PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER.. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ABSTRAKSI.

Bab V Pengolahan Data dan Analisis

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

Bab III Metodologi Penelitian

BAB V HASIL DAN ANALISIS

TUGAS AKHIR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. MATARAM TUNGGAL GARMENT

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI

Analisis Kinerja Rantai Pasok Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR)

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

Pengukuran Kinerja SCM

Gambar 4.1 Tipper Vessel

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pengukuran Kinerja Rantai Pasok pada PT. Louserindo Megah Permai Menggunakan Model SCOR dan FAHP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK UKM BATIK DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Pengukuran Performansi Perusahaan dengan Menggunakan Metode Supply Chain Operation Reference (SCOR)

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

Pengukuran Kinerja Supply Chain

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) MANAJEMEN DI PT.GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA SKRIPSI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk)

Pengukuran Kinerja Supply Chain Dengan Pendekatan Supply Chain Operation References (SCOR)

Simulasi Sistem Untuk Meningkatkan Kinerja Rantai Pasok

PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) - ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok

Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM

PENGUKURAN KINERJA AKTIFITAS SUPPLY CHAIN PADA INDUSTRI MINUMAN JUS DENGAN SCOR (STUDY KASUS PT. API)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR)

PENGUKURAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI

ANALISIS PERFORMANSI KINERJA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING PERUSAHAAN DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK KOMODITAS IKAN BANDENG BEKU DENGAN PENDEKATAN SCOR

PENGUKURAN KINERJA SCM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KINERJA PROSES INTI RANTAI PASOK AGROINDUSTRI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) PENDAHULUAN

Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan SCOR Model 9.0 (Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

ANALISA PERFORMANSI SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. TJAKRINDO MAS - GRESIK (SKRIPSI)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN

MODEL SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK SISTEM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

Penerapan Model Green SCOR untuk Pengukuran Kinerja Green Supply Chain

Pengukuran Kinerja Supply Chain

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PENGADAAN BAHAN BAKU PRODUK SAMBAL PT XYZ UNTUK OPTIMALISASI PROFIT

Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang Telp. (024)

ANALISIS PERFORMANSI SUPPLY CHAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) DI PT.ANEKA REGALINDO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU KERTAS DENGAN MODEL QCDFR DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

BAB VII. DESAIN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL DAN FUZZY AHP

PENGGUNAAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCES (SCOR) DALAM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. GUNA KEMAS INDAH

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Menggunakan Metode SCOR dan AHP Pada Unit Pengantongan Pupuk Urea PT. Dwimatama Multikarsa Semarang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SISTEM RANTAI PASOK TESIS. RR. DINA RAHAYU NIM: (Bidang Kekhususan Sistem Industri dan Rantai Pasok)

IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI INDUSTRI BAJA HILIR

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin memperlihatkan kemajuan dan peningkatan pada semua aspek.

Manajemen Keuangan. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. order picking packing shipping. Gambar I. 1 Aktivitas Outbond Gudang PT.XYZ

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk terus berusaha meningkatkan produktivitasnya dalam melayani

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Transkripsi:

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR Mariyatul Qibtiyah 1), Nunung Nurhasanah 2), Widya Nurcahayanty Tanjung 3) 1),2),3 ) Teknik Industri, Universitas Al Azhar Indonesia Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Email : mariyatulqib95@gmail.com Abstrak. Persaingan ketat di dunia perindustrian pada saat ini menuntut setiap golongan industri memperbaiki kinerja perusahaannya. Perbaikan kinerja dilakukan untuk meningkatkan daya saing antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dengan meningkatkan daya saing, perusahaan dapat menjaga eksistensi nya dalam dunia perindustrian. Selain itu, perusahaan juga dapat masuk ke pasar yang berbeda dan menarik lebih banyak konsumen dari berbagai golongan. IKM XYZ merupakan Industri Kecil Menengah yang bergerak di bidang industri tekstil. Sebagai IKM yang belum lama berdiri, IKM XYZ terus meingkatkan daya saing dengan salah satu nya menjaga ketepatan penjadwalan produksi. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kinerja terhadap penjadwalan produksi di IKM XYZ. Pengukuran kinerja dilakukan dengan metode SCOR yang dibantu dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam penentuan bobot pada tiap atribut metrik. Metode tersebut digunakan untuk mengukur waktu proses produksi, ketepatan jumlah dan waktu pengiriman barang, ketepatan perencanaan biaya, serta tingkat penggunaan aset untuk memenuhi permintaan konsumen. Dari hasil pengukuran kinerja penjadwalan produksi didapatkan nilai kinerja 99.99% yang artinya sistem penjadwalan produksi di IKM XYZ sudah baik. Namun, masih ada metrik yang harus diperbaiki dalam penjadwalan produksi di IKM XYZ, yaitu Defective Product Scheduling Cost to Total Source Return Cost [99.88%] dan Percentage Defective Product Inventory in Scheduling [99.88%]. Kata kunci: daya saing, pengukuran kinerja, penjadwalan produksi, SCOR, AHP 1. Pendahuluan Industri tekstil merupakan salah satu industri yang diprioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyumbang devisa negara, menyerap tenaga kerja dalam jumlah cukup besar, dan sebagai industri yang diandalkan (Kemeneprin, 2010). Namum pada kenyataannya, industri tekstil merupakan industri sunset yang tingkat daya saing nya sangat ketat sehingga jika suatu perusahaan atau konveksi tidak membuat inovasi baru, maka perusahaannya terancam bangkrut. Salah satu jenis industri tekstil yang sedang naik daun adalah industri busana muslim. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan kewajibannya sebagai umat beragama, terutama umat muslim, kebutuhan akan busana muslim semakin meningkat. Hal ini menjadi salah satu jenis industri yang dapat mengangkat pasar industri tekstil yang semakin redup. Permintaan busana muslim yang semakin meningkat menciptakan peluang untuk menciptakan usaha di bidang industri busana muslim. Proses produksi pada berbagai industri tentu nya membutuhkan kinerja yang optimal sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk mengetahui kinerja proses produksi tersebut, dapat dilakukan pengukuran kinerja dalam bidang nya dengan menggunakan berbagai metode. Pada penelitian ini, digunakan metode SCOR (Supply Chain Operation Reference). Metode ini merupakan salah satu metode pengukuran kinerja yang dapat digunakan guna mengembangkan kualitas perusahaan serta merupakan salah satu model pengukuran kinerja rantai pasok [1]. SCOR merupakan suatu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan sebuah kerangka mengenai rantai pasok secara detail, mendefinisikan, dan mengkategorikan proses-proses yang membangun matrik-matrik atau indikator yang diperlukan dalam pengukuran kinerja rantai pasok. Dengan demikian didapatkan pengukuran antara supplier, internal perusahaan, dan konsumen [2]. Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran kinerja proses produksi pada Industri Kecil Menengah (IKM) XYZ yang bergerak dibidang industri busana muslim bagi perempuan. IKM ini sudah memiliki omset puluhan hingga ratusan juta rupiah di tahun pertama penjualannya. Dengan mengambil pasar busana muslim, IKM XYZ mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam setiap produk nya. Selain itu, C33. 1

penjualan produk IKM XYZ sudah mencapai negara lain seperti Singapura dan Hongkong sehingga daya saing perusahaan dapat dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di industri sejenis. Demi mempertahankan serta meningkatkan daya saing nya, peneliti melakukan pengukuran kinerja terhadap proses produksi yang berlangsung di IKM XYZ. Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang harus diperbaiki dalam proses produksi pembuatan produk pada IKM XYZ ini. 2. Pembahasan IKM XYZ merupakan sebuah IKM yang memproduksi baju muslim wanita/gamis. IKM yang berdiri pada Juli 2015 ini memiliki toko berbasis online yang digunakan sebagai tempat melakukan promosi dan penjualan produk-produknya. Proses perancangan baju dan pembelian bahan dilakukan sendiri oleh pemilik, sehingga kualitas nya tidak diragukan lagi. Untuk proses produksinya, IKM XYZ mempercayakan kepada salah satu konveksi yang berada di daerah Buah Batu, Bandung. Pengukuran waktu kerja pada proses produksi di konveksi untuk produk dari XYZ disajikan pada tabel 1. Perhitungan waktu baku dilakukan dengan menggunakan metode jam henti dan penyesuaian dengan tabel Westinghouse. Sebelumnya, dilakukan pemetaan metrik SCOR level 1 yang kemudian berlanjut hingga ke level 3. Metrik level 1 pada SCOR merupakan pengukuran kinerja perusahaan secara keseluruhan meliputi 5 atribut, yaitu Reliability (meliputi ketepatan jumlah dan kualitas produk yang telah dipesan), Responsiveness (menggambarkan kecepatan dan ketepatan pekerjaan yang dilakukan dengan acuan waktu yang telah direncanakan), Agility (tingkat kemampuan IKM XYZ untuk memenuhi pemesanan tambahan), Cost (biaya-biaya yang berhubungan dengan pengoperasian perencanaan produksi), dan Asset Management (kemampuan IKM XYZ untuk menggunakan aset yang dimiliki). Setelah dilakukan pemetaan metrik pada level 1, pemetaan metrik SCOR berlanjut ke level 2 yang merupakan pemetaan atribut dari metrik yang ada pada level 1. Untuk atribut Reliability, terdapat 2 metrik yang menjadi pemetaan atribut dari metrik Perfect Order Fullfilment, yaitu: 1. RL. 2.1 % Orders Delivered in Full, yaitu jumlah pemesanan yang telah terkirim secara penuh. 2. RL. 2.2 Delivery Performance Customer Commit Date, yaitu kinerja pengiriman pesanan konsumen yang sesuai dengan waktu yang ditentukan. Untuk atribut Responsiveness, terdapat 2 metrik yang menjadi pemetaan atribut metrik Order Fullfilment Cycle Time, yaitu: 1. RS. 2.1 Source Cycle Time, yaitu siklus sumber daya pada proses produksi 2. RS. 2.2 Make Cycle Time, yaitu watu siklus produk dibuat dalam proses produksi Untuk atribut Agility, terdapat 2 metrik yang menjadi pengurai metrik Upside Supply Chain Flexibility, yaitu: 1. AG. 2.2 Upside Make Flexibility, yaitu tingkat kemampuan rantai pasok dalam memenuhi jumlah yang dipesan dalam proses produksi nya. 2. AG. 2.3 Upside Deliver Flexibility, yaitu tingkat kemampuan rantai pasok dalam proses pengiriman produksinya. Untuk atribut Cost, terdapat 2 metrik pemetaan atribut untuk metrik Total Supply Chain Management Cost, yaitu: 1. CO. 2.3 Cost to Make, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. 2. CO. 2.4 Cost to Deliver, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk proses pendistribusian. Untuk atribut Asset Management, terdapat 2 metrik pemetaan atribut untuk metrik Cash to Cash Cycle Time, yaitu: 1. AM. 2.1 Days Sales Outstanding, yaitu rata-rata account receivable (dalam hari) yang mengukur kecepatan perusahaan melakukan pembayaran. 2. AM 2.2 Inventory Days of Supply, yaitu jumlah hari yang diperlukan untuk memenuhi gudang. Kemudian, dilakukan pemetaan metrik level 3. Penentuan metrik level 3 ini berpatokan pada metrik yang terdapat pada level 2 dalam masing-masing atribut. Pemetaan Metrik level 3 dilakukan sebagai hasil penentuan pada metrik level 2. Dari data yang telah dikumpul, dilakukan proses pengukuran kinerja IKM XYZ dalam bidang perencanaan produksi dengan metode SCOR. Pada metode ini, pengukuran dilihat berdasarkan 5 atribut yaitu, Reliability, Responsiveness, Agility, Cost, dan Asset Management. Data-data yang telah terkumpul C33. 2

kemudian dimasukkan ke dalam metrik SCOR yang sudah ditentukan. Dari data tersebut didapatkan value dari setiap metrik pada setiap atributnya. Pengukuran kinerja juga dilakukan dengan metode AHP. Metode AHP digunakan untuk mengetahui nilai bobot pada setiap atribut yang menentukan seberapa berpengaruh atribut tersebut terhadap keseluruhan kinerja perencanaan produksi [3]. Perhitungan AHP dilakukan dengan bantuan software Expert Choice. Nilai bobot pada setiap atribut ditentukan oleh pakar pada bidang perencanaan produksi. Dari pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan tingkat kinerja pada penjadwalan produksi di IKM XYZ sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai pegukuran kinerja yang hampir sempurna yaitu 99%. Namun, masih ada faktor yang harus diperbaiki karena masih memilki nilai selisih atau gap yang menunjukkan bahwa kinerja faktor tersebut belum sepenuhnya sempurna. Faktor tersebut adalah jumlah produk cacat yang dihasilkan dan nilai produk cacat yang ada pada gudang. Untuk itu, dibuat diagram fish bone untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang dapat menimbulkan permasalahan pada jumlah produk cacat dan nilai produk cacat tersebut. Dalam diagram fish bone, terdapat 5 faktor yang menjadi konsentrasi pengidentifikasian masalah yang timbul, yaitu Man, Machine, Method, Material, dan Money. Dari penjabaran mengenai permasalahan yang dihadapi oleh IKM XYZ yang dapat menghadap daya saing nya, dapat direkomendasikan beberapa penyelesaian permasalahan yang terjadi sehingga dapat meminimasi peluang terjadi nya permasalahan yang sama di waktu yang akan datang. Rekomendasi yang dapat digunakan antara lain: 1. Mempekerjakan pekerja yang handal dan sudah memiliki pengalaman dibidang pekerjaannya 2. Memperbaiki lingkungan kerja sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. 3. Melakukan pemilihan bahan baku dengan lebih teliti 4. Melakukan pekerjaan sesuai dengan standar pekerjaan masing-masing bagian sehingga proses produksi dapat berjalan lancar dan menghasilkan produk yang diinginkan. 2.1. Tabel Tabel 1. Hasil Penghitungan Waktu Baku Proses Produksi IKM XYZ Pekerjaan Waktu Siklus (menit) Wn Wb Pemolaan 93.45 93.45 70.09 Pemotongan 14.27 16.13 12.09 Penjahitan 100 124 90.52 Buang Benang 15.53 19.57 14.58 Setrika 3.22 4.12 3.13 Pengepakan 2.53 3.19 2.49 Tabel 2. Pemetaan Metrik SCOR Level 1 IKM XYZ Reliability 100% Responsiveness 100% Agility 100% Cost 99.97% Asset Management 99.97% Tabel 3. Pemetaan Metrik SCOR Level 2 IKM XYZ RL.2.1 % of Orders Delivered in Full 100% RL. 2.2 Delivery Performace to Customer Commit Date 100% RS. 2.1 Source Cycle Time 100% RS. 2.2 Make Cycle Time 100% C33. 3

AG.2.2 Upside Make Flexibility 100% AG.2.3 Upside Deliver Flexibility 100% CO.2.3 Cost to Make 100% CO.2.4 Cost to Deliver 99.94% AM. 2.1 Days Sales Outstanding 99.94% AM. 2.2 Inventory Days of Supply 100% Tabel 4. Pemetaan Metrik SCOR Level 3 IKM XYZ Presentase RL. 3.1 Delivery Item Accuracy 100% RL 3.2 Customer Commit Date, Achivement Time Customer Receiving 100% RL. 3.14 % of Products Meeting Specified Environmental Performance Requirements 100% RL. 3.37 Forecast Accuracy 100% RS. 3.1 Schedule Product Deliveries Cycle Time 100% RS. 3.2 Schedule Product Activities Cycle Time 100% RS. 3.28 Established Production Plans Cycle Time 100% RS 3.63 Manage in-process Product Cycle Time 100% AG. 3.2 Current Make Volume 100% AG. 3.3 Current Deliver Volume 100% AG. 3.32 Current Delivery Volume 100% AG. 3.72 Time Needed To Increase Inventory (FG) For Additional Order Fullfilment 100% CO. 3.3 Indirect Cost Related to Production 100% CO. 3.200 Order Delivery Cost 100% CO. 3.1 % Defective Product Scheduling Cost to Total Source Return Cost 99.88% CO. 3.3 % MRO Scheduling Cost to Total Source Return Cost 100% AM. 3.9 Capacity Utilization 100% AM. 3.32 Percentage Defective Product Inventory in Scheduling 99.88% AM. 3.38 Percentage Excess Inventory in Scheduling 100% AM. 3.12 Deliver Return Cycle Time 100% 2.2. Gambar Dan Keterangan Gambar Gambar 1. Workflow Business Diagram IKM XYZ C33. 4

Pekerja Lingkungan Kemampuan pekerja kurang baik Kondisi kerja yang buruk Kurangnya pengalaman pekerja Posisi kerja tidak nyaman CO. 3.1 % Defective Product Scheduling Cost to Total Kualitas bahan baku rendah Proses pembuatan produk tidak sesuai standar Bahan Baku Metode Gambar 2. Fish Bone Diagram Metrik % Defective Product Scheduling Cost to Total Source Return Cost IKM XYZ Pekerja Lingkungan Kemampuan pekerja kurang baik Kondisi kerja yang buruk Kurangnya pengalaman pekerja Posisi kerja tidak nyaman AM. 3.32 Percentage Defective Product Inventory in Shceduling Kualitas bahan baku rendah Terdapat produk siap jual yang cacat Bahan Baku Asset Gambar 3. Fish Bone Diagram Metrik Percentage Defective Product Inventory in Scheduling IKM XYZ 2.3. Persamaan (1) DeliveryItemAccuracy [ itemsent ] 100% [ itemorder ] (2) Gap Actual Plan 3. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peningkatan daya saing IKM dengan menggunakan metode SCOR yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Pengukuran kinerja dalam penjadwalan produksi pada IKM XYZ adalah 99.99% yang artinya kinerja IKM XYZ sudah baik dalam penjadwalan produksi Metrik yang harus diperbaiki dalam metode SCOR adalah: a. CO. 3.1 % Defective Product Scheduling Cost to Total Source Return Cost b. AM. 3.32 Percentage Defective Product Inventory in Scheduling Daftar Pustaka [1]. Persson, Bartoll, Ganovic, Lidberg, Nilsson, Wibaeus, and Winge. 2012. Supply Chain Dynamics in The SCOR Model A Simulation Modeling Approach. Sweden: Linköping University. [2]. Supply Chain Council. 2010. Supply Chain Operations Reference Model 10.0. United States Of America. [3]. Azmiyati, Sarah. 2016. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pada PT. Louserindo Megah Permai Menggunakan Metode SCOR dan FAHP. Jakarta: Universitas Al Azhar Indonesia. C33. 5