PARENTING in the 21st Century Anita Lie Unika Widya Mandala Surabaya www.anitalie.com 1
Tahapan Perkembangan Emosional Anak Konteks Jaman Menjadi Orang Tua Bijak 2
Tahapan Perkembangan Emosional Anak Konteks Jaman Menjadi Orang Tua Bijak 3
Kecerdasan Emosional (EQ) Daniel Goleman 4
Erik Erikson 0Hopes: Trust vs Mistrust (0-2) 0Will: Autonomy vs Shame/doubt (2-4) 0Purpose: Initiative vs Guilt (4-5) 0Competence: Industry vs Inferiority (5-12) 0Fidelity: Identity vs Role Confusion (13-19) 0Love: Intimacy vs Isolation (20-24) 0Care: Generativity vs Stagnation (25-64) 0Wisdom: Ego Integrity vs Despair (65-mati) 5
Erik Erikson 0 Harapan: Kepercayaan vs Tidak Ada (0-2) 0 Kehendak: Otonomi vs Malu/Ragu2 (2-4) 0 Tujuan: Inisiatif vs Rasa Bersalah (4-5) 0 Kompetensi: Rajin vs Minder (5-12) 0 Kesetiaan: Identitas vs Kekacauan Peran (13-19) 0 Cinta: Kemesraan vs Keterasingan (20-24) 0 Perhatian: Produktivitas vs Kemandegan (25-64) 0 Kearifan: Keutuhan Ego vs Putus Asa (65-mati) 6
7
TAHAPAN PERKEMBANGAN (ERIKSON) Usia Kebaikan Krisis Relasi Penting 0-2 HARAPAN Kepercayaan Dasar vs Hilang Kepercayaan 2-4 KEHENDAK Otonomi vs Malu, Ragu2 Ibu Orang Tua Pertanyaan Eksistensialis Dapatkan saya mempercayai dunia? Apakah OK menjadi saya? Contoh Pemenuhan kebutuhan dasar Toilet training, berpakaian sendiri 4-5 TUJUAN Inisiatif vs Rasa Bersalah 5-12 KOMPETEN SI 13-19 Rajin vs Minder KESETIAAN Identitas vs Kekacauan Peran 20-39 CINTA Kemesraan vs Keterasingan 40-64 PERHATIAN Produktivitas vs Kemandegan Keluarga Sekolah, Komunitas Teman, idola Teman, kekasih Rumah tangga, rekan kerja Apakah OK bagi saya untuk berbuat dan bertindak? Bisakah saya berfungsi di dunia ini? Siapa saya? Saya akan menjadi apa? Bisakah saya mencintai? Bisakah saya membuat hidup saya bermakna? Eksplorasi dan penggunaan alat, karya seni Sekolah, Olah raga Relasi sosial Relasi Romantis Pekerjaan, Menjadi orang tua 65- mati KEARIFAN Keutuhan ego vs Putus Asa Manusia Apakah hidup saya sudah bermakna? Refleksi Kehidupan 8
TAHAPAN PERKEMBANGAN ERIKSON vs JAWA Usia Kebaikan Krisis Tahapan dlm Filosofi Jawa Maskumambang 0-2 HARAPAN Kepercayaan Dasar vs Hilang Kepercayaan Mijil 2-4 KEHENDAK Otonomi vs Malu, Ragu2 Sinom 4-5 TUJUAN Inisiatif vs Rasa Bersalah 5-12 KOMPETENSI Rajin vs Minder 13-19 KESETIAAN Identitas vs Kekacauan Peran Kinanthi Asmaradhana 20-39 CINTA Kemesraan vs Keterasingan Gambuh 40-64 PERHATIAN Produktivitas vs Kemandegan Dhandang Gula 65-mati KEARIFAN Keutuhan ego vs Putus Asa Durma Pangkur Megatruh Pocung (Sangkan Paraning Dumadi) 9
Tahapan Perkembangan Emosional Anak Konteks Jaman Menjadi Orang Tua Bijak 10
Komunikasi Keluarga dalam era Global? 11
WHO HOW ARE GENERATION CAN WE UNDERSTAND Z? THEM?
Tahapan Perkembangan Emosional Anak Konteks Jaman Menjadi Orang Tua Bijak 13
Menjadi Orang Tua Bijak: Tidak ada seorangpun atau ilmu apa pun bisa memberitahu kita bagaimana menjadi orang tua bijak. Setiap orang tua harus menjalani proses nya sendiri dan berupaya menjadi lebih baik setiap hari. Guru terbaik bagi orang tua yang ingin menjadi bijak adalah anaknya sendiri. 14
The days are long the years are short. but 15
INSIGHTS FOR PARENTS 3 human needs: 1. Meaning and purpose 2. Control 3. Success
Meaning and Purpose Do what you love. Love what you do. Peace is becoming a channel of blessings to others. Joy is the fulfilment of one's destiny.
Membentuk Pribadi Berkarakter Penyembuhan Penanggulangan Pengembangan 18
Control Is preparing the path to reach one's destiny
Success Factors: (The Outliers, Malcolm Gladwell) Opportunity 10.000 hours of work Legacy
MATEMATIKA vs MENGANTRI https://sbelen.wordpress.com Orang Australia mempunyai pandangan tersendiri soal pentingnya pelajaran matematika dengan pelajaran mengantri. Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai matematika. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.
ALASAN MEREKA Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 (tiga) bulan saja secara intensif untuk bisa matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 (dua belas) tahun atau bahkan lebih untuk bisa mengantri, dan perilaku tersebut menjadi bagian dari kepribadiannya. PELAJARAN MENGANTRI Bila anak-anak dibiasakan untuk mengantri, maka: 1. Anak belajar manajemen waktu; jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal. 2. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
3. Anak belajar menghormati hak orang lain; yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal, dan tidak saling serobot atau merasa dirinya lebih penting. 4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain. 5. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (Di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri). 6. Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
7. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya. 8. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang. 9. Anak belajar memiliki RASA MALU jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.