BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia yang memiliki sumber

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

BAHAN METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

KERAGAAN PERTUMBUHAN JAGUNG DENGAN PEMBERIAN PUPUK HIJAU DISERTAI PEMUPUKAN N DAN P

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan bersifat irreversible (Anderson dan Beardall, 1991). Tanaman semasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

PENINGKATAN EFISIENSI KONVERSI ENERGI MATAHARI PADA PERTANAMAN KEDELE MELALUI PENANAMAN JAGUNG DENGAN JARAK TANAM BERBEDA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

Transkripsi:

14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga saat Panen. Hasil analisis sidik ragam menujukan bahwa perlakuan taraf pupuk berpengaruh pada tinggi tanaman 2 MST dan jumlah tanaman berpengaruh pada 2 MST hinga Panen. Untuk perlakuan taraf pupuk pada Tabel 1 tidak berpengaruh umur 4 MST hinga Panen. Hal ini diduga pada 4 MST hinga panen tanaman sangat membutuhkan unsur hara terutama unsur Nitrogen dan Kalium untuk proses pertumbuhan vegetatif namun taraf pupuk yang di berikan belum dapat diserap secara optimal oleh tanaman. Reuter dan Robinson (1986) dalam Nurdin et al. (2009) menyatakan konsentrasi hara yang cukup dalam tanah tidak meningkatkan atau menurunkan pertumbuhan tanaman, meksipun konsentrasinya berubah. Pupuk yang di larutkan terutama urea lebih cepat hilang dari zona perakaran dan urea pril tidak bertahan lebih dari dua minggu di dalam tanah kemudian berubah menjadi NH3, NH4, atau N2 yang mudah hilang melalui pencucian atau penguapan. KCl ternyata agak higroskopis, mempunyai reaksi fisiologis asam lemah (Sutejo, 2008). Serta interaksi antar keduanya tidak memberikan pengaruh, setiap perubahan yang terjadi pada dosis pupuk tidak mempengaruhi jumlah tanaman, terlihat jelas bahwa tinggi tanaman perbedaannya tidak siginifikan atau relatif sama. Tabel 1. Rekapitulasi tinggi tanaman berdasarkan penggunaan taraf pupuk dan jumlah tanaman Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST Panen Control 11,05a 23,07 37,84 43,42 47,65 N 80kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha 11,54c 23,92 39,48 44,50 47,51 N 60 kg/ha, P 80 kg/ha, K 55 kg/ha 11,21b 23,56 38,35 44,66 51,12 BNT 5% 0,29 - - - - KKa% 2,02 2,13 4,70 4,15 6,12 1 Tanaman 10,56a 20,95a 34,33a 41,01a 46,89a 2 Tanaman 11,14b 23,47b 39,36b 44,86b 48,99ab 3 Tanaman 12,10c 26,23c 41,98c 46,71c 50,40b BNT 5% 0,42 1,12 1,77 1.79 2,51 KKb% 3,68 4,63 4,49 3,97 5,02 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

15 Perlakuan taraf pupuk berdasarkan uji BNT 5% pada Tabel menunjukkan pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman 2 MST. Perlakuan N 80 kg/ha, P 100kg/ha, K 75 kg/ha nyata lebih tinggi 2,86% dari taraf N 60 kg/ha, P 80 kg/ha, K 55 kg/ha dan 4.25% dibandingkan tanpa perlakuan. Sementara itu pada perlakuan N 60 kg/ha, P 80 kg/ha, K 55 kg/ha nyata meningkatkan tinggi tanaman 1,43% di bandingkan tampa perlakuan. Tingginya tinggi tanaman pada perlakuan N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha karena dosis pupuk yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan dari tanaman pada umur 2 MST. Pertumbuhan tinggi tanaman pada 2 MST meningkat seiring dengan meningkatnya dosis yang di berikan pada awal tanam. Pupuk N yang diberikan mampu meningkatkan pertumbuhan dari tanaman. Sutedjo (2010) mengenai salah satu fungsi N yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Mapegau (2007) menambahkan unsur nitrogen berperan dalam pembelahan dan pemanjangan sel, hal ini dapat diartikan bahwa apabila sel bertambah besar dan panjang, maka akan terjadi pertambahan tinggi dan pertambahan kesamping sehingga memungkinkan bagi meningkatnya tinggi dan luas daun. Mamonto (2005) dalam Nurdin et al. (2009) juga melaporkan bahwa pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk meransang pembesaran diameter batang serta pembetukan akar yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen. Pengaruh pupuk NPK pada tinggi tanaman kacang tanah ditunjukkan oleh penelitian Rizwan (2010) bahwa pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kacang tanah. Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan M3 (35 kg Urea/ha, 70 kg SP36/ha, 70 kg KCl/ha) yaitu 16,89 cm, yang berbeda nyata dengan perlakuan M0 (tanpa pemupukan), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M1 (25 kg Urea/ha, 50 kg SP36/ha, 50 kg KCl/ha) dan perlakuan M2 (30 kg Urea/ha, 60 kg SP36/ha, 60 kg KCl/ha). Perlakuan jumlah tanaman juga menunjukkan pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan saat Panen. Pada pengamatan 2 MST, 3 tanaman mampu meningkatkan tinggi tanaman sebesar 7,93% dibandingkan dengan 2 tanaman dan 12,73% dari 1 tanaman. Perlakuan jumlah tanaman (3 tanaman) pada 4, 6 dan 8 MST nyata lebih tinggi 10,53%, 6,25% dan 3,97% dibandingkan dengan perlakuan 2 tanaman, sedangkan perlakuan 2 tanaman meningkatkan tinggi tanaman sebesar 10,74%, 12,78% dan 8,59% dari pada 1 tanaman. Sementara itu, pada

16 pengamatan Saat Panen perlakuan 3 tanaman mampu meningkatkan tinggi tanaman sebesar 6,97% dibandingkan dengan 1 tanaman tetapi tidak berbeda dengan perlakuan 2 tanaman walaupun mampu meningkatkan tanaman sebesar 2,8%. Tinggi tanaman yang lebih tinggi dengan perlakuan 3 tanaman dalam 1 lubang tanam terjadi karena persaingan antar tanaman dalam 1 lubang tanam baik unsur hara maupun dalam pengambilan sinar matahari, dengan kondisi ruang yang sempit, tanaman diduga lebih memanjang ke atas. Hal ini sejalan dengan penelitian Indriyanti (2010) yang mengemukakan bahwa pada Perlakuan jumlah benih per lubang, tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan B3 yaitu 152.94 cm. Sedangkan antara B1 dan B2 secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini disebabkan pada perlakuan B3 terjadi kompetisi antar tanaman, terutama faktor cahaya. Hal ini diduga ada hubungannya dengan etiolasi pada tanaman yang ditanam pada populasi tinggi. Etiolasi menyebabkan tanaman menjadi lebih tinggi dengan jumlah daun yang relatif lebih sedikit, namun lebih lebar bila dibandingkan dengan populasi rendah (Efendi 2006) 4.2 Jumlah Daun Pengamatan jumlah daun dan hasil analisis sidik ragam setiap perlakuan disajikan pada Lampiran (6a 6e). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan taraf pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 4 MST dan perlakuan berpengaruh pada jumlah daun 2 MST- Saat Panen serta interkasi antara taraf pupuk dan jumlah tanaman terjadi pada 2 MST. Rataan uji BNT 5% disajikan pada Tabel 3. Sedangkan perlakuan taraf pupuk pada Tabel 2 jumlah daun tidak berpengaruh pada umur 6 MST hinga panen. Hal ini diduga pemberian pupuk pada tanaman kacang tanah belum dapat di serap secara maksimal oleh tanaman. Nurdin et al. (2009) Walaupun pemupukan NPK dikombinasikan, tetapi di dalam tanah kadar ketiga hara tersebut tidak dalam kondisi berimbang, sehinga tidak bersinergi antara penyerapan hara yang satu dengan yang lain

17 Tabel 2. Rekapitulasi jumlah daun berdasarkan penggunaan taraf pupuk dan jumlah tanaman Perlakuan Jumlah Daun(Helai) 4 MST 6 MST 8 MST Panen Konrol 16,54a 28,06 33,91 24,29 N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha 18,54b 28,60 36,40 23,92 N 60 kg/ha, P 80 kg/ha, K 55 kg/ha 18,30b 28,44 34,83 23,38 BNT 5% 1,42 - - - KKa% 6,09 10,36 10,58 8,59 1 Tanaman 21,61c 34,18c 39,65b 33,66b 2 Tanaman 16,80b 27,39b 37,28b 21,39ab 3 Tanaman 14,97a 23,59a 28,21a 16,54a BNT 5% 1,35 2,88 3,42 4,88 KKb% 7,37 9,87 9,50 19,91 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Berdasarkan Tabel 2, perlakuan taraf pupuk berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dimana taraf pupuk N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha nyata meningkatkan jumlah daun sebesar 10,79% dibandingkan tanpa perlakuan tetapi tidak berbeda dengan perlakuan taraf pupuk N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 kg/ha, sementara itu taraf pupuk N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 kg/ha nyata lebih banyak jumlah daun sebesar 9,62% dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Hal ini diduga karena terpenuhinya kebutuhan tanaman dalam melakukan proses-proses untuk melakukan pertumbuhan utamanya pada daun. Berdasarkan analisis tanah pada Lampiran (1) menunjukkan bahwa kandungan nitrogen yang terdapat pada lahan penelitian rendah, sehingga memungkinkan tanaman dapat nutrisi yang diberikan melalui pemupukan. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Musa et al. (2007) yang mengemukakan bahwa pada pengamatan jumlah daun prelakuan pemupukan pemupukan penggunaan pupuk tunggal dengan dosis 200 kg urea/ha+ 150 kg SP-36/ha+ 75 kg KCl/ha (f2) lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pupuk dengan dosis 100 kg Urea + 200 kg NPK Pelangi/ha. Pupuk Urea mengandung nitrogen 45% sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, dimana fungsi N menurut Sutedjo (2010) yaitu dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau. Sebelumnya Prawiranata et al. (1991) dalam Mapegau (2007) mengemukakan bahwa pemberian unsur nitrogen dapat meningkatkan laju fotosintesis tanaman sehingga dapat memacu pertumbuhan vegetatif. peningkatan jumlah nitrogen dalam tanah menghasilkan protein dalam jumlah banyak pada tanaman, sehingga meningkatkan pertumbuhan jaringan tanaman.

18 Perlakuan jumlah tanaman yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah daun 2 MST- Saat Panen. Pada pengamatan 4, dan 6 MST 1 tanaman nyata lebih tinggi meningkatkan pertumbuhan jumlah daun yaitu masing-masing sebesar 22,26%, dan 19,87% dibandingkan dengan 2 tanaman dan 30,73%, 31,08% dibandingkan dengan 3 tanaman. Sementara itu, 2 tanaman nyata lebih tinggi meningkatkan jumlah daun dibandingkan 3 tanaman masing-masing sebesar 10,9% dan 13,88%. Pengamatan jumlah daun 8 MST perlakuan 1 tanaman nyata lebih tinggi 28,86% dibandingkan dengan 3 tanaman tetapi tidak berbeda dengan 2 tanaman, sedangkan perlakuan 2 tanaman nyata lebih tinggi 24,33% dibandingkan dengan perlakuan 3 tanaman. Sementera itu, pada pengamatan saat panen perlakuan 1 tanaman mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah daun dibandingkan dengan 3 tanaman tetapi tidak berbeda dengan perlakuan 2 tanaman. Perlakuan 1 tanaman ratarata menunjukkan pengaruh mampu meningkatkan pertumbuhan dibandingkan dengan perlakuan lainnya diduga karena persaingan atau kompetisi antar tanaman dalam satu lubang tanam lebih kecil dibandingkan dengan 2 dan 3 tanaman. Jumlah tanaman per lubang tanam dapat mempengaruhi kandungan klorofil dalam daun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin rapat tanaman (3 tanaman per lubang tanam), maka semakin rendah klorofil daun dan semakin meningkat dengan berkurangnya jumlah tanaman per lubang tanam (2 dan 1). Pada umumnya klorofil daun digunakan untuk mengukur N dalam tanaman. Semakin rendah klorofil daun berarti N yang dikandung semakin rendah. Bakkara (2010) Hal ini dapat terjadi karena adanya persaingan tanaman dalam merebutkan hara. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya Indriyanti (2010) menambahkan kepadatan populasi tanaman yang tinggi akan mempengaruhi petumbuhan tanaman dan pada akhirnya penampilan tanaman secara individu akan menurun karena persaingan dalam intersepsi radiasi sinar matahari, absorbsi air dan unsur hara serta pengambilan CO 2 dan O 2. Jumlah daun pada kacang tanah yang diberi perlakuan pupuk dan jumlah tanaman mengalami peningkatan. Setiap perubahan yang terjadi pada taraf pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tanaman. Terjadi peningkatan jumlah daun yang berbeda pada taraf pupuk yang berbeda jika dilakukan berbagai

19 jumlah tanaman dalam satu lubang tanam. Interaksi antara taraf pupuk dan jumlah tanaman pada jumlah daun 2 MST disajikan pada Tabel 3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan dosis pupuk N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha dengan 1 tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa perlakuan taraf pupuk dengan 1 tanaman, tanpa perlakuan dengan 2 tanaman, tanpa perlakuan dengan 3 tanaman, perlakuan N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha dengan 2 tanaman, perlakuan N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha dengan 3 tanaman, perlakuan N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 kg/ha dengan 2 tanaman, dan perlakuan N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 kg/ha dengan 3 tanaman tetapi tidak berbeda dengan perlakuan N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 kg/ha dengan 1 tanaman. Sementara itu, perlakuan N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 kg/ha dengan 1 tanaman mampu meningkatkan jumlah daun sebesar 22,5% dibandingangkan dengan tanpa perlakuan taraf pupuk dengan 3 tanaman. Tabel 3. Jumlah daun 2 MST berdasarkan interaksi taraf pupuk dan jumlah tanaman N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 Kontrol K 75 kg/ha kg/ha 1 Tanaman 6,63ab 8,20c 8,00c 2 Tanaman 6,48ab 6,86ab 6,68ab 3 Tanaman 6,20a 6,43ab 6,33ab BNT 5% 0.56 0.56 0.56 Interaksi yang terjadi pada perlakuan N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha dengan 1 tanaman karena dipengaruhi oleh tingkat populasi tanaman. Jumlah tanaman yang terdapat pada lubang tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan unsur hara yang diberikan melalui pemupukan dengan perlakuan 1 tanaman dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman karena tidak terdapat persaingan. Hal ini didukung oleh pernyataan Syaiful et al. (2012) yang menyatakan bahwa pada penanaman 1 bibit per lubang tanam tidak mengalami persaingan dalam mengambil unsur hara dan penyerapan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, sehingga proses partumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih baik, se-hingga produktivitas tanaman padi akan meningkat.

20 4.3 Persentase Pembungaan Perlakuan taraf pupuk dan interaksi antara taraf pupuk tidak memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan perlakuan jumlah tanaman memberikan pengaruh pada persentase pembungaan yang disajikan pada Lampiran 7. Data hasil analisis ragam yang menunjukkan taraf pupuk tidak berpengaruh pada persentase pembungaan atau persentase pembungaan pada perlakuan taraf pupuk menunjukkan rataan yang relatif sama. Hal ini diduga besarnya kandungan N dalam tanah, melalui fiksasi rhizobium dan pemberian pupuk urea pada 5 MST, sehinga dapat menghambat vase pembungaan. Menurut Sutejo (2008), Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetative tanaman, seperti daun, batang dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanamannya. Dari Tabel 4 terlihat jelas bahwa tidak terdapat interaksi antara taraf pupuk dan jumlah tanaman yang artinya perubahan yang terjadi pada taraf pupuk sama dengan perlakuan jumlah tanaman sehingga tidak mempengaruhi persentase pembungaan. Tabel 4. Rataan persentase pembungaan berdasarkan penggunaan taraf pupuk dan jumlah tanaman Perlakuan Persentase Pembungaan (%) Kontrol 83,33 N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha 87,78 N 60 kg/ha, P 100 kg/ha, K75 kg/ha 92,22 BNT 5% - KKa% 8,49 1 Tanaman 76,67a 2 Tanaman 88,89ab 3 Tanaman 97,78b KKb% 16,84 BNT 5% 15,18 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Perlakuan jumlah tanaman memberikan pengaruh yang nyata pada parameter perssentase pembungaan. Perlakuan 3 tanaman nyata meningkatkan persentase pembungaan sebesar 21,59% dibandingkan dengan 1 tanaman tetapi tidak berbeda dengan perlakuan 2 tanaman walaupun mampu meningkatkan persentase pembungaan sebesar 9,1%. Perlakuan 3 tanaman yang mampu meningkatkan persentase pembungaan dibandingkan dengan perlakuan 1 tanaman diduga karena tingkat

21 kompetisi yang lebih besar pada perlakuan 3 tanaman. Seperti yang dikemukakan oleh Gardner et al. (1991) dalam Musa et al. (2007) kerapatan tanaman yang rendah selama pertumbuhan berlangsung hanya rendah tingkat kompetisinya sampai pembentukan bunga dan biji. Pada populasi yang tinggi dengan tingkat penyinaran penuh, memungkinkan tanaman lebih efisien dalam memanfaatkan energi matahari dalam proses fotosintesis sehingga asimilat yang terbentuk lebih banyak. Populasi tanaman yang tinggi dan pola penyerapan radiasi yang lebih efiseian akan mengakibatkan jumlah organ tanaman lebih besar, dan hal ini akan berdampak pada peningkatan perombakan asimilat untuk menghasilkan kembali energy. 4.4 Persentase Polong Berisi Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 8 menunjukkan bahwa taraf pupuk dan jumlah tanaman berpengaruh pada persentase polong berisi sedangkan interaksi antar keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Dari Tabel 5 tidak terlihat adanya interaksi antara taraf pupuk dan jumlah tanaman pada persentase polong berisi. Perubahan yang terjadi pada taraf pupuk tidak berpengaruh terhadap berbagai perlakuan jumlah tanaman. Tabel 5. Rataan persentase polong berisi berdasarkan penggunaan taraf pupuk dan jumlah tanaman Perlakuan Persentase Polong Berisi (%) Kontrol 82,92a N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha 92,74c N 60 kg/ha, P 100 kg/ha, K 55 kg/ha 87,86b BNT 5% 4,09 KKa% 3,18 1 Tanaman 90,10b 2 Tanaman 87,09ab 3 Tanaman 86,32a BNT 5% 3,12 KKb% 3,46 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Pemberian pupuk dengan taraf pupuk N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha nyata lebih tinggi 5,27% dari taraf pupuk N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 kg/ha dan 10,59% dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Sementara itu perlakuan N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 kg/ha nyata meningkatkan persentase polong berisi 5,63% dibandingkan tanpa perlakuan. Hal ini karena nutirisi yang dibutuhkan pada saat pegisian polong terpenuhi terutama unsur P dan K yang berperan dalam pertumbuhan

22 generatif tanaman. Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Sutedjo (2010) bahwa Kalium mampu meningkatkan kualitas buah/biji. Hidayat (2008) melaporkan Dengan bertambahnya suplay fospor dalam tumbuh tanaman akan meningkatkan pengisian biji, sehinga berat biji meningkat pada tanaman. Hasil pengamatan terhadap persentase jumlah polong juga dipengaruhi oleh perlakuan jumlah tanaman dimana perlakuan 1 tanaman nyata lebih tinggi 4,38% dibandingkan perlakuan 3 tanaman tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2 tanaman. Hal ini diduga karena kebutuhan tanaman yang terpenuhi atau tidak adanya persaingan tanaman dalam mengoptimalkan nutrisi yang dibutuhkan dalam pembentukan polong. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Rahayu dan Budi (2008) yang menyatakan bahwa perlakuan jumlah populasi perlubang memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang, jumlah polong, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. Hal ini dimungkinkan bahwa tingkat kebutuhan tanaman dapat terpenuhi dan dapat dimanfaatkan tanaman secara optimal untuk pembentukkan jumlah cabang yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan jumlah polong, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. 4.5 Berat 100 Biji Data pengamatan berat 100 biji berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa perlakuan taraf pupuk dan jumlah tanaman berpengaruh nyata pada berat 100 biji dan interaksi antar keduanya tidak berpengaruh nyata. Tidak terlihat adanya interaksi pada berat 100 biji dengan berbagai perlakuan taraf pupuk dan jumlah tanaman seperti yang tersaji pada Tabel 6. Parameter berat 100 biji yang tidak berpengaruh nyata karena perubahan yang terjadi pada taraf pupuk relatif sama dengan yang terjadi pada perlakuan jumlah tanaman.

23 Tabel 6. Rataan berat 100 biji berdasarkan penggunaan taraf pupuk dan jumlah tanaman Perlakuan Berat 100 Biji (g) Kontrol 39,28a N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha 42,67b N 60 kg/ha, P 80 kg/ha, K 75 kg/ha 40,67ab BNT 5% 2,42 KKa% 0,16 1 Tanaman 43,11b 2 Tanaman 40,78ab 3 Tanaman 38,73a BNT 5% 2,49 KKb% 5,92 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Berdasarkan Tabel 6, taraf pupuk berpengaruh nyata pada berat 100 biji. Perlakuan taraf pupuk N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha nyata meningkatkan berat 100 biji 7,95% dibandingkan dengan tanpa perlakuan taraf pupuk tetapi tidak berbeda dengan perlakuan taraf pupuk N 60 kg/ha, P 80kg/ha, K 55 kg/ha namun mampu meningkatkan berat 100 biji sebesar 4,69%. Hal ini diduga karena pemberian pupuk yang diberikan efektif atau dapat digunakan tanaman pada saat pertumbuhan generatif. Hasil Penelitian Rizwan (2010) menyatakan bahwa Berat 100 biji terbaik diperoleh pada pengaruh perlakuan M3 (35 kg Urea/ha, 70 kg SP36/ha, 70 kg KCl/ha) yaitu 52,58 g, yang berbeda nyata dengan perlakuan M0 (tanpa pemupukan), perlakuan M1 (25 kg Urea/ha, 50 kg SP36/ha, 50 kg KCl/ha) dan perlakuan M2 (30 kg Urea/ha, 60 kg SP36/ha, 60 kg KCl/ha). Brady (1984) dalam Nurhayati (2009) menyatakan bahwa pemberian unsur hara pada tanaman sampai batas tertentu dapat memberikan pertumbuhan dan produksi optimal manakala unsur-unsur lain juga dalam keadaan seimbang. Tetapi penambahan unsur yang sama dengan dosis yang lebih tinggi tidak secara linier akan berdampak positip pada tanaman, bahkan sebaliknya dapat memberikan efek negatif terhadap tanaman Perlakuan jumlah tanaman juga menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat 100 biji dimana perlakuan jumlah tanaman 1 tanaman perlubang tanam nyata lebih tinggi 10,17% dibandingkan dengan 3 tanaman tetapi tidak berbeda dengan 2 tanaman. Hal ini diduga karena pemanfaatan nutrisi pada jumlah tanaman 1 biji lebih optimal karena kompetisi yang terjadi juga lebih kecil dibandingkan dengan jumlah

24 tanaman 3 biji per lubang tanam. Musa et al. (2007) menjelaskan bahwa pada populasi yang tinggi mengakibatkan persaingan tanaman dalam memanfaatkan hara dan air lebih kuat sehingga pertumbuhan tanaman pada populasi tinggi lebih rendah dibandingkan dengan populasi rendah. Populasi rendah pada suatu areal pertanaman akan mengurangi persaingan terhadap pemanfaatan hara dan air. 4.6 Produksi Biji Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 10 taraf pupuk dan interaksi tidak memberikan pengaruh yang nyata serta perlakuan yang berpengaruh nyata pada produksi biji kacang tanah. Interaksi yang tidak berpengaruh nyata karena perubahan yang terjadi pada taraf pupuk tidak mempengaruhi pada perlakuan jumlah tanaman atau relative sama. Perlakuan taraf pupuk yang tidak berpengaruh seperti yang terjasi pada Tabel 7 menunjukkan bahwa walaupun secara statistik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata namun perlakuan taraf pupuk N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha lebih tinggi produksinya dibandingkan dengan perlakuan lainnya diduga karena pupuk dapat dimanfaatkan tanaman namun belum optimal. Menurut Nurdin et al. (2009) menyatakan Walaupun pemupukan NPK dikombinasikan, tetapi di dalam tanah kadar ketiga hara tersebut tidak dalam kondisi berimbang, sehingga tidak bersinergi antara penyerapan hara yang satu dengan yang lain. Tabel 7. Rataan produksi biji berdasarkan penggunaan taraf pupuk dan jumlah tanaman Perlakuan Produksi Biji (ton/ha) Kontrol 1,05 N 80 kg/ha, P 100 kg/ha, K 75 kg/ha 1,38 N 60 kg/ha, P 80 kg/ha, K 55 kg/ha 1,25 BNT 5% - KKa% 19,77 1 Tanaman 1,06a 2 Tanaman 1,29b 3 Tanaman 1,33b BNT 5% 0,10 KKb% 8,34 Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Perlakuan jumlah tanaman memberikan pengaruh yang nyata pada produksi biji. Perlakuan 3 tanaman nyata lebih tinggi 20,31% dibandingkan dengan 1 tanaman tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2 tanaman. Hal ini diduga karena populasi yang lebih banyak dibandingkan dengan 1 tanaman. Seperti yang dikemukakan oleh

25 Maddonni (2006) dalam Bakkara (2010) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanaman per lubang tanam dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman, tetapi dapat menurunkan bobot biji. Hasil pengujian Musa et al (2007) juga memperlihatkan bahwa populasi tinggi diperoleh produksi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada populasi sampai (99.000 tanaman ha-1) belum mengakibatkan terjadi persaingan internal yang kuat, bahkan sebaliknya dapat lebih mengefisienkan pemanfaatan sumberdaya lahan dan sumberdaya pertumbuhan lainnya, sehingga produksi yang diperoleh jauh lebih tinggi dibanding dengan pada populasi rendah.