini dikenal juga sebagai tanaman surga. Bagian daun sampai tulang daunnya bisa dijadikan kerajinan dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kayu putih merupakan tanaman penghasil minyak atsiri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

Mendung menggantung menyelimuti langit Desa Medowo Kecamatan Kandangan, saat kami memasuki area salah satu perkebunan andalan di Kabupaten Kediri.

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

TEBU. (Saccharum officinarum L).

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. malam cukup tinggi yang disebabkan adanya variasi manfaat. Keharuman bunga

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini membuat persaingan antar produk yang sejenis

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

BAB 1. PENDAHULUAN. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, dalam agroindustri minyak atsiri (Laksamanaharja, 2002).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

II. METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VIII PEMBAHASAN 8.1. Faktor Teknis Bahan Baku dan Bahan pembantu

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

SISTEM INFORMASI PASAR DAN MONITORING HARGA BERAS DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beragam sehingga menjadikan Negara Indonesia sebagai negara yang subur

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 10. Kebutuhan dan Alat Pemenuhan KebutuhanLatihan Soal 10.4

industri berbahan dasar olahan limbah yang dikenal khalayak umum. Perlu adanya tangan dan ide kreatif seseorang agar limbah yang tidak ternilai

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurusan Kimia Faklultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 1

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

ANALISIS PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PENYULINGAN MINYAK DAUN CENGKEH DI DESA PALAU KECAMATAN BALAESANG TANJUNG KABUPATEN DONGGALA

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

TINJAUAN PUSATAKA. mudah patah. Sistematika tanaman cengkeh sebagai berikut: Cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk dalam famili Myrtaceae.

I. PENDAHULUAN. protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

2013, No.217 8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CENGKEH

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

HALAMAN PENGESAHAN. : Wiendi Antania F NIM : Cengkeh Kering Menggunakan Proses. Distilasi Vakum

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia. Dari jumlah tersebut 15 jenis telah memasuki pasar atsiri dunia, salah satunya adalah minyak cengkeh (Departemen Perindustrian, 2008). Sebanyak 60 % minyak cengkeh yang diproduksi oleh Indonesia telah diekspor ke berbagai negara di dunia (Departemen Pertanian, 2007). Pulau Jawa adalah salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi pemasok utama minyak cengkeh Indonesia. Potensi Pulau Jawa sebagai produsen minyak atsiri dari tahun ke tahun terus berkembang. Hampir setiap tahun ada pertambahan jumlah penyuling/pengrajin yang memproduksi minyak cengkeh. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi pasar minyak cengkeh yang relatif stabil beberapa tahun terakhir dibandingkan jenis minyak atsiri lainnya. Hampir semua minyak atsiri yang berbahan baku dari bagian tanaman cengkeh selalu dapat diserap pasar bahkan untuk semua jenis kualitas yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh permintaan minyak cengkeh yang terus meningkat. Kemudahan pasar inilah yang membuat orang tertarik untuk berinvestasi dalam pengolahan minyak atsiri cengkeh.

2 1.2. Identifikasi Masalah Permasalahan utama pada produksi minyak atsiri secara umum adalah ketersediaan bahan baku. Terbatasnya bahan baku cengkeh juga telah lama menjadi permasalahan utama bagi para penyuling/pengrajin minyak cengkeh. Pertambahan unit produksi minyak cengkeh yang tidak sebanding dengan ketersediaan bahan baku menjadi masalah yang krusial bagi para penyuling/pengrajin minyak cengkeh. Kondisi ini membuat tingkat persaingan dalam memperoleh bahan baku menjadi semakin tinggi. Akibatnya banyak produsen baru minyak cengkeh hanya dapat berproduksi sesaat sementara bagi produsen yang sudah lama tingkat produksinya semakin menurun atau bahkan tidak dapat berproduksi lagi karena tidak tersedianya bahan baku yang cukup. Pada umumnya produksi minyak cengkeh hanya bisa dilakukan selama semusim selama kurun waktu 6-8 bulan dalam setiap tahun yang dimulai setiap menjelang musim kemarau sampai awal musim hujan. Pola produksi semacam ini sudah dilakukan secara turun temurun di hampir seluruh wilayah pulau Jawa. Pola produksi semacam ini dilakukan oleh para pengrajin mengikuti siklus produksi atau pola siklus panen dari tanaman cengkeh yang merupakan bahan baku utama minyak cengkeh. Pada umumnya tanaman cengkeh di Pulau Jawa, musim panen jatuh pada bulan Mei-Agustus (Muljana, 2006). Bagian dari tanaman cengkeh yang biasa digunakan sebagai bahan baku minyak atsiri di Jawa adalah daun dan gagang. Daun diperoleh dari para petani yang mengumpulkan daun kering yang sudah gugur, sedangkan gagang diperoleh pada saat panen. Daun biasa dikumpulkan oleh para petani pada saat musim

3 kemarau sampai menjelang musim hujan. Pada musim kemarau daun terdapat dalam jumlah banyak, mendekati awal musim hujan jumlah daun semakin berkurang terutama pada saat musim hujan. Pada saat musim hujan hampir tidak ada petani yang mengumpulkan daun. Selain karena jumlah daun yang sangat sedikit, juga disebabkan oleh kualitas daun yang tidak baik. Pada musim hujan kondisi daun kotor dan basah, sehingga rendemen dan kadar eugenol dari daun menjadi kecil dan sangat tidak menguntungkan apabila diproses untuk diambil minyaknya. Penyebab lain berkurangnya produksi daun adalah musim cengkeh berbunga dan musim panen. Pada musim panen tidak banyak daun yang gugur sehingga pada saat tersebut bahan baku minyak cengkeh mulai beralih pada gagang. Gagang diperoleh bersamaan dengan musim panen cengkeh karena letak gagang yang menjadi satu dengan bunga cengkeh. Pada saat panen cengkeh, petani dapat memetik bunga cengkeh dan sekaligus gagangnya. Gagang hasil panen dari bunga cengkeh inilah yang kemudian digunakan sebagai bahan baku minyak cengkeh. Produksi gagang cengkeh berjumlah sekitar 32-35 % dari bunga cengkeh. Melimpahnya gagang pada saat musim panen cengkeh ternyata tidak dapat terserap secara maksimal oleh para pengrajin minyak atsiri cengkeh karena mereka harus bersaing dengan pabrik rokok yang juga menggunakan gagang cengkeh sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan rokok. Gagang cengkeh ini digunakan oleh hampir semua pabrik-pabrik kecil yang memproduksi rokok

4 yang ada di Jawa. Gagang cengkeh ini digunakan oleh pabrik rokok sebagai pencampur bahan aroma untuk rokok. Harga beli gagang cengkeh oleh pabrik rokok umumnya juga lebih tinggi daripada harga beli yang diberikan oleh para pengrajin minyak atsiri. Tingginya harga beli gagang oleh pabrik rokok tidak dapat diikuti oleh para pengrajin karena harga minyak gagang cengkeh yang tidak sebanding dengan harga rokok. Hal ini membuat pengrajin minyak atsiri cengkeh kalah bersaing sehingga hanya sebagian kecil gagang yang dapat diperoleh pada saat panen cengkeh. Umumnya pengrajin hanya mendapat gagang cengkeh yang dipetik petani pada awal sampai pertengahan musim panen cengkeh karena sebagian besar petani cengkeh terutama petani besar lebih suka mengumpulkan seluruh hasil panennya dan baru menjual setelah musim panen berakhir sambil menunggu pabrik rokok memberikan harga pembelian untuk gagang cengkeh. Semakin mendekati berakhirnya musim panen cengkeh dan mulai masuk musim penghujan, maka semakin tinggi pula harga jual gagang karena sistem stok yang dilakukan oleh para petani besar dan pengumpul gagang cengkeh. Kondisi demikian benar-benar membuat para pengrajin minyak atsiri cengkeh kesulitan melakukan proses produksi secara kontinyu karena terbatasnya ketersediaan bahan baku. Berbagai upaya dilakukan oleh para pengrajin untuk dapat menjaga keberlangsungan proses produksi. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah gagang cengkeh atau biasa disebut ladek yang bisa diperoleh dari para pengumpul gagang cengkeh, penggilingan gagang cengkeh maupun pabrik rokok. Ladek ini merupakan hasil reject dari proses penggilingan gagang cengkeh.

5 Beberapa pengrajin mulai mencoba memanfaatkan ladek untuk diproses menjadi minyak cengkeh. Dari beberapa percobaan yang dilakukan pada pengolahan ladek menjadi minyak cengkeh diperoleh hasil yang berbeda-beda. Ladek yang diproses menghasilkan rendemen minyak antara 1,5 3 % dan kadar eugenol antara 76 87 %. Hasil percobaan yang dilakukan oleh beberapa pengrajin belum banyak diikuti oleh pengrajin yang lain karena minyak cengkeh yang diproduksi dari ladek dianggap kurang menguntungkan karena biaya produksi yang lebih tinggi jika dibandingkan biaya produksi minyak cengkeh dari daun maupun gagang. Waktu proses yang relatif lebih lama dan tingkat kesulitan proses yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses produksi pada daun dan gagang juga membuat para pengrajin enggan untuk mencobanya. Proses produksi minyak cengkeh berbahan ladek yang telah dilakukan selama ini berkisar antara 12 24 jam, sedangkan untuk daun 8 10 jam dan gagang 10 12 jam dengan kapasitas suling berkisar antara 700 1.000 kg untuk setiap kali proses. Waktu proses yang lama membuat kebutuhan bahan bakar menjadi banyak sehingga biaya produksi menjadi tinggi. Pada produksi minyak cengkeh umumnya pengrajin menggunakan bahan bakar berupa kayu. Produksi minyak cengkeh dari daun merupakan proses produksi yang menggunakan kayu bakar paling sedikit atau bahkan tidak memerlukan kayu bakar karena limbah suling daun cengkeh dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar proses suling berikutnya. Limbah daun dari satu kali proses dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk satu kali proses suling berikutnya. Sedangkan pada produksi minyak dari gagang masih memerlukan sedikit kayu

6 bakar sebagai bahan bakar tambahan karena limbah suling gagang tidak cukup untuk bahan bakar satu kali proses suling berikutnya. Limbah suling ladek tidak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar karena ukurannya yang terlalu kecil dan padat sehingga proses suling ladek menggunakan bahan bakar 100% dari kayu. Tingginya kebutuhan kayu bakar menjadikan biaya produksi untuk minyak ladek juga tinggi. Selain tingginya biaya produksi, tingkat kesulitan pengolahan ladek menjadi minyak juga relatif tinggi jika dibandingkan dengan proses pengolahan daun maupun gagang. Kondisi proses yang kurang baik akan membuat rendemen dan kualitas minyak ladek menjadi rendah yang tentunya akan mempengaruhi harga jualnya. Hal ini tentunya menjadi kurang menguntungkan bagi para pengrajin. 1.3. Perumusan Masalah Dari kondisi di atas penulis mencoba mengkaji pemanfaatan ladek secara optimal sebagai salah satu sumber alternatif bahan baku minyak cengkeh dengan memperbaiki proses produksi ladek. Perbaikan proses produksi akan dilakukan dengan menggunakan metode pencampuran bahan baku dengan komposisi tertentu agar diperoleh hasil yang lebih baik dan menguntungkan secara ekonomis bagi para pengrajin minyak atsiri cengkeh. Pencampuran bahan baku akan dilakukan dengan mencampur ladek dengan daun menggunakan variasi komposisi yang berbeda-beda. Pemilihan daun sebagai bahan pencampur dilakukan untuk menambah porositas antar bahan. Penambahan porositas akan meningkatkan

7 jumlah uap yang melewati bahan baku sehingga rendemennya meningkat. Permasalahan yang timbul adalah : a. Apakah rendemen minyak atsiri dan kadar eugenol penyulingan bahan campuran daun cengkeh dan ladek dari pengrajin masih dapat ditingkatkan? b. Apakah secara ekonomi penyulingan bahan campuran daun cengkeh dan ladek menguntungkan? 1.4. Tujuan Penelitian a. Mengetahui dan menganalisa aspek produksi dari penggunaan variasi komposisi bahan baku yang berbeda yang meliputi rendemen dan kadar eugenol. b. Mengetahui dan menganalisa aspek finansial dari penggunaan variasi komposisi bahan baku yang berbeda. 1.5. Manfaat Penelitian a. Memberikan gambaran peluang usaha pemanfaatan limbah giling gagang cengkeh (ladek) sebagai alternatif sumber bahan baku bagi industri minyak atsiri cengkeh. b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan teknologi proses pengolahan ladek gagang yang dapat memberikan added value bagi pengrajin minyak atsiri cengkeh.