BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN PRODI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan teknik pendekatan secara cross sectional dengan mengambil data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pasien Sectio Caesarea Kelas I, II, dan III di Rumah Jogja

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa Congestive

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

ANALISIS POLA PENGOBATAN PASIEN GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. metabolik tubuh (Imaligy, 2014). Dalam menangani kasus gagal jantung

KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS BIAYA PENGOBATAN PASIEN GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT JOGJA PERIODE TAHUN 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi. Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2016 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

CONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

pasien hipertensi di Puskesmas Mergansan dan Puskesmas Kraton Yogyakarta pada tahun 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PKU Muhammadiyah Gamping pada periode Januari-Juni 2015.

54 Pelayanan Medis RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta 55 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 58 A. Kesimpulan. 58 B. Saran 59 DAFTAR PUSTAKA..

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

LAPORAN PENELITIAN. Judul:

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

LAPORAN DATA INDIKATOR MUTU PELAYANAN RSUD KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

Nama Pasien :.. BB:.. Kg No.RM :. Penyakit Utama : Kejang Demam Kompleks Kode ICD: LOS : hari Ruang rawat/kelas :../...

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Omar Luthfi, FK UI, Universitas Indonesia

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I LATAR BELAKANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB III METODE PENELITIAN. cross-sectional dan menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu penelitian yang

PETUNJUK TEKNIS TRIAL APLIKASI E-KLAIM 5.2 beta

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi

GAMBARAN DAN ANALISIS BIAYA PENGOBATAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

SURVEY KEPUASAN PASIEN RS PREMIER BINTARO 2016

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

Biaya Satuan dan Pemulihan Biaya (Cost Recovery Rate) Layanan Pasien Acute Coronary Syndrome dengan Rawat Inap di Rumah Sakit X Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengkaji analisis biaya pada pasien rawat inap yang terdiagnosa kegagalan jantung dengan atau tanpa penyakit penyerta di RS Yogyakarta tahun 2015. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65 rekam medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi dengan metode pengambilan total sampling. Pengambilan data ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi biaya pengobatan melalui rekam medik dan data keuangan pasien rawat inap yang selanjutnya dianalisis dengan uji statistik ttest. A. Karakteristik Pasien Dalam penelitian tentang analisis biaya perawatan gagal jantung sebagai pertimbangan dalam penetapan pembiayaan kesehatan berdasarkan INACBGs dan pola pengobatan di Rumah Sakit Jogja diperoleh hasil karakteristik pasien yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Subjek Penelitian Karakteristik Pasien Pasien Pasien n % n % Jenis Kelamin LakiLaki Perempuan 29 32 44,6 49,2 2 2 3 3 Total 61 4 Usia (Tahun) 15 24 25 34 35 44 45 54 55 64 65 74 >75 Total 1 2 15 18 10 15 61 1,5 3 23 27,6 15,3 23 1 2 1 4 1,5 3 1,5 32

33 Berdasarkan Tabel 4 Karakteristik jenis kelamin dikategorikan dalam dua kelompok yaitu Lakilaki (L) dan Perempuan (P) dengan presentase ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui bahwa pasien dengan jenis kelamin lakilaki sebanyak 31 pasien (47,6 %), sedangkan untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 34 pasien (52,2 %). Hasil ini menunjukkan bahwa kasus gagal jantung pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Jogja dalam penelitian ini lebih banyak pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan jenis kelamin lakilaki. Pada penderita gagal jantung atau Congestive heart failure lebih banyak terjadi pada pasien lakilaki (68%) dibandingkan perempuan (27%) (Vasan, dkk. 1999), namun karena dengan adanya peningkatan jumlah perempuan usia lanjut di beberapa negara khususnya di negara maju menyebabkan jumlah penderita gagal jantung pada lakilaki dan perempuan sama banyak. Gagal jantung dengan gangguan fungsi sistolik lebih umum pada perempuan,

34 hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan jenis kelamin dalam merespon luka pada myocardial (Mehta & Cowie, 2005). 1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia Gambaran karakteristik pasien gagal jantung berdasarkan usia dibagi menjadi 7 kelompok, dimana penggolongan usia berdasarkan Riskesdas (2013) yaitu pada rentang 1524 tahun, 2534 tahun, 3544 tahun, 4554 tahun, 5564 tahun, 6574 tahun dan 75 tahun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui pasien yang paling banyak terdiagnosis gagal jantung dan menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jogja adalah pasien kelompok usia 5564 dengan presentasi 27,6 %. Prevalensi penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan bertambahnya usia, tertinggi pada umur 6574 tahun (0,5%) (Riskesdas, 2013). Terdapat ketidaksesuaian hasil pada penelitian yang dilakukan Riskesdas (2013),

35 mungkin karena pada penelitian ini banyak pasien yang dieksklusi sehingga mempengaruhi perbandingan jumlah usia. 2. Karakteristik Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta Pada penelitian ini, pasien tidak hanya memiliki diagnosa utama congestive heart failure, namun pada beberapa pasien ditemukan penyakit lain sebagai penyakit penyerta. Beberapa penyakit penyerta yang ditemukan merupakan bagian dari manifestasi klinik Congestive Heart Failure itu sendiri atau merupakan faktor resiko yang dapat memperparah perkembangan penyakit seperti yang disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Penyakit Penyerta pada Gagal Jantung Berdasarkan data Gambar 6 dapat diketahui penyakit penyerta pada gagal jantung terdapat penyakit IHD sebanyak 39 pasien (42,8%), ISK 14 pasien (15,3%), Hipertensi 14 pasien (15,3%), Fibrilasi Atrium 12 pasien

36 (13,1%), dan Hiperurisemia 12 pasien (13,1%). IHD merupakan penyakit penyerta paling banyak pada pasien gagal jantung. Menurut hasil penelitian Murad, dkk (2015) menunjukkan bahwa ratarata umur pasien gagal jantung 79,2 ± 6,3 tahun dengan 52% lakilaki. 60% memiliki lebih dari 3 penyakit penyerta dan hanya 2,5% yang tidak memiliki penyakit penyerta. Penyakit penyerta paling sering adalah hipertensi dengan 82% diikuti jantung koroner 60%, sehingga hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hipertensi merupakan penyakit penyerta paling sering terjadi. B. Biaya Pengobatan Gagal Jantung Biaya riil ratarata pasien dan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya Riil RataRata Pasien dan Kode Biaya RataRata Kelas I Kelas II Kelas III I412I 3.631.783 ± 2.118.147 ± 2.511.468 ± 445.183 240.160 327.669 I412II 1.929.356 ± 2.488.512 ± 187.111 377.190 2.697.662 ± 337.861 I412III 4.932.672 ± 2.618.439 ± 770.585 408562 3.181.642 ± 484,311 2.820.168 ± 2.002.247 ± 275.394 246. 394 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pada pasien kelas III tidak terdapat data karena tidak ada pasien pada kelompok tersebut. Biaya yang dikeluarkan RS diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu biaya medis langsung dan biaya non medis langsung. Biaya medis langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk visit dokter, keperawatan, pelayanan oksigen, pemeriksaan laboratorium, radiologi, obat, alat kesehatan. Biaya non medis

37 langsung adalah biaya administrasi dan kamar rawat inap. Dalam penelitian ini diperoleh 65 pasien dengan 3 kode INACBGs yaitu I412I, I412II dan I4 12III, setiap kode INACBGs diperoleh 3 kelas terapi yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Komponen biaya kode I412I digunakan untuk pasien Kegagalan Jantung Ringan, untuk kode I412II untuk pasien Kegagalan Jantung Sedang, dan untuk I412III untuk pasien Kegagalan Jantung Berat. Data komponen biaya yang dikeluarkan pasien Gagal Jantung Kelas Perawatan 1 kode I412I, I412II, dan I412III dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komponen Biaya untuk Kelas I Biaya RataRata Komponen Biaya I412I (n=5 ) I412II (n= 6) I412III (n= 4) Rp % Rp % Rp % Visite Dokter 153.340 4,2 181.914 9,4 152.000 3 Keperawatan 428.400 11,7 405.357 21 833.500 16,8 Oksigen 270.000 7,4 176.400 9,1 103.680 2,1 Laboratorium 231.100 6,3 179.571 9,3 259.800 5,2 Radiologi 57.200 1,5 83.400 4,3 53.000 1 Obat dan Alkes 1.493.743 41,1 965.430 50 2.541.892 51,5 Administrasi 5.250 0,1 3.000 0,1 3.600 0,07 Kamar 695.000 19,1 609.286 31,5 625.000 12,6 Gizi 209.750 5,7 224.429 11,6 355.800 7,2 ECG/EKG 88.000 2,4 66.000 3,4 4.400 0,08 TOTAL 3.631.783 ± 445.183 1.929.356 ± 187.111 4.932.672 ± 770.585 Komponen biaya terbesar pasien Gagal Jantung Kelas 1 dengan kode I4 12I, I412II, dan I412III adalah biaya obat dan alat kesehatan dengan persentase berturutturut sebesar 41,1%, 50%, dan 51,5%.

38 Berdasarkan Tabel 5 biaya ratarata memiliki urutan besaran yang berbeda, yaitu I412III > I412I > I412II. Hasil menunjukkan ketidaksesuaian dengan Permenkes Nomor 59 tahun 2014, didalam peraturan tersebut semakin tinggi tingkat keparahan penyakit biaya juga semakin tinggi, mungkin karena setiap pasien memiliki LOS yang berbeda dan banyak pasien yang di eksklusi sehingga mempengaruhi hasil biaya ratarata. Data komponen biaya yang dikeluarkan pasien Gagal Jantung Kelas Perawatan 2 kode I412I, I412II, dan I412III dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Komponen Biaya untuk Kelas II Biaya RataRata Komponen Biaya I412I (n=1 ) I412II (n=4) I412III (n=1 ) Rp % Rp % Rp % Visite Dokter 120.000 5,6 108.000 4,3 110.000 4,2 Keperawatan 239.000 11,2 222.800 8,9 403.000 15,3 Oksigen 388.800 18,3 235.360 9,4 259.200 9,8 Laboratorium 182.500 8,6 202.300 8,1 116.000 4,4 Radiologi 69.400 2,7 53.000 2 Obat dan Alkes 785.847 37,1 1.291.952 51,9 1.333.239 50,9 Administrasi 3.000 0,1 1.800 0,07 9.000 0,3 Kamar 275.000 12,9 231.000 9,2 220.000 8,4 Gizi 124.000 5,8 121.500 4,8 115.000 4,3 ECG/EKG 4.400 0,1 TOTAL 2.118.147 ± 240.160 2.488.512 ± 377.190 2.618.439 ± 408562 Komponen biaya terbesar pasien Gagal Jantung Kelas 2 dengan kode I4 12I, I412II, dan I412III adalah biaya obat dan alat kesehatan dengan persentase berturutturut sebesar 37,1%, 51,9%, dan 50,9%.

39 Berdasarkan Tabel 6 biaya ratarata memiliki urutan besaran yang berbeda, yaitu I412III > I412II > I412I. Hasil menunjukkan kesesuaian dengan Permenkes No. 59 tahun 2014, didalam peraturan tersebut semakin tinggi tingkat keparahan penyakit biaya juga semakin tinggi. Data komponen biaya yang dikeluarkan pasien Gagal Jantung Kelas Perawatan 3 kode I412I, I412II, dan I412III dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Komponen Biaya untuk Kelas III Biaya RataRata Komponen Biaya I412I (n= 9) I412II (n=24 ) I412III (n=7 ) Rp % Rp % Rp % Visite Dokter 114.000 4,5 123,667 4,5 124.143 3,9 Keperawatan 345.450 13,7 403,407 14,9 441.571 13,8 Oksigen 475.200 18,9 428,596 15,8 467.514 14,6 Laboratorium 143.600 5,7 195,185 7,2 187.429 5,8 Radiologi 53.000 2,1 66,481 2,4 49.571 1,5 Obat dan Alkes 1.086.618 43,2 1,135,510 42 1.617.056 50,8 Administrasi 3.000 0,1 2,889 0,1 3.000 0,09 Kamar 160.000 6,3 225,185 8,3 177.143 5,5 Gizi 82.600 3,2 102,741 3,8 101.643 3,1 ECG/EKG 48.000 1,9 14,000 0,5 12.571 0,3 TOTAL 2.511.468 ± 327.669 2.697.662 ± 337.861 3.181.642 ± 484,311 Komponen biaya terbesar pasien Gagal Jantung Kelas 3 dengan kode I4 12I, I412II, dan I412III adalah biaya obat dan alat kesehatan dengan persentase berturutturut sebesar 43,2%, 42%, dan 50,8%. Berdasarkan Tabel 7 biaya ratarata memiliki urutan besaran yang berbeda, yaitu I412III > I412II > I412I. Hasil menunjukkan kesesuaian

40 dengan permenkes 59 tahun 2014, didalam peraturan tersebut semakin tinggi tingkat keparahan penyakit biaya juga semakin tinggi. Data komponen biaya yang dikeluarkan pasien Gagal Jantung Kelas Perawatan 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Komponen Biaya untuk Kelas I dan II Komponen Biaya Biaya RataRata Kelas 1 (n= 3) Kelas 2 (n= 1) Rp % Rp % Visite Dokter 130000 4,6 100000 4,9 Keperawatan 362333 12,8 178000 8,8 Oksigen 259200 9,1 313200 15,6 Laboratorium 236167 8,3 182500 9,1 Radiologi 145333 5,1 53000 2,6 Obat dan Alkes 912468 32,3 832047 41,5 Administrasi 3000 0,1 3000 0,1 Kamar 570000 20,2 220000 10,9 Gizi 201667 7,1 120500 6 ECG/EKG TOTAL 2.820.168 ± 275.394 2.002.247 ± 246. 394 Komponen biaya terbesar pasien Gagal Jantung Kelas 1 dan 2 adalah biaya obat dan alat kesehatan dengan persentase sebesar 32,2% dan 41,5%. Berdasarkan Tabel 8 biaya ratarata memiliki urutan besaran yang berbeda, yaitu Kelas 1 > Kelas 2. Hasil menunjukkan kesesuaian karena dalam teori semakin besar kelas perawatan semakin besar juga biaya perawatan. Berdasarkan perspektif rumah sakit biaya pasien Gagal Jantung dibagi menjadi biaya medis langsung dan biaya non medis langsung.

41 1. Biaya Medis Langsung a. Visit Dokter Visit dokter adalah biaya yang dikeluarkan pasien gagal jantung untuk pemeriksaan, kunjungan dan pemantauan oleh dokter/dokter spesialis di ruang rawat inap. Biaya visit dokter umum di Rumah Sakit Jogja adalah Rp10.000, sedangkan untuk dokter spesialis adalah Rp30.000. kelas II Kode I412II merupakan kelompok pasien dengan biaya ratarata visit dokter terkecil yaitu Rp108.000 dan biaya ratarata visit dokter terbesar dikeluarkan oleh kelompok pasien kelas I kode I4 12III yaitu Rp1.198.880. b. Keperawatan Keperawatan adalah biaya yang dikeluarkan pasien gagal jantung untuk tindakan penunjang khusus di ruang rawat inap. Beberapa tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien Gagal Jantung adalah pemasangan infus, injeksi, dan pemasangan kateter. Kelompok pasien dengan kelas II kode I412II merupakan pasien dengan biaya ratarata terendah untuk biaya keperawatan sebesar Rp222.800 sedangkan biaya ratarata terbesar dikeluarkan oleh kelompok pasien kelas I kode I412 III sebesar Rp1.057.500. c. Pelayanan O2 Pelayanan oksigen adalah biaya yang dikeluarkan pasien Gagal Jantung yang membutuhkan alat bantu pernafasan. Biaya ratarata terendah yang dikeluarkan oleh kelompok pasien pada kelas I kode I4

42 12III sebesar Rp168.480 dan kelompok pasien dengan biaya ratarata terbesar adalah pasien dengan kelas III kode I412I sebesar Rp475.200. d. Laboratorium Laboratorium adalah biaya yang dikeluarkan pasien Gagal Jantung untuk menegakkan diagnosa pasien dan memonitoring keberhasilan terapi. Biaya ratarata terbesar dikeluarkan kelompok pasien pada kelas I kode I412III sebesar Rp367.200 dan kelompok pasien dengan biaya ratarata terendah adalah pasien dengan kelas III kode I412I sebesar Rp143.600. e. Radiologi Radiologi adalah biaya yang dikeluarkan pasien Gagal Jantung untuk tindakan pemeriksaan tambahan radiologi biaya ini termasuk film foto thorax, film foto USG dan biaya tenaga medis yang melakukan tindakan. Biaya ratarata terendah dikeluarkan oleh kelompok pasien dengan kelas I kode I412I sebesar Rp57.200. Biaya ratarata terbesar dikeluarkan oleh pasien dengan kelas I kode I412III sebesar Rp92.600. f. Obat dan Alat Kesehatan Obat dan alat kesehatan adalah biaya yang dikeluarkan pasien Gagal Jantung untuk pembelian obat dan alat kesehatan di ruang rawat inap. Kelompok pasien dengan kelas I kode I412III merupakan pasien dengan biaya terbesar untuk biaya ratarata obat dan alat kesehatan

43 sebesar Rp3.239.720 sedangkan biaya ratarata terendah dikeluarkan oleh kelompok pasien dengan kelas I kode I412II sebesar Rp965.430. g. Pelayanan Gizi Pelayanan gizi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pasien Gagal Jantung untuk pelayanan, penyuluhan dan konseling gizi pada pasien rawat inap. Biaya ratarata terbesar dikeluarkan oleh kelompok pasien pada kelas I kode I412III sebanyak Rp482.800 dan kelompok pasien dengan biaya ratarata terendah adalah pasien dengan kelas III kode I4 12I sebesar Rp82.600. 2. Biaya Medis Langsung a. Administrasi Administrasi adalah biaya yang dibayarkan pasien Gagal Jantung pada saat pasien sudah selesai pengobatan rawat inap. Biaya administrasi untuk pasien Gagal Jantung di Rumah Sakit Jogja adalah Rp3.000. b. Kamar Kamar adalah biaya sewa tempat tidur yang dibayarkan oleh pasien Gagal Jantung yang menjalani rawat inap. Biaya ratarata yang dikeluarkan pasien Gagal Jantung terbesar pada kelas I kode I4123 sebesar Rp1.027.000. Biaya ratarata terendah dikeluarkan oleh kelompok pada kelas III kode I412III sebesar Rp177.143. Biaya riil ratarata yang didapatkan dari rumah sakit nilainya tidak selalu tetap, setiap penyakit, tingkat keparahan penyakit atau kelas terapi yang berbeda akan membuat biaya berbeda. Biaya pasien mendapatkan ketentuan

44 berdasarkan Permenkes Nomor 59 tahun 2014 yaitu setiap penyakit sudah ditentukan biayanya, sehingga rumah sakit harus mengatur biaya tersebut cukup dan tidak mengalami kerugian sampai pasien sembuh. Jadi dibutuhkan kesesuaian antara total biaya riil rumah sakit dengan tarif INACBGs. Data perbandingan antara total biaya riil rumah sakit dengan tarif INACBGs dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kesesuaian Total Biaya Riil Rumah Sakit dengan Tarif INACBGs Kode Kelas Jumlah Pasien Total Biaya Riil (Rp) Total Tarif INACBGs (Rp) I412I 1 5 3.631.783 ± 445.183 5.384.700 0,035 2 1 2.118.147 ± 240.160 4.615.200 3 9 2.511.468 ± 327.669 4.487.100 0,003 I412II 1 6 1.929.356 ± 187.111 9.226.300 0,000 2 4 2.488.512 ± 377.190 7.907.900 0,000 3 24 2.697.662 ± 337.861 7.688.300 0,000 I412III 1 4 4.932.672 ± 770.585 11.212.000 0,341 2 1 2.618.439 ± 408562 9.525.000 3 7 3.181.642 ± 484,311 9.260.500 0,018 Total 26.109.681 69.307.000 Selisih 43.197.319 P Data biaya riil yang dikeluarkan oleh rumah sakit dan biaya tarif INA CBGs dikumpulkan dan dianalisis normalitasnya menggunakan uji ShapiroWilk. Nilai Signifikansi atau probabilitas untuk biaya rumah sakit dilihat jika >0,05 dapat diartikan data terdistribusi normal sehingga analisis kedua digunakan analisis parametrik yaitu Paired sample ttest, tetapi jika nilai signifikansi <0,05 dapat diartikan data tidak terdistribusi normal sehingga analisis kedua digunakan analisis parametrik yaitu wilcoxon. Tarif INACBGs tidak dapat dilakukan analisis normalitas karena nilainya sama semua.

45 Hasil analisis kedua dilihat jika diperoleh pvalue <0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara biaya riil rumah sakit dengan tarif INACBGs, tetapi jika pvalue >0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara biaya riil rumah sakit dengan tarif INACBGs. Hasil uji statistik kesesuaian biaya riil rumah sakit dengan tarif INACBGs dapat dilihat di lampiran. Berdasarkan Tabel 9 diperoleh pvalue <0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara biaya riil rumah sakit dengan tarif INACBGs. Namun kode I412III kelas 1 memiliki pvalue >0,05 yaitu p=0,341 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik, hal ini dimungkinkan karena terdapat 1 biaya riil yang melebihi tarif INACBGs yaitu sebesar Rp13.851.041 sehingga mempengaruhi hasil uji. Kode I412I kelas II dan I412III kelas II tidak dapat dianalisis karena data hanya 1 pasien. Selisih antara total tarif riil rumah sakit dan total tarif INACBGs sebesar Rp43.197.319. Hal ini dapat disimpulkan bahwa umumnya biaya riil pengobatan gagal jantung lebih rendah dibandingkan tarif INACBGs dengan p value <0,05 dan selisih biaya yang besar. pada Tabel 10. Data perbedaan biaya pengobatan pasien dan dapat dilihat Tabel 10. Perbedaan Biaya Pengobatan Pasien dan RataRata Biaya RataRata Biaya P Kelas 1 4.659.117 (n=15) 2.820.168 (n=3) 0,214 Kelas 2 2.488.512 (n=5) 2.002.247 (n=1) Kelas 3 2.849.096 (n=41)

46 Data biaya yang dikeluarkan dikumpulkan dan diananlisis normalitasnya menggunakan uji ShapiroWilk. Nilai Signifikansi atau probabilitas untuk biaya rumah sakit untuk kelas 1 adalah 0,000 (p <0,05) maka dapat diartikan data tidak terdistribusi normal sehingga digunakan analisis parametrik yaitu Mann Whitney. Berdasarkan mann whitney diperoleh pvalue 0,214 (p>0,05) yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit dengan biaya INACBGs. Hasil uji statistik perbedaan biaya pengobatan antara pasien dengan dapat dilihat di lampiran. C. Pola Pengobatan Gagal Jantung Komponen obat yang dikeluarkan untuk pasien Gagal Jantung golongan obat jantung dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pola Pengobatan Golongan Obat Jantung Obat (n=15) Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 (n=3) (n=7) (n=1) (n=40) (n=0) Total Digoksin 10 3 1 10 24 HISDN 2 1 14 17 Pengobatan yang paling banyak digunakan pasien gagal jantung untuk golongan obat jantung adalah digoxin sebesar 24 pasien. Menurut PERKI tahun 2015 digoksin digunakan pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial sehingga dapat mengurangi gejala, menurukan angka perawatan rumah sakit dan memperlambat laju ventrikel yang cepat.

47 Komponen obat yang dikeluarkan untuk pasien Gagal Jantung golongan obat Hipertensi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pola Pengobatan Golongan Obat Hipertensi Obat (n=15) Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 (n=3) (n=7) (n=1) (n=40) (n=0) Total Furosemid 14 1 6 1 39 61 Spironolakton 4 2 12 18 Diovan 3 1 9 13 Kandesartan 1 6 7 Kaptopril 1 1 4 6 Irbesartan 2 1 2 5 Tenapril 1 1 2 4 Cardace 2 2 Bisoprolol 2 2 Ramipril 1 1 Farsix 1 1 Valsartan 1 1 Pengobatan yang paling banyak digunakan pasien gagal jantung untuk golongan obat hipertensi adalah furosemid sebesar 61 pasien. Menurut ESC tahun 2012, lini pertama pada terapi gagal jantung dengan gejala atau tanda kongesti adalah diuretik. Komponen obat yang dikeluarkan untuk pasien Gagal Jantung golongan obat Antiplatelet dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pola Pengobatan Golongan Obat Antiplatelet Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Obat Total (n=15) (n=7) (n=40) (n=3) (n=1) (n=0) Aspilet 10 3 1 10 24

48 Pengobatan yang paling banyak digunakan pasien gagal jantung untuk golongan obat Antiplatelet adalah aspilet sebesar 24 pasien. Menurut PERKI b tahun 2015 pada pasien gagal jantung memiliki resiko tejadinya stroke, sehingga untuk mencegah kejadian tersebut diberikan aspirin (aspilet). Pola pengobatan pada pasien gagal jantung dan berdasarkan golongan obat jantung terbanyak adalah digoxin, golongan obat antihipertensi terbanyak adalah furosemid, dan golongan obat antiplatelet terbanyak adalah aspilet. Pola pengobatan pada pasien dan tidak ada perbedaan.