METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

TEST OF PERFOMANCE ERK HYBRID DRYER WITH BIOMASS FURNACE AS ADDITIONAL HEATING SYSTEM FOR NUTMEG SEED (Myristica sp.) DRYING

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

SKRIPSI UJI PERFORMANSI MODEL PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK)-HYBRID TIPE RAK BERPUTAR PADA. PENGERINGAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

KARAKTERISASI FISIK BIJI PALA (Myristica sp.) SELAMA PROSES PENGERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN ERK HYBRID

Analisis Pengeringan Sawut Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Menggunakan Pengering Efek Rumah Kaca (ERK)

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

BAB III METODOLOGI. 1.1 Lokasi dan Waktu. 1.2 Alat dan Bahan Alat Bahan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN PEMANASAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR DATAR UNTUK PENGERINGAN GABAH

UJI KINERJA RUMAH KACA PENGERING DENGAN BANTUAN SEL SURYA SEBAGAI PENGGERAK KI PAS. Oieh : Ame Srima Tarigan F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

UJI PERFORMANSI PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK)-HYBRID TIPE RAK BERPUTAR UNTUK PENGERINGAN SAWUT UBI JALAR (Ipomoea batatas L.

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

II. TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

LAJU PENGERINGAN KAPULAGA MENGGUNAKAN ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA DENGAN BANTUAN TUNGKU BIOMASSA

METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

III. METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK PENGERINGAN CHIPS MANGGA MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA KACA GANDA

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

BAB II LANDASAN TEORI

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING ENERGI SURYA EFEK RUMAH KACA (ERK) DENGAN MENGGUNAKAN PEMANAS TAMBAHAN UNTUK PENGERINGAN BIJI KAKAO.

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG MERAH (Alium Ascalonicum. L) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING ERK (Greenhouse)

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PANAS PADA PENGERINGAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK)

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) HYBRID TIPE RAK UNTUK PENGERINGAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorizza Roxb.) ELSAMILA ARITESTY

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

KARAKTERISTIK PENGERINGAN KULIT MANGGIS DENGAN ALAT PENGERING HIBRID TIPE RAK. (Mangosteen Peel Drying Characteristics by Hybrid Rack Dryer)

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

Transkripsi:

III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Juli 2009 hingga bulan Agustus tahun 2009 B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang diperoleh dari petani jamur di Ciampea. Mesin yang diuji yaitu mesin pengering efek rumah kaca (ERK)-hybrid tipe rak berputar. Pengering ini terdiri dari bagian-bagian dengan spesifikasi sebagai berikut (Gambar 3 dan Gambar 4) : a. Bangunan berbentuk trapesium dengan atap melengkung agar memudahkan aliran air hujan turun ke bawah. Atap dan dinding dengan tebal 0.0005 m terbuat dari bahan polikarbonat transparan agar dapat meneruskan radiasi matahari yang menjadi sumber energi pengeringan ini. Ukuran dari bangunan dengan panjang x lebar x tinggi adalah : 1100 mm x 860 mm x 1300 mm. b. Penyerap (absorber) yang berupa plat hitam yang sekaligus sebagai lantai pengering terbuat dari plat besi dengan tebal 1 mm. c. Inlet berfungsi untuk memasukkan udara yang akan dipanaskan sebagai media pengeringan dan pembawa uap air hasil pengeringan. d. Outlet dan kipas penghisap dengan daya 60 Watt berfungsi untuk mengeluarkan uap air hasil pengeringan. e. Silinder pengering yang digerakkan oleh motor listrik 40 Watt memiliki kecepatan putaran 1 rpm. f. Rak berputar sebagai wadah produk sekaligus sarana untuk menyeragamkan aliran udara. Rak berputar ini masing-masing 17

berukuran 600 mm x 200 mm x 30 mm. ray yang sudah berisi bahan yang akan dikeringkan diletakkan di rak tersebut. g. Radiator digunakan untuk memindahkan panas dari air panas ke udara pengeringan. h. Pemanas tambahan yang terdiri dari tangki air dengan elemen pemanas 1000 W, pompa air 125 W untuk sirkulasi. i. Sistem transmisi terdiri dari sprocket and chain. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. imbangan digital AND Model EK-1200 A. 2. ermokopel tipe (C-C). 3. Anemometer Kanomax Model 6011. 4. Pyranometer ipe MS-42. 5. ermometer alcohol. 6. Drying oven tipe SS-204D. 7. Hybrid recorder HR-2500E. 8. Cawan petri. 9. Desikator. Prinsip kerja dari mesin pengering adalah sebagai berikut : Energi matahari berupa gelombang pendek ditransmisikan melalui atap dan dinding diserap oleh absorber dan sebagian dipantulkan. Pantulan dalam bentuk gelombang panjang ini terperangkap dalam ruangan karena tidak dapat menembus dinding transparan sehingga terjadi akumulasi panas yang menyebabkan peningkatan suhu di dalam rumah kaca yang sekaligus sebagai ruang plenum. Energi panas ini dengan bantuan kipas dipakai untuk mengeringkan bahan yang ada dalam rak pengering. Penggunaan rak pengering yang dapat diputar kea arah vertikal dimaksudkan agar bahan yang dikeringkan mendapatkan panas secara merata sehingga hasil pengeringan lebih seragam dan waktunya lebih cepat bila dibandingkan dengan rak yang statis (Wahyudi, 2009). Model pengering ERK-hybrid tipe rak berputar tampak depan dan tampak samping masing-masing dapat dilihat pada Gambar 18

3 dan 4. Gambar teknik alat pengering efek rumah kaca (ERK)-hybrid tipe rak berputar beserta komponen-komponennya dapat dilihat dalam Lampiran 9. f c h b g Gambar 3. Model pengering ERK-hybrid tipe rak berputar tampak depan. d e Gambar 4. Model pengering ERK-hybrid tipe rak berputar tampak samping. 19

C. Parameter yang Diukur Parameter-parameter yang diukur untuk menentukan performansi alat adalah suhu ruang pengering dan sebarannya, laju pengeringan, lama pengeringan, efisiensi penggunaan energi, dan mutu produk yang dikeringkan. 1. Sebaran suhu Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer dan termokopel. Suhu yang diukur adalah suhu bola kering dan bola basah lingkungan, suhu bola kering dan bola basah ruang pengering, suhu bola kering dan bola basah di outlet, dan suhu bahan. 2. Laju pengeringan Laju pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan persatuan waktu atau perubahan kadar air bahan dalam satuan waktu (persamaan 3). Data terkait yang dibutuhkan adalah massa awal produk dan kadar air awal produk sebelum dikeringkan, massa akhir dan kadar air akhir produk setelah dikeringkan, kadar air selama proses pengeringan, dan waktu pengeringan. Selain itu juga dilakukan pengukuran terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengeringan yaitu kecepatan udara pengering dan kelembaban udara (RH). Kadar air bahan dihitung dengan persamaan berikut ini : ma Ka (% bb) = x 100%... (1) m + m a p ma Ka (% bk) = x 100%...... (2) m Ka = kadar air (%) m a = massa air (gram) m = massa padatan (gram) p p Laju pengeringan dapat diketahui dengan persamaan berikut ini : 20

dw dt = w t w t Δ t + Δt... (3) dw dt w t = laju pengeringan (% bk/jam) = kadar air pada waktu ke t (% bk/jam) wt Δ t + = kadar air pada waktu ke t + t (% bk/jam) t = selang waktu (jam) 3. Efisiensi penggunaan energi Efisiensi energi pada proses pengeringan adalah perbandingan antara total output energi yang terpakai oleh produk yang dikeringkan dengan input energi pada sistem pengering ERK tersebut. Data-data input energi yang diperlukan meliputi data iradiasi surya dan jumlah energi listrik yang digunakan. Sedangkan data output energi berupa massa air yang diuapkan dari bahan (selisih berat akhir dan berat awal bahan), suhu bahan, suhu udara pengering, RH, dan kecepatan volumetrik udara pengering. Efisiensi termal adalah perbandingan antara panas yang diterima udara dalam mesin pengering dengan total input energi yang digunakan oleh mesin pengering. Kebutuhan energi spesifik merupakan jumlah energi yang diterima (masuk) dibandingkan dengan satu satuan massa air yang diuapkan dari produk. a. Iradiasi surya dihitung dengan : 1000 I = I P... (4) 7 I = iradiasi surya (W/m 2 ) I P = data iradiasi surya keluaran dari pyranometer (mv) b. Energi surya yang diterima model pengering 1 = 3.6 I R AP ( τα ) P t...... (5) 21

1 = energi surya yang diterima model pengering (kj) I R = iradiasi surya (W/m 2 ) A P = luas permukaan model pengering (m 2 ) τ = transmisivitas bahan model pengering (-) α = absorpsivitas bahan penyerap (-) t = lamanya penyinaran matahari (jam) c. Panas yang digunakan untuk menguapkan air produk H fgw = ( 2500 2.3775 ) 1000... (6) = suhu (K) = 2 m u H ap fgw... (7) 2 = panas yang digunakan untuk menguapkan air produk (kj) m u = massa air yang diuapkan (kg) ap H fgw = panas laten penguapan air bebas (kj/kg) d. Panas yang digunakan untuk menaikkan suhu produk Nilai Cp ditentukan dengan persamaan Siebel (Heldman dan Singh, 1989) sebagai berikut : C pb = 0.837 + 0,034 M... (8) 0 = m C ( ) pb...... (9) 1 3 0 2 C = panas jenis produk (kj/kgºc) pb M 0= kadar air awal produk (% bb) 3 = panas yang digunakan untuk menaikkan suhu produk (kj) m 0 = massa awal produk (kg) 1 = suhu produk sebelum dipanaskan (ºC) 22

2 = suhu produk setelah dipanaskan (ºC) e. Panas yang diterima udara model pengering m = mud Cud ( R l ) 3600 t... (10) 4 ud qu =...... (11) v 4 = panas yang diterima udara model pengering (kj) m ud = laju aliran massa udara (kg/s) C ud = kalor jenis udara (kj/kgºc) l = suhu udara lingkungan (ºC) R = suhu udara pengering (ºC) t = lama pengeringan (jam) q u = debit udara (m 3 /s) v = volume jenis udara (m 3 /kg) f. Energi untuk menguapkan air produk dan menaikkan suhu produk = +...... (12) 5 2 3 5 = energi untuk menguapkan air produk dan menaikkan suhu produk (kj) 2 = panas yang digunakan untuk menguapkan air produk (kj) 3 = panas yang digunakan untuk menaikkan suhu produk (kj) g. Energi listrik yang digunakan untuk heater, menggerakkan kipas outlet, menggerakkan kipas pada penukar panas, motor listrik untuk menggerakkan rak, dan untuk pompa air = +... (13) 11 6 + 7 + 8 + 9 10 11 = ( 3.6 P6 t6 ) + (3.6 P7 t7 ) + (3.6 P8 t8 ) + (3.6 P9 t9 ) + (3.6 P10 t10 )... (14) 23

11 = energi listrik yang digunakan untuk heater, menggerakkan kipas outlet, menggerakkan kipas pada penukar panas, motor listrik untuk menggerakkan rak, dan untuk pompa air (kj) 6 = energi listrik yang digunakan untuk heater (kj) 7 = energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan kipas outlet (kj) 8 = energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan kipas pada penukar panas (kj) 9 = energi listrik yang digunakan motor listrik untuk menggerakkan rak (kj) 10 = energi listrik yang digunakan untuk pompa air (kj) P = daya (watt) t = lama pemakaian (jam) h. Energi total yang masuk ke sistem = 1 + 11...... (15) = energi total yang masuk ke sistem (kj) 1 = energi surya yang diterima model pengering (kj) 11 = energi listrik yang digunakan untuk heater, menggerakkan kipas outlet, menggerakkan kipas pada penukar panas, motor listrik untuk menggerakkan rak, dan untuk pompa (kj) i. Efisiensi otal Sistem Pengeringan η = 5 x 100%... (16) η = efisiensi total sistem pengeringan (%) 5 = energi untuk menguapkan air produk dan menaikkan suhu produk (kj) = energi total yang masuk ke sistem (kj) 24

4. Mutu Produk Sangat penting jika suatu pengolahan atau proses yang mengubah suatu bahan adalah mempertahankan kualitas produk itu sendiri. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sayuran jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang mengandung cukup protein. Jamur tiram segar mengandung protein sebesar 30.4% per berat kering dengan kadar air 90.8% (Rismunandar, 1982). Pengujian terhadap mutu produk jamur tiram putih dilakukan terhadap kadar protein yang dilakukan dengan menggunakan metode AOAC.991.20.1999, kadar air awal, dan kadar air akhir dengan menggunakan metode oven. D. Percobaan Pengeringan Bahan Pada penelitian ini unjuk kerja mesin pengering ERK tipe rak berputar dilihat dari keefektifan mesin dalam mengeringkan jamur tiram sesuai dengan tujuan penelitian. Salah satu parameter keberhasilan mesin pengering ini dapat dilihat dari mutu jamur tiram kering yang dihasilkan. Mutu jamur tiram kering tersebut dapat dinilai di antaranya dari kadar protein dan keseragaman kadar air akhir jamur tiram. ingkat keseragaman kadar air dapat dicapai dengan memutar rak pada selang waktu tertentu. Hasilnya akan dibandingkan dengan penjemuran biasa (kontrol) dan tanpa pemutaran rak. Dalam penelitian ini dikondisikan dalam lima percobaan sebagai berikut : 1. Percobaan I : pengeringan dengan kapasitas 1.8 kg jamur pada pagi hingga sore hari (pukul 08:00 WIB-16:00 WIB). Setiap 1 jam, rak digeser sebesar 45º dan tanpa diputar. Perlakuan ini digunakan sebagai pembanding percobaan berikutnya yaitu dengan pemutaran terhadap rak. 2. Percobaan II : pengeringan dengan kapasitas 1.8 kg jamur pada pagi hingga sore hari (pukul 08:00 WIB-16:00 WIB). Setiap 1 jam, rak digeser sebesar 45º dan diputar selama 5 menit di awal dan di akhir jam. Adanya pemutaran rak dimaksudkan untuk meratakan suhu udara di dalam ruang pengering sehingga penurunan kadar air lebih cepat dan lebih seragam. 25

3. Percobaan III : pengeringan dengan kapasitas 1.8 kg jamur pada pagi hingga sore hari (pukul 08:00 WIB-16:00 WIB). Setiap 1 jam, rak digeser sebesar 45º dan diputar selama 10 menit di awal dan di akhir jam. Percobaan ini untuk membandingkan dengan percobaan II ditinjau dari keseragaman kadar air. 4. Percobaan IV : pengeringan dengan kapasitas 4 kg jamur pada pagi hingga malam hari (pukul 08:00 WIB-20:00 WIB). Setiap 1 jam, rak digeser sebesar 45º dan diputar selama 10 menit di awal dan di akhir jam. Pengeringan yang dilakukan hingga malam hari ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai efisiensi penggunaan energi jika dilakukan pengeringan dengan kapasitas pengeringan yang lebih banyak daripada percobaan sebelumnya. 5. Pengeringan dengan kapasitas 4 kg jamur pada pagi hingga sore hari (pukul 08:00 WIB-16:00 WIB). Setiap 1 jam, rak digeser sebesar 45º dan diputar selama 10 menit di awal dan di akhir jam. Percobaan ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai efisiensi penggunaan energi jika dilakuan pengeringan sampai sore hari dengan pengeringan yang dilakukan sampai malam hari. E. Metode Pengambilan Data Proses pengeringan dilakukan secara kontinyu sampai kadar air bahan konstan. Metode pengambilan data untuk masing-masing parameter kinerja mesin adalah sebagai berikut : 1. Suhu Pengukuran suhu dilakukan untuk mengetahui profil suhu dan sebarannya di dalam ruang pengering. Alat yang digunakan antara lain termokopel tipe CC, Chino recorder Yokogawa, dan thermometer alcohol. Waktu pengukuran suhu dilakukan secara periodik setiap satu jam sekali. itik pengamatan suhu dan kecepatan udara dapat dilihat pada Gambar 5. 26

Gambar 5. itik-titik pengukuran 1-8 : Suhu bahan rak 1- rak 8, 9 : suhu bola basah lingkungan, 10 : suhu bola kering lingkungan, 11 : Suhu bola basah di outlet, 12 : suhu bola kering di outlet, 13 : suhu bola basah ruang pengering, 14 : suhu bola kering ruang pengering, A-B : Suhu bahan kontrol, 15 : Iradiasi surya, V1 : Kecepatan udara masuk, V2 : Kecepatan udara keluar. 2. Iradiasi surya Iraduiasi surya merupakan laju energi per satuan luas (W/m 2 ) di suatu lokasi (Abdullah et all, 1998). Pengukuran radiasi surya dilakukan dengan menggunkan alat pyranometer. Pyranometer ini akan ditempatkan di sekitar alat pengering yang tidak terhalang sinar matahari. Data keluarannya berupa tegangan (mv) yang terlihat pada digital multimeter. Nilai 1 mv keluaran pyranometer setara dengan 1000/7 W/m 2. Pengambilan data dilakukan setiap satu jam sekali. 3. Kadar air bahan Kadar air bahan yang diukur merupakan kadar air awal, kadar air akhir, dan kadar air bahan pada suatu waktu selama proses pengeringan. 27

Metode yang digunakan untuk mengukur kadar air awal bahan adalah metode oven. Sampel produk awal dikeringkan di dalam oven selama 24 jam dalam suhu 100 o C-105 o C. Penentuan kadar air bahan selama proses pengeringan didasarkan pada metode penurunan massa produk selama proses pengeringeringan. Pengambilan data massa sampel dilakukan setiap satu jam sekali. Sampel bahan yang akan diambil berjumlah 10 buah yaitu sampel control (A & B), sampel pada rak 1-8 (1-8). Peralatan yang digunakan antara lain timbangan digital, timbangan duduk, dan oven. 4. Kelembaban udara Pengukuran kelembaban udara relative (RH) dilakukan mengikuti pengukuran suhu. Nilai RH yang diukur meliputi RH ruang pengering, RH outlet, dan RH lingkungan. Nilai RH diperoleh dengan cara memplotkan data suhu bola basah (bb) dan suhu bola kering (bk) pada psychometric chart (Gambar 6). Gambar 6. Psychometric chart 28

5. Kecepatan Udara Kecepatan udara diukur dengan menggunakan anemometer. Kecepatan udara yang diukur meliputi kecepatan udara inlet dan kecepatan udara outlet. Pengambilan data dilakukan setiap satu jam sekali mengikuti pengambilan data suhu dan radiasi. 6. Lama pengeringan Lama pengeringan merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan produk sampai kadar akhir konstan. Lama pengeringan dihitung saat alat mulai dioperasikan sampai massa bahan konstan. 7. Kebutuhan energi listrik Energi listrik digunakan untuk menggerakka kipas, motor penggerak rak, kipas radiator, dan untuk menyalakan heater. Kebutuhan diukur berdasarkan daya dan waktu efektif selama proses pengeringan. 8. Mutu produk Analisis mutu dilakukan terhadap kadar protein jamur tiram hasil pengeringan dan kadar air akhir dari jamur tiram kering. F. Prosedur Penelitian Diagram alir kegiatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 7. ahap pengeringan jamur dapat dilihat pada Lampiran 7. 29

Persiapan bahan Persiapan alat Pengukuran massa bahan sebelum pengeringan Pengukuran kadar air awal bahan Pengeringan bahan Pengukuran massa bahan setelah pengeringan Pengukuran kadar air akhir bahan Gambar 7. Diagram alir kegiatan penelitian. 30