BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (BPK RI) merupakan salah satu target setiap daerah di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan tanah dengan berbagai macam tujuan penggunaannya akan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 32. Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah

BAB I PENDAHULUAN. pemilik aset. Aset berarti kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Indonesia, menurut Undang-Undang Dasar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Otonomi daerah dimulai sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. otonomi daerah, yang ditandai dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kurang merata. Dari sejumlah jiwa penduduk pada tahun 2013, sebaran

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 25

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. keberadaannya akan melampaui umur semua bangunan dan segala penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang adalah sebanyak orang, tahun 2012 adalah sebanyak

BAB I PENGANTAR. Pemerintah daerah di dalam menjalankan kewenangannya telah diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Industri (UPTD BLKI)

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Timor, tepatnya LS dan BT; Luas

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadah maupun

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada otonomi daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari perolehan lainnya yang sah. BMN berupa tanah dan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia, karena tanah dan kandungannya bisa

BAB I PENDAHULUAN. adalah investasi. Akan tetapi, banyak investasi pada real estate lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI 2013: KPUP 3.4), tanah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. maupun non komersial, karena aset memegang peranan penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan publik pada suatu wilayah kota. Dengan demikian, pertimbangan aspek

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENGANTAR. revisi dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) LAHAN X UNTUK PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Daerah, yang kemudian diganti dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh Indonesia. Aset daerah merupakan sumber daya yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Balikpapan juga merupakan pusat perdagangan dan jasa yang perekonomiannya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. ini Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu memiliki tujuh aset idle yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 2004) tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Mustikarini, 2012).

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

OPTIMASI PEMANFAATAN PROPERTI DAERAH SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN NONKONVENSIONAL DI KOTA MAGELANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. daerah, ketimpangan pembiayaan pembangunan antar daerah kian menonjol.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setelah otonomi daerah digulirkan tahun 1999, pemerintah daerah mempunyai

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sayangan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Fenomena hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap laporan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi merupakan suatu langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah,

IV. METODE PENELITIAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) merupakan salah satu target setiap daerah di Indonesia. Opini yang diberikan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan cermin bagi kualitas akuntabilitas keuangan atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ihktisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II BPK RI tahun 2014 menyatakan bahwa kenaikan persentase opini WTP secara umum menggambarkan adanya perbaikan akuntabilitas keuangan oleh pemerintahan daerah dalam menyajikan laporan keuangan sesuai dengan prinsip yang berlaku. Beberapa daerah khususnya di Kabupaten Polewali Mandar belum memperoleh opini WTP karena pada laporan keuangan masih terdapat kelemahan-kelemahan yang mendasar. Kelemahan-kelemahan tersebut meliputi pelaporan nilai aset tetap dalam neraca belum didukung dengan pencatatan dalam Kartu Inventaris Barang (KIB) dan rekonsiliasi serta inventarisasi yang memadai. Tabel 1.1 Opini BPK RI atas Kinerja LKPD Provinsi Sulawesi Barat No Entitas Pemerintah Daerah 30 Prov. Sulawesi Barat Opini LKPD 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 458 Prov. Sulawesi Barat WDP WDP WDP WDP WDP WTP 2 459 Kab. Majene WDP WDP WDP WDP WDP WDP 3 460 Kab. Mamasa WDP WDP WDP TMP TMP WDP 4 461 Kab. Mamuju WDP WDP WDP WDP WTP WTP 5 462 Kab. Mamuju Utara WDP WDP WDP WDP WDP WDP 6 463 Kab. Polewali Mandar WDP WDP WDP WDP WDP WDP Sumber: BPK RI, 2015 1

Kemandirian suatu daerah dapat diukur dari derajat kebebasan yang dimiliki untuk berinisiatif dalam mengambil berbagai keputusan penting atas beragam persoalan yang dihadapi. Adanya kapasitas inisiatif lokal itu sangat diperlukan bagi keberhasilan implementasi otonomi daerah. Dalam konteks perencanaan pembangunan, daerah dituntut untuk menciptakan model perencanaan yang bukan saja komprehensif tetapi juga responsif pada masyarakat. Berbagai elemen sosial di masyarakat seperti perguruan tinggi (akademisi), LSM, dan berbagai struktur organisasi yang ada di masyarakat dapat memainkan peran penting dalam membantu pemerintah menyiapkan masukan dalam proses perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (sebagaimana telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004), beberapa daerah telah melakukan sejumlah rencana pembangunan yang berbasis pada kemandirian lokal. Hal ini merupakan konsekuensi logis atas perubahan sistem pengelolaan negara dari pola sentralistik menjadi desentralistik. Daerah dituntut lebih kreatif dalam menunjang kemampuan membangun daerahnya masing-masing baik melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun efisiensi terhadap pengalokasian anggaran pembangunan dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara langsung. Sebagai salah satu daerah dengan potensi sumberdaya alam yang sangat besar, Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar diharapkan mampu mengarahkan pembangunan yang responsif atas perubahan ekonomi, politik, dan perubahan 2

karakter global. Oleh karena itu, diperlukan kepekaan atas penentuan citra daerah yang berorientasi pasar dalam rangka mengakomodir arus investasi. Arah kebijakan keuangan daerah Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Polewali Mandar Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar tahun 2013 2016 memuat arah pengelolaan PAD. Menurut Siregar (2004: 372 373), ada 2 cara dalam peningkatan PAD, yaitu dengan intensifikasi dan ekstensifikasi dengan menggali segala sumber daya pada suatu daerah secara optimal. Pengelolaan atau optimalisasi sumberdaya memerlukan investasi yang dapat bersumber dari pemerintah maupun swasta. Di sisi lain, setiap pihak dalam melakukan investasi pasti akan dihadapkan pada tingkat risiko (risk) dan harapan pengembalian (return) dari investasi yang dilakukan. Secara geografis wilayah Kabupaten Polewali Mandar berada pada posisi strategis, yakni berbatasan dengan 1 kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan (Pinrang), 2 kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Barat (Mamasa dan Majene), serta selat Makassar. Posisi ini akan sangat menguntungkan bagi pengembangan daerah dalam bidang ekonomi dan sosial ke depan. Oleh karena itu perlu dikembangkan kebijakan untuk mengoptimalkan segala sumberdaya, khususnya pada aset-aset tetap milik pemerintah. Misalnya, melalui kebijakan investasi dalam pengelolaan lahan dan tanah kosong maupun terbangun milik pemerintah. 3

Salah satu upaya dalam mengarahkan optimalisasi aset-aset tersebut adalah dengan melakukan analisis penggunaan tertinggi dan terbaik atas aset tanah dan bangunan milik pemerintah daerah. Untuk itu usulan penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) terhadap tanah dan bangunan sebagai suatu langkah dalam peningkatan pendapatan asli daerah Kabupaten Polewali Mandar perlu dilakukan sebagai salah satu pertimbangan dalam menopang kebijakan pemanfaatan dan optimalisasi aset daerah. Beberapa aset tetap milik pemerintah daerah belum dikelola dengan baik, bahkan di antaranya terkesan diterlantarkan. Salah satu aset tersebut adalah lahan bekas lapangan sepak bola di jalan Trans Sulawesi Kecamatan Wonomulyo. Lokasi aset tersebut sangat strategis berada di pusat kota Wonomulyo dan berhadapan langsung dengan pasar sentral Wonomulyo sebagai pusat perdagangan terbesar di Kabupaten Polewali Mandar bahkan di Provinsi Sulawesi Barat. Aset tetap tersebut awalnya merupakan lapangan sepak bola yang diberi nama lapangan Gaswong Wonomulyo. Sumber: Data primer, diolah Gambar 1.1 Bekas Lapangan Sepak Bola Gaswong Wonomulyo 4

Pada awal tahun 2013 pemerintah melakukan perubahan fungsi dari lapangan sepak bola menjadi alun-alun kota. Akan tetapi, Juli 2013 proyek alih fungsi Lapangan Gaswong Wonomulyo menjadi alun-alun kota dihentikan setelah ada protes keras dari berbagai pihak. Penolakan proyek alih fungsi terjadi karena lahan tersebut merupakan kawasan komersial dan pusat kegiatan berolahraga masyarakat setempat (Kompas, Senin 29 Juli 2013). Dihentikannya proyek alih fungsi pembangunan alun-alun kota menimbulkan ketidakjelasan penggunaan lahan tersebut. Penggunaan kembali sebagai lapangan sepakbola tidak dimungkinkan lagi karena adanya beberapa pondasi dan bangunan dasar alun-alun diatas lapangan. Akhirnya aset yang seharusnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan konstribusi terahadap target PAD menjadi tidak optimal bahkan terkesan diterlantarkan. Dengan demikian perlu dilakukan analisis mendalam untuk mengoptimalkan aset tersebut. Salah satu bentuk analisis dapat dilakukan dengan menentukan penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) dari aset tersebut. Bekas Lapangan Gaswong Wonomulyo Sumber: Google Earth, diolah Gambar 1.2 Lokasi Aset (Bekas Lapangan Gaswong Wonomulyo) 5

Menurut Appraisal Institute (2013: 332 337), kegunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) dapat didefenisikan sebagai penggunaan yang paling memungkinkan dan diijinkan dari suatu tanah kosong atau tanah yang sudah dibangun, yang mana secara fisik memungkinkan, didukung/dibenarkan oleh peraturan, layak secara keuangan, dan menghasilkan nilai tertinggi yang meliputi ukuran dan bentuk, topografi, utilitas, pengembangan tapak, serta lokasi dan lingkungan. Kegunaan tertinggi dan terbaik tanah kosong atau tapak (site) yang dianggap kosong adalah mengasumsikan bahwa tanah adalah kosong. Adapun kegunaan tertinggi dan terbaik dari sebuah properti yang telah terbangun adalah terkait dengan kegunaan yang seharusnya ada pada properti tersebut sejalan dengan perkebangannya. Misalnya, sebuah bangunan berumur 40 tahun tetap dipertahankan, perlu direnovasi, dikembangkan atau sebagian dibongkar untuk mengikuti tren yang berlaku. Selanjutnya Appraisal Institute (2013: 340 344), menerangkan bahwa konsep penggunaan tertinggi dan terbaik terhadap tanah kosong didasarkan atas konstribusi yang diberikan oleh tanah itu sendiri, yaitu tanah akan mempunyai nilai tinggi jika sesuai dengan properti yang berdiri di atasnya. Disamping itu juga tidak ditentukan dalam analisis subjektif oleh pemilik, developer, atau penilai, tetapi lebih ditentukan dan dibentuk oleh kekuatan kompetitif pasar di mana properti tersebut berada. Oleh karena itu, analisis dan interpretasi dari penggunaan tertinggi dan terbaik adalah dengan melakukan studi dan analisis finansial berdasarkan subjek properti. 6

1.2 Keaslian Penelitian Penelitian empiris mengenai penggunaan tertinggi dan terbaik secara khusus belum pernah dilakukan di Kabupaten Polewali Mandar bahkan di Provinsi Sulawesi Barat. Namun demikian, secara umum telah banyak dilakukan di luar negeri dan beberapa wilayah di Indonesia, antara lain sebagai berikut. 1. Winarno (2005), melakukan penelitian terhadap lahan milik Pemerintah Kabupaten Jombang yang terletak di Jalan Merdeka Kota Jombang (tanah eks stadion). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan yang tertinggi dan terbaik terhadap tanah kosong bekas stadion tersebut. Analisis yang digunakan yaitu analisis produktifitas setiap penggunaan, analisis penggunaan lahan, optimalisasi penggunaan lahan dan analisis keuangan, serta analisis pasar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan retail merupakan penggunaan yang tertinggi dan terbaik (highest and best use). 2. Dapaah dan Toh (2011), melakukan penelitian terhadap lahan yang memiliki lebih dari satu penggunaan dengan menggunakan analisis highest and best use. Karena lahan penelitian bersifat mixed-use, maka penentuan alokasi lahan untuk setiap peruntukan ditentukan dengan metode Non Linear Programing (NPL) yaitu metode yang mempertimbangkan proporsi penggunaan lahan berdasarkan sisa penggunaan lahan pada pilihan pertama secara berurutan. 3. Susanti (2011), meneliti penggunaan tertinggi dan terbaik terhadap tanah milik Pemerintah Kabupaten Bantul. Penelitian menggunakan 3 alat analisis yaitu analisis produktifitas, analisis pasar, dan analisis kelayakan keuangan. Selanjutnya untuk menentukan kelayakan investasi terhadap pilihan 7

penggunaan maka digunakan metode Net Present Value (NPV) serta analisisanalisis rasio yang relevan seperti Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP) dan Benefit Cost Ratio (BCR). Kesimpulan penggunaan lapangan futsal merupakan penggunaan tertinggi dan terbaik. 4. Luce (2012), meneliti sebuah tapak yang di atasnya terdapat bangunan kantor. Tahap analisis dimulai dari analisis tapak, zoning, dan analisis pasar. Hasil penelitian memberikan beberapa alternatif penggunaan yang memungkinkan untuk dikembangkan yaitu perkantoran, hotel, dan apartemen. Setelah dilakukan analisis pasar dan kelayakan finansial dari masing-masing alternatif, maka disimpulkan bahwa tidak ada dari satu alternatif tersebut yang mampu memberikan pengembalian investasi yang diharapkan. Dengan demikian, keputusan akhir yang diambil adalah menjual aset berupa tanah dan bangunan yang ada di atasnya. 5. Vince (2014), melakukan penelitian terhadap negara-negara yang tergabung dalam organisasi OECED untuk menentukan nilai tanah di perkotaan yang hampir tidak ada lagi tanah kosong. Penilaian dilakukan dengan melihat penggunaan tertinggi dan terbaik terhadap setiap properti yang bertujuan untuk menentukan nilai pajak atas tanah dan properti yang ada diatasnya. Perlakuan atau penetapan pajak terhadap suatu properti dilihat dari kegunaan tertinggi dan terbaik dari peroperti tersebut sehingga diharapkan adanya rasa keadilan, kesesuaian, dan transparansi dalam pengenaan pajak. 8

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan analisis penggunaan tertinggi dan terbaik. Adapun perbedaannya dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut. 1. Wilayah penelitian. Penelitian dilakukan terhadap tanah bekas lapangan sepak bola di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar dengan luas 11.299 meter persegi. 2. Pada penelitian lahan tersebut penggunaan jenis investasi mempertimbangkan perspektif masyarakat sekitar tapak. 1.3 Rumusan Masalah Adanya aset tetap milik pemerintah Kabupaten Polewali Mandar berupa lahan bekas lapangan sepak bola Gaswong Wonomulyo yang tidak difungsikan lagi sebagai lapangan bola atau fungsi lain. Kondisi tersebut tidak memberikan konstribusi secara ekonomi kepada daerah untuk menunjang peningkatan PAD Kabupaten Polewali Mandar. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian yang pertama adalah bagaimana penggunaan tertinggi dan terbaik pada lahan kosong atau diasumsikan kosong (eks lapangan Gaswong Wonomulyo) milik pemerintah Kabupaten Polewali Mandar agar aset tersebut bisa dioptimalkan dalam rangka memberikan konstribusi terhadap penerimaan PAD. Pertanyaan penelitian berikutnya adalah, apakah dengan analisis HBU berdasarkan faktor fisik, peraturan, dan keuangan dapat memperoleh manfaat dan keuntungan? 9

1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk hal-hal berikut. 1. Menganalisis penggunaan tertinggi dan terbaik berdasarkan faktor-faktor fisik, peraturan, keuangan, kelayakan, dan penggunaan yang mampu memberikan nilai dan keuntungan yang optimal. 2. Menggunakan alternatif yang tertinggi dan terbaik, agar aset non-operasional milik pemerintah daerah dapat dimanfaatkan. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pemerintah mengenai penggunaan tertinggi dan terbaik terhadap tanah kosong maupun tanah yang sudah terbangun milik pemerintah. Pendayagunaan aset nonoperasional khususnya tanah di Jalan Trans Sulawesi Kecamatan Wonomulyo sebagai upaya dalam menggali potensi sumber daya dan memberikan konstribusi pada pendapatan asli daerah. Selain itu, analisis penggunaan tertinggi dan terbaik dapat menjadi dasar pertimbangan dalam melaksanakan proyek-proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemeritah. 1.6.2 Manfaat Akademis Hasil penelitian diharapkan menambah khazanah pengetahuan tentang analisis penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) terhadap tanah kosong maupun tanah yang sudah terbangun. Selain itu, dapat menjadi sumber penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan analisis penggunaan tertinggi dan terbaik. 10

1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, mencakup uraian tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, mencakup tentang kajian terhadap penelitian terdahulu dan landasan teori. Bab III Metode Penelitian, menjelaskan tentang desain penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, dan metode analisis data. Bab IV Analisis, menguraikan hasil analisis atau pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran berisikan kesimpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran. 11