Mirna Lusiani

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN JUMLAH KEDATANGAN ARMADA OPTIMAL

Penentuan Sistem Kerja Lift Berdasarkan Kecepatan Angkut dengan Menggunakan Simulasi ProModel (Studi Pada Sarana Lift di Universitas Bunda Mulia)

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

KECEPATAN BUS TRANS METRO BANDUNG KORIDOR ELANG - CIBIRU ABSTRAK

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI JANGKA PENDEK

Waktu Tunggu Angkutan Antar Bis Di Terminal Leuwi Panjang Kota Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari

Studi Kinerja Operasional Mikro Bus Rute KPAD- Antapani ABSTRAK

Manajemen Angkutan Umum Perkotaan

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN DI HALTE ELANG TRANS METRO BANDUNG (TMB) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SISTEM ANTRIAN TRANSPORTASI BUSWAY DI HALTE PULOGADUNG DAN DUKUH ATAS

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

Faktor Muat Trans Pakuan Bogor Koridor Terminal Bubulak Cidangiang ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

UTILITAS PINTU TOL MASUK DAN PEKERJA PINTU TOL MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMODEL (STUDI KASUS : PINTU TOL BUAH BATU BANDUNG)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Merumuskan pola penggunaan/pemilihan moda penduduk Jakarta. Merumuskan peluang perpindahan penggunaan moda dari kendaraan pribadi ke BRT di Jakarta.

increasing mobility, improving life quality

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.

ANALISA PENUTUPAN PINTU PERLINTASAN KERETA API TERHADAP TUNDAAN, NILAI WAKTU, DAN PANJANG ANTRIAN KENDARAAN

Pemodelan Sistem BRT Koridor II Semarang sebagai Solusi Permasalahan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

MERCYANO FEBRIANDA Dosen Pembimbing : Ir. Wahju Herijanto, MT.

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

Analisis Finansial Fasilitas Park and Ride Sebagai Pelayanan Infrastruktur Kota Bandung (Studi Kasus: Gedebage)

TIN Ekonomi Teknik Materi #1 Genap 2015/2016 TIN205 EKONOMI TEKNIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

BAB III LANDASAN TEORI

DepartemenTeknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Ke 13. PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Frekuensi, Headway, dan Jumlah Armada)

EVALUASI SISTEM PELAYANAN TRANSIT ANTAR KORIDOR BUS RAPID TRANSIT TRANS SEMARANG

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pembangunan disegala bidang yang cukup

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Simulasi Event-Diskrit (Discrete-Event Simulation)

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

Pertemuan Kelima Prodi S1 TS DTSL FT UGM

Analisis Kinerja Ruas Jalan HOS Cokroaminoto Akibat Perkembangan Lalu Lintas di Yogyakarta

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua

BAB III LANDASAN TEORI. Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi

= Jumlah stasiun kerja. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

PENGGUNAAN SIMULASI UNTUK PEMECAHAN MASALAH TRANSPORTASI

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODEL HUBUNGAN ANTARA VOLUME LALULINTAS DENGAN TARIF JALAN TOL

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisa Perencanaan Transportasi Umum Transjakarta Ditinjau Dari Segi Efektifitas Waktu Tempuh dan Kapasitas Shelter Koridor I Blok M - Kota

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG KENTUNGAN-SIMPANG MONJALI YOGYAKARTA

PERENCANAAN PEMBERHENTIAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) DAN AKSES BAGI PENUMPANG DI KORIDOR UTARA SELATAN SURABAYA

Optimalisasi Pekerjaan Pemindahan Tanah Pada Proyek Embung Begawan Kota Tarakan Dengan Model Antrian

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

Skenario Pemodelan Sistem Simulasi Dengan ProModel Verifikasi Program Simulasi Validasi

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

PENDAHULUAN. Keyword : Trans Metro Bandung, optimum headway, revenue

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

STOCHASTIC BUS DISPATCHING MODEL UNTUK OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 3

EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) Fitra Hapsari ( ) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen Rekayasa Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

KINERJA OPERASI TRANS METRO BANDUNG KORIDOR III CICAHEUM-SARIJADI DITINJAU DARI WAKTU PERJALANAN DAN FAKTOR MUAT

PENGARUH CYCLE TIME TERHADAP KAPASITAS JALUR DAN BIAYA POKOK JASA ANGKUTAN STUDI KASUS TRANS METRO BANDUNG KORIDOR CICAHEUM-CIBEUREUM

PENGANTAR TRANSPORTASI

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

STASIUN KERETA MONOREL INTERCHANGE KARET DI JAKARTA

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

PENENTUAN JUMLAH DAN PENENTUAN JUMLAH DAN JENIS MONORAIL JALUR PADA BERBAGAI SKENARIO JUMLAH PENUMPANG MENGGUNAKAN SIMULASI PROMODEL BERDASARKAN BIAYA YANG TERBAIK Mirna Lusiani mirna_lusiani@yahoo.com Penulis Mirna Lusiani adalah dosen universitas Bunda Mulia yang saat ini sedang melanjutkan studi dalam bidang Teknik Industri. Mata kuliah yang diampu perilaku organisasi dan simulasi.. Bidang peminatan: Simulasi Sistem, Manajemen Industri Abstract Determination Types and Number of Trains Kampung Melayu-Roxy Monorail With Level Number Of Passengers Distribution Scenario Using Promodel Simulation Based On The Optimal Cost. Monorail is one of the solution to solve the traffic problem in the city of Jakarta. This project developed to be an alternative of mass public transportation service for the citizens in Jakarta. In order to be able to serve the passengers during peak time, the project need to have a research in term of the optimal total number of trains and type to be used. In this research, had chose the types and the total number of trains Kampung Melayu-Roxy with the level number of passengers distribution scenario based on the optimal cost using simulation. Scenario for the number of passengers per hour based on peak hour. Data gathered from variety sources such as consultant, suppliers, and media. Data required to developed a model, based on the observation of the Busway corridor Blok M-Kota. After developed the model, the next step is to simulated each type on each passengers distribution scenario to obtained the total number of trains and the headway. Selection based on incremental internal rate of return between two type on each scenario. Based on simulation and calculation result obtained that small type is the type of monorail that had been chose for monorail project at Kampung Melayu-Roxy line on several number of passengers scenario, with the description are scenario 1 with 10 units, scenario 2 with 14 units, scenario 3 with 15 units, and scenario 4 with 20 units. Vol. 3, No 1, February 2010 Keywords Promodel, Internal Rate of Return (IRR), Monorail 1

PENDAHULUAN Latar Belakang Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu permasalahan yang tidak pernah berhenti. Kemacetan yang timbul di Jakarta berasal dari berbagai macam penyebab. Penyebabnya antara lain panjang ruas jalan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah kendaraan yang ada. Sebagian besar warga Jakarta mengeluhkan kondisi kendaraan umum yang tidak layak dan tidak nyaman sehingga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. PENENTUAN JUMLAH DAN Pemerintah Propinsi Jakarta memiliki rencana dalam merancang suatu moda transportasi massal baru yaitu monorail. Rencananya, jalur monorail ini akan membentang dari sebelah timur sampai barat Jakarta. Pemilihan monorail ini dikarenakan monorail memiliki daya angkut yang besar sehingga cocok untuk kota Jakarta dengan jumlah penduduk yang besar. Proyek monorail ini merupakan kerjasama antara pihak swasta Indonesia dengan konsorsium Omnico Singapura dan proyek ini bersifat mencari keuntungan karena dana yang diperoleh berasal dari modal sendiri dan pinjaman. Seperti yang sudah dijabarkan diatas, keluhan yang disampaikan oleh warga Jakarta mengenai kendaraan umum Jakarta adalah ketidaklayakan dan ketidaknyamanan. Ketidaklayakan itu dapat dilihat dengan jumlah yang melebihi daya angkut yang diperbolehkan. Hal ini diakibatkan oleh jumlah armada angkutan umum yang tersedia pada waktu sibuk lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah calon yang akan menggunakannya sehingga setiap armada angkutan umum mengangkut melebihi kapasitas yang diperbolehkan. Agar dapat memenuhi kebutuhan calon nya, kapasitas dari monorail ini harus sesuai dengan jumlah calon nya sehingga pelayanan yang diberikan dapat dikatakan baik dan dari segi biaya yang dikeluarkan dikatakan optimal. Untuk itu, diperlukan penelitian terhadap jumlah dan jenis monorail berdasarkan biaya yang terbaik pada berbagai skenario jumlah. Pokok permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah penentuan jumlah dan jenis monorail berdasarkan biaya yang terbaik pada berbagai skenario jumlah. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh jumlah dan jenis monorail jalur Kampung Melayu-Roxy berdasarkan biaya yang optimal pada berbagai skenario jumlah. Dalam penelitian ini, dilakukan pembatasan masalah agar tujuan dari penelitian dapat tercapai. Batasan masalah mencakup : 1. Jalur monorail yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah jalur Kampung Melayu-Roxy. 2. Distribusi calon adalah pada waktu sibuk mulai dari pukul 06.00-08.00 dan 16.00-18.00 3. Skenario jumlah monorail adalah 75.000 150.000 /hari untuk 2 arah. 4. stasiun yang ada telah ditetapkan sebanyak 13 buah. 5. Pilihan jenis monorail yang ada yaitu monorail ukuran kecil dan standar yang diproduksi oleh Hitachi Jepang. 6. Data investasi diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya. 7. Distribusi kedatangan dan turun mengacu pada distribusi busway koridor 1. 8. Jenis distribusi yang digunakan adalah distribusi normal. 9. Metode depresiasi menggunakan metode garis lurus. Vol. 3, No. 1, February 2010 2

PENENTUAN JUMLAH DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini melalui tahap-tahap berikut ini. 1. Melakukan perhitungan skenario jumlah. 2. Melakukan perhitungan distribusi waktu antar kedatangan dan jumlah turun. 3. Membuat model monorail Kampung Melayu-Roxy. 4. Melakukan simulasi untuk setiap jenis pada setiap skenario jumlah. 5. Melakukan perhitungan biaya untuk setiap jenis pada setiap skenario jumlah. 6. Melakukan analisis kenaikan tingkat pengembalian untuk kedua jenis monorail (investasi). Perhitungan Skenario Penumpang Berdasarkan penelitian pihak konsultan, jumlah monorail akan mencapai 150.000 /hari untuk dua arah. Skenario yang digunakan dimulai dari angka 75.000 /hari atau 50% dari jumlah hasil penelitian konsultan kemudian meningkat sebanyak 25.000 /hari. Skenario jumlah /jam yang disimulasikan hanya pada waktu sibuk. Lamanya waktu operasi sebesar 16 jam (pukul 05.30-21.30). jam sibuk dalam satu hari sebesar 4 jam sedangkan non sibuk selama 12 jam. Berdasarkan data dari 13 halte busway bahwa rata-rata penurunan jumlah /jam dari waktu sibuk ke non sibuk sebesar 30% maka skenario /jam pada waktu sibuk diperlihatkan pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Skenario Penumpang Skenario /hari/2 arah /jam pada waktu sibuk Skenario 1 75000 6230 Skenario 2 100000 8305 Skenario 3 125000 10382 Skenario 4 150000 12458 Perhitungan Distribusi Waktu Antar Kedatangan Dan Penumpang Turun Waktu antar kedatangan dan jumlah turun pada stasiun mengacu pada waktu antar kedatangan dan jumlah turun pada busway koridor 1. Data diperoleh dengan melakukan observasi pada setiap halte busway koridor 1. Distribusi untuk setiap skenario yang digunakan pada model monorail baik distribusi waktu antar kedatangan dan jumlah turun diperoleh dengan menggunakan persentase perbandingan jumlah. Membuat Model Monorail Kampung Melayu-Roxy Dalam model monorail ini terdapat elemen-elemen model [1], sebagai berikut. Vol. 3, No 1, February 2010 1. Lokasi Lokasi merupakan tempat untuk aktivitas entitas dalam sistem. Selain stasiun, terdapat beberapa lokasi lainnya yang terdapat dalam model ini. stasiun pada model sebanyak 26 stasiun untuk dua arah. Keterbatasan pada Promodel yang tidak dapat melakukan proses menaikkan dan menurunkan pada satu lokasi menyebabkan pada setiap 3

stasiun terdapat titik naik dan titik turun. Pada setiap stasiun terdapat pula titik kedatangan, antrian masuk ke kereta, dan titik keluar. Untuk lintasan kereta digunakan conveyor yang juga dihitung sebagai lokasi. Penggunaan conveyor ini adalah untuk mengatur kecepatan kereta pada kondisi lintasan lurus dan belok. total lokasi pada model ini yaitu sebanyak 242 buah PENENTUAN JUMLAH DAN 2. Entitas Entitas yang terdapat pada model ini ada dua yaitu dan kereta. Penumpang merupakan entitas yang akan datang, naik, dan turun pada setiap stasiun. Entitas kereta ini yang akan memindahkan dari satu stasiun ke stasiun yang lain. Tabel 2. Entitas Name Speed Stats Kereta_utama 1000 mpm Time Series Penumpang 30 mpm Time Series Nama entitas untuk kereta yaitu kereta_utama dan entitas untuk yaitu. Kecepatan kereta sebesar 1000 meter permenit tidak dipergunakan dalam simulasi karena kecepatan kereta diatur oleh conveyor. Untuk kecepatan orang rata-rata sebesar 30 meter permenit. 3. Variabel Variabel yang ada pada model ini adalah untuk menunjukkan jumlah yang naik dan turun pada setiap stasiun. Variabel ini akan digunakan dalam menghitung jumlah yang telah terangkut pada setiap stasiun selama waktu simulasi. Dengan adanya variabel ini maka dapat terlihat jumlah yang terangkut telah sesuai dengan skenario jumlah. variabel yang pada model ini sebanyak 50 variabel. 4. Arrivals Kedatangan untuk kereta akan mempengaruhi jumlah kereta yang akan digunakan sehingga waktu antar kedatangannya yang akan berubah selama proses simulasi sesuai dengan jumlah skenario jumlah. Untuk waktu antar kedatangan pada setiap stasiun memiliki distribusi yang berbeda sesuai dengan skenarionya. 5. Proses (Operasi dan Routing) Secara singkat, proses dari model monorail ini dapat dilihat pada gambar 1. Stasiun 1 Stasiun 2-12 Stasiun 13 Kereta_utama Titik Naik LOAD Antrian Masuk Mengantri Titik Turun UNLOAD Keluar sistem Stasiun sementara UNLOAD Tempat tampung Sementara Titik Naik LOAD Antrian masuk Mengantri Titik Turun UNLOAD Keluar sistem Arah sebaliknya Proses sama Penumpang Penumpang kereta Kereta berisi Gambar 1. Diagram Alir Entitas (Proses) Vol. 3, No. 1, February 2010 4

PENENTUAN JUMLAH DAN Penjelasan : a. Kereta_utama kosong muncul pada stasiun Kampung Melayu arah Roxy dan berhenti pada titik naik untuk mengangkut selama 60 detik. Titik kedatangan Antrian naik Titik kedatangan Antrian naik Titik naik 0000 Roxy Stasiun Kampung Melayu Roxy Titik turun Counter turun Titik turun Titik naik Stasiun Antrian naik Titik kedatangan v Titik naik 0000 0000 v Titik turun Stasiun sementara Tempat tampung didalam kereta 0000 Titik naik Titik kedatangan Kampung Melayu Antrian naik Titik turun Counter naik Gambar 2. Gambaran Model Monorail Kampung Melayu Roxy (tanpa skala) Vol. 3, No 1, February 2010 b. Penumpang di stasiun Kampung Melayu datang pada titik kedatangan dengan waktu antar kedatangan terdistribusi secara normal sesuai skenario, menuju antrian naik kemudian dari antrian naik akan langsung menuju titik naik. Pada titik tersebut akan terangkut oleh kereta dengan jumlah yang naik ditentukan oleh lamanya kereta berhenti. Dengan menggunakan fungsi LOAD 858 untuk ukuran standar dan LOAD 406 untuk ukuran kecil maka dalam kurun waktu 60 detik akan menaikkan maksimal 240. Kereta yang telah terdapat didalamnya, dari stasiun Kampung Melayu akan menuju stasiun Tebet. Pada stasiun Tebet, kereta akan berhenti pada titik turun untuk menurunkan dengan distribusi normal sesuai skenarionya. Penumpang yang turun akan menuju titik keluar. c. Kereta dari titik turun akan berlanjut ke stasiun sementara untuk menurunkan jumlah yang tersisa dalam kereta dengan menggunakan fungsi UNLOAD kapasitas maksimal kereta. Penumpang yang sengaja diturunkan akan di tampung pada tempat tampung sisa dan kemudian dinaikkan kembali pada titik naik kereta bersama dengan baru dengan fungsi LOAD kapasitas maksimal kereta. Waktu berpindah dari titik turun ke stasiun sementara dan dari stasiun sementara ke titik naik adalah nol karena pada sistem nyata hanya ada satu titik. Total kereta berhenti pada stasiun adalah 30 detik. d. Penumpang pada stasiun Tebet akan datang pada titik kedatangan dengan waktu antar kedatangan terdistribusi secara normal sesuai skenario. Penumpang akan menuju antrian naik dan menuju titik naik kereta. Penumpang akan diangkut sesuai dengan syarat loading yaitu jika kapasitas masih tersedia. Jika kapasitasnya masih tersedia maka baru akan terangkut sesuai dengan kapasitas yang masih tersedia dan jumlah maksimal yang dapat terangkut adalah 5

80. Jika syarat loading tidak terpenuhi maka tidak akan terangkut dan tetap berada di antrian. e. Kereta akan menuju ke stasiun berikutnya dalam mengalami proses yang sama. f. Pada stasiun Roxy dari arah Kampung Melayu hanya ada titik turun dimana semua akan turun dalam kurun waktu 60 detik sehingga kereta akan kosong dan memutar menuju stasiun Roxy ke arah Kampung Melayu untuk menaikkan yang akan menuju ke arah Kampung Melayu. Proses ini sama dengan arah Kampung Melayu menuju Roxy. PENENTUAN JUMLAH DAN Simulasi Dari model yang telah dibuat diperlihatkan pada gambar 2, disimulasikan pada empat skenario jumlah untuk kedua jenis monorail. Waktu warm up ini dilakukan selama waktu satu siklus perjalanan. Untuk jenis standar, waktu warm up dilakukan selama 61 menit sedangkan jenis kecil dilakukan selama 66 menit. Run time untuk kedua jenis sama yaitu selama 60 menit. Jadi total waktu simulasi untuk jenis standar selama 121 menit dan jenis kecil selama 126 menit. kereta diperoleh dengan membagi waktu satu siklus perjalanan dengan headway. Jika headway selama 2 menit maka jumlah kereta maksimum dalam sistem untuk jenis standar sebanyak 61 menit : 2 menit= 30,5 30 kereta dan jenis kecil sebanyak 66 menit : 2 menit = 33 kereta. Perhitungan Biaya Dalam melakukan perhitungan, beberapa informasi yang digunakan : 1. Horison pengamatan selama 10 tahun. 2. Tingkat bunga atau MARR yang berlaku sebesar 8% pertahun [4]. 3. Biaya operasi dan pemeliharaan merupakan biaya tahunan. 4. Pendapatan besarnya sama untuk setiap tahunnya. 5. Pajak yang berlaku sebesar 30% untuk pendapatan terkena pajak diatas Rp100 juta.( sumber : UU Perpajakan tahun 2000 pasal 17 ayat 1) 6. kereta cadangan sebesar 20% dari jumlah yang diperoleh. Perhitungan depresiasi dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus untuk semua jenis investasi. Untuk biaya operasional dan pemeliharaan besarnya adalah 10% dari total investasi. Analisis Kenaikan Tingkat Pengembalian Pemilihan alternatif didasarkan pada besar IRR-nya [2,3] sebagai berikut : Tabel 3. Pemilihan Alternatif Investasi Berdasarkan Peningkatan IRR Situasi IRR > MARR IRR < MARR Keputusan pilih alternatif dengan biaya investasi yang lebih tinggi pilih alternatif dengan biaya investasi yang lebih rendah HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Simulasi Dengan melakukan simulasi maka diperoleh hasil sebagai berikut ini: Vol. 3, No. 1, February 2010 6

PENENTUAN JUMLAH DAN Skenario Tabel 4. Hasil Simulasi Jenis Standar Headway kereta 1 8 7 6581 2 7 8 8316 3 6 10 10429 4 5 12 12599 Tabel 5. Hasil Simulasi Jenis Kecil Skenario Headway kereta 1 8 8 6629 2 6 11 9138 3 5 12 10534 4 4 16 13590 total kereta yang dibutuhkan harus ditambah 20% sebagai kereta cadangan. Jadi jumlah total kereta yang dibutuhkan adalah sebagai berikut. Tabel 6. Total Kereta Skenario Standar Kecil 1 9 10 2 10 14 3 12 15 4 15 20 total kereta yang dibutuhkan pada skenario 1, untuk jenis standar sebanyak 9 unit dan jenis kecil 10 unit, skenario 2 jumlah total kereta yang dibutuhkan untuk jenis standar 10 unit dan jenis kecil 14 unit. total kereta untuk skenario 3, jenis standar sebanyak 12 unit dan jenis kecil 15 unit sedangkan skenario 4 dibutuhkan 15 unit kereta jenis standar dan 20 unit kereta jenis kecil. Hasil Perhitungan Biaya Biaya investasi yang dihitung berasal dari biaya kereta, konstruksi, pembangkit listrik, dan sistem. Komponen tersebut merupakan biaya investasi yang berpengaruh terhadap pemilihan jenis monorail. Total biaya investasi untuk setiap skenario diperlihatkan pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Total Biaya Investasi Biaya Investasi Skenario Standar Kecil Skenario 1 Rp832,100,000,000 Rp444,000,000,000 Vol. 3, No 1, February 2010 Skenario 2 Rp848,600,000,000 Rp484,000,000,000 Skenario 3 Rp881,600,000,000 Rp494,000,000,000 Skenario 4 Rp931,100,000,000 Rp544,000,000,000 7

Berdasarkan hasil perhitungan NSB standar dikurang dengan NSB kecil maka diperoleh NSB yang negatif untuk setiap skenario. Dengan nilai NSB negatif menunjukkan bahwa IRR < MARR. Oleh karena IRR < MARR maka dipilih biaya investasi yang lebih rendah [2,3] PENENTUAN JUMLAH DAN SIMPULAN Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa monorail jenis kecil adalah jenis monorail yang dipilih untuk proyek monorail jalur Kampung Melayu-Roxy pada keempat skenario jumlah, dengan rincian sebagai berikut. 1. Untuk skenario 1 dengan jumlah sebesar 6230 /jam sibuk untuk 2 arah, menggunakan 10 unit kereta dengan biaya investasi kereta, konstruksi, pembangkit listrik, dan sistem sebesar Rp 444,000,000,000. 2. Untuk skenario 2 dengan jumlah sebesar 8305 /jam sibuk untuk 2 arah, menggunakan 14 unit kereta dengan biaya investasi kereta, konstruksi, pembangkit listrik, dan sistem sebesar Rp 484,000,000,000. 3. Untuk skenario 3 dengan jumlah sebesar 10382 /jam sibuk untuk 2 arah, menggunakan 15 unit kereta dengan biaya investasi kereta, konstruksi, pembangkit listrik, dan sistem sebesar Rp 494,000,000,000 4. Untuk skenario 4 dengan jumlah sebesar 12458 /jam sibuk untuk 2 arah, menggunakan 20 unit kereta dengan biaya investasi kereta, konstruksi, pembangkit listrik, dan sistem sebesar Rp 544,000,000,000. DAFTAR PUSTAKA [1] Charles R. Harrell dan Kerim Tumay, 1995, Simulation Made Easy, USA : Institute of Industrial Engineering, p.18. [2] Leland Blank dan Anthony Tarquin, 2002, Engineering Economy 5 th Edition, New York : McGraw-Hill, Co, p.274. [3] Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, 2002, Dasar- Dasar Manajemen Keuangan, Yogyakarta : AMP YKPN, p.206. [4] http://www.bi.go.id/web/id/indikator + moneter + dan + perbankan/suku+bunga/ Vol. 3, No. 1, February 2010 8