Identifikasi Potensi Bahaya Dengan Metode Hazard And Operability Study (HAZOP) Di Area Boiler PT. XYZ

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT.

Strategi Minimisasi Potensi Bahaya Berdasarkan Metode Hazard and Operability (HAZOP) di PT. Agronesia

ANALISA RISIKO K3 DENGAN PENDEKATAN HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor terpenting dari suatu pekerjaan. Dalam pemenuhan kebutuhannya,

FIAN SYAFRUDIN ABRAHAM

Kata Kunci Risk Management, boiler, HAZOP, emergency response plan, SIL

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENILAIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC DI PT. X PASURUAN JAWA TIMUR

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

1. Bagian Utama Boiler

Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP

Abstrak. Kata kunci : HAZOP, perangkingan, risk assessment

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

BAB II LANDASAN TEORI

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

Analisa dan Estimasi Penurunan Risiko dengan Job Safety Analysis pada Departemen Warehouse

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

61511 : LOGO

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Safety System dan Manajemen Risiko pada Steam Boiler PLTU di Unit 5 Pembangkitan Paiton, PT. YTL

Strategi Minimisasi Potensi Bahaya Berdasarkan Metode Hazard and Operability (HAZOP) Di PT. Agronesia *

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR COAL DENGAN KAPASITAS 110 TON/JAM PADA PLTU PANGKALAN SUSU

Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis)

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

Analisis Safety System dan Manajemen Risiko pada Steam Boiler PLTU di Unit 5 Pembangkitan Paiton, PT. YTL

Analisis Kecelakaan Kerja Untuk Meminimisasi Potensi Bahaya Menggunakan Metode Hazard and Operability dan Fault Tree Analysis (Studi Kasus Di PT X) *

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

Teknik Identifikasi Bahaya Menggunakan Metode HAZOP (Hazard and Operability Study)

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pengertian Keselamatan Kerja Pengertian Kesehatan Kerja

Abstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR. Analisa Risiko Kerja Pada Proses Start - Up Unit Boiler Turbine Dengan Metoda Enterprise Risk Management (ERM)

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

Analisis Penerapan Keselamatan Kerja Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment (HIRA) Dengan Pendekatan Fault Tree Anlysis (FTA)

ARINA ALFI FAUZIA

EVALUASI KESELAMATAN PADA BOILER FUEL DENGAN METODE LAYERS OF PROTECTION ANALYSIS (LOPA) STUDI KASUS : PT. IPMOMI

JPTM. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2017, Halaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan ketentuan peraturan perundangan bahwa ketel uap adalah suatu

Nurbowo Dwinalto Arindra

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN PROGRAM K3 PADA PEMBANGUNAN GEDUNG TINGGI DI KOTA PONTIANAK

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2012 ISBN No

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP) DAN PENENTUAN SAFETY INTEGRITY LEVEL (SIL) PADA BOILER SB-02 PT. SMART Tbk SURABAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA KEBUTUHAN UDARA UNTUK PEMBAKARAN SEMPURNA PADA BOILER UNIT 1 PLTU 3 JAWA TIMUR TANJUNG AWAR-AWAR TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

RISK ASSESSMENT KECELAKAAN KERJA PADA PENGOPERASIAN BOILER DI PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI AREA PRODUKSI AEROSOL PT. UNZA VITALIS SALATIGA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir dan kriteria penelitiannya adalah sebagai berikut:

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

Usulan Perbaikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Menggunakan Metode Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA) *

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2016 to user

IDENTIFIKASI RISIKO PADA BOILER COAL FIRING SYSTEM FASILITAS PEMBANGKIT PT PJB UNIT PEMBANGKITAN PAITON

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin.

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

IDENTIFIKASI KECELAKAAN KERJA DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD DAN OPERABILITY ( HAZOP

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, Indonesia sudah banyak mengembangkan kegiatan pendirian unit -

ANALISIS KECELAKAAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV BAHASAN UTAMA

Dewi Widya Lestari

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

PROTOTYPE STEAM POWER PLANT (Efisiensi Fire Tube Boiler pada Steam Power Plant Ditinjau dari Perbandingan Udara dan Bahan Bakar)

BAB III PROSES PEMBAKARAN

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara

Transkripsi:

Identifikasi Potensi Bahaya Dengan Metode Hazard And Operability Study (HAZOP) Di Area Boiler PT. XYZ Euis Jamilah 1, Yayan Harry Yadi 2, Ani Umyati 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa iez.euis@gmail.com 1, yayan@ft-untirta.ac.id 2, ani_umyati@ft-untirta.ac.id 3 ABSTRAK PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri gula rafinasi di Banten. Pemenuhan kebutuhan energi listrik dari seluruh kegiatan perusahaan berasal dari sumber tenaga listrik oleh tenaga uap boiler. Area boiler merupakan bagian dari perusahaan yang memiliki kemungkinan potensi bahaya tinggi. Peningkatan jumlah kecelakaan kerja terjadi pada tahun 2013 di PT. XYZ dengan korban sebanyak 53% berasal dari area boiler. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan identifikasi bahaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di area boiler dengan metode HAZOP. Proses identifikasi dilakukan oleh tim yang dibentuk pada awal tahapan HAZOP. Berdasarkan identifikasi didapatkan 10 node, yaitu FDF, IDF, grate, coal, drum, deaerator, condensate, water, steam, dan furnace. Penilaian risiko terdapat 3 kategori tingkat risiko, yaitu risiko sedang, rendah, dan tinggi. Risiko terbesar yaitu tinggi terdapat pada node steam parameter pressure dan node furnace parameter pressure. Rekomendasi yang diberikan adalah dengan pemberian APD berupa masker, monitoring parameter, pengontrolan parameter dengan checklist, pengontrolan elemen air dan peralatan, maintenance, pemasangan safety alarm, penggunaan peralatan economizer, dan SOP penanganan trouble akibat deviasi. Kata kunci: identifikasi potensi bahaya, HAZOP, boiler ABSTRACT PT. XYZ is a company engaged in manufacturing refined sugar in Banten. Electrical energy needs of the entire activities of the company is derived from a source of electric power by steam boilers. Area boiler is part of a company that has a high likelihood of potential danger. Increasing the number of occupational accidents occurred in 2013 in PT. XYZ by victims as much as 53% comes from the boiler area. Therefore, in this study is to identify hazards to improve safety and health in the area of the boiler with HAZOP method. The identification process carried out by a team that was formed in the early stages of HAZOP. Based on the identification obtained 10 nodes, the FDF, IDF, grate, coal, drum, deaerator, condensate, water, steam, and furnaces. There are three categories of risk assessment risk level, ie moderate risk, low, and high. The higher risk is steam parameters in the node steam and pressure parameters in the node pressure furnace. The recommendation given is by the provision of PPE such as masks, monitoring parameters, control parameters with the checklist, the control elements of water and equipment, maintenance, installation of safety alarms, economizer equipment use, and handling of trouble due to SOP deviations. Keywords: potential hazard identification, HAZOP, boiler

PENDAHULUAN Pada proses manufaktur, dimana pekerjaan manusia berkaitan dengan mesin, memiliki resiko terjadinya kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian baik secara materil dan non materil. Berdasarkan data form accident report tahun 2013 PT.XYZ departemen Health and Safety Environment (HSE) kecelakaan yang terjadi menimbulkan kerugian bagi fisik pekerjanya dimana dampaknya terhadap pekerja berupa gangguan kesehatan dan cedera yang dialami, seperti: cedera lengan, kepala dan pipi, telunjuk tangan kiri robek, mata kiri memar, kaki melepuh, serta gangguan pernafasan. Menurut inspektur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Health and Safety Environment (HSE) PT.XYZ kecelakaan yang terjadi berdampak tidak baik bagi kelangsungan bisnis perusahaan, misalnya terjadi hilangnya jam kerja operator akibat terjadi kecelakaan sehingga menurunkan produktivitas perusahaan. Sebagaimana himbauan dari International Labour Organization (ILO) agar adanya upaya bersama dalam meningkatkan keselamatan pekerja, maka perlu diadakan upaya dari pihak perusahaan dalam peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja. Meningkatnya angka kecelakaan kerja PT. XYZ tahun 2013 sebanyak 11 kasus dengan jumlah korban sebanyak 17 dimana 53% terjadi pada area boiler mengindikasikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di perusahaan belum terlaksana secara baik sehingga perlu adanya tindakan dalam mengantisipasi atau mengontrol K3 agar tidak terjadi kecelakaan kerja lebih buruk di masa mendatang. Oleh karena itu, dilakukan identifikasi bahaya menggunakan HAZOP di area boiler PT. XYZ. Batasan masalah yang digunakan adalah: penelitian dilakukan di industri gula rafinasi PT.XYZ yang berlokasi di Provinsi Banten, identifikasi hazard menggunakan metode HAZOP, penelitian berfokus pada area boiler, data kecelakaan yang digunakan sebagai bahan acuan penerapan HAZOP adalah data kecelakaan tahun 2013, dan titik kajian ditentukan berdasarkan observasi dan informasi dari pihak perusahaan. Tujuan dari identifikasi ini adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di area boiler kemudian dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui tingkat risiko dari bahaya yang teridentifikasi, selanjutnya akan diberikan rekomendasi terhadap potensi bahaya. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan 2 jenis data yaitu data primer yang didapatkan dari wawancara terbuka terhadap karyawan divisi HSE dan Power Plant PT. XYZ kemudian data sekunder berupa data kecelakaan kerja tahun 2013 PT. XYZ, parameter boiler, spesifikasi boiler, dan Process Flow Diagram (PDF) boiler. Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode identifikasi potensi bahaya yang digunakan adalah HAZOP. Berikut ini adalah tahapan HAZOP: 1. Definition (tahap definisi) 2. Preparation (tahap persiapan) 3. Examination (tahap pemeriksaan) 4. Documentation.(tahap dokumentasi) Setelah dilakukan tahapan HAZOP, dilanjutkan dengan penilaian risiko dan kemudian pemberian rekomendasi sebagai tindakan dalam upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja di boiler. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini adalah hasil pengolahan data menggunakan identifikasi HAZOP: 1. Definition (tahap definisi) Pada tahap ini, dilakukan melalui beberapa langkah, diantaranya : 1. Mendefinisikan lingkup dan bahasan masalah Penentuan lingkup studi berdasarkan temuan saat melakukan observasi, hasil dari wawancara, serta berdasarkan data kecelakaan tahun 2013 bahwa di boiler persentase total korban terbanyak, yaitu sebesar 53%. Sehingga ditetapkan bahwa lingkup studi adalah di boiler. Studi HAZOP terhadap boiler tidak dibedakan antara ketiga unit boiler karena dianggap boiler memiliki fungsi yang sama dan prinsip kerja yang sama untuk mengubah air sumber menjadi steam dan dialirkan ke turbin sebagai penghasil energi listrik. Diteteapkan bahwa studi akan berfokus pada identifikasi hazard dan kemampuan operasi di boiler terhadap dampak-dampak yang muncul. 2. Mendefinisikan tanggung jawab dan personel tim Tanggung jawab tim dalam job desk setip jabatan personel tim, yaitu: study leader, recorder, designer, user, specialist, dan maintainer. 3. Memilih anggota tim Berdasarkan job desk dan keahlian yang dimiliki oleh narasumber pada penelitian, dipilihlah jabatan anggota tim sebagai berikut: Study leader, yaitu peneliti Recorder, yaitu peneliti Designer, yaitu inspektur K3 Divisi HSE User, yaitu operator Divisi Power Plant Specialist, yaitu Power Plant Head Maintainer, yaitu HSE Manager 2. Preparation (tahap persiapan) Pada tahap ini, dilakukan melalui beberapa langkah, diantaranya : 1. Merencanakan studi Urutan studi yang direncanakan oleh tim adalah: 1. Pengumpulan informasi yang dibutukan dalam proses examination, seperti komponen sistem/elemen, material, design intent, guide word, parameter, dan deviasi.

2. Membuat format HAZOP worksheet 3. Menetapkan pertemuan/rapat tim (terkait lokasi dan fasilitas rapat) 2. Melengkapi data Informasi yang dibutuhkan yang tidak didapatkan pada tahap definition HAZOP, dilengkapi pada langkah ini. 3. Menyetujui cara pelaksanaan 4. Estimasi waktu pelaksanaan Waktu pelaksanaan dilakukan selama 1 bulan (4 minggu), yaitu pada tanggal 23 Desember 2013-6 Januari 2014 dan 10-22 Maret 2014. 5. Membuat jadwal Jadwal kegiatan dibuat untuk melakukan seluruh tahapan HAZOP dalam estimasi waktu yang telah dibuat, yaitu 4 minggu. Jadwal dapat dibuat ke dalam bentuk gantt chart. 3. Examination (tahap pemeriksaan) Berdasarkan informasi dari specialist, dan identifikasi pada panel boiler, berikut merupakan bagian sistem yang akan menjadi node atau titik kajian pada HAZOP: kipas penghembus force draft fan (FDF), kipas penghisap udara induced draft fan (IDF), grate, coal, drum, deaerator, condensate, water, steam, dan furnace. 1. Kipas penghembus Force Draft Fan (FDF) Kipas penghembus FDF merupakan alat bantu pada boiler yang berfungsi sebagai penghembus bahan bakar. FDF ini boleh dijalankan apabila IDF sudah dijalankan terlebih dahulu 2. Kipas penghisap udara Induced Draft Fan (IDF) Kipas penghisap udara IDF adalah alat bantu boiler yang berfungsi sebagai penghisap gas asap sisa pembakaran bahan bakar yang keluar dari boiler. Jika boiler sudah dalam keadaan sudah siap dijalankan, maka IDF harus dijalankan terlebih dahulu untuk menghilangkan gas yang membahayakan dari dapur boiler yang membahayakan karena mudah meledak bila terkena api. 3. Grate Grate merupakan alat pembakaran di boiler. Grate akan berjalan dan bahan bakar akan berada di atasnya sehingga panas pembakaran akan merambat secara merata di permukaan grate, sehingga bahan bakar akan terbakar secara merata. 4. Coal Coal merupakan batubara merupakan elemen penting pada boiler. 5. Drum Terdapat Steam drum dan water drum pada boiler. Steam drum merupakan tempat pembuatan uap terjadi dan sebagai tempat penerima air pengisi boiler. Sedangkan water drum adalah bejana berisi air sebagai penghubung pipa boiler dari steam drum. Water drum merupakan tempat penampung kotoran air dalam boiler yang tidak menempel pada dinding boiler. 6. Deaerator Deaerator adalah pesawat pemanas air sebelum dipompa ke dalam boiler sebagai air umpan (boiler water). Fungsi deaerator adalah untuk menghilangkan oksigen dan menghindari terjadinya karat pada dinding boiler. 7. Condensate Condensate merupakan air pengisi boiler dengan tekanaan rendah yang merupakan steam yang mengembun yang kembali dari proses. 8. Water Water merupakan air yang digunakan dalam proses boiler. Terdapat air sumber (raw water) dan air penambah (make up water) 9. Steam Steam merupakan output yang didapatkan dari air yang dipanaskan dalam boiler berupa uap panas. 10. Furnace Furnace merupakan ruangan dapur sebagai penerima bahan bakar untuk pembakaran. Berikutnya adalah menentukan tujuan bagian sistem atau disebut dengan design intent, yaitu merupakan hal yang ingin dituju dari bagian sistem. Bagian sistem perlu diuraikan ke dalam parameter yang diamati. Parameter ditentukan berdasarkan informasi dari panel boiler dan ditentukan oleh specialist. Kemudian untuk mengetahui design intent, didapatkan informasi dari specialist. Berikut ini adalah bagian sistem beserta parameter yang diamati: Tabel 1. Bagian Sistem dan Tujuan Bagian Sistem/ Design Intent No Bagian Parameter Design Intent 1 FDF Arus (Current) 130-200 A 2 IDF Arus (Current) 200-300 A 3 Grate Arus (Current) 2-5 A 4 Coal Arus (Current) 1.5-3 A 5 Drum Ketinggian air % (Level) 6 Deaerator Suhu 101-104 o C (Temperature) 7 Condensate Ketinggian air % (Level) 8 Water Aliran (Flow) t/h 9 Steam Aliran (Flow) t/h Tekanan Max 0.09 Mpa (Pressure) Suhu Max 300 o C (Temperature) 10 Furnace Suhu (Temperature) 500-750 o C Tekanan (Pressure) -10 - -50 mmh 2O Setelah menentukan design intent, maka yang dilakukan adalah menentukan guide word bagian sistem. Guide word merupakan kata panduan yang digunakan untuk dikombinasikan dengan node sehingga menyatakan penyimpangan yang terjadi atau deviasi dari design intent. Kemudian identifikasi dampak dan penyebab, identifikasi category, dan safeguard.

KEMUNGKINAN (LIKELIHOOD) Tabel 2. Guide Word No Bagian Guide Parameter Deviasi Word 1 FDF More Current High current 2 IDF More Current High current 3 Grate More Current High current 4 Coal More Current High current 5 Drum More or Level High Level or Low Level Less 6 Deaerator Less Temperature Low Temperature 7 Condensate More Level High Level 8 Water Less Flow Low Flow 9 Steam No Flow No Flow More Pressure High Pressure Less Temperatur Low Temperature 10 Furnace Less Temperatur Low Temperature More or Less Pressure High or Low Pressure 4. Documentation (tahap dokumentasi) Hasil dari proses examination akan dibuat laporan dokumentasi HAZOP yang dituangkan dalam lembar HAZOP Worksheet. Setelah proses identifikasi selesai, selanjutnya adalah penilaian risiko. Peniliaian risko dilakukan secara kualitatif. Nilai risiko didapat dari mengalikan nilai likelihood dan consequences. Tingkat risiko dapat dilihat pada tabel risk matriks. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan kriteria likelihood: Tabel 3. Kriteria Likelihood Likelihood Level Criteria Description Kualitatif Kuantitatif 1 Jarang terjadi Dapat dipikirkan Kurang dari 1 kali per 10 tetapi tidak tahun hanya saat keadaan yang ekstrim 2 Kemungkinan Belum terjadi Terjadi 1 kecil tetapi bias kali per 10 muncul/terjadi tahun pada suatu waktu 3 Mungkin Seharusnya 1 kali per 5 terjadi dan tahun mungkin telah sampai 1 terjadi/muncul disini atau di tempat lain kali pertahun 4 Kemungkinan Dapat terjadi besar dengan mudah mungkin muncul dalam keadaan yang paling banyak terjadi 5 Hampir pasti Sering terjadi, diharapkan muncul dalam keadaan yang paling banyak terjadi (sumber: UNSW Health and Safety, 2008) Lebih dari 1 kali per tahun hingga 1 kali per bulan Lebih dari 1 kali per bulan Berikut ini adalah tabel kriteria consequences: Tabel 4. Kriteria Consequences Consequences/Severity Level Uraian Keparahan Cidera 1 Tidak signifikan Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada manusia 2 Kecil Menimbulkan cedera ringan kerugian kecil dan tidak menimbulkan dampak serius terhadap kelangsungan bisnis 3 Sedang Cedera berat dan dirawat dirumah sakit, tidak menimbulkan cacat tetap, kerugian financial sedang. 4 Berat Menimbulkan cedera parah dan cacat tetap dan kerugian financial besar serta menimbulkan dampak serius terhadap kelangsungan usaha 5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan kerugian parah bahkan dapat menghentikan kegiatan usaha selamanya (sumber: UNSW Health and Safety, 2008) Berikut ini adalah tabel risk matriks: Tabel 4. Kriteria Consequences Hari Kerja Tidak menyebabkan kehilangan hari kerja Masih dapat bekerja pada hari/shift yang sama Kehilangan hari kerja dibawah 3 hari Kehilangan hari kerja 3 hari atau lebih Kehilangan hari kerja selamanya TINGKAT BAHAYA (RISK LEVEL) 5 5 10 15 20 25 4 4 8 12 16 20 3 3 6 9 12 15 2 2 4 6 8 10 1 1 2 3 4 5 SKALA 1 2 3 4 5 KESERIUSAN (SEVERITY/CONSEQUENCES) Keterangan: : tingkat risiko rendah : tingkat risiko sedang : tingkat risiko tinggi : tingkat risiko ekstrim (sumber: UNSW Health and Safety, 2008) Berikut ini adalah salah satu uraian HAZOP worksheet pada node FDF: Node (titik kajian dimana terdapatnya sumber bahaya) teridentifikasi sebagai komponen kipas penghembus FDF

Parameter yang diamati pada FDF adalah arus listrik atau current dengan design intent harus berada pada nilai 130-200 A Guide word (kata panduan) mengindikasikan penyimpangan dari design intent yang berpotensi bahaya dinyatakan dengan more yang berarti nilai arus lebih dari 200 A Deviasi atau penyimpangan dari design intent dinyatakan dalam high current yang artinya arus kipas FDF melebihi 200 A Penyebab terjadinya arus kipas FDF melebihi 200 A adalah suplai batu bara berlebihan sehingga kipas harus bekerja lebih kuat dalam menghembuskan udara ke dalam ruang bakar untuk menaikkan temperature ruang bakar agar semua batu bara yang disuplai dapat terbakar, sedangkan kipas FDF tidak mampu bekerja melebihi batas 200 A sehingga kipas mati otomatis dan batu bara tidak terdistribusi keseluruh ruang bakar akibatnya temperature ruang bakar turun dan tekanan dari ruang bakar menjadi turun (drop) Dampak yang ditimbulkan adalah motor mati sehingga boiler stop, bahkan dalam keadaan lebih buruk dapat menyebabkan motor terbakar. Dampak kedua adalah terjadi pembakaran tidak sempurna akibat tidak terbakarnya semua batu bara yang telah disuplai ke dalam ruang bakar (furnace) Nilai risk rating yang diberikan oleh user sebagai operator adalah P (likelihood) atau frekuensi adalah 1 yaitu jarang terjadi, penjelasannya dapat dilihat pada tabel 2.3. Nilai C (consequency) atau tingkat keparahan adalah 1 yaitu tidak signifikan dengan uraian pada tabel 2.4., sehingga nilai Px C adalah nilai risk rating yaitu 1x1=1. Berdasarkan tabel 2.5 nilai risiko adalah 1 dengan kategori risiko rendah Category dari bahaya adalah hazard and operability, artinya merupakan potensi bahaya karena dapat menyebabkan terbakarnya motor menimbulkan terjadinya asap yang kemungkinan bisa menggangu lingkungan ataupun gangguan pernafasan bagi pekerja di area tersebut, kemudian juga merupakan kegagalan operasi dimana terjadinya motor terbakar dan pembakaran yang tidak sempurna Safeguard dikosongkan artinya pengaman untuk mengontrol atau mengendalikan keadaan bahaya tidak teridentifikasi Rekomendasi yang diberikan adalah berupa instruksi saat melakukan start dengan cara buka FDF valve station secara pelan-pelan kemudian jaga pressure ruang bakar sampai total air flow boiler mencapai 20%, lakukan pengurangan suplai batu bara, dan memasang high current FDF alarm sebagai indikator terjadinya arus mencapai hampir 200 A. Hasil identifikasi HAZOP adalah sebagai berikut 1. Pada node 1 FDF teridentifikasi 2 dampak dengan nilai risk rating 1 kategori risiko rendah 2. Pada node 2 IDF teridentifikasi 2 dampak dengan masing-masing nilai risk rating 1 kategori risiko rendah 3. Pada node 3 Grate teridentifikasi 1 dampak dengan risk rating 1 kategori risiko rendah 4. Pada node 4 Coal teridentifikasi 1 dampak dengan risk rating 2 kategori risiko rendah 5. Pada node 5 Drum teridentifikasi 1 dampak pada deviasi low level dengan risk rating 6 kategori risiko sedang, sedangkan pada deviasi high level teridentifikasi 1 dampak dengan risk rating 4 kategori risiko rendah 6. Pada node 6 Deaerator teridentifikasi 1 dampak dengan risk rating 4 kategori risiko sedang 7. Pada node 7 Condensate teridentifikasi 1 dampak dengan risk rating 2 kategori risiko rendah 8. Pada node 8 Water teridentifikasi 1 dampak dengan risk rating 4 kategori risiko rendah 9. Pada node 9 Steam teridentifikasi 3 dampak dengan kategori risiko bervariasi, yaitu pada parameter flow dengan risk rating 3 kategori sedang, parameter prsessure risk rating 9 kategori tinggi, dan parameter temperature risk rating 6 kategori risiko sedang 10. Pada node 10 Furnace teridentifikasi 5 dampak dengan kategori risiko bervariasi, yaitu pada parameter temperature terdapat 1 dampak dengan risk rating 8 kategori risiko tinggi, pada parameter pressure terdapat 4 dampak dengan risk rating masing masing dampak adalah 9 kategori risiko tinggi, 9 kategori risiko tinggi, 6 kategori risiko sedang, dan 6 kategori risiko sedang Setelah dilakukan analisa terhadap potensi bahaya yang telah teridentifikasi, diberikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Pada node FDF perlu pemasangan safety alarm yaitu high current FDF alarm, Standard Operational Procedure (SOP) start up, maintenance, pemberian alat pelindung diri berupa masker bagi operator dan karyawan, serta checklist parameter arus (current) 2. Pada node FDF perlu pemasangan safety alarm yaitu high current FDF alarm, Standard Operational Procedure (SOP) start up, maintenance, pemberian alat pelindung diri berupa masker bagi operator dan karyawan, serta checklist parameter arus (current) 3. Pada node grate berupa SOP penanganan trouble pergerakan grate, pemasangan safety alarm yaitu high current grate alarm, pengaturan komposisi penggunaan bahan bakar, dan checklist parameter arus (current). 4. Pada node coal adalah SOP penanganan trouble berupa pemeriksaan belt feeder dan pembongkaran coal feeder, pemasangan safety alarm yaitu low

current coal alarm, dan checklist parameter arus (current) 5. Pada node drum yaitu SOP penanganan trouble low level drum dan high level drum, maintenance dan checklist parameter level 6. Pada node deaerator berupa pengontrolan air demin, perbaikan peralatan yaitu steam regulating valve, penggunaan bahan kimia, checklist parameter temperatur, dan pemasangan safety alarm yaitu alarm low temperature 7. Pada node condensate adalah SOP blowdown, pemasangan safety alarm yaitu alarm low level, dan checklist parameter level 8. Pada node water adalah montoring parameter level air melalui gage glass atau gelas pengukur ketinggian air dan pencatatan checklist parameter flow Rekomendasi untuk pengendalian terhadap terjadinya penyimpangan adalah dengan pengurangan suplai udara dan bahan bakar. Rekomendasi terhadap safeguard yang tidak teridentifikasi adalah memasang alarm low flow 9. Pada node steam untuk deviasi no flow diberikan rekomendasi SOP penanganan trouble melalui pengecekan 3 elemen dan peralatan pemanas, dan pemasangan safety alarm yaitu no flow steam alarm. Pada deviasi high pressure diberikan rekomendasi monitoring steam pressure, SOP penanganan trouble melalui langkah pengurangan flow bahan bakar, dan pemasangan safety alarm yaitu high pressure alarm. Sedangkan pada deviasi low temperature diberikan rekomendasi penggunaan peralatan tambahan economizer dan SOP penanganan trouble 10. Pada node furnace untuk deviasi low temperature adalah monitoring FDF dan SOP penanganan trouble malalui langkah mengubah pembukaan damper. Pada deviasi high pressure diberikan rekomendasi SOP penanganan trouble melalui pemeriksaan peralatan IDF, dan pengontrolan peralatan coal feeder. Pada deviasi low pressure diberikan rekomendasi pengontrolan peralatan coal feeder dan pemeriksaan damper IDF. pengontrolan parameter dengan checklist, pengontrolan elemen air dan peralatan, maintenance, pemasangan safety alarm, penggunaan peralatan tambahan economizer, dan SOP berupa: langkah-langkah pengendalian, pengecekan elemen, pemeriksaan dan perbaikan peralatan, blowdown, penggunaan bahan kimia penghilang zat pengkorosi, dan pengaturan komposisi penggunaan bahan bakar. DAFTAR PUSTAKA Caecillia, Yuniar. 2013. Strategi Minimasi Potensi Bahaya Berdasarkan Metode Hazard and Operability (HAZOP) di PT. Agronesia. Jurnal Teknik Industri. Itenas Bandung. International Electrotechnical Commission (IEC). 2001. Hazard And Operability Studies (HAZOP Studies) Application Guide BS IEC 61882:2001. Pujiono, Bayu Nugroho. 2013. Analisis Potensi Bahaya Serta Rekomendasi Perbaikan Dengan Metode Hazard And Operability Study (Hazop) Melalui Perangkingan Ohs Risk Assessment And Control (Studi Kasus: Area Pm-1 Pt. Ekamas Fortuna). Jurnal Teknik Industri. Universitas Brawijaya Ridley, John. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga UNSW Health and Safety (2008). Risk Management Program. Canberra: University of New South Wales. https://www.ohs.unsw.edu.au/hs_procedures_forms/procedure s/hs329_risk_management_procedure.pdf (diakses pada 19 September 2014). KESIMPULAN Berdasarkan penelitian didapatkan simpulan sebagai berikut: identifikasi potensi bahaya dengan metode HAZOP dilakukan pada 10 node, yaitu FDF, IDF, grate, coal, drum, deaerator, condensate, water, steam, dan furnace. Tingkat risiko yang didapat adalah node FDF tingkat risiko rendah, node IDF tingkat risiko rendah, node grate tingkat risiko rendah, node coal tingkat risiko rendah, node drum didapatkan 2 tingkat risiko yaitu sedang dan rendah, node deaerator tingkat risiko sedang, node condensate tingkat risiko rendah, node water tingkat risiko rendah, node steam didapatkan 2 kategori risiko yaitu sedang dan tinggi, serta node furnace didapatkan 2 kategori risiko yaitu sedang dan tinggi. Rekomendasi tindakan yang diberikan adalah pemberian APD berupa masker, monitoring parameter,