III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

III. METEDOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Nopember 2013

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2015 di

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

III. METODE PENELITIAN. Pertanian, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, dan Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

1 atm selama 15 menit

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Juni

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada bulan Juli 2009 Oktober 2010.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

3 Metode Penelitian 3.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

III.METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. bio.unsoed.ac.id. Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 4 macam, yaitu:

Transkripsi:

20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah shaker inkubator (inkubator goyang) merek Edmund Buhler Swip KL-2, autoklaf merek Speed Clave Model S-90 N, Laminar air flow CRUMA model 9005-FL, Inkubator merek P-Selecta, spektrofotometer UV-VIS merek Hitachi 150-280, oven, lemari pendingin, magnetic stirrer, penangas air, timbangan analitik, ph meter, erlenmeyer, cawan petri, jarum ose, mikropipet, dan peralatan umum laboratorium lainnya. Bahan-bahan yang digunakan adalah medium YMA (Yeast Malt Agar), media inokulum YM (Yeast Malt), buffer fosfat, NaCl, antibiotik (Nistatine dan Streptomycine), bircwood xylan (Sigma Chemical Co.), indikator congo red,

21 pereaksi DNS, air suling, dan kertas saring. Sampel yang digunakan yaitu jerami padi dan tanah yang berasal dari Pringsewu, Lampung. C. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan Media a. Pembuatan media YMA (Yeast Malt Agar) Medium YMA terdiri dari 4 g ekstrak khamir, 10 g ekstrak malt, 15 g glukosa, 15 g agar-agar per 1 Liter media, diautoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC dan tekanan 2 atm, kemudian ditambahkan dengan 50 µg/l Nistatine dan 25 µg/l Streptomycine. b. Pembuatan media inokulum YM (Yeast Malt) Medium YM terdiri dari 4 g ekstrak khamir, 10 g ekstrak malt dan 15 g glukosa per 1 Liter media, kemudian diautoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC dan tekanan 2 atm. 2. Pembuatan pereaksi a. Pembuatan Buffer fosfat 1) Larutan Stok A (NaH 2 PO 4 H 2 O 0,2 M) Sebanyak 27,8 g NaH 2 PO 4 H 2 O dilarutkan dengan air suling hingga volume 1000 ml. 2) Larutan Stok B (Na 2 HPO 4 2H 2 O 0,2 M) Sebanyak 35,6 g Na 2 HPO 4 2H 2 O dilarutkan dengan air suling hingga volume 1000 ml.

22 b. Pembuatan Pereaksi DNS Larutan A : 3 g NaOH; 0,6 g fenol; 3 g DNS dalam 240 ml air suling. Larutan B : 0,25 g Na-sulfit; 2 g Na-K-tartarat dan 5 ml air suling. Sebanyak 3 ml larutan B ditambahkan pada 240 ml larutan A dan ditambahkan air suling hingga volume 300 ml. c. Pembuatan NaCl 0,85% Sebanyak 0,85 g NaCl dilarutkan dengan air suling hingga volume 100 ml. 3. Isolasi dan Pemurnian Actinomycetes Pada isolasi dan pemurnian Actinomycetes diharapkan dapat memperoleh isolat Actinomycetes yang murni. Bakteri Actinomycetes diisolasi dari fermentasi jerami padi pada media mineral tanah. Sebanyak 5 g jerami padi yang telah dikeringkan dipotong 2-3 cm (Mishar et al., 2001) kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf. Pengkayaan media dilakukan dengan cara jerami padi dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 500 ml air suling. Wadah ditutup dengan sumbat dan diinkubasi pada suhu ruang selama 7 hari. Selanjutnya sebanyak ± 2 g substrat jerami dimasukkan ke dalam 9 ml larutan garam NaCl 0.85% dan dihomogenisasi. Kemudian filtratnya diencerkan berseri hingga 10-3 dan dilakukan plating pada media YMA dengan antibiotik Nistatine 50 μg/l dan Streptomycine 25 µg/l. Inkubasi dilakukan pada inkubator selama 4-7 hari bila perlu dilanjutkan hingga 14 hari. Untuk memperoleh koloni

23 tunggal dilakukan dengan cara memindahkan koloni yang terbentuk ke media YMA baru dan digores secara kuadran hingga diperoleh koloni tunggal. 4. Penetapan Kadar Hemiselulosa Jerami Padi Analisis hemiselulosa dilakukan dengan metode Chesson (Datta, 1981). Sebanyak 1 g (a) jerami padi ditambahkan 150 ml air suling kemudian direfluk pada suhu 100 o C selama 1 jam. Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air panas sebanyak 300 ml. Residu kemudian dikeringkan dengan oven sampai konstan kemudian ditimbang (b). Residu ditambahkan 150 ml H 2 SO 4 1 N kemudian direfluk selama 1 jam suhu 100 o C. Hasilnya disaring dan dicuci dengan air suling sebanyak 300 ml. Residu dikeringkan dan ditimbang (c). Residu kering ditambahkan 10 ml H 2 SO 4 72% dan direndam pada suhu kamar selama 4 jam. Ditambahkan 150 ml H 2 SO 4 1 N dan direfluk selama 1 jam. Residu disaring dan dicuci dengan air suling sebanyak 400 ml, kemudian dipanaskan dengan oven dengan suhu 105 o C dan hasilnya ditimbang (d), selanjutnya residu diabukan dan ditimbang (e). Perhitungan kadar hemiselulosa sebagai berikut:

24 5. Penapisan Isolat Xilanolitik Penapisan isolat xilanolitik dilakukan untuk mengetahui isolat yang mempunyai kemampuan untuk mendegradasi xilan dengan menggunakan media YMA yang mengandung 4 g ekstrak khamir, 10 g ekstrak malt, 15 g glukosa, 15 g agar-agar per 1 Liter media. Untuk pengujian aktivitas xilanolitik pada media ditambahkan 5 g birchwood xylan (Sigma Chemical Co.). Koloni murni ditumbuhkan diatas media YMA diinkubasi selama 7 hari. Pada bagian atas permukaan media disebar larutan 1% congo red dan dibiarkan selama 15 menit, kemudian ditambahkan larutan NaCl 1M dan dibiarkan selama 15 menit. Koloni yang memiliki aktivitas xilanolitik akan membentuk zona jernih (Teather and Wood, 1982). 6. Optimasi Fermentasi Fase Padat Pada tahap ini dilakukan untuk mendapatkan variasi perbandingan substrat:buffer dan variasi ph optimum pada fermentasi fase padat. Isolat yang memiliki aktivitas xilanolitik tertinggi ditumbuhkan pada media YM selama 4-5 hari untuk memperoleh jumlah sel yang cukup. Sebanyak 10 ml inokulum ditambahkan kepada 10 g jerami padi ukuran 1-2 cm yang telah disterilkan. Kemudian digunakan variasi perbandingan substrat:buffer fosfat sebesar 1:1, 1:2, 1:3 dan variasi ph 6, 7 dan 8 (Beg et al., 2000). Proses fermentasi dilakukan selama 21 hari, dimana pemanenan dilakukan dengan menambahkan 100 ml akuades, kemudian diaduk dan disaring untuk memisahkan filtratnya. Kontrol juga dilakukan

25 dengan prosedur fermentasi fase padat dengan variasi perbandingan substrat:buffer dan variasi ph namun tidak ditambahkan dengan isolat Actinomycetes terpilih. Hal yang diamati dalam fermentasi adalah kadar xilosa yang dihasilkan. Pengukuran kadar xilosa dilakukan dengan menggunakan metode kolometri DNS (Miller, 1959) pada panjang gelombang 540 nm. 7. Penetapan Waktu Optimum Hidrolisis Jerami Padi Pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh waktu optimum dalam proses hidrolisis. Isolat yang memiliki aktivitas xilanolitik di fermentasi pada kondisi ph dan perbandingan substrat:buffer optimum yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Sebanyak 10 ml inokulum ditambahkan kepada 10 g jerami padi ukuran 1-2 cm yang telah disterilkan. Fermentasi dilakukan selama 30 hari, setiap 5 hari secara periodik dilakukan pemanenan dengan menambahkan 100 ml 0,2 M buffer fosfat ph optimum, kemudian diaduk dan disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh digunakan untuk mengkuantifikasi kadar xilosa dan aktivitas enzim (Ramachandra et al., 1987). 8. Produksi Enzim Xilanase Pada tahap ini dilakukan untuk mendapatkan enzim xilanase dalam jumlah besar yang akan digunakan pada tahap selanjutnya. Produksi enzim xilanase dilakukan dengan mengikuti prosedur fermentasi fase padat

26 dengan menggunakan kondisi optimum pada penetapan waktu optimum hidrolisis jerami padi. Sebanyak 100 ml inokulum ditambahkan pada 100 g jerami padi ukuran 1-2 cm. Pemanenan dilakukan pada waktu optimum dengan menambahkan 1000 ml 0,2 M buffer fosfat ph optimum kemudian diaduk dan disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh digunakan sebagai ekstrak kasar enzim xilanase yang akan diukur aktivitasnya. 9. Pengukuran Aktivitas Enzim Pengukuran aktivitas enzim dilakukan untuk mengetahui kemampuan enzim dalam menghasilkan xilosa per menit. Aktivitas xilanase diujikan dengan substrat bircwood xylan. Sampel: Sebanyak 1 ml substrat 0,5% birchwood xylan ditambahkan 0,9 ml 0,2M buffer fosfat ph optimum. Kemudian larutan ini ditambahkan 0,1 ml ekstrak kasar enzim dihomogenisasi lalu diinkubasi pada suhu 30 o C selama 30 menit lalu ditambahkan 2 ml pereaksi DNS dan segera dipanaskan pada suhu 100 o C selama 15 menit dan didinginkan pada suhu ruang. Kontrol: Sebanyak 1 ml substrat 0,5% birchwood xylan ditambahkan 0,9 ml 0,2M buffer fosfat ph optimum lalu diinkubasi pada suhu 30 o C selama 30 menit. Kemudian ditambahkan 0,1 ml ekstrak enzim dan 2 ml pereaksi DNS dan segera dipanaskan pada suhu 100 o C selama 15 menit dan didinginkan pada suhu ruang. Pengukuran absorbansi masing-masing larutan dilakukan pada 540 nm. Satu unit aktivitas xilanase didefinisikan

27 sebagai jumlah mol xilosa yang diihasilkan per menit untuk setiap ml enzim pada kondisi optimumnya. ( ) ( ) 10. Pengendapan Enzim dengan Amonium sulfat Pengendapan dengan amonium sulfat ini dilakukan untuk memurnikan enzim dengan cara ekstrak kasar enzim yang diperoleh selanjutnya difraksinasi dengan amonium sulfat. Fraksinasi dilakukan secara bertingkat menggunakan amonium sulfat dengan tingkat kejenuhan yang berbeda, yaitu dengan derajat kejenuhan 0-35% (F1), 35-70% (F2), dan 70-95% (F3). Supernatan enzim kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 20 menit pada suhu 25 o C. Enzim yang mengendap dilarutkan dalam 0,2 M buffer fosfat ph optimum, kemudian ditentukan aktivitasnya dengan metode DNS (Miller, 1959).

28 Ekstrak kasar enzim + (NH 4 ) 2 SO 4 Endapan (F1) Filtrat + (NH 4 ) 2 SO 4 Endapan (F2) Filtrat + (NH 4 ) 2 SO 4 Endapan (F3) Filtrat Gambar 3 : Skema proses fraksinasi enzim dengan amonium sulfat Dimana berat ammonium sulfat yang ditambahkan sebanyak volume ekstrak kasar dibagi dengan 1000 dan dikalikan dengan persentase (NH 4 ) 2 SO 4 pada tingkat kejenuhan tertentu yang sesuai dengan tabel presentase saturasi ammonium sulfat.