Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

Transkripsi

1 PENGUKURAN SIFAT-SIFAT KUANTITATIF Coturnix coturnix Japonica JANTAN LOKAL DAN Coturnix coturnix Japonica JANTAN LOKAL HASIL SELEKSI MEASUREMENT OF QUANTITATIVE TRAITS OF LOCAL MALE Coturnix Coturnix Japonica AND LOCAL SELECTED MALE Coturnix Coturnix Japonica Fachri Bachrul Ichsan*, Indrawati Y. Asmara**, Dani Garnida** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Abstrak Penelitian mengenai sifat kuantitatif Coturnix coturnix japonica jantan lokal dan Coturnix coturnix japonica jantan lokal hasil seleksi telah dilakukan di Slamet Quail Farm, Desa Cilangkap, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan membedakan sifat-sifat kuantitatif dari 11 november sampai 15 desember 2015 Coturnix coturnix japonica jantan lokal dan Coturnix coturnix japonica jantan lokal hasil seleksi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dianalisis dengan Uji T. Penelitian menggunakan 30 ekor Coturnix coturnix japonica jantan lokal dan 30 ekor Coturnix coturnix japonica jantan lokal hasil seleksi. Sifat kuantitatif yang diamati adalah bobot badan, lebar paruh, panjang dada, lebar dada, lingkar dada, panjang paha atas, panjang paha bawah, panjang shank, dan diameter shank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Coturnix coturnix japonica jantan lokal dan Coturnix coturnix japonica jantan lokal hasil seleksi memiliki perbedaan sifat kuantitatif Kata Kunci : Coturnix coturnix japonica, seleksi, sifat kuantitatif Abstract A Research about quantitative traits of local male Coturnix coturnix Japonica and local selected male Coturnix coturnix Japonica was carried out at Slamet Quail Farm. From 11 November to 16 November The research was aimed to identify the quantitative traits of local male Coturnix coturnix Japonica and local selected male of Coturnix coturnix Japonica. This research used descriptive method and analyzed by T Test. Research used 30 birds of local male Coturnix coturnix Japonica and 30 birds of local selected male Coturnix coturnix Japonica. The parameter were body weights, widths of beak, length of breasts, width of breasts, breast circumference, lenght of the upper thighs, length of bottom thighs, length of shank, and shank diameter. The result showed that body weight, beak widht, length of breast, widht of breast, breast circumferences, length of upper thight, length of bottom thight, and length of shank of local male Coturnix coturnix Japonica and were different from of the local selected male Coturnix coturnix Japonica, of shank diameter. Keywords : Coturnix coturnix Japonica, selected, quantitative traits Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 1

2 PENDAHULUAN Unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber protein hewani daging dan telur. Hal tersebut disebabkan karena ternak unggas harganya relatif murah dan produksinya lebih cepat dibandingkan ternak lain seperti sapi dan domba. Puyuh merupakan unggas yang memegang peranan penting dalam penyediaan protein hewani bagi manusia sehingga pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Puyuh jantan terutamanya yang dominan di jadikan sebagai puyuh pedaging merupakan alternatif lain sebagi kebutuhan protein hewani dan konsumsi makanan, karena puyuh jantan memiliki bobot badan yang berbeda dengan puyuh betina yang dominan di jadikan sebagi penghasil telur, daging burung puyuh mengandung protein yang tidak kalah bergizinya dengan daging hewan lainya seperti ayam, domba dan sapi. Maka dari itu pengaruh seleksi di gunakan untuk memilih puyuh jantan lokal unggul dan puyuh jantan lokal yang memiliki perbedaan genetik yang menjelaskan suatu perubahan antargenetik yang linier, yang diikuti dengan penurunan respon samapai batas seleksi tercapai. Perbandingan antara puyuh lokal non seleksi dan puyuh lokal hasil seleksi merupakan perbandingan untuk membedakan kualitas dan kuantitas pada setiap burung puyuh. OBJEK DAN METODE 1. Objek Penelitian Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica jantan lokal dan Coturnix coturnix Japonica jantan hasil seleksi fase laying (umur 4-5 bulan) yang dimiliki oleh Slamet Quail Farm. Jumlah sampel yang digunakan masing-masing Coturnix coturnix Japonica jantan 30 ekor dan Coturnix coturnix Japonica jantan hasil seleksi 30 ekor yang telah dilakukan proses pengacakan pada masing-masing kandang. Alat yang di gunakan dalam penelitian adalah timbangan, pita ukur, jangka sorong, kamera, alat tulis, dan format pengumpulan data ukuran tubuh 2. Metode Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriftif dan analisis menggunakan Uji T. Peubah yang diamati meliputi bobot badan, lebar paruh, panjang dada, lebar dada, lingkar dada, panjang paha atas, panjang paha bawah, panjang shank dan diameter shank. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 2

3 Analisis Deskriftif Rata-rata : Simpangan baku S= Koefisien variasi KV = x 100% Perolehan data dianalisis dengan uji perbandingan rata-rata, yaitu Uji T tidak berpasangan (Sudjana, 2005): H 0 : H 1 : H 0 = Sifat kuantitatif Coturnix coturnix japonica betina lokal hasil seleksi sama dengan sifat kuantitatif Coturnix coturnix japonica betina lokal. H 1 = Sifat kuantitatif Coturnix coturnix japonica betina lokal hasil seleksi berbeda dengan sifat kuantitatif Coturnix coturnix japonica betina lokal. Sebelum melakukan Uji T diperlukan Uji F untuk mengetahui ragam sama atau berbeda, dengan perhitungan sebagai berikut: Kaidah pengambilan keputusan : F hit < F tabel = ragam sama F hit > F tabel = ragam berbeda Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan power point dengan menggunakan taraf nyata (α) sebesar 5% dan hipotesisnya sebagai berikut: Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 3

4 P > 0,05 = kedua varian sama P < 0,05 = kedua varian berbeda Jika hasilnya ragam sama maka menggunakan rumus: Sedangkan jika hasilnya ragam berbeda maka menggunakan rumus: Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan microsoft excel dengan menggunakan taraf nyata (α) sebesar 5% dan hipotesisnya sebagai berikut : T hit T tab : Non-Signifikan atau terima H0 T hit > T tab : Signifikan atau terima H1 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum Slamet Quail Farm (SQF) didirikan pada tahun 2000 dengan kapasitas produksi saat ini yaitu telur bibit GPS & PS butir perhari, telur konsumsi butir perhari, DOQ (day old quail) ekor perbulan, puyuh pedaging ekor perbulan dan puyuh betina petelur ekor perbulan. Ransum yang digunakan oleh CV. Slamet Quail Farm adalah BR1 atau BR21 dari PT. Sinta Prima Feedmill. Kebutuhan nutrisi fase grower sama dengan fase starter, sehingga pakan yang diberikan sama. Pada minggu pertama rata-rata anak puyuh membutuhkan pakan 3,95 gram/ekor/hari. Pada minggu kedua meningkat menjadi 7,15 gram/ekor/hari. Pada minggu ketiga mencapai 9,25/gram/ekor/hari. Jumlah pakan tersebut dapat dijadikan referensi bagi peternak pemula. Pada fase layer, puyuh membutuhkan jumlah nutrisi yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan pada fase starter dan grower. Pada fase layer CV. Slamet Quail Farm memberikan jumlah pakan yang diberikan sebanyak 22,77 gram/ekor/hari atau 159,31 gram/ekor/minggu baik pada puyuh jantan lokal maupun puyuh lokal jantan hasil seleksi. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 4

5 Jumlah ransum yang di berikan sampai umur 6 minggu baik pada puyuh jantan lokal maupun puyuh lokal jantan hasil seleksi sekitar 620,62 gram/ekor. 2 Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Puyuh Jantan dan Puyuh Jantan Hasil a Bobot badan Tabel 3. Bobot Puyuh Jantan dan Jantan Hasil Simpangan Koefisien Variabel Rataan Minimal Maximal Baku Variasi. gram. % Bobot 284,13 207,90 321,30 25,30 8,90 badan 454,23 302,40 538,65 63,52 14,01 bobot badan dapat menyebabkan terjadinya perubahan proses metabolisme dalam tubuh puyuh. Fisiologi metabolisme berkaitan dengan protein turnover (siklus tukar protein) dalam tubuh yang merupakan penentu bagi cepat atau lambatnya pertumbuhan. Protein turnover meliputi perbedaan laju sintesis dan degradasi protein, dapat dihitung dari ekskresi Nτ metilhistidina (Nτ MH). Nτ MH merupakan hasil pemecahan protein tubuh (miosin dan aktin) yang berasal dari proses metilasi pada fase post-translasi residu asam amino histidina setelah terbentuknya rantai peptida (Johnson et al., 1997). Nτ MH dilepaskan bersama-sama dengan asam amino lain pada saat terjadi degradasi protein dan tidak dipergunakan kembali untuk sintesis protein. Komponen hasil sisa metabolisme ini dapat dipakai sebagai indeks kemampuan pertumbuhan unggas akibat stres nutrisi (nutrisi yang tidak baik) atau suhu lingkungan. b. Ukuran Bagian Kepala Tabel. 4 Ukuran Paruh Kepala Puyuh jantan lokal dan jantan hasil seleksi. Simpangan Koefisien Variabel Rataan Minimal Maximal Baku Variasi.cm. % Lebar 0,38 0,26 0,47 0,06 15,26 Paruh 0,41 0,32 0,49 0,04 10,95 Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 5

6 Berdasarkan hasil analisis Uji t (Lampiran 6) diketahui bahwa lebar paruh puyuh lokal jantan hasil seleksi berbeda dengan puyuh jantan lokal. Faktor yang menyebabkan paruh diantara kedua puyuh tersebut salah satunya adalah perbedaan genetik. Suparyanto, dkk (2004) menyatakan bahwa semakin lebar paruh maka akan semakin berpeluang banyak dalam mengambil ransum. Dengan demikian, maka dapat diduga bahwa dengan berpeluangnya konsumsi ransum yang tinggi menyebabkan pertambahan bobot badan dapat meningkat pula karena hasil seleksi lebar paruh yang dihasilkan. c. Ukuran Bagian Tubuh Ukuran bagian tubuh puyuh Coturnix-coturnix Japonica jantan lokal dan puyuh Coturnix coturnix Japonica jantan hasil seleksi meliputi lebar dada, panjang dada, dan lingkar dada. Ukuran bagian-bagian tubuh puyuh Coturnix citurnix Japonica jantan lokal dan puyuh Coturnix coturnix Japonica jantan hasil seleksi hasil penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Ukuran Bagian-Bagian Tubuh Burung Puyuh Jantan dan Jantan Hasil. Variabel Rataan Minimal Maximal Simpangan Baku Koefisien Variasi..cm.. % Lebar 2,48 3,19 1,79 2,58 2,89 3,92 0,30 0,23 12,16 7,06 4,48 5,51 4,20 4,52 4,83 5,86 0,18 0,30 4,04 5,34 Lingkar 14,57 17,55 13,20 15,10 15,60 18,90 0,43 0,84 2,99 4,78 Lebar dada puyuh jantan lokal menghasilkan keseragaman dengan puyuh jantan lokal hasil seleksi yaitu berkisar 1,79-2,89 cm dengan rataan 2,48 ± 0,30 cm dan puyuh jantan hasil seleksi berkisar 2,58-3,92 cm dengan rataan 3,19 ± 0,23 cm. Demikian juga dengan ukuran panjang dada puyuh jantan lokal berkisar 4,20-4,83 cm dan puyuh jantan hasil seleksi 4,52-5,86 dengan rataan puyuh jantan lokal 4,48 ± 0,18 cm, sedikit lebih besar dari puyuh hasil seleksi 5,51 ± 0,30 cm. Sedangkan Lingkar dada puyuh lokal memiliki kisaran 13,20-15,60 cm dengan rataan 14,57 ± 0,43 cm dan puyuh hasil seleksi memiliki kisaran 15,10-18,90 cm dengan rataan 17,55 ± 0,84 cm. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 6

7 Berdasarkan hasil analisis Uji T, lebar dada, panjang dada, dan lingkar dada puyuh lokal jantan hasil seleksi menghasilkan yang berbeda dengan puyuh jantan lokal. Hal ini karena terjadi perubahan ukuran tulang menyebabkan pengaruh yang sangat besar untuk pertumbuhan daging dan menyebabkan perbedaan bobot badan (Abu, 2007). Sejalan dengan pernyataan Setiawan (2006) bahwa seleksi terhadap bobot badan dari puyuh menyebabkan ukuran tulang dada berbeda yaitu 5,83 cm. Tulang dada (Os.sternum) merupakan bagian dari kerangka penyusun tubuh dimana bagian tulang ini adalah yang sangat penting karena tempat pelekatan daging yang paling banyak dan sebagai indikator yang menjadi tolak ukur dalam mengukur bobot badan. d. Ukuran Bagian Kaki Ukuran bagian-bagian kaki terdiri dari panjang paha atas, panjang paha bawah, panjang shank, diameter shank. Ukuran bagian-bagian kaki puyuh jantan lokal dan jantan hasil seleksi hasil penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Ukuran Bagian-Bagian Kaki Puyuh Jantan dan Puyuh JantanHasil Variabel Rataan Minimal Maximal Paha atas Paha bawah Shank Diameter Shank 4,12 4,64 4,28 5,16 3,57 3,63 0,36 0,44 Simpangan Baku Koefisien Variasi....cm. % 3,06 4,36 0,25 6,09 4,23 5,51 0,28 5,98 3,98 4,72 3,18 3,21 0,31 0,40 4,63 5,78 3,87 4,82 0,43 0,81 0,21 0,29 0,23 0,34 0,03 0,08 4,81 5,62 6,41 9,13 9,07 16,72 paha atas jantan lokal berkisar 3,60-4,36 cm dengan rataan 4,12 ± 0,25 cm, dan jantan hasil seleksi 4,23-5,51 cm dengan rataan 4,64 ± 0,28 cm. paha atas puyuh jantan lokal maupun puyuh jantan lokal hasil seleksi memiliki koefisien variasi di bawah 15% Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 7

8 (8,08% dan 3,58%). Hal ini menunjukan bahwa panjang paha atas puyuh tersebut relatif homogen. paha bawah jantan lokal berkisar 3,98-4,63 cm dengan rataan 4,28 ± 0,21 cm, jantan hasil seleksi berkisar 4,72-5,78 cm dengan rataan 5,16 ± 0,29 cm. Lebar dada puyuh jantan lokal maupun puyuh jantan lokal hasil seleksi memiliki koefisien variasi di bawah 15% (3,75% dan 4,90%). Hal ini menunjukan bahwa panjang paha atas puyuh tersebut relatif homogen. Berdasarkan hasil Uji T, diketahui bahwa panjang paha atas dan panjang paha bawah puyuh lokal jantan hasil seleksi berbeda dengan puyuh jantan lokal. Menurut (Mansjoer, 1981) bahwa perkembangan dari paha bawah dan paha atas dapat menunjukan proporsi produksi daging karena merupakan tempat pelekatan daging. Proses seleksi terhadap paha bawah dan paha atas bertujuan untuk membandingkan produksi daging yang dihasilkan. Perbedaan ukuran kaki diakibatkan dari hubungan seleksi terhadap bobot badan yang dihasilkan sebesar 3,5-4 cm (Kurniawan, 2006). Ukuran kaki merupakan gabungan dari ukuran panjang paha atas, bawah dan ukuran panjang serta diameter shank (Kurniawan, 2006). Ukuran panjang shank relatif seragam (KV<15%), jantan lokal berkisar 3,18-3,87 cm dengan rataan 3,57 ± 0,23 cm, sementara jantan hasil seleksi 3,21-4,82 cm dengan rataan 3,63 ± 0,34 cm. Puyuh Coturnix coturnix Japonica memiliki diameter shank yang relatif seragam (KV<15%), jantan lokal berkisar 0,31-0,43 cm dan rataan 0,36 ± 0,03 cm, jantan hasil seleksi berkisar antara 0,40-0,81 cm dan rataan 0,44 ± 0,08 cm. Berdasarkan hasil analisis Uji T disimpulkan bahwa panjang Shank dan diameter Shank puyuh lokal jantan hasil seleksi berbeda dengan puyuh jantan lokal. Menurut Mansjoer (1981) bahwa diameter shank merupakan pendugaan yang tepat untuk penentuan bobot badan dan pengukur besar kecilnya tulang kaki untuk menopang bobot badan. Menurut Mansjoer (1981) panjang shank dapat dijadikan indikator untuk pertumbuhan, sebab tulang yang besar menunjukan pertumbuhan yang besar pula. terhadap panjang shank merupakan penentuan bobot badan agar dapat mengetahui produksi daging yang baik sehingga didapatkan produksi daging yang tinggi. Diameter shank berpengaruh terhadap Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 8

9 seleksi untuk mengetahui kemampuan menopang bobot badan. Oleh karena itu, dengan semakin melebarnya diameter shank maka akan semakin baik pula kemampuan dalam m menopang bobot badannya. e. Hasil Analisis Uji T variabel Bobot Badan Lebar Paruh Lebar Lingkar Paha Atas Paha Bawah Shank Diameter Shank Varians Keseragaman Varians Sample Standar Deviasi Uji T F hitung F tabel t hitung t tabel 3922, ,22 2,47 1,86 9,67 2,001 0, , ,726 1,86 2,65 2,001 0,050 0,092 1,84 1,86 11,2 2,001 0,082 0,032 2,56 1,86 20,8 2,001 0,685 0,188 3,64 1,86 19,00 2,001 0,075 0,062 1,20 1,86 8,62 2,001 0,082 0,043 1,90 1,86 10,1 2,001 0,111 0,053 2,10 1,86 11,1 2,001 0,0055 0,0013 0,0013 1,86 6,42 2,001 KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa Coturnix coturnix japonica jantan lokal dan Coturnix coturnix japonica jantan lokal hasil seleksi memiliki perbedaan sifat kuantitatif SARAN Penelitian untuk Coturnix-coturnix Japonica jantan hasil seleksi diperlukan standardisasi untuk sifat-sifat kuantitatif agar menghasilkan nilai yang lebih baik dan akurat DAFTAR PUSTAKA Abu Beternak Puyuh. Semarang (Indones): Eka Off Set Johnson, P., C.I. Harris & S.V. Perry Methylhistidine in actin and other muscle proteins. Biochem. J. 105: Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 9

10 Kurniawan, A Pengaruh peningkataan protein dalam ransum terhadap penampilan produksi puyuh betina periode layer. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang Mansjoer, S.S Studi Sifat-sifat Ekonomis yang Menurun pada Ayam Kampung. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Intitut Pertanian Bogor. Bogor. Setiawan, D Performa Produksi Burung Puyuh (coturnix coturnix japonica) pada Perbandingan Jantan dan Betina yang Berbeda. Fakultas Peternakan Institut Peternakan Bogor Suparyanto, A., H. Martojo, P. S. Hardjosworo dan L.H. Prasetyo Kurva Pertumbuhan Morfologi Itik Betina Hasil Silang antara Pekin dengan Mojosari Putih. JITV 9(2): Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran 10