STUDI KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF AYAM KAMPUNG DI KECAMATAN LASALIMU KABUPATEN BUTON

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI FREKUENSI SIFAT KUALITATIF AYAM KAMPUNG DI DESA MENAMING KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF AYAM KETAWA DI KOTA KENDARI

Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

III. KARAKTERISTIK AYAM KUB Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

MENGANGKAT POTENSI GENETIK DAN PRODUKTIVITAS AYAM GAOK

Perbandingan Genetik Eksternal Ayam Wareng dan Ayam Kampung yang Dilihat dari Laju Introgresi dan Variabilitas Genetiknya

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN UKURAN-UKURAN TUBUH AYAM WARENG TANGERANG

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam Kampung

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

KARAKTERISTIK FENOTIPE SIFAT KUALITATIF AYAM TOLAKI DI KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF ITIK LOKAL DI USAHA PEMBIBITAN ER DI KOTO BARU PAYOBASUNG KECAMATAN PAYAKUMBUH TIMUR KOTA PAYAKUMBUH SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

Keragaman Fenotipe Sifat Kualitatif Ayam Burgo di Provinsi Bengkulu

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Hutan dan Ayam Kampung Asal usul ayam Klasifikasi dan tingkah laku ayam hutan merah

BOBOT BADAN BERBAGAI JENIS AYAM SENTUL DI GABUNGAN KELOMPOK TANI TERNAK CIUNG WANARA KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS

KARAKTERISTIK GE ETIK EKSTER AL AYAM ARAB, PELU G DA KAMPU G SKRIPSI JAKA SAPUTRA PROGRAM STUDI TEK OLOGI PRODUKSI TER AK FAKULTAS PETER AKA

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF PUYUH MALON BETINA DEWASA

PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH AYAM KEDU YANG DIPELIHARA KELOMPOK TANI TERNAK MAKUKUHAN MANDIRI DI TEMANGGUNG

Identifikasi Sifat-Sifat Kualitatif Ayam Kokok Balenggek Jantan dan... Wahyu Darisna

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

I.PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF DAN MORFOMETRIK ANTARA AYAM KAMPUNG, AYAM BANGKOK, AYAM KATAI, AYAM BIRMA, AYAM BAGON DAN MAGON DI MEDAN

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatf Pada Kalkun... Fauzy Eka Ferianto

Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

PERBANDINGAN MORFOMETRIK UKURAN TUBUH AYAM KUB DAN SENTUL MELALUI PENDEKATAN ANALISIS DISKRIMINAN

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

BAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA KALKUN (Meleagris gallopavo sp.) JANTAN DAN BETINA DEWASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak

FREKUENSI FENOTIPIK SIFAT-SIFAT KUALITATIF AYAM KEDU DEWASA. (Fenotype Frequency of The Qualitative Traits at Adult Kedu Chicken)

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

FENOTIPE DAN GENOTIPE AYAM HUTAN MERAH (Gallus gallus gallus) DAN AYAM KAMPUNG (Gallus gallus domesticus) DI WATUTELA DAN NGATABARU SULAWESI TENGAH

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF AYAM WALIK DI SUMEDANG DAN BOGOR SKRIPSI

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

INTERAKSI ANTAR GEN. Tetapi setelah F-1 disilangkan dengan F-1, diperoleh perbandingan F-2 : 9:3:3:1 Walnut : 9, mawar 3, ercis 3 dan single 1.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Pendahuluan Meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pangan protein hewani meningkatkan permintaan daging ayam di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

A~a n = B~b~b 1 n = C~c b ~c s ~c a ~c n = D~d n = i~i n= L~l n = o~o n = = h.

Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigo Lurah. yang terluas di Kabupaten Solok, dengan luas daerah menurut data Badan Pusat

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR

Karakteristik Fenotipe Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) di Kalimantan Selatan

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

STUDI KERAGAMAN FENOTIPE DAN PENDUGAAN JARAK GENETIK KERBAU SUNGAI, RAWA DAN SILANGANNYA DI SUMATERA UTARA SKRIPSI ANDRI JUWITA SITORUS

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A.

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF AYAM BURGO DI PROVINSI BENGKULU TEGUH RAFIAN

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

Beberapa Kriteria Analisis Penduga Bobot Tetas dan Bobot Hidup Umur 12 Minggu dalam Seleksi Ayam Kampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

PENDUGAAN JARAK GENETIK AYAM MERAWANG (STUDI KASUS DI BPTU SAPI DWIGUNA DAN AYAM, SEMBAWA DAN PULAU BANGKA, SUMATERA SELATAN)

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

NI Luh Gde Sumardani

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

INTERAKSI GEN SUATU PROSES INTERAKSI DARI KERJA GENA YANG

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN UKURAN TUBUH SAPI PERAH FRIES HOLLAND LAKTASI DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN BOGOR

STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG, AYAM SENTUL DAN AYAM WARENG TANGERANG MELALUI ANALISIS KOMPONEN UTAMA SKRIPSI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

Transkripsi:

STUDI KARAKTERISTIK SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF AYAM KAMPUNG DI KECAMATAN LASALIMU KABUPATEN BUTON Amlia 1, Muh. Amrullah Pagala 2, dan Rahim Aka 2 1 Alumnus Fakultas Peternakan UHO 2 Dosen Fakultas Peternakan UHO * e-mail : amroe74@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif ayam kampung di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Bahan penelitian adalah ayam kampung jantan dan betina umur di atas 6 bulan sebanyak 200 ekor yang terdiri atas 100 ekor jantan dan 100 ekor betina yang diambil secara random sampling. Data sifat kualitatif dan kuantitatif ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian tentang sifat kualitatif ayam kampung jantan yaitu bentuk jengger adalah tunggal 44%, rose 32%, pea 17%, dan walnut 7%. Bulu tipe bulu liar 35%, hitam, 19%, putih 14%, dan columbian 32%, lurik 19%, polos 81%, emas 54%, perak 32%. Warna kulit shank putih/kuning 87%, dan hitam 13%. Warna paruh putih/kuning 71% dan hitam/abu-abu 29% sedangkan ayam kampung betina memiliki bentuk jengger pea 40%, walnut 11%, tunggal 19%, dan rose 30%. Warna bulu hitam 32%, putih 13%, tipe bulu liar 28%, columbian 26%, lurik 8%, polos 92%, emas 35%, dan perak 20%. Warna kulit shank putih/kuning 69%, dan hitam 31%. Warna paruh putih/kuning 66% dan hitam/abu-abu 34%. Sifat kuantitatif ayam kampung jantan yaitu bobot badan 1.753,10g, lingkar dada 41,51cm, lebar dada 6,01cm, panjang shank 11,57cm dan panjang jari utama 6,31cm sedangkan ayam kampung betina yaitu bobot badan 1.216,71g, lingkar dada 37,47cm, lebar dada 5,19cm, panjang shank 7,06cm dan panjang jari utama 5,32cm. Kata kunci: Sifat kualitatif dan kuantitatif, Ayam kampung, Kecamatan Lasalimu ABSTRACT The purpose of this research is to determine native chicken qualitative and quantitative characterization in buton subdistrict of lasalimu regency. Samples of This reseachs using 200 native chicken which is 100 male and 100 female in mature period and sampling method using random sampling. Data analized by statistic descriptive. Results of research on the qualitative nature of the male chicken is a form of single comb is 44%, rose 32%, 17% pea and walnut 7%. Wild-type fur fur 35%, black 19%, white 14% and columbian 32%, striated 19%, plain 81%, gold 54%, silver 32%. Shank skin color white/yellow 87%, and 13% black. Beak color white/yellow 71% and black/gray 29%. while the female has a chicken's comb shape pea 40%, walnuts 11% single, 19%, and rose 30%. Black coat color 32%, white 13%, wild-type feathers 28%, columbian 26%, striated 8%, plain 92%, gold 35% and silver 20%. Shank skin color white/yellow 69%, and 31% black. Beak color white/yellow 66% and black/gray 34%. A quantitative nature, namely male chicken 1.753,10g body weight, chest circumference 41,51cm, chest width 6,01cm, length and long shank 11,57cm primary finger 6,31cm chicken while females are 1.216,71g body weight, chest circumference 37, 47cm, chest width 5,19cm, long shank 7,06cm and main finger length. 5,32cm Key words : Qualitative and Quantitative Native Chicken, Lasalimu District * ) Corresponding author 31 JITRO VOL 1 NO.1 JANUARI 2016

PENDAHULUAN Ayam kampung merupakan salah satu sumber kekayaan genetik ternak lokal yang ada di Indonesia. Dibandingkan dengan unggas lain, ayam kampung termasuk salah satu ternak yang memiliki kelebihan, yaitu pemeliharaan ayam kampung mudah atau sederhana, biaya yang dikeluarkan murah dan mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap penyakit. Disisi lain produktivitas ayam kampung sangat lambat. Lambatnya pertumbuhan ayam kampung disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor genetik, dan umumnya peternak belum menerapkan program pemuliaan secara baik. Salah satu cara meningkatkan produktivitas ayam kampung adalah dengan melakukan perbaikan mutu genetik baik dengan seleksi maupun perkawinan silang yang biasa disebut dengan program pemuliaan. Keragaman sifat genetik yang meliputi sifat kualitatif dan kuantitatif sangat di perlukan dalam melakukan program pemuliaan. Populasi ayam kampung di Kabupaten Buton pada tahun 2013 tercatat sebanyak 209.285 ekor. Populasi ayam kampung hampir menyebar secara merata dengan penyebaran jumlah populasi yang berbeda-beda ditiap kecamatan. Kecamatan Lasalimu merupakan daerah dengan populasi ayam kampung terbanyak yaitu 49.677 ekor. Kecamatan Lasalimu merupakan pemasok kebutuhan ayam kampung di Kota Baubau, Kabupaten Buton dan Kabupaten Wakatobi (BPS Sulawesi Tenggara, 2015). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif ayam kampung di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi mahasiswa dan petani peternak tentang karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif ayam kampung dan dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung. MATERI DAN METODE Bahan penelitian adalah ayam kampung jantan dan betina umur di atas 6 bulan sebanyak 200 ekor yang terdiri atas 100 ekor jantan dan 100 ekor betina yang dipelihara di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Pengambilan data dilakukan dengan secara purposive sampling. Parameter yang diamati pada penelitian ini meliputi sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Data sifat kualitatif yang terkumpul selanjutnya ditabulasi dan dihitung persentasenya secara proporsional, sedangkan untuk sifat kuantitatif dihitung nilai rataan, simpangan baku dan koefisien variasinya kemudian dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Wilayah Penelitian Kecamatan Lasalimu memilki luas wilayah 327,29 km 2 dan terdiri dari 15 desa/kelurahan. Penduduk di Kecamatan Lasalimu pada tahun 2014 tercatat sebesar 10.134 jiwa (BPS Sulawesi Tenggara, 2015). Kecamatan Lasalimu merupakan bagian dari Kabupaten Buton, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kapontori. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda. Masyarakat di Kecamatan Lasalimu umumnya bekerja sebagai petani, namun mereka juga berternak sebagai pekerjaan sambilan. Menurut data statistik 2013 jumah ternak di Kecamatan Lasalimu adalah 52.612 ekor. Umumnya jenis ternak yang dipelihara oleh masyarakat di Kecamatan Lasalimu adalah ternak ruminansia (sapi dan kambing) dan ternak unggas (ay am kampung, broiler dan itik). Menurut data statistik 2013 populasi ayam 32 JITRO VOL 1 NO.1 JANUARI 2016

buras merupakan populasi terbanyak dari semua jenis ternak yang ada di Kecamatan Lasalimu adalah 49.677 ekor. B. Sifat Kualitatif Ayam Kampung 1. Bentuk Jengger Ayam Kampung Hasil pengamatan terhadap sifat kualitatif bentuk jengger ayam kampung yang di pelihara di Kecamatan Lasalimu disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1. Persentase Bentuk Jengger Ayam Kampung Berdasarkan Jenis Kelamin (%) Fenotipe Genotipe Jantan N =100 Betina N = 100 Pea rrpp 17 17% 40 40% Tunggal rrpp 44 44% 19 19% Walnut RrPp 7 7% 11 11% Rose RRpp 32 32% 30 30% Keterangan : N = Sampel a b c d e f g h Gambar 1. Bentuk jengger ayam kampung di Kecamatan Lasalimu jantan: jengger (a) tunggal (b) rose, (c) pea dan (d) walnut betina: (e) tunggal (f) pea (g) rose dan (h) walnut Jengger tunggal merupakan bentuk jengger yang dominan untuk ayam kampung jantan dan jengger pea pada ayam kampung betina di Kecamatan Lasalimu. Tingginya bentuk jengger tunggal pada ayam kampung jantan dikarenakan ayam kampung memiliki jarak genetik yang dekat dengan ayam hutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subekti dan Arlina (2011) bahwa ayam kampung masih mempunyai jarak genetik yang dekat dengan ayam hutan merah yang ada di Indonesia. Lebih lanjut dikatakan bahwa perbedaan bentuk jengger ayam kampung jantan dan betina yang dominan disebabkan karena pengaruh gen pea kuat terhadap gen tunggal, dimana ayam kampung telah menerima aliran gen yang berasal dari bangsa ayam unggul 33 JITRO VOL 1 NO.1 JANUARI 2016

yaitu ayam brahma yang memiliki bentuk jengger pea. Sadarman dkk. (2013) bahwa bentuk jengger tunggal pada ternak jantan (0,50) dan pada ternak betina lebih (0,56) lebih tinggi frekuensi fenotipiknya jika dibandingkan dengan bentuk jengger pea, rose, dan walnut. 2. Warna Bulu Ayam Kampung Hasil pengamatan terhadap sifat kualitatif warna bulu ayam kampung yang di pelihara di Kecamatan Lasalimu disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2. Tabel 2. Persentase Warna Bulu Ayam Kampung Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Lasalimu (%) Fenotipe Genotipe Jantan N = 100 Betina N = 100 Warna bulu Berwarna Ii 86 86% 87 87% Putih I 14 14% 13 13% Pola bulu Hitam E- 19 19% 32 32% Liar e+- 35 35% 28 28% Columbian Ee 32 32% 27 27% Putih I 14 14% 13 13% Corak bulu Lurik B- 19 19% 8 8% Polos bb 81 81% 92 92% Kerlip bulu Perak S- 32 32% 20 20% Emas Ss 54 54% 35 35% Keterangan : N = Sampel a b c d e f Gambar 6. Warna bulu ayam kampung, Jantan: (a) Putih polos; (b) Columbian pola berwarna dengan kerlip bulu emas; (c) Columbian pola berwarna dengan kerlip bulu emas dan perak; (d) Betina: lurik; (e) Tipe columbian pola berwarna dengan kerlip bulu emas; (f) Hitam polos. 34 JITRO VOL 1 NO.1 JANUARI 2016

Warna bulu ayam kampung dalam hasil penelitian ini masih sangat bervariasi. Hal ini menunjukan bahwa ayam kampung belum memiliki ciri-ciri khusus karena memiliki penampilan fenotipe yang masih beragam. Hal ini sesuai dengan pendapat Tantu (2007) bahwa ayam kampung didefinisikan sebagai ayam yang tidak mempunyai ciri-ciri khas, dengan kata lain penampilan fenotipenya masih sangat beragam. Sifat-sifat kualitatif seperti warna bulu sangat bervariasi, ada yang berwarna hitam (EE, Ee+, Ee), warna bulu tipe liar (e+e+, e+e), tip e columbian (ee), bulu putih (I-cc) serta warna lurik (B-, Bb) masih bercampur baur. Warna bulu ayam dipengaruhi oleh adanya pigmen melanoblast yang dibentuk saat awal embrio sekitar 8 jam inkubasi Scanes dkk. (2003). Sadarman dkk. (2013) melaporkan bahwa warna bulu ayam kampung yang dipelihara di Desa Menaming sebagian besar berwarna (ii) dan hanya sebagian kecil yang memiliki bulu putih (I -) atau tidak berwarna. Pola warna bulu dengan frekuensi tertinggi pada jantan adalah pola warna liar yaitu 0,60 sedangkan pada ayam betina adalah pola warna hitam yaitu 0,56. Corak bulu dengan frekuensi tertinggi baik jantan maupun betina adalah corak lurik pada ternak jantan 0,58 dan betina 0,54. Kerlip bulu dengan frekuensi tertinggi baik jantan maupun betina adalah kerlip bulu emas yaitu 0,66 untuk ternak jantan dan 0,62 untuk ternak betina. 3. Warna Shank Ayam Kampung di Kecamatan Lasalimu Hasil pengamatan terhadap sifat kualitatif warna shank ayam kampung yang di pelihara di Kecamatan Lasalimu disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 3. Tabel 3. Persentase Warna Shank Ayam Kampung Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Lasalimu (%) Fenotipe Genotipe Jantan N = 100 Betina N = 100 Putih/ kuning Id- 87 87% 69 69% Hitam/abu-abu Idid 13 13% 31 31% Keterangan : N = Sampel 4. a b c Gambar 3. Warna shank ayam kampung : (a) Putih, (b) Kuning dan (c) Hitam. Umumnya warna shank ayam kampung jantan dan betina di Kecamatan Lasalimu berwarna putih/kuning dan hitam/abu-abu. Warna shank putih/kuning merupakan warna shank yang dominan baik pada ternak jantan maupun pada ternak betina. Warna shank hitam/abu-abu pada ayam kampung disebabkan oleh tingginya kandungan melanin pada lapisan dermis sedangkan warna shank putih/kuning disebabkan oleh kurangnya kandungan melanin pada lapisan dermis (albino). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sartika dkk. (2006 ) bahwa karakteristik 35 JITRO VOL 1 NO.1 JANUARI 2016

warna cakar kuning atau putih (id) disebabkan oleh kurangnya kandungan melanin pada jaringan kulit (dermis). Kandungan melanin dalam lapisan kulit (dermis) dikontrol oleh gen resesif terkait kelamin (id) dalam keadaan homozigot atau heterozigot. Warna cakar hitam Id (inhibitor dari melanin dermis) bersifat dominan tidak lengkap terhadap id. Subekti dan Arlina (2011) melaporkan warna kulit kaki/shank ayam kampung yang di pelihara di Kecamatan Sungai Pagu pada ternak jantan lebih dominan kuning/putih (74%) dan pada ternak betina (66%) sedangkan warna kulit kaki/shank hitam pada ternak jantan (26%) dan pada ternak betina (34%). Namun berbeda dengan hasil penelelitian Sartika dkk. (2008) yang menyatakan bahwa warna shank pada ayam kampung mayoritas berwarna hitam yaitu sebesar 72,21%. 5. Warna Paruh Ayam Kampung di Kecamatan Lasalimu Hasil pengamatan terhadap sifat kualitatif warna paruh ayam kampung yang di pelihara di Kecamatan Lasalimu disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 4. Tabel 4. Persentase Warna Paruh Ayam Kampung Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Lasalimu (%) Fenotipe Genotipe Jantan N = 100 Betina N = 100 Putih/ kuning Id- 71 71% 66 66% Hitam/abu-abu Idid 29 29% 34 34% Keterangan : N = sampel a b c Gambar 7. Warna paruh ayam kampung : (a) Putih, (b) Kuning dan (c) Hitam Umumnya warna paruh ayam kampung jantan dan betina di Kecamatan Lasalimu berwarna putih/kuning dan hitam/abu-abu. Warna paruh putih/kuning merupakan warna paruh yang dominan baik pada jantan maupun pada ternak betina. Perbedaan warna paruh pada ayam disebabkan gen yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warwick dkk. (1995) bahwa penampilan dari suatu sifat tergantung pada gen-gen yang dimiliki ternak, tetapi keadaan lingkungan yang menunjang diperlukan untuk memberikan kesempatan penampilan suatu sifat secara penuh. Susanti dkk. (2006) melaporkan bahwa warna paruh ayam wareng yang dominan adalah warna paruh putih/kuning baik pada jantan (91%) dan betina (88%). C. Sifat Kuantitatif 1. Bobot Badan Hasil pengamatan sifat kuantitatif ayam kampung jantan dan betina yang dalam hal ini meliputi bobot badan dan ukuranukuran tubuh dapat dilihat pada Tabel 5. 36 JITRO VOL 1 NO.1 JANUARI 2016

Tabel 5. Sifat Kuantitatif Ayam Kampung Berdasarkan Jenis Kelamin No Variabel Jantan N = 100 Betina N = 100 1 Bobot badan (g) 1753,10±139,73 1216,71±130,16 Koefisien variansi (%) 7,97 10,70 2 Lingkar dada (cm) 41,51±1,88 37,47±1,04 Koefisien variansi (%) 4,54 2,77 3 Lebar dada (cm) 6,01±0,70 5,19±0,62 Koefisien variansi (%) 11,57 12,00 4 Panjang shank (cm) 8,58±0,45 7,06±0,44 Koefisien variansi (%) 5,21 6,28 5 Panjang jari utama (cm) 6,31±0,38 5,32±0,38 Koefisien variansi (%) 5,97 7,24 Rata-rata bobot badan ayam kampung di Kecamatan Lasalimu pada ternak jantan adalah 1753,10±139,73 dengan KV 7,97% dan pada ternak betina 1216,71±130,16 dengan KV 10,70%. Subekti dan Arlina (2011) melaporkan rata-rata bobot badan ayam kampung di Kecamatan Sungai Pagu pada ternak jantan adalah 1,90kg±0,53 dan pada ternak betina adalah 1,36kg ± 0,28. Perbedaan hasil penelitian ini dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Diwyanto (1994) bahwa setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda karena pengaruh genetik dan lingkungan. Menurut Tantu (2007) rata -rata bobot badan ayam kampung yang dipelihara di Desa Watutela untuk ternak jantan adalah 1.975,67g dengan nilai KV 27,20% dan pada ternak betina adalah 1.441,50g dengan KV 15,39%. Nilai KV bobot badan ayam kampung di Kecamatan Lasalimu lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil penlitian Tantu (2007). Hal ini menunjukan bahwa hasil penelitian ini lebih seragam bila dibandingkan dengan hasil penelitian Tantu (2007). 2. Lingkar Dada Rata-rata lingkar dada ayam kampung di Kecamatan Lasalimu pada ternak jantan adalah 41,51±1,88 dengan KV 4,54% dan pada ternak betina 37,47±1,04 dengan KV 2,77%. Alwi dkk. (2014) melaporkan rataan lingkar dada ayam nunukan yang dipelihara di Kecamatan Tarakan Tengah pada ternak jantan adalah 32,15cm±1,87 dan pada ternak betina adalah 31,57cm±2,62. Perbedaan lingkar dada disebabkan oleh sistem pemeliharaan dan lingkungan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusuma dan Prijono (2007) bahwa variasi ukuran tubuh ayam kampung dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan asal bibit yang berbeda, lingkungan pemeliharaan yang berbeda. Menurut Susanti dkk. (2006) ratarata lingkar dada ayam wareng untuk ternak jantan dewasa adalah 25,1cm±2,2 dan KV 8,8% sedangkan pada ternak betina didapatkan rataan 23,5cm±1,9 dan KV 8,1%. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian ini maka lingkar dada ayam kampung lebih tinggi dibandingkan ayam wareng. Susanti dkk. (2006) menambahkan bahwa karakteristik bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh ayam wareng lebih kecil dibandingkan dengan ayam-ayam lokal lainnya. Nilai KV lingkar dada ayam kampung di Kecamatan Lasalimu lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil penelitian Susanti dkk. (2006). Hal ini menunjukan bahwa hasil penelitian ini lebih seragam dari hasil penelitian Susanti dkk. (2006). 37 JITRO VOL 1 NO.1 JANUARI 2016

3. Lebar Dada Rata-rata lebar dada ayam kampung di Kecamatan Lasalimu pada ternak jantan adalah 6,01±0,70 dengan KV 11,57% dan pada ternak betina 5,19±0,62 dengan KV 12% Kuswardani (2012) yang melaporkan rata-rata lebar dada ayam kampung pada ternak jantan adalah 7,16cm±14,83 dengan KV 20,71% sedangkan pada ternak betina adalah 6,90cm ± 6,98 dengan KV 10,10%. Perbedaan ukuran tubuh ayam kampung disebabkan oleh genetik, lingkungan serta pemeliharaan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusuma dan Prijono, 2007) bahwa variasi ukuran tubuh ayam kampung dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan asal bibit yang berbeda dan lingkungan pemeliharaan yang berbeda. Nilai KV lebar dada ayam kampung yang dipelihara di Kecamatan Lasalimu lebih kecil dari hasil penelitian Kuswardani (2012). 4. Panjang Shank Rata-rata panjang shank ayam kampung jantan di Kecamatan Lasalimu adalah 8,58±0,45 dengan KV 5,21% dan ternak betina adalah 7,06±0,44 dengan KV 6,28%. Budipurwanto (2001) melaporkan bahwa rata-rata panjang shank ayam kampung jantan adalah 7,75cm±1,05 dengan KV 13,54% sedangkan pada betina adalah 7,06cm±0,71 dengan KV 10,09%. Subekti dan Arlina (2011) melaporkan rata-rata panjang shank untuk ayam kampung di Kecamatan Sungai Pagu pada ternak jantan adalah 10,36cm dan pada ternak betina adalah 8,10cm. Perbedaan panjang shank disebabkan oleh sistem pemeliharaan dan lingkungan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusuma dan Prijono (2007) bahwa variasi ukuran tubuh ayam kampung dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan asal bibit yang berbeda, lingkungan pemeliharaan yang berbeda. Nilai KV panjang shank ayam kampung dalam penelitian ini lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Budipurwanto (2001). 5. Panjang Jari Utama Rata-rata panjang jari utama ayam kampung jantan di Kecamatan Lasalimu adalah 6,31±0,38 dengan KV 5,97% dan ternak betina adalah 5,32±0,38 dengan KV 7,24%. Subekti dan Arlina (2011) melaporkan rata-rata panjang jari utama ayam kampung di Kecamatan Sungai Pagu pada ternak jantan adalah 7,32cm dan pada ternak betina adalah 6,35cm. Perbedaan ukuran tubuh disebabkan oleh sistem pemeliharaan dan lingkungan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pendapat (Kusuma dan Prijono, 2007) bahwa variasi ukuran tubuh ayam kampung dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan asal bibit yang berbeda, lingkungan pemeliharaan yang berbeda dan pengaruh iklim. Menurut Tantu (2007) rata -rata panjang jari utama untuk ayam kampung yang dipelihara di Dusun Watutela pada ternak jantan adalah 5,83cm dengan KV 8,68% dan pada ternak betina adalah 5,10cm dengan KV 9,95%. Nilai KV dalam penelitian ini lebih kecil dari hasi penelitian Tantu (2007). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan sifat kualitatif ayam kampung di Kecamatan Lasalimu masih sangat beragam dilihat dari bentuk jengger, warna bulu, warna shank dan warna paruh. 2. Berdasarkan dari sifat kuantitatif, keragaman cukup rendah berkisar antara 2,77%-12%. Hal ini bermakna bahwa di Kecamatan Lasalimu telah terjadi proses seleksi pada ayam kampung yang cukup tinggi. 38 JITRO VOL 1 NO.1 JANUARI 2016

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Buton Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara. Budipurwanto T. 2001. Studi tentang fenotip ayam buras berdasarkan sifat kuantitatif dan kualitatif. Tesis. Fakultas Petenakan. Universitas Diponegoro. Diwyanto K. 2003. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Genetik Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Kusuma D dan N.S. Prijono. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia : Manfaat dan Potensi. LIPI Press. Jakarta Kuswardani W.F.A. 2012. Studi dan ukuran bentuk tubuh ayam ketawa, ayam pelung dan ayam kampung melalui analisis komponen aku. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Scanes C.G, G. Brant and D.M. Ensminger. 2003. Poultry Science. 4 th Edition. Prentice Hall Publisher, Inc. Danville. Sartika T, Sulandari S, Zein MSA, Paryanti S. 2006. Karakter fenotipe/genetic eksternal ayam lokal Indonesia. Laporan Akhir Penelitian Kompetitif Riset Karakterisasi molekuler LIPI. 16 hlm. Sartika T., DK. Wati, HS. Rahayu, dan S. Iskandar. 2008. Perbandingan genetik eksternal ayam wareng dan ayam kampung yang dilihat dari laju introgresi dan variabilitas genetiknya. JITV, 13(4): 279-287. Subekti K dan F. Arlina. 2011. Karakteristik genetik eksternal ayam kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 14(2):74-86 Susanti T., S. Iskandar dan S. Sopiyana. 2006. Karakteristik kualitatif dan ukuran-ukuran tubuh ayam wareng. Mathius IW, Sendow I, Nurhayati, Murdiati TB, Thalib A, Beriajaya, A Suparyanto, Prasetyo, LH Darmono, E Wina, Penyunting. Prosiding seminar ilmu dan teknologi peternakan. 5-6 September 2006. Bogor (Indonesia): Pusat penelitian dan pengembangan peternakan, Bogor. hlm. 680-686. Tantu R.Y. 2007. Fenotipe dan genotipe ayam hutan merah (Gallus gallus) dan ayam kampung (Gallus domesticus) di Watutela dan Ngatabaru Sulawesi Tengah. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Warwick E.J., J.M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak, Cet.5. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 39 JITRO VOL 1 NO.1 JANUARI 2016