BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai Hubungan Tinggi Badan menurut Umur dengan Kejadian Miopia pada Anak di SDN Cemara Dua Surakarta telah dilakukan pada akhir Mei 2013-Juni 2013. Screening miopia dan pengukuran tinggi badan dilakukan pada tanggal 24-29 Mei 2013, sedangkan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dilakukan tanggal 17-18 Juni 2013. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Cemara Dua Surakarta yang terletak di Jl. Monginsidi No.66 Surakarta, Jawa Tengah. Jumlah siswa SD Negeri Cemara Dua Surakarta adalah 691 siswa yang terdiri dari 335 siswa laki-laki dan 356 siswa perempuan. Subjek penelitian berjumlah 180 siswa yang terdiri dari 90 siswa miopia dan 90 siswa tidak miopia. Berikut disampaikan hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel. A. Karakteristik Sampel Penelitian 1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia Berdasarkan karakteristik usia, responden terbanyak yaitu usia 10 tahun sebanyak 78 orang (43,3%). Sedangkan kelompok paling sedikit ada pada usia 12 tahun, yaitu sejumlah 1 orang (0,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1. 31
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kelompok Usia Jumlah (siswa) Presentase (%) 8 - <9 tahun 12 6,7 9 - < 10 tahun 46 25,6 10 - <11 tahun 77 42,7 11 - <12 tahun 44 24,4 >12 tahun 1 0,5 Jumlah 180 100 Rata-rata usia anak pada penelitian ini adalah 10,34 tahun. Dengan usia terendah yaitu 8,15 tahun dan usia tertinggi adalah 12,29 tahun. Pada penelitian ini anak dengan usia 8-9 tahun berjumlah 12 orang, di mana 1 orang (8%) bertubuh tinggi dan tidak miopia, sedangkan 11 orang lainnya bertubuh tidak tinggi. Dari jumlah tersebut, 3 orang (27,3%) miopia dan 8 orang (72,7%) tidak miopia. Sementara untuk anak usia 10-12 tahun berjumlah 121 orang. Sebanyak 7 orang bertubuh tinggi dengan 4 orang (57,1%) miopia dan 3 orang (42,9%) tidak miopia. Jumlah yang tidak tinggi sebanyak 114 orang, yang mana 60 orang (52,6%) miopia dan 54 orang (47,4%) tidak mengalami miopia. 2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur Berdasarkan karakteristik tinggi badan setelah disesuaikan dengan standar grafik WHO, didapatkan siswa dengan kategori tinggi badan terbanyak adalah normal, sebanyak 163 orang (90,6%). Sedangkan untuk kategori pendek sebanyak 6 orang (3,3%) dan tinggi 11 orang (6,1%). Hal ini dapat dilihat pada tabel commit 4.2 to user 32
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Tinggi Badan Klasifikasi Jumlah (siswa) Presentase (%) Tinggi Badan Pendek 6 3,3 Normal 163 90,6 Tinggi 11 6,1 3. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, didapatkan jumlah sampel siswa laki-laki sebanyak 72 orang (40%) dan siswa perempuan sebanyak 108 orang (60%). Tabel 4.3 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (siswa) Presentase (%) Laki-laki 72 40 Perempuan 108 60 4. Karakteristik Sampel Berdasarkan Hobi Membaca Tabel 4.4 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Hobi Membaca Hobi Membaca Jumlah (siswa) Presentasi (%) Ya 127 70,6 Tidak 53 29,4 Sumber : Data Primer Mei-Juni commit 2013 to user 33
Berdasarkan karakteristik hobi, didapatkan jumlah siswa yang memiliki hobi membaca adalah 127 orang (70,6%), sedangkan yang tidak hobi membaca sebanyak 53 orang (29,4%). 5. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jarak Membaca Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Jarak Membaca Buku Jarak Membaca Jumlah (siswa) Presentasi (%) < 30 cm 49 27,2 30 cm 131 72,8 Dari hasil penelitian, jumlah siswa yang membaca pada jarak <30 cm adalah sebanyak 49 siswa (27,2%). Sedangkan jumlah siswa yang membaca pada jarak 30 cm adalah sebanyak 131 orang (72,8%). 6. Karakteristik Sampel Berdasarkan Kebiasaan Posisi Membaca Tabel 4.6 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Kebiasaan Posisi Membaca Posisi Membaca Jumlah (siswa) Presentasi (%) Duduk 129 71,7 Berbaring 51 28,3 Dari karakteristik posisi membaca, sebanyak 129 orang (71,7%) memiliki kebiasaan membaca dengan posisi duduk. Sedangkan siswa yang memiliki kebiasaan membaca dengan posisi berbaring berjumlah 51 orang (28,3%). 34
B. Analisis Data Pada tahap ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel bebas (tinggi badan) dan variabel terikat. Analisis juga dilakukan pada variabel perancu (jenis kelamin, jarak membaca, dan posisi membaca). Uji statistik menggunakan Chi-Square dengan Confidence Interval (CI) = 95%. Tabel 4.7 Hasil Analisis Bivariat Chi-Square Variabel Status Miopia Total Miopia Tidak Miopia n (%) n (%) n (%) Tinggi Badan/Umur Tinggi 7 (63,6) 4 (36,4) 11 (100) Tidak Tinggi 83 (49,1) 86 (50,9) 169 (100) Jenis Kelamin Laki-laki 35 (48,6) 37 (51,4) 72 (100) Perempuan 55 (50,9) 53 (49,1) 108 (100) Jarak Membaca <30 cm 23 (46,9) 26 (53,1) 49 (100) 30 cm 67 (51,1) 64 (48,9) 131 (100) Posisi Membaca Berbaring 31 (60,8) 20 (39,2) 51 (100) Duduk 59 (45,7) 70 (54,3) 129 (100) POR p 1,81 0,351 1,09 0,761 0,84 0,615 1,83 0,069 Dari tabel 4.7 didapatkan dari 11 responden yang termasuk kategori bertubuh tinggi, sebanyak 7 orang (63,6%) yang mengalami miopia dan yang tidak miopia sebanyak 4 orang (36,4%). Sedangkan dari 169 siswa dengan kategori tidak tinggi sebanyak 83 orang (49,1%) miopia 35
dan yang tidak miopia sebanyak 86 orang (50,9%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan menurut umur dengan kejadian miopia (p=0,351). Orang yang bertubuh tinggi memungkinkan untuk mengalami miopia 2 kali lebih besar daripada orang yang tidak tinggi (POR = 1,81). Variabel perancu lain yaitu jenis kelamin, jarak membaca, dan posisi membaca juga tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian miopia (p > 0,05). Berikut ini merupakan hasil analisis bivariat antara tinggi badan dengan miopia pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tabel 4.8 Hubungan antara Tinggi Badan menurut Umur dengan Miopia pada Perempuan. Variabel Status Miopia Total Miopia Tidak Miopia n (%) n (%) n (%) Tinggi Badan/Umur Tinggi 5 (71,4) 2 (28,6) 7 (100) Tidak Tinggi 50 (49,5) 51 (50,5) 101 (100) POR p 2,55 0,438 Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa jumlah anak perempuan yang berbadan tinggi berjumlah 7 orang. Dari jumlah tersebut, yang mengalami miopia sebanyak 5 orang (71,4%). Sedangkan yang berbadan tinggi tapi tidak miopia hanya berjumlah 2 orang (28,6%). Sementara itu jumlah anak perempuan dengan kategori tidak tinggi berjumlah 101 orang, dengan 50 orang (49,5%) mengalami miopia dan sebanyak 51 orang (50,5%) tidak 36
miopia. Hasil analisis bivariat tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan miopia pada anak perempuan (p = 0,438). Tabel 4.9 Hubungan antara Tinggi Badan menurut Umur dengan Miopia pada laki-laki Variabel Status Miopia Total Miopia Tidak Miopia n (%) n (%) n (%) Tinggi Badan/Umur Tinggi 2 (50) 2 (50) 4 (100) Tidak Tinggi 33 (48,5) 35 (51,5) 68 (100) POR p 1,06 1,000 Dari tabel 4.9 didapatkan jumlah anak laki-laki yang bertubuh tinggi berjumlah 4 orang. Anak laki-laki yang bertubuh tinggi dan mengalami miopia sebanyak 2 orang (50%), begitu pula untuk yang tidak miopia juga berjumlah 2 orang (50%). Sedangkan jumlah anak laki-laki yang bertubuh tidak tinggi berjumlah 68 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 33 orang (48,5%) mengalami miopia dan sebanyak 35 orang (51,5%) tidak miopia. Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara tinggi badan dengan miopia pada laki-laki (p = 1,000). 37