BAB IV PEMBAHASAN. pertanyaan pada perumusan masalah. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. maka perlu dijelaskan mengenai cara-cara yang ditempuh selama proses

Teller 1. Teller 2. Teller 7. Gambar 3.1 Proses antrian pada sistem antrian teller BRI Cik Ditiro

ANALISIS SISTEM ANTREAN KENDARAAN DAN KEBUTUHAN PARKIR DI SD MUHAMMADIYAH SOKONANDI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research)

BAB I PENDAHULUAN. ruang parkir harus selalu dilakukan mengingat minimnya lokasi yang tersedia.

BAB II. Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori antrean, model-model antrean, uji distribusi Kolmogorov-Smirnov,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Jl. Panjang No.25 Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama 2 Minggu, yaitu

ANALISIS ANTRIAN MULTI CHANNEL MULTI PHASE PADA ANTRIAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI DENGAN MODEL ANTRIAN (M/M/c):( )

Antrian adalah garis tunggu dan pelanggan (satuan) yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. analisis sistem antrean dalam penelitian. Adapun hal-hal yang di kaji meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. Dalam skripsi ini akan dibahas tentang model antrean satu server dengan

Riska Sismetha, Marisi Aritonang, Mariatul Kiftiah INTISARI

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)


BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 PEMBAHASAN. Tabel 3.1 Data Jumlah dan Rata-Rata Waktu Pelayanan Pasien (menit) Waktu Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. memecahkan permasalahan, sehingga perlu dijelaskan tentang cara-cara/ metode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model Sistem Antrian Bank Mega Cabang Puri Indah

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK DAN KARTU KELURGA DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN KUNINGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Kebon Jeruk yang berlokasi di Jl. Raya Perjuangan Kav.8 Kebon Jeruk Jakarta

TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-13. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. dalam pembahasan model antrean dengan disiplin pelayanan Preemptive,

ANALISIS ANTRIAN DENGAN MODEL SINGLE CHANNEL SINGLE PHASE SERVICE PADA STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) I GUSTI NGURAHRAI PALU

ANALISIS SISTEM ANTREAN MULTIPLE PHASE DI PELAYANAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA

mulai Identifikasi masalah dan tujuan dan Pengambilan data (pengamatan) Statistika deskriptif Uji asumsi tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan

BAB II LANDASAN TEORI. pembahasan model antrian dengan working vacation pada pola kedatangan

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI ANTRIAN DI GERBANG TOL TAMALANREA SEKSI IV MAKASSAR

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Metode Kuantitatif. Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 23 April 2009

IDENTIFIKASI MODEL ANTRIAN PADA ANTRIAN BUS KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Bab 1, permasalahan

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method)

Metoda Analisa Antrian Loket Parkir Mercu Buana

Pendahuluan. Teori Antrian. Pertemuan I. Nikenasih Binatari. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. September 6, 2016

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENGEMBANGAN SISTEM LBE

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN MODEL DAN PENGUKURAN KINERJA SISTEM PELAYANAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR LAYANAN TEMBALANG ABSTRACT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB V PENUTUP. Menurut. Ukuran Keefektifan Rumus ProModelStudent. Rumus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini diuraikan tentang dasar-dasar yang diperlukan dalam pembahasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MODEL ANTREAN KONTINU (STUDI KASUS DI GERBANG TOL BANYUMANIK)

ANALISIS ANTRIAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO. Fajar Etri Lianti ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. probabilitas, teori antrean, model-model antrean, analisis biaya antrean, uji

BAB 2 LANDASAN TEORI

Teori Antrian. Prihantoosa Pendahuluan. Teori Antrian : Intro p : 1

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Model Antrian. Tito Adi Dewanto S.TP LOGO. tito math s blog

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang terletak di Jl. Cendrawasih No. 20 Jember. Penelitian dilaksanakan

PENENTUAN MODEL DAN PENGUKURAN KINERJA SISTEM. PELAYANAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR LAYANAN TEMBALANG

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK MANDIRI CABANG AMBON Analysis of Queue System on the Bank Mandiri Branch Ambon

Riset Operasional. Tahun Ajaran 2014/2015 ~ 1 ~ STIE WIDYA PRAJA TANA PASER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. PENGERTIAN TEORI ANTRIAN

Teori Antrian. Aminudin, Prinsip-prinsip Riset Operasi

KAJIAN ANTRIAN TIPE M/M/ DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT

Penelpon menunggu dilayani. A.K. Erlang tahun Teori Antrian

ANALISIS SISTEM ANTREAN PADA PELAYANAN PASIEN BPJS RUMAH SAKIT MATA DR. YAP YOGYAKARTA SKRIPSI

MAKALAH REKAYASA TRAFIK TEORI ANTRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai penyebab stres

MODEL SISTEM ANTRIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM ANTRIAN PADA PELAYANAN CUSTOMER SERVICE PT. BANK X ABSTRACT

BAB. Teori Antrian PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mendukung penyusunan laporan tugas akhir. Landasan teori

ANALISIS SISTEM ANTREAN MODEL MULTI SERVER PADA PERUSAHAAN ASURANSI XYZ DI KOTA TASIKMALAYA TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS SISTEM ANTRIAN CALON PENUMPANG LION AIR DI BANDAR UDARA MUTIARA SIS AL-JUFRI PALU

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SISTEM ANTREAN PELAYANAN DI KANTOR PERTANAHAN KOTA SEMARANG SKRIPSI. Oleh: LENTI AGUSTINA LIANASARI TAMBUNAN

Analisis Sistem Antriam Multi Channel Multi Phase Pada Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Regional I Medan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

MODEL ANTRIAN RISET OPERASIONAL 2

MODEL ANTREAN DENGAN DISTRIBUSI PELAYANAN NORMAL, ERLANG, WEIBULL STUDI KASUS TOL BANYUMANIK

SISTEM ANTRIAN PENGISIAN BAHAN BAKARSEPEDA MOTOR PADA SPBU PT. FIKRI DARMAWAN KABUPATEN MELAWI

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan untuk menjawab pertanyaan pada perumusan masalah. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini mencakup pemeriksaan steady state, uji distribusi, menentukan model antrean, perhitungan ukuran keefektifan dan optimasi sistem antrean. A. Analisis Antrean Hal-hal yang dijelaskan mencakup pemodelan permasalahan sistem antrean sesuai dengan karakteristik antrean, pemeriksaan steady state, uji distribusi, menentukan model antrean, perhitungan ukuran keefektifan dan optimasi sistem antrean. 1. Karakteristik antrean Menurut Siswanti (27) ada tiga komponen dalam sistem antrean yaitu, tingkat kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population), antrean dan tingkat pelayanan. Tiga komponen sistem antrean tersebut dalam sistem antren kendaraan di SD Muhammadiyah Sokonandi adalah sebagai berikut : a. Kedatangan populasi yang akan dilayani (calling population) Karakteristik dari populasi yang akan dilayani (calling population) dapat dilihat menurut ukurannya, pola kedatangan, serta perilaku dari populasi yang akan dilayani. Menurut ukurannya, populasi yang akan dilayani bisa terbatas (finite) bisa juga tidak terbatas (infinite). 49

Untuk sistem antrean kendaraan di SD Muhammadiyah Sokonandi populasi yang dapat dilayani bersifat terbatas sesuai dengan area parkir yang tersedia untuk yaitu di sepanjang ruas Jl Kapas, sehingga apabila badan jalan tersebut telah penuh setiap kendaraan akan mengantre di ruas jalan lain atau membatalkan untuk masuk dalam sistem antrean. Sedangkan pola kedatangan kendaraan pada sistem ini bersifat acak dimana setiap kedatangan tidak dipengaruhi oleh kedatangan sebelumnya, pola kedatangan dalam hal ini dinyatakan sebagai kedatangan per satuan waktu sehingga dapat ditentukan distribusi antar waktu kedatangannya. Dalam suatu sistem antrean terdapat beberapa jenis perilaku dari populasi yang akan dilayani yaitu pelanggan akan sabar menanti dalam sistem antrean hingga mendapatkan pelayanan, disisi lain terdapat pula pelanggan yang melakukan penolakan (balking) atau pembatalan (reneging) untuk melakukan antrean. Pada sistem antrean kendaraan ini, diasumsikan perilaku dari populasi yang akan dilayani akan tetap dalam sistem antrean hingga kendaraan mendapatkan pelayanan. Sehingga kendaraan yang mengantarkan maupun menjemput akan tetap melanjutkan antrean apabila telah memasuki sistem, tidak ada kendaraan yang putar balik karena panjangnya antrean kendaraan. b. Antrean Pada sistem antrean di SD Muhammadiyah Sokonandi ruang parkir yang tersedia adalah ruas jalan, maka panjang antrean kendaraan menjadi terbatas. Sehingga apabila tidak terdapat ruang untuk parkir dalam kondisi tertentu di sepanjang Jl Kapas yaitu jalan tepat didepan sekolah, maka kendaraan akan diparkirkan di ruas jalan lain. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab 5

terjadinya kemacetan di jalan-jalan umum yang berdekatan dengan sekolah tersebut. c. Fasilitas pelayanan Karakteristik pelayanan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu tata letak secara fisik dari sistem antrean, disiplin antrean dan waktu pelayanan. Tata letak fisik dari sistem antrean digambarkan dengan jumlah saluran atau jumlah pelayanan yang disebut juga channel dan jumlah pemberi layanan yang disebut juga server. Jumlah pelayanan dalam sistem ini berarti ruas jalan yang dapat digunakan untuk parkir kendaraan, khususnya kendaraan pengantar dan penjemput. Sistem antrean ini hanya terdapat satu tahapan pelayanan (channel) yaitu pada saat kendaraan berhenti untuk parkir lalu meninggalkan tempat parkirnya. Sedangkan terdapat 7 pemberi layanan (server) yaitu hanya ada 7 mobil yang dapat diparkirkan di ruas jalan depan sekolah. jumlah server atau pemberi layanan parkir ini juga berarti banyaknya kapasitas sistem antrean. Model antrean antrean tersebut adalah model antrean Single channel multi server. Gambar 4.1 Single channel multi server. Setiap fasilitas pelayanan mempunyai aturan yang digunakan untuk memutuskan pelanggan mana yang akan dipilih dari antrean untuk memulai 51

pelayanan hal ini yang dimaksud dengan disiplin antrean. Seperti yang diungkapkan oleh Thomas J Kakaiy (24), terdapat empat jenis disiplin antrean yaitu FCFS (First Come First Server), LIFO (Last In Last Out), SIRO (Service In Random Order), dan PS (priority Server). Untuk disiplin antrean dalam sistem ini termasuk ke dalam disiplin antrean FCFS, yaitu kendaraan yang dilayani terlebih dahulu adalah kendaraan yang datang paling pertama. Kendaraan pertama yang datang tentu akan menempati ruang parkir yang masih tersedia sedangkan kendaraan berikutnya akan mengantre. 1. Hasil Penelitian Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder yang merupakan data dari Laporan akhir Dinas Perhubungan tahun 215, dalam laporan tersebut terdapat analisis mengenai keluar masukkanya kendaraan di area pendidikan. Salah satu sekolah yang menjadi objek penelitian oleh Dinas Perhubungan adalah SD Muhammadiyah Sokonandi dan juga menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Sehingga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan khususnya mengenai antrean kendaraan pada waktu pengantaran dan penjemputan siswa,karena di pusat kegiatan pendidikan yang berjenjang SD yang mendominasi adalah usia <17 tahun. Berikut adalah data jumlah siswa berdasarkan usia : 52

Tabel 4.1 Jumlah siswa berdasarkan usia pada tahun 215 Usia (Th) Kelas I Kelas II Jumlah Siswa menurut Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas III IV V VI Jumlah 5 6 6 6 84 15 99 7 12 74 14 1 8 1 62 1 82 9 4 8 12 96 1 7 58 17 82 11 9 61 7 12 3 3 Jumlah 12 99 8 97 79 81 536 (sumber : Laporan SD Muhammadiyah Sokonandi) Berdasarkan data pada tabel 4.1 tersebut, rentang usia pada jenjang SD khususnya di SD Muhammadiyah Sokonandi adalah 5-12 tahun. Sehingga kebanyakan siswa yang bersekolah masih diantar dan dijemput terkecuali untuk siswa yang tinggal didekat sekolah yang hanya berjalan kaki untuk berangkat sekolah. Hal inilah yang menyebabkan pada saat jam masuk maupun jam pulang sekolah kondisi jalan di sekitar sekolah menjadi sangat crowded. Permasalahan tersebut juga merupakan permasalahan yang dikeluhkan oleh pihak sekolah. 53

SD Muhammadiyah Sokonandi yang berada di Jl. Kapas No.56, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, DIY. Jalan tersebut bukan termasuk jalan yang padat kendaraan, namun berdekatan dengan SMP 2 Muhammadiyah dan SMA 1 Muhammadiyah. Sehingga pada jam masuk dan pulang sekolah kondisi jalan menjadi sangat padat kendaraan. Pengamatan oleh Dinas Perhubungan dilakukan selama 4 jam, 2 jam pertama pada jam masuk yaitu Pukul 6. s.d 8. WIB dan 2 jam berikutnya pada jam pulang yaitu Pukul 13. s.d 15. WIB. Dari kedua waktu tersebut diharapkan dapat mewakili keadaan pada setiap harinya. Kecuali pada waktu tertentu misalnya pada tahun ajaran baru, pada musim hujan, dll yang akan meningkatkan jumlah mobil. Berikut ini adalah data hasil perhitungan jumlah kedatangan kendaraan yang parkir dan jumlah kendaraan yang selesai dilayani atau selesai parkir dalam inverval 1 menit. Tabel 4.2 Tabel Data kedatangan dan kepergian kendaraan Jam Motor Mobil Masuk Keluar Akumulasi Masuk Keluar Akumulasi 6.-6.1 23 7 16 1 1 6.1-6.2 35 2 31 3 2 2 6.2-6.3 72 5 53 15 8 9 6.3-6.4 91 62 82 32 21 2 6.4-6.5 68 56 94 9 28 1 6.5-7. 53 45 12 5 6 7.1-7.2 2 23 77 1 1 2 7.2-7.3 12 65 2 3 1 7.4-7.5 8 45 1 7.5-8. 5 4 1 1 Jumlah 353 313 35 71 7 1 54

Jam Motor Mobil Masuk Keluar Akumulasi Masuk Keluar Akumulasi 13.2-13.3 6 2 44 1 5 14.-14.1 4 79 54 4 12 14 14.2-14.3 3 14 13 2 15 1 14.3-14.4 4 6 11 1 2 14.4-14.5 7 4 1 1 14.5-15. 4 1 2 JUMLAH 135 7 32 33 (sumber : Laporan Akhir 215 Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta) Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat banyaknya kendaraan masuk dan keluar pada setiap interval waktu 1 menit, disertai pula akumulasi kendaraan dalam setiap intervalnya. Akumulasi kendaraan merupakan pengurangan jumlah kendaraan yang masuk dalam sistem antrean dengan kendaraan yang keluar sistem antrean. Hal ini brarti jumlah akumulasi merupakan sisa kendaraan yang ada dalam sistem, seperti pada pukul 8. antrean motor masih terdapat 4 motor dalam sistem antrean dan pada antrean mobil terdapat 1 sisa antrean mobil. Sedangkan pada pukul 15. terdapat 2 sisa antrean mobil dan tidak terdapat antrean motor. Masuk dan keluarnya kendaraan dapat ditampilkan dalam sebuah grafik sebagai berikut : 55

Laju Kendaraan Pukul 6.-8. 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 35 23 2 7 1 32 72 5 15 8 91 62 32 21 68 56 28 9 53 45 56 23 12 12 13 8 8 2 2 5 1 2 3 1 1 1 kedatangan motor kepergian motor kedatangan mobil kepergian mobil Gambar 4.2 Laju kedatangan dan kepergian kendaraan pukul 6.-8. Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa volume kendaraan tertinggi terjadi pada Pukul 6.3-6.4 sehingga terjadi penumpukkan kendaraan yang menyebabkan suatu antrean panjang. Sedangkan grafik pada pukul 13.-15. pada saat penjemputan disajikan grafik sebagai berikut : 56

9 8 7 6 5 4 3 2 1 Laju kendaraan Pukul 13.-15. 79 4 38 29 23 16 15 12 12 14 9 4 6 8 5 6 5 3 46 7 2 1 2 4 4 1 1 2 2 1 1 1 2 3 kedatangan motor kepergian motor kedatangan mobil kepergian mobil Gambar 4.3 Laju kedatangan dan kepergian kendaraan pada pukul 13.-15. Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa ada penumpukkan kendaraan pada pukul 14.-14.1. Penumpukkan kendaraan tersebutlah yang menyebabkan adanya suatu sistem antrean sehingga antrean kendaraan tersebut akan menganggu kelancaran lalu lintas di jalan tersebut dikarenakan tidak tersedianya area parkir tertentu untuk kendaraan pengantar maupun penjemput siswa. Sistem antrean kendaraan di SD Muhammadiyah Sokonandi memiliki kondisi sebagai berikut : 1. Kendaraan dikatakan telah memasuki sistem antrean dimulai saat kendaraan telah berada di Jalan Kapas depan SD Muhammadiyah Sokonandi. 2. server yang tersedia merupakan sepanjang jalan di depan SD Muhammadiyah Sokonandi yang dapat digunakan untu memarkirkan 57

kendaraan. Dalam hal ini terdapat 7 kendaraan yang dapat parkir di depan sekolah, sehingga banyaknya server adalah 7. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan jumlah motor dengan dua pintu masuk telah terhitung secara akumulasi sehingga tidak dapat diketahui jumlah motor per server. Dengan demikian peneliti tidak dapat melakukan analisis sistem antrean pada kendaraan motor. Sehingga peneliti hanya dapat menganalisis antrean yang terjadi pada mobil pada jam masuk maupun jam pulang sekolah. Dimana tepat terdapat satu pintu masuk dan satu pintu keluar sesuai dengan data yang telah dilaporkan oleh Dinas Perhubungan. Berikut ini diberikan analisis mengenai sistem antrean mobil pada saat pengantaran yaitu Pukul 6. s.d 8. dan saat penjemputan yaitu Pukul 13.-15. a. Laju kedatangan dan laju pelayanan mobil Data kedatangan kendaraan berdasarkan berhentinya mobil untuk parkir. Kendaraan tersebut parkir di badan jalan depan sekolah, sehingga suatu kendaraan dikatakan telah masuk dalam sistem antrean apabila mobil berhenti di badan jalan ataupun berhenti tetap di depan pintu gerbang sekolah. Data kedatangan kendaraan terdapat pada Lampiran 3. Berdasarkan data kedatangan yang terdapat pada Lampiran 3, dapat diperoleh laju kedatangan kendaraan dengan menggunakan pengelompokkan berdasarkan interval waktu. I menandai banyaknya interval waktu sehingga, 58

Dengan adalah interval ke. Selanjutnya menandai banyaknya kendaraan yang datang selama interval di interval ada kendaraan, maka banyaknya kendaraan selama kurun waktu adalah: dimana, adalah banyaknya kendaraan yang datang di interval. Jadi, di dalam setiap interval yang sama tersebut kendaraan datang secara acak (random). Jika pada setiap interval tersebut dibagi menjadi n sub interval dengan asumsi dan proses yang sama, maka kedatangan pada setiap interval waktu tetap dapat dinyatakan dengan distribusi Poisson (Siswanto, 27: 219). Dengan demikian, rata-rata laju kedatangan kendaraan pada setiap interval waktu tersebut dapat dinyatakan dengan: Dengan demikian, jika λ menyatakan rata-rata laju kedatangan kendaraan per interval waktu, maka menyatakan rata-rata waktu antar kedatangan kendaraan. Sedangkan dalam sistem antrean rata-rata waktu pelayanan (mean server rate) diberi simbol μ merupakan banyaknya kendaraan yang dapat dilayani dalam satuan waktu, maka rata-rata waktu yang dipergunakan untuk melayani setiap kendaraan diberi simbol satuan. 59

Berikut adalah tabel kedatangan mobil pada Pukul 6.-8. pada interval waktu 1 menit yang disusun berdasarkan Tabel 4.2 Tabel 4.3 Kedatangan mobil pada Pukul 6. Interval dengan i kedatangan interval waktu I i kedatangan pada interval I i kendaraan pada kurun waktu I i ) 2 1 3 3 2 2 4 3 1 3 4 5 1 5 6 9 1 9 15 1 15 6

Interval dengan i kedatangan interval waktu I i kedatangan pada interval I i kendaraan pada kurun waktu I i ) 32 1 32 Dari tabel 4.3 Distribusi kedatangan kendaraan pada masing-masing interval dijelaskan sebagai berikut: 1. Interval waktu dengan kendaraan yang masuk ( sebanyak 2 interval 2. Interval waktu dengan 1 kendaraan yang masuk ( sebanyak 3 interval 3. Interval waktu dengan 2 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 2 interval 4. Interval waktu dengan 3 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 5. Interval waktu dengan 4 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval 6. Interval waktu dengan 5 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 7. Interval waktu dengan 6 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval 8. Interval waktu dengan 7 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval 9. Interval waktu dengan 8 kendaraan yang masuk ) sebanyak interval 1. Interval waktu dengan 9 kendaraan yang masuk ) sebanyak 1 interval dst 33. Interval waktu dengan 32 kendaraan yang masuk sebanyak 1 interval 61

Laju rata-rata kedatangan dari tabel 4.3 tersebut diperoleh sebagai berikut : Jadi rata-rata laju kedatangan kendaraan adalah,59167 kendaraan per menit. Berikut ini tabel laju pelayanan kendaraan pada Pukul 6. s.d 8. Tabel 4.4 Waktu pelayanan kendaraan pada Pukul 6.-8. Interval dengan i kedatangan interval waktu I i pelayanan pada interval I i kendaraan pada kurun waktu I i ( ) 4 1 2 2 2 1 2 3 1 3 4 5 6 1 6 7 8 1 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 1 21 22 23 24 62

Interval dengan i kedatangan interval waktu I i kedatangan pada interval I i kendaraan pada kurun waktu I i ) 25 26 27 28 1 28 Dari tabel 4.4 Distribusi kedatangan kendaraan pada masing-masing interval dijelaskan sebagai berikut. 1. Interval waktu dengan kendaraan yang masuk ( sebanyak 4 interval 2. Interval waktu dengan 1 kendaraan yang masuk ( sebanyak 2 interval 3. Interval waktu dengan 2 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 4. Interval waktu dengan 3 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 5. Interval waktu dengan 4 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval 6. Interval waktu dengan 5 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval 7. Interval waktu dengan 6 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 8. Interval waktu dengan 7 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval 9. Interval waktu dengan 8 kendaraan yang masuk ) sebanyak 1 interval 1. Interval waktu dengan 9 kendaraan yang masuk ) sebanyak interval dst 29. Interval waktu dengan 28 kendaraan yang masuk sebanyak 1 interval 63

Dari tabel 4.4 dapat dihitung rata-rata laju pelayanan kendaraan per 1 menit, maka diperoleh : Jadi rata-rata laju pelayanan kendaraan adalah,58333 kendaraan per menit. Sistem antrean kendaraan di SD Muhammadiyah ini terdapat selisih jumlah frekuensi kedatangan dengan frekuensi pelayanan, hal ini dikarenakan selama waktu penelitian terdapat 71 mobil yang masuk dalam sistem antrean sedangkan yang dapat dilayani adalah 7 mobil sedangkan 1 mobil tidak terlayani. Dalam model antrean ini 1 mobil yang tidak terlayani berarti bahwa 1 mobil tersebut tidak meninggalkan sistem antrean atau tetap dalam kondisi terparkir. Berikut adalah kedatangan dan pelayanan mobil pada Pukul 13. s.d 15. dalam interval 1 menit. Tabel 4.5 Kedatangan mobil Pukul 13.-15.. Interval dengan i kedatangan kendaraan pada pelayanan pada interval waktu I i kurun waktu I i interval I i ( ) 2 1 3 3 2 2 6 3 1 4 1 4 5 2 1 6 7 64

Interval dengan i kedatangan interval waktu I i kedatangan pada interval I i kendaraan pada kurun waktu I i ) 8 9 1 9 Dari tabel 4.5 Distribusi kedatangan kendaraan pada masing-masing interval dijelaskan sebagai berikut. 1. Interval waktu dengan kendaraan yang masuk ( sebanyak 2 interval 2. Interval waktu dengan 1 kendaraan yang masuk ( sebanyak 3 interval 3. Interval waktu dengan 2 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 2 interval 4. Interval waktu dengan 3 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 5. Interval waktu dengan 4 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 6. Interval waktu dengan 5 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 7. Interval waktu dengan 6 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval 8. Interval waktu dengan 7 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval 9. Interval waktu dengan 8 kendaraan yang masuk ) sebanyak interval 1. Interval waktu dengan 9 kendaraan yang masuk ) sebanyak 9 interval Sehingga dapat dihitung rata-rata laju kedatangan kendaraan per 1 menit, maka diperoleh 65

Jadi rata-rata laju kedatangan kendaraan pada pukul 13.-15. adalah,26667 kendaraan dalam setiap menit. Berikut adalah pelayanan mobil pada Pukul 13.-15. dalam interval 1 menit : Tabel 4.6 Pelayanan mobil pada Puku 13.-15.. Interval dengan i kedatangan interval waktu I i pelayanan pada interval I i ( kendaraan pada kurun waktu I i ( ) 7 1 1 1 2 1 2 3 1 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 1 12 13 14 15 1 15 Dari tabel 4.6 Distribusi kedatangan kendaraan pada masing-masing interval dijelaskan sebagai berikut. 1. Interval waktu dengan kendaraan yang masuk ( sebanyak 7 interval 2. Interval waktu dengan 1 kendaraan yang masuk ( sebanyak 1 interval 3. Interval waktu dengan 2 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 66

4. Interval waktu dengan 3 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak 1 interval 5. Interval waktu dengan 4 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval 6. Interval waktu dengan 5 kendaraan yang masuk ( ) sebanyak interval dst 16. Interval waktu dengan 15 kendaraan yang masuk ) sebanyak 1 interval Dari tabel 4.6 dapat dihitung rata-rata laju pelayanan kendaraan per 1 menit, maka diperoleh Jadi rata-rata laju pelayanan kendaraan setiap 1 menit adalah,275 kendaraan per menit. b. Pemeriksaan steady state Jika menyatakan rata- rata laju kedatangan kendaraan dan menyatakan rata-rata laju pelayanan, maka berarti laju kedatangan lebih besar dari laju pelayanan, dengan demikian akan muncul suatu antrean pelayanan. Hal ini menyebabkan pelayanan sistem tidak efektif. Sedangkan berarti laju kedatangan lebih kecil dibandingkan dengan laju pelayanan, maka tidak terjadi suatu antrean karena pelayanan yang tersedia lebih banyak dibandingkan dengan kedatangan laju kedatangan. Selanjutnya jika, maka sistem antrean berada dalam keadaan steady state jika. Nilai dan yang diperoleh dapat dikelompokkan dalam satu tabel tingkat kegunaan dan kondisi steady state seperti berikut : 67

Tabel 4.7 Tingkat kegunaan dan kondisi steady state. Waktu Steady state 6.-8. 1,144 Belum 13.-15.,39 Ya Dari hasil yang diperoleh pada uji distribusi dan pemeriksaan steady state dapat disimpulkan bahwa laju kedatangan kendaraan pada Pukul 6.-8. dalam keadaan belum stabil, hal ini berarti kedatangan kendaraan lebih besar dibandingkan dengan pelayanan ruang parkir. Keadaan ini menyatakan bahwa sistem antrean kendaraan tidak steady state. Untuk melihat kapan keadaan sistem antrean dalam keadaan steady state dapat dilakukan perhitungan kembali dengan mengubah rata-rata laju pelayanan dan rata-rata laju kedatangan. Artinya memperkecil atau hingga tercapai kondisi steady state. Cara memperkecil atau yaitu dengan pengurangan satu per satu baik kedatangan maupun pelayanan. Berdasarkan beberapa percobaan pengurangan, sistem dalam keadaan steady state pada pukul 6. s.d 7.3. Selanjutnya, dilakukan perhitungan ulang rata-rata laju kedatangan dan rata-rata laju pelayanan sebagai berikut : 68

Tabel 4.8 pengurangan kedatangan mobil. Interval dengan i kedatangan interval waktu I i kedatangan pada interval I i ( kendaraan pada kurun waktu I i ( ) 2 1 2 2 2 2 4 3 1 3 4 5 1 5 6 9 1 9 15 1 15 69

Interval dengan i kedatangan interval waktu I i kedatangan pada interval I i kendaraan pada kurun waktu I i ) 32 1 32 Dari tabel 3.8 Pengurangan distribusi kedatangan kendaraan terdapat pada interval dengan 1 kedatangan keendaraan. Sehingga jumlah kendaraan menjadi 7 kendaraan. Selanjutnya,dapat dihitung kembali rata-rata laju kedatangan kendaraan per 1 menit. Maka diperoleh : Jadi rata-rata laju kedatangan kendaraan setiap 1 menit adalah,58333 kendaraan per menit. Dari hasil pengurangan rata-rata laju kedatangan. selanjutnya, dilakukan perhitungan kembali kestabilan sistem antrean sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil perhitungan steady state setelah pengurangan. Waktu Steady state 6.-7.5 1 Ya 7

Dari hasil pengurangan diketahui bahwa sistem antrean dalam keadaan steady state pada pukul 6. s.d 7.5 dengan laju rata-rata kedatangan sama dengan rata-rata laju pelayanan. Namun, simulasi ini tidak dapat digunakan sebagai solusi kestabilan sistem antrean karena hal ini berarti menghilangkan kedatangan kendaraan pada waktu tertentu. Dengan demikian perlu dilakukan pendekatan lain yaitu dengan membentuk kembali distribusi peluang berdasarkan pada pilihan atau pengadaan bilangan acak yaitu simulasi Monte Carlo. Sedangkan sistem antrean pada Pukul 13.-15. sudah dalam keadaan steady state. Sehingga dapat langsung dilakukan perhitungan ukuran keefektifitasnya sesuai dengan model antrean yang terlebih dahulu ditentukan. c. Uji distribusi laju kedatangan dan pelayanan Pada umumnya model antrean diasumsikan bahwa waktu antar kedatangan dan waktu pelayanan mengikuti distribusi eksponensial atau sama dengan rata-rata kedatangan dan rata-rata pelayanannya mengikuti distribusi Poisson. Distribusi poisson juga merupakan probabilitas diskrit yang dapat meramalkan jumlah kedatangan pada suatu waktu tertentu.(gross dan Haris, 1998). Dalam hal ini, kedatangan kendaraan terdistribusi secara acak pada masing-masing interval waktu tetap dalam kurun waktu yang tidak terputus disebut proses Poisson (Siswanto, 27: 218). Berikut ini adalah asumsi kedatangan dengan proses Poisson : 1) Kedatangan kendaraan bersifat acak 71

2) Kedatangan kendaraan antar interval waktu tidak saling mempengaruhi Untuk menguji asumsi distribusi data menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan hipotesis : H : data sampel dianggap berasal dari populasi yang berdistribusi poisson dan eksponensial H 1 : data sampel dianggap berasal dari populasi yang tidak berdistribusi poisson dan eksponensial atau berdistribusi general. Statistik uji : Tes satu sampel Kolmogorov-Smirnov. Tingkat Signifikansi : alpha,5 ( Daerah Penolakan : H ditolak jika,5 atau Dalam pengujian ini dilakukan secara manual, dengan data yang digunakan yaitu kedatangan kendaraan berdasarkan interval waktu seperti pada Tabel 4.2. Berikut hasil perhitungan rata-rata laju kedatangan berdasarkan interval waktu: Selanjutnya dilakukan perhitungan fungsi probabilitas distribusi Poisson dengan tujuan untuk memperoleh nilai (frekuensi kumulatif distribusi Poisson). Berikut uraian perhitungan fungsi probabilitas distribusi Poisson) dengan interval waktu t = 1 menit dan adalah interval waktu ke. 72

Tabel 4.1 Hasil perhitungan fungsi probabilitas distribusi Poisson. interval waktu I i Hasil fungsi probabilitas distribusi poisson 1,192 2,384 3,576 5,96 9,173 32,615 52 Setelah diperoleh nilai dari fungsi probabilitas distribusi Poisson, kemudian mencari fungsi probabilitas dari data hasil observasi. Fungsi probabilitas dari data hasil observasi diperoleh dari frekuensi dibagi dengan total frekuensi (lihat Tabel 4.3). Hal ini dilakukan untuk membandingkan apakah ada perbedaan antara data frekuensi distribusi Poisson dengan data frekuensi observasi.hasil kedua data frekuensi dari distribusi Poisson dan observasi tersebut dapat disusun dalam tabel berikut: Tabel 4.11 Hasil perhitungan fungsi probabilitas data observasi. kedatangan pada interval I i ( Hasil fungsi probabilitas dari data observasi 2,1818 3,2727 2,1818 1,99 1,99 73

kedatangan Hasil fungsi probabilitas dari pada interval I i ( data observasi 1,99 1,99 11 Hasil kedua dengan dinyatakan data frekuensi dari distribusi Poisson dan data frekuensi observasi sehingga dapat disusun dalam tabel berikut: Tabel 4.12 Hasil semua data frekuensi Data frekuensi distribusi poisson Frekuensi Frekuensi Frek Relatif Kumutatif Data frekuensi observasi Frek Frekuensi Relatif Frekuensi Kumutatif 2,1818,1818,1818 1,192,192 3,2727,4545,4353 2,384,576 2,1818,6363,5787 3,576,1152 1,99,7272,612 5,961,2113 1,99,8181,668 9,173,3843 1,99,99,5247 32,615,9993 1,99,9999,6 Berdasarkan tabel 4.12 hasil perhitungan dari semua frekuensi diperoleh Setelah diperoleh selanjutnya dilakukan perbandingan dengan. Nilai ditentukan dengan menggunakan tabel Kolmogorov-Smirnov pada lampiran 9 dengan taraf signifikansi 5% dan N = 36, sehingga diperoleh: 74

Berdasarkan tabel Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai sebesar,241. Hal ini menunjukkan bahwa ditolak, karena nilai yaitu,612 >,241. Dalam hal ini berarti bahwa waktu antar kedatangan kendaraan tidak berdistribusi poisson atau berarti berdistribusi general. Dalam menentukan keputusan hipotesis tersebut bisa juga dengan menggunakan p-value menggunakan software SPSS. Dilakukan pula pengujian distribusi dengan software SPSS. Hasil pengujian yang tampil pada lembar output SPSS dengan Uji Kolmogrov-Sminov pada uji kedatangan kendaraan pada pukul 6.-8. sebagai berikut : Tabel 4.13 Hasil Uji Distribusi Kedatangan kendaraan Pukul 6.-8.. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 2 VAR 1 N 12 Poisson parameter. a Mean 5,9167 Most Extreme Differences Absolute.174 Positive.18 Negative -.174 Kolmogorov-Smirnov Z.64 Asymp. Sig. (2-tailed).859 a. Test Distribution is Poisson Intepretasi dari output tabel uji kolmogorov Sminov tersebut sebagai berikut: a. N merupakan jumlah data sample yang di uji pada Kolmogorof Smirnov sebanyak 12 75

b. Poisson Parameter Mean merupakan parameter (rata-rata laju kedatangan atau pelayanan) kendaraan per satuan waktu adalah 5,9167 kendaraan/menit c. Most Extreme Differences Absolute merupakan nilai statistik D pada Uji Kolmogorov-Smirnov. Nilai D pada uji Kolmogorov-Smirnov diatas sebesar,174 d. Kolmogorov-Smirnov Z pada hasil output tersebut sebesar,64. Hal ini berarti p-value >,5, sehingga diterima dan data terdistribusi secara normal. e. Asymp. Sig. (2-tailed) merupakan p-value yang dihasilkan dari uji. Pada hasil output nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar,859. Dengan demikian berarti bahwa H ditolak sehingga data sampel dianggap berasal dari populasi tidak distribusi poisson dan eksponensial, karena p-value < α yaitu,859 >,5 Uji pelayanan pada pukul 6.-8. diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.14 Hasil uji distribusi pelayanan pada pukul 6.-8.. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test VAR5 N 12 Mean 5.8333 Most Extreme Absolute.514 Differences Positive.514 Negative -.167 Kolmogorov-Smirnov Z 1.779 Asymp. Sig. (2-tailed).4 76

Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.14 dapat dilihat nilai asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value sebesar,4. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H diterima sehingga data data sampel dianggap berasal dari populasi berdistribusi poisson dan eksponensial, karena p- value <>α yaitu,4>,5. Uji kedatangan kendaraan pada pukul 13.-15. diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.15 Hasil Uji distribusi kedatangan kendaraan pada pukul 13.-15.. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test VAR5 N 12 Poisson Parameter a Mean 2.6667 Most Extreme Absolute.165 Differences Positive.165 Negative -.118 Kolmogorov-Smirnov Z.571 Asymp. Sig. (2-tailed).9 Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.15 dapat dilihat nilai asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value sebesar,9. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H diterima sehingga data data sampel dianggap berasal dari populasi dengan distribusi poisson dan eksponensial, karena p-value > α yaitu,9>,5. Uji pelayanan pada pukul 13.-15. diperoleh hasil sebagai berikut 77

Tabel 4.16 Hasil Uji distribusi pelayanan pukul 13.-15.. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test VAR5 N 12 Eksponensial Parameter a Mean 2.75 Most Extreme Absolute.519 Differences Positive.519 Negative -.167 Kolmogorov-Smirnov Z 1.799 Asymp. Sig. (2-tailed).3 Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.16 dapat dilihat nilai asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value sebesar,3. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H diterima sehingga data data sampel dianggap berasal dari populasi berdistribusi poisson dan eksponensial, karena p-value < α yaitu,3>,5. Dari uji distribusi dengan uji Kolmogrof-Sminov menggunakan program SPSS tersebut disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 4.17 Distribusi kedatangan dan pelayanan kendaraan. No Waktu Jenis Asymp. Sig.(2-tailed) Hasil Pengujian 1 6. 8. Kedatangan,859 H diterima Pelayanan,4 H diterima 2 13.-15. Kedatangan,9 H diterima Pelayanan,3 H diterima 78

2. Model Antrean Penulisan model antrean mengikuti notasi Kendall yang pertama kali dikemukakan oleh D.G.Kendall dalam bentuk a/b/c, kemudian oleh A.M. Lee ditambahkan simbol d dan e sehingga menjadi (a/b/c):(d/e/f) yang disebut notasi kendall-lee ( Taha, 1996:627). Dimana a merupakan bentuk distribusi kedatangan/ input distribusi b adalah bentuk distribusi pelayanan/keberangkatan atau output distribusi, c adalah jumlah jalur/ fasilitas pelayanan dalam sistem atau jumlah channel d adalah disiplin pelayanan, e adalah jumlah pelayanan maksimum yang diijinkan dalam sistem, dan f adalah besarnya populasi masukan/ sumber kedatangan. Huruf a, b dan c dapat diganti dengan menggunakan kode M, D, G dan R, dengan M adalah pola kedatangan berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial, D adalah waktu antar kedatangan atau waktu pelayanan tetap, G adalah distribusi umum, dan R menyatakan bilangan bulat positif yang lebih besar atau sama dengan satu. Pada sistem antrean kendaraan ini terdapat dua model antrean yaitu : a. Model antrean kendaraan pada Pukul 6.-8. Berdasarkan distribusi yang telah diuji, model antrean kendaraan dapat dinotasikan dalam bentuk (M/M/7: FCFS/ ). Model antrean tersebut adalah model antrean dengan distribusi antar kedatangan terdistribusi Poisson, waktu pelayanan terdistribusi eksponensial, jumlah server 7 yaitu berupa banyaknya ruas jalan yang tersedia untuk parkir kendaraan pengantar maupun penjemput. 79

Disiplin pelayanan First Come First Served (FCFS) artinya yang datang pertama dilayani pertama kali, panjang antrean terbatas dan sumber input tak terbatas. b. Model antrean kendaraan pada Pukul 13.-15. Model antrean dinotasikan dalam bentuk (M/M/7: FCFS/ ). Model antrean tersebut adalah model antrean dengan waktu antar kedatangan mengikuti distribusi markovian yaitu berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan mengikuti distribusi markovian berupa distribusi Eksponensial), jumlah server yaitu berupa banyaknya ruas jalan yang dapat menampung kendaraan untuk parkir yaitu 3 mobil parkir di jalan setapak dan 4 mobil parkir di ruas jalan. Disiplin pelayanan First Come First Served (FCFS) artinya yang datang pertama dilayani pertama kali, panjang antrean terbatas dan sumber input tak terbatas. 3. Ukuran Keefektifan Sistem Antrean a. Ukuran keefektifitasan sistem antrean kendaraan pada Pukul 6.-8.. Ukuran keefektifan sistem antrean dapat digambarkan dengan rata-rata jumlah kedatangan dalam antrean, rata-rata waktu tunggu dari suatu kedatangan dan persentase waktu luang dari pelayanan. Ukuran keefektifan ini dapat digunakan untuk memutuskan jumlah pelayanan yang harus diberikan, perubahan yang harus dilakukan dalam kecepatan pelayanan atau perubahan lain dalam sistem antrean. Ukuran ukuran steady state kinerja antrean yang terpenting dalam suatu system antrean menurut Hamdi.A (1997) adalah : : jumlah kendaraan yang diperkirakan dalam sistem atau rata-rata jumlah pelanggan yang berada dalam sistem. 8

: jumlah kendaraan yang diperkirakan dalam antrean atau rata-rata jumlah pelanggan yang berada pada antrean. : waktu menunggu yang diperkirakan dalam sistem atau rata-rata waktu menunggu dalam sistem. : waktu menunggu yang diperkirakan dalam antrean atau rata-rata waktu menunggu dalam antrean. Ukuran keektifan pada sistem antrean mobil pada pukul 6.- 8. belum dalam keadaan stabil atau steady state, sehingga tidak dapat dihitung menggunakan rumus pada model. Dengan demikian dilakukan suatu simulasi laju pelayanan dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Simulasi Monte Carlo merupakan simulasi yang melibatkan penggunaan angka acak sampling dengan distribusi peluang yang dapat diketahui dan untuk memodelkan sistem, dimana waktu tidak memegang peranan yang substantif (model statis). Untuk mempermudah dan mempercepat perhitungan maka digunakan fasilitas yang tersedia pada Microsoft Excel. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran maka rata-rata waktu menunggu dalam antrean dan panjang antrean selalu berubah-ubah. Perubahan yang terus menerus ini disebabkan karena simulasi Monte Carlo menggunakan bilangan acak. Oleh karena itu, penulis melakukan 2 kali ulangan secara berurutan pada kedua ukuran keefektifan tersebut. Berikut merupakan tabel hasil ulangan dan : 81

Ulangan Tabel 4.18 Tabel Ulangan ukuran keefektifan antrean mobil Rata-rata waktu menunggu dalam antrean ( Ukuran Keefektifan Rata-rata panjang antrean 1 37,11 7,228 2 32,98 5,38 3 2,71 3 4 39,47 6,15 5 26,15 4,9 6 11,21 2,1 7 41,16 6,7 8 23,7 3,8 9 38,11 6,31 1 26,42 4,12 11 26,16 4,85 12 38,83 5,91 13 41,21 7,2 14 33,6 5,48 15 37,32 5,44 16 32,73 4,54 17 59,91 8,95 18 16,84 3,42 19 17,76 4,67 2 24,94 3,82 Berdasarkan tabel 3.18 tersebut kemudian dibuat grafik untuk mencari nilai tengah dari kedua keefektifan tersebut. Nilai tengah dicari dengan menggunakan batas bawah dan batas atas. Pada Tabel 3.18 dapat dilihat bahwa nilai batas bawah berada pada ulangan ke-17 dan batas atas berada pada ulangan ke-6. Nilai batas bawah terdapat pada ulangan ke-17 dan batas atas pada ulangan ke-6. Berikut merupakan grafik kedua ukuran keefektifan dari tabel 3.18: 82

7 rata rata waktu menunggu dalam antrean 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 Gambar 4.4 Rata-rata waktu menunggu dalam antrean. 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Rata-rata panjang antrean kendaraan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 Gambar 4.5 Rata-rata panjang antrean kendaraan. Dari gambar 4.4 dan 4.5 tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata waktu menunggu dalam antrean dan panjang antrean kendaraan adalah :. 83

Dari perhitungan ukuran keefektifan menggunakan monte Carlo tersebut, dapat disajikam dalam sebuah tabel sebagai berikut : Tabel 4.19 Hasil perhitungan Monte Carlo. Waktu 6.-8. 24 menit 21 detik 6 Berdasarkan hasil simulasi Monte Carlo diperoleh rata-rata waktu menunggu kendaraan dalam sistem antrean selama 24 menit 21 detik, panjang antrean kendaraan 5,52 dengan pembulatan menjadi 6 kendaraan. b. Ukuran keefektifitasan sistem antrean kendaraan pada Pukul 13.-15. Sistem antrean kendaraan pada waktu penjemputan siswa sudah dalam keadaan steady state dimana laju antar kedatangan kurang dari laju pelayanan. Dengan demikian dapat dicari ukuran keefektifitasanya berdasarkan model sistem antrean (M/G/7:FCFS/ dalam hal ini kapasitas sistem dibatasi sampai (ukuran panjang maksimum kendaraan). pada hal umum dengan probabilitas kendaraan dalam sistem antrean dan mencatat, menggunakan rumus pada persamaan (2...) sebagai berikut : 1) Peluang kendaraan tidak mendapat pelayanan 84

85

86

Jadi diperoleh yaitu peluang kendaraan tidak mendapat pelayanan adalah,76 atau 76%. Dari hasil tersebut dapat dicari nilai sebagai berikut : 2) Rata-rata banyaknya kendaraan dalam antrean =. () Jadi diperoleh banyaknya kendaraan dalam antrean pada saat penjemputan adalah mobil. 3) Rata-rata banyaknya kendaraan dalam sistem antrean dimana 87

sehingga dapat dicari sebagai berikut :. Jadi diperoleh banyaknya kendaraan dalam sistem antrean pada saat penjemputan adalah,9696 1 mobil. 4) Rata-rata waktu yang dibutuhkan kendaraan dalam sistem antrean Jadi waktu yang diperlukan oleh setiap kendaraan dalam sistem antrean adalah 3 menit 37 detik. 5) Rata-rata waktu yang dibutuhkan kendaraan dalam antrean Jadi waktu yang diperlukan kendaran untuk mengantre adalah detik. 88

Dari hasil perhitungan ukuran keefektifan antrean kendaraan pada Pukul 13.-15. menggunakan rumus model antrean (M/M/7:FCFS/ ), dapat disajikan dalam sebuah tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil perhitungan ukuran keefektifan antrean kendaraan pada Pukul 13.-15.. Waktu 13.-15. detik 3 menit 37 detik 1 Berdasarkan hasil ukuran keefektifan sisten antrean yang disajikan dalam tabel 4.2 tersebut bahwa sistem antrean pada Pukul 13.-15. yang telah dalam keadaan stabil atau steady state bahwa rata-rata panjang antrean mobil sebanyak mobil pada setiap menitnya dan waktu yang dibutuhkan untuk mengantre adalah detik. Rata-rata panjang sistem antrean mobil sebanyak 1 pada setiap menitnya dan setiap mobil berada dalam sistem antrean selama 3 menit 37 detik. 4. Optimasi Antrean Kendaraan Perhitungan ukuran keefektifan sistem antrean yang diperoleh menjadi pertimbangan untuk perubahan sistem antrean tersebut. Baik pada perubahan jumlah pelayanan maupun perubahan kecepatan pelayanan. Sistem antrean pada Pukul 6.-8. sudah dalam keadaan stabil atau optimal selain karena sistem tersebut sudah dalam keadaan steady state juga karena panjang antrean dan waktu yang dibutuhkan untuk mengantre sudah dalam standar antrean sesuai dengan tempat yang tersedia. Sedangkan sistem antrean pada Pukul 13.-15. belum 89

dalam stabil karena belum dalam keadaan steady state dan dari hasil perhitungan simulasi Monte Carlo juga menunjukkan bahwa panjang antrean mencapai 7 mobil dan waktu yang dibutuhkan mencapai 24 menit. Jumlah antrean mobil tersebut tentu akan mengganggu kestabilan laju lalu lintas jalan karena kendaraan yang melewati jalan tersebut tidak hanya kendaraan pengantar ke SD Muhammadiyah Sokonandi tetapi banyak kendaraan umum lainnya. Dengan demikian perlu dilakukan optimasi sistem antrean pada Pukul 6.-8.. Agar sistem antrean dalam kondisi stabil, maka ada alternatif yang dapat dilakukan pada sistem antrean kendaraan di SD Muhammadiyah yaitu dengan mengubah rata-rata waktu pelayanan. Pemilihan alternatif dengan mengubah tentunya dengan memperkecil waktu pelayanan. Hal ini berarti bahwa setiap mobil harus buru-buru dalam memarkirkan atau menurunkan anak yang diantarnya. Alternatif ini telah diupayakan oleh pihak sekolah sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kepala SD Muhammadiyah Sokonandi dengan cara sosialisasi kepada seluruh wali yang mengantarkan anaknya menggunakan mobil. Alternatif ini dapat dilakukan dengan cara memberikan batas waktu maksimal untuk setiap mobil sehingga dapat mengurangi jumlah antrean kendaraan. Penulis menganalisis dengan berbagai kemungkinan batas waktu antrean yaitu 4,5 dan 6 menit sistem antrean belum dalam keadaan steady state, sehingga penulis mengambil batas waktu antrean maksimal 3 menit untuk setiap kendaraan. Dengan demikian sistem antrean sudah dalam keadaan steady state. Hasil perhitungan dengan pemberian batas waktu sebagai berikut : 9

Tabel 4.21 Hasil Pemberian Batas Waktu Parkir Interval dengan i kedatangan interval waktu I i pelayanan pada interval I i ( kendaraan pada kurun waktu I i ( ) 3 1 2 2 2 1 2 3 1 3 4 5 6 7 1 7 8 9 1 11 1 11 12 13 14 15 1 16 17 18 19 2 21 22 23 24 25 26 27 1 27 91

Selanjutnya,dapat dihitung kembali rata-rata laju kedatangan kendaraan per 1 menit. Maka diperoleh Jadi rata-rata laju pelayanan kendaraan setiap 1 menit adalah,61818 kendaraan per menit. Tabel 4.22 Hasil perhitungan steady state setelah pemberian batas waktu parkir Waktu Steady state 6.-7.5,9436 Ya Dilakukan kembali uji pelayanan pada pukul 6.-8. diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.23 Hasil uji distribusi pelayanan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N 11 Eksponensial Parameter a Most Extreme Differences Mean VAR 1 5.8182 Absolute.475 Positive.475 Negative -.237 Kolmogorov-Smirnov Z 1.575 Asymp. Sig. (2-tailed).14 Berdasarkan hasil output uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.23 dapat dilihat nilai asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value sebesar,14. Dengan demikian 92

dapat disimpulkan bahwa H ditolak sehingga data data sampel dianggap berasal dari populasi tidak distribusi poisson dan eksponensial, karena p-value > α yaitu,14>,5. Berdasarkan hasil uji distribusi, data pelayanan kendaraan setelah dilakukan pembatasan waktu parkir diperoleh bahwa data pelayanan terdistribusi general. Hal ini berarti bahwa model antrean tidak berubah sehingga dapat dihitung dengan rumus pada model antrean M/M/7 sebagai berikut : Setelah adanya pemberian batas parkir dalam sistem antrean sehingga telah memenuhi keadaan stabil maka model antrean M/M/7:FCFS/ dengan, dan. Dapat diperoleh ukuran keefektifan sebagai berikut: 6) Peluang kendaraan tidak mendapat pelayanan 93

94

95

Jadi diperoleh yaitu peluang kendaraan tidak mendapat pelayanan adalah,47 atau 47%. Dari hasil tersebut dapat dicari nilai sebagai berikut : 1. Rata-rata banyaknya kendaraan dalam antrean (,87) =,4 Jadi diperoleh banyaknya kendaraan dalam antrean pada saat penjemputan adalah mobil. 96

2. Rata-rata banyaknya kendaraan dalam sistem antrean dimana sehingga dapat dicari sebagai berikut :. Jadi diperoleh banyaknya kendaraan dalam sistem antrean pada saat penjemputan adalah,997 1 mobil. 3. Rata-rata waktu yang dibutuhkan kendaraan dalam sistem antrean Jadi waktu yang diperlukan oleh setiap kendaraan dalam sistem antrean adalah 1 menit 4 detik. 97

4. Rata-rata waktu yang dibutuhkan kendaraan dalam antrean. Jadi waktu yang diperlukan kendaran untuk mengantre adalah 4 detik. Waktu Tabel 4.24 Hasil Optimasi Pemberian Batas Waktu Parkir 13.-15. 4 detik 1 menit 4 detik 1 Berdasarkan tabel 4.24 diperoleh bahwa dengan memberikan batas waktu parkir untuk setiap mobil pengantar maksimal 3 menit diperoleh bahwa sistem antrean dalam keadaan steady state dengan kondisi antrean kendaraan stabil seperti pada tabel 4.24. B. Analisis Kebutuhan Parkir Karakteristik kebutuhan parkir yang ada di kawasan SD Muhammadiyah Sokonandi dapat diketahui melalui salah satu pendekatan. Pendekatan yang digunakan adalah metode penyediaan kebutuhan parkir. Kebutuhan parkir lebih mudah dikaji secara kuantitatif karena lebih terkait dengan dimensi fisik kendaraan di kawasan studi. Untuk menghitung kendaraan yang dapat parkir 98

selama beberapa periode waktu tertentu di suatu kawasan, baik parkir diluar jalan maupun di tepi jalan. Pada setiap jenis kendaraan mempunyai nilai standar dalam Satuan Ruang Parkir (SRP). Satuan Ruang Parkir (SRP) digunakan untuk mengukur kebutuhan ruang parkir mobil dengan penumpang golongan I adalah 2,3m x 5m. Menurut Abubakar (1995) luas area yang dibutuhkan untuk antrean kendaraan dapat disamakan panjang antrean kendaraan. Berdasarkan hal tersebut disesuaikan dengan panjang antrean kendaraan yang terjadi di SD Muhammadiyah Sokonandi sehingga diperoleh analisis kebutuhan parkir sebagai berikut : Jam 6.-8. Optimasi Tabel 4.25 Kebutuhan Ruang parkir Jumlah ratarata kendaraan per menit (a) Satuan Ruang Parkir (m x m) (b) Kebutuhan Satuan Ruang Parkir (m 2 ) (a)x(b) Monte Carlo 7 2,3 x 5 8,5 Pemberian batas waktu parkir 1 2,3 x 5 11,5 13.-15. - 1 2,3 x 5 11,5 Berdasarkan tabel 4.25 menunjukkan bahwa apabila pada saat pengantaran Pukul 6.-8., sistem parkir yang disediakan oleh SD Muhammadiyah Sokonandi terdapat satu pintu masuk untuk mobil maka dibutuhkan ruang parkir seluas 8,5 m 2 yang diperoleh dari rata-rata panjang antrean kendaraan pada antrean ditambah dengan 1 mobil yang sedang mengantre sehingga dalam perhitungan menjadi 7 mobil. Namun apabila terdapat kebijakan dari pihak 99

sekolah untuk pemberian batas maksimal waktu parkir untuk pengantar maupun penjemput maka dibutuhkan ruang parkir seluas 11,5 m 2. Hasil perhitungan ratarata kendaraan dalam sistem antrean ini khusus pada mobil pengantar dan penjemput siswa di SD Muhammadiyah Sokonandi, sedangkan kendaraan yang melalui jalan tersebut tidak hanya mobil dengan kepentingan tersebut. Sehingga apabila antrean mobil tetap diparkirkan di tepi jalan akan menganggu aktifitas lalu lintas di kawasan tersebut. Berbeda dengan antrean pada saat penjemputan pukul 13.-15., sistem antrean yang terjadi sudah optimal karena sudah dalam keadaan steady state hanya dengan 7 server dan 7 kapasitas kendaraan, sehingga ruang parkir yang dibutuhkan seluas 11,5 m 2. Dalam hal ini kebutuhan lahan belum termasuk ruang yang digunakan sebagai server. Namun kebutuhan parkir tetap ditentukan pada maksimal kendaraan yang berkemungkinan ada dalam sistem antrean yaitu 8,5 m 2 apabila tidak dilakukan optimasi. Penentuan panjang dan lebar dari luas yang disarankan tersebut belum dapat ditentukan secara spesifik oleh peneliti, hanya saja ukuran lebar tersebut harus lebih dari 2,3 m. Berdasarkan uraian terdapat beberapa solusi optimasi dari sistem antrean di SD Muhammadiyah Sokonandi sebagai berikut Optimasi sistem antrean dilakukan dengan cara mengubah waktu pelayanan dengan memberikan batas waktu maksimal parkir 3 menit. Namun apabila tidak dilakukan optimasi maka ruang parkir yang dibutuhkan SD Muhammadiyah Sokonandi seluas 8,5 m 2. 1