lapisan biofilm melekat pada media seperti pasir. Air sebagai nutrien, dialirkan

dokumen-dokumen yang mirip
yang sama. Adapun uji foto mikroskop dilakukan untuk mengetahui perkembangan biofilm pada permukaan pasir. lalu selanjutnya menguji sampel air

kegiatan sehari-hari air digunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan kegiatan

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

dengan kemiringan yang cukup landai yaitu 2 % dan untuk panjang aliran permukaan

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

KINERJA BIOSAND FILTER DALAM MENYISIHKAN TOTAL COLIFORM DI AIR TANAH DANGKAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KINERJA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR MINUM DITINJAU TERHADAP PARAMETER WARNA DAN E. COLI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PENGARUH PENAMBAHAN GEOTEKSTIL PADA UNIT SLOW SAND FILTER UNTUK MENGOLAH AIR SIAP MINUM

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

yang tidak mengandung oksigen (anaerobik) akan melarutkan besi, mangan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. limbah yang apabila tanpa pengolahan lebih lanjut akan sangat berbahaya bagi

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel Mutiara Kota Gorontalo di mana

BAB III METODE PENELITIAN

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

1. PENDAHULUAN. yang disebabkan limbah yang belum diolah secara maksimal.

kompartemen 1, kompartemen 2, kompartemen 3 dan outlet, sedangkan untuk E.Coli

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO)

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen esensial bagi makhluk hidup akan tetapi, air juga merupakan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwidjoseputro, 1978). kuantitas maupun kualitasnya (Entjang, 2000).

penelitian ini reaktor yang digunakan adalah reaktor kedua dan ketiga. Adapun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN BIOSAND FILTER DAN ACTIVATED CARBON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengambilan Sampel. observasi di lokasi peternakan, pengambilan jumlah populasi yang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI EFEKTIVITAS BIOSAND FILTER TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI LUAS PERMUKAAN DAN TINGGI FREEBOARD JURNAL

Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengolahan Sampel. pada setiap Kelurahan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan

PENENTUAN TINGKAT KELAYAKAN KONSUMSI AIR ES BALOK DAN AIR ES POLAR DI WARUNG MAKAN DI SEKITAR KAMPUS UMS DITINJAU DARI JUMLAH COLIFORM FECAL

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada sistem pengolahan desentralisasi karena memiliki. beberapa keunggulan, diantaranya; kompak, kokoh, memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil penghitungan jumlah

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi

PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. olahan Teh Poci dilakukan pengulangan pengujian sebanyak 4 kali, dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

adanya gangguan oleh zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Depot air minum isi ulang di sekitar jalan Magelang Yogyakarta sebagai

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

PERBANDINGAN KETEBALAN MEDIA TERHADAP LUAS PERMUKAAN FILTER PADA BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013.

-_::'...:" _._.~

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO. Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1)

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

KAJIAN INTERMITTENT SLOW SAND FILTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS AIR PDAM Dwi Ermawati Rahayu ABSTRAK

Mikrobia dan Tanah KULIAH 1 PENDAHULUAN 9/5/2013 BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH TANAH. Tanah merupakan habitat yang sangat heterogen. Penghuninya beragam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

Jurnal Einstein 2 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

Transkripsi:

47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Biofilm Sebelum melakukan pengambilan sampel, semua media harus dalam keadaan steril. Sterilisasi dilakukan dengan cara merebus semua media, yaitu pasir halus, pasir kasar, dan kerikil. Setelah semua media dianggap steril, kemudian media disusun sesuai dengan variasi ketinggian yang diinginkan. Kecepatan air antara inlet dan outlet diatur dengan mempertahankan 5 cm air diatas permukaan media pasir halus. Untuk menumbuhkan lapisan biofilm tersebut diperlukan tempat agar lapisan biofilm melekat pada media seperti pasir. Air sebagai nutrien, dialirkan secara terus menerus membuat lapisan biofilm berkembang dengan baik. Biofilm terdiri dari sel - sel mikroorganisme yang melekat erat pada suatu permukaan sehingga dalam keadaan diam, tidak mudah lepas atau berpindah tempat. Pada biosandfilter ketinggian air diatas media pasir setinggi 5 cm secara konstan. ini dimaksudkan apabila tinggia air lebih dari 5 cm maka jumlah oksigen bebas yang terdapat pada air tidak cukup untuk proses metabolisme bakteri pada lapisan biofim sehingga mikroorganisme pada biofilm tersebut akan mati. Sedangkan apabila ketinggian air kurang dari 5cm akan mengakibatkan lapisan biofilm yang berada di atas permukaan pasir akan rusak (Tommy &Sophie, 2003). Untuk itu perlu dilakukan pemantauan secara rutin sampai terbentuknya lapisan biofilm.

48 Biosand filter dijalankan secara intermmiten, maksudnya untuk menumbuhkan lapisan biofilm yaitu dengan menjalankan air setiap 2 hari, lalu pada hari berikutnya dimatikan. Hal ini dilakukan sampai lapisan biofilm tersebut tumbuh. Tinggi lapisan biofilm sekitar 0,5-2 cm pada permukaan media pasir. Lapisan biofilm sangat mudah rusak karena terlalu tipis, diharuskan pada saat pengambilan perlu ketelitian dan ke hati-hatian. Oleh sebab itu, pada saat pengambilan lapisan biofilm, air dari inlet sebaiknya dimatikan karena dengan adanya air bisa menggangu proses pengambilan lapisan biofilm. Pengambilan lapisan biofilm diambil dengan menggunakan pipet, lalu lapisan tersebut dipindahkan ke kaca objek yang kemudian dikeringkan. Pada saat lapisan biofilm dikeringkan pada kaca objek, dipastikan biofilm tidak akan berkembang biak lagi karena tidak adanya air sebagai nutrien. Lapisan biofilm dilihat dengan menggunakan Foto Mikroskop yang dilakukan di Laboratorium Bio Manajemen Universitas Atma Jaya Jogjakarta. Dari hasil Foto Mikroskop diperoleh hasil bahwa pada hari ke-7 (teriihat pada gambar A) sudah mulai terbentuk lapisan biofilm. Tetapi karena pembentukan baru hanya di sebagian permukaan media, sedangkan yang di harapkan adalah lapisan biofilm terbentuk di seluruh permukaan filter, maka pada hari berikutnya atau hari ke-8 (gambar B) dilakukan pengujian lagi. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa lapisan biofilm terbentuk dengan sempurna diseluruh permukaan. Sampai hari ke-10 (gambar D), lapisan biofilm sudah terbentuk secara

49 keseluruhan. Adapun pertumbuhan lapisan biofilm tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini: Gambar 4.1 Pertumbuhan biofilm dengan perbesaran 10 x45 Sumber: Dokumtasi Pribadi ( Foto Mikroskop) Biosand filter membutuhkan waktu satu sampai tiga minggu untuk membentuk lapisan biofilm (Hegazi, 2004). Pertumbuhan biofilm ini banyak dipengaruhi oleh banyak faktor seperti interaksi antara bakteri, permukaan yang ditempeli, kelembaban permukaan, makanan yang tersedia, ikatan ion, ikatan van der weaals, tegangan serta kondisi permukaan (Tung K, 2003).

50 Pembentukan lapisan biofilm dapat tumbuh dengan sendirinya. Dapat dilihat melihat secara fisik (mata terianjang) dari pertumbuhan lapisan biofilm tersebut, yaitu terjadinya perubahan pada media pasir dipermukaan dari warna kuning muda, kemudian coklat muda, lalu menjadi merah kecoklatan yang merupakan zone dasar untuk aktifitas mikroorganisme yang menjadi dasar pertumbuhan biofilm. Eschericia Coli dm fecal coli tersisih oleh adanya biofilm pada pasir yang terdapat pada lapisan atas biosand filter. Biofilm terdiri dari lapisan gel yang terbentuk dari multispesies mikroorganisme dan matrik yang tersusun secara tidak beraturan serta bahan - bahan organik yang tertangkap didalamnya yang melekat kuat pada suatu permukaan padat. Pelekatan pada bakteri disertai oleh penumpukan bahan- bahan organik yang diselubungi oleh matrik polimer ekstraseluller yang dihasilkan oleh bakteri tersebut. Matrik ini berupa struktur benang- benang bersilang satu sama lain yang dapat berupa perekat bagi biofilm. Pertumbuhan bakteri secara terus-menerus dan disertai oleh jumlah besar polimer ekstraseluller, menyebabkan pembentukan lapisan biofilm dapat dilihat dengan mata terianjang. Selain itu juga karena biofilm yang terdiri dari organisme predator seperti amoeba, protozoa, invertebrata, dan sedikit alga yang berkembang biak setiap harinya, sebagian besar bakteri akan mati dalam lingkungan karena meningkatnya kompetisi bakteri dalam biofilm tersebut sehingga kandungan bakteri Eschericia Coli dan Fecal coli menurun segera saat di dalam biosand filter.

51 Eschericia Coli dan Fecal Coli menempel pada media pasir yang lebih banyak dan berdiameter lebih kecil. Sedangkan biofilm terbentuk karena adanya kontak langsung dengan media air. Yang mana akan mengikat antar pasir yang satu dengan yang lainnya sehingga akan lebih rapat, dan akan lebih besar meremoval Eschericia Coli dan Fecal Coli. 4.2 Hasil Pengujian E.Coli dan Fecal Coli dengan menggunakan Biosand Filter Adapun hasil pengujian dengan menggunakan proses biosand filter sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 4 (terlampir) diketahui bahwa bakteri Eschericia Coli dan fecal Coli mengalami penurunan setelah melalui biosand filter dengan variasi ketinggian media seperti teriihat pada Gambar 4.2 sampai Gambar 4.7 dibawah ini: E.Coli variasi ketinggian media 40:15:15 20000 17500 J 15000 o 2 12500 ^ I0000 xs 7500 g 5000 s "^ 2500 0 Inlet 420 350 530 <"» n 350. Outlet 1jam Outlet 1jam Outlet 1jam pertama kedua ketiga Pengambilan sampel (jam) -Uji E.Coli ke-1 Uji E.Coli kc-2 Gambar 4.2 Grafik E.Coli variasi ketinggian media 40:15:15 cm

52 Fecal Coli variasi ketinggian media 40:15:15 cm -J 20000 i 19000 17500 S 15000 S 12500 z P. 10000 19B00 Uji Fecal Coli ke-1 -Uji Fecal Coli ke-2 j- 7500 g 5000 s ^ 2500 L 530 420 350 0 ^5w " 420 -"" Inlet Outlet 1 Outlet 1 Outlet jam jam kedua jam keti pertama Pengambilan sampel (jam) Gambar 4.3 Grafik Fecal Coli variasi ketinggian media 40:15:15 cm E.Coli variasi ketinggian media 50:10:10 cm 27500 27000 25000 -J 22500 2500 1 s 20000 1 o 17500 I 88 a = >~5 15000 12500 10000 7500 500C 5000 2500 0 Outlet 1jam Outlet 1jam Inlet pertama kedua Pengambilan sampelgam) 4600 Outlet 1 jam ketiga Uji E.Coli ke-1 -Uji E.Coli ke-2 Gambar 4.4 Grafik E.Coli variasi ketinggian media 50:10:10 em

53 Fecal Coli variasi ketinggian media 50:10:10 cm 22500 20000 20000 J E o Z a. 17500 15000 12500 10000 -Uji Fecal Coli ke-1 -Uji Fecal Coli ke-2 E 3 7500 5000 2500 0 Inlet Outlet 1jam Outlet 1jam Outlet 1jam pertama kedua ketiga Pengambilan sampel(jam) Gambar 4.5 Grafik Fecal Coli variasi ketinggian media 50:10:10 cm E.Coli variasi ketinggian media 60:5:5 cm E 34000 32000 30000 28000 26000 24000 22000!S 20000 18000 S 16000 * 14000 «12000 g ioooo 3 8000 6000 4000 2000 0 Inlet 34000 2400_ -W* F200- Outlet 1jam Outlet 1jam Outlet 1jam pertama kedua ketigi Pengambilan sampel(jam) Uji E.Coli ke-1 -Uji E.Coli ke-2 Gambar 4.6 Grafik E.Coli variasi ketinggian media 60:5:5 cm

54 Fecal Coli variasi Ketinggian media 60:5:5 cm 27500 25000 26000 22500 -J g 20000 17500 Z 15000 0- % 12500 «10000 I I 7500 - Uji Fecal Coli ke-1 _B Uji Fecal Coli ke-2 5000 2500 0 inlet Outlet 1jam Outlet 1jam Outlet 1jam pertama kedua ket.ga Pengambilan Sampel(jam).7 Grafik Fecal Coli variasiketinggian media 60:5:5 cm Gambar 4 43 Pembahasan bakteri Escherichia Coli dan Fecal Coli Golongan bakteri Coli, merupakan jasad indikator di dalam substrat air, bahan-makanan, dan sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya, yang mempunyai persamaan sifat :gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora dan mampu memfermentasikan kaldu laktosa pada temperatur 37 Cdan fecal coli 42 ±1 C membentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam (Unus, 1996). Air baku yang akan digunakan sebagai objek penelitian mi diambil dan sumur penduduk jl, Jambon III RT.I/RW.I Kricak Jogjakarta. Sebelum penelitian dilakukan, hal terpenting yang harus diketahui adalah menguji kualitas air tanah itu sendiri, guna mendapatkan data primer yang akan dipakai sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

55 Berdasarkan analisis laboratorium yang dilakukan terhadap air baku yang diambil dari sumur penduduk tersebut, didapatkan data sebagai berikut: Tabel. 4.1 Kadar E.Coli dan Fecal Coli pada analisa awal No Parameter Satuan Hasil Analisa E.Coli MPN/100 ml 2400+ Fecal Coli MPN/100 ml 2400+ (Sumber : Data Primer 2005) Dari data yang tersaji diatas, diketahui bahwa kadar E.Coli dan Fecal Coli yang terdapat pada sumur penduduk Jln. Jambon III RT.I/RW. IKricak Jogjakarta telah melebihi ambang batas yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air sebesar 1000 MPN/100 ml untuk Coliform dan 100 MPN/ 100 ml Fecal Coli golongan kelas 1. Tingginya kandungan bakteri Eschericia Coli dan fecal Coli di lokasi tersebut berasal dari pencemaran septik tank. Hal ini terjadi karena sumur tempat penelitian tersebut merupakan perkampungan padat penduduk, sehingga jarak antara septik tank dan sumur tesebut ± 2 m. Oleh sebab itu diperlukan suatu pengolahan yang tepat, murah dan sederhana untuk menurunkan kandungan bakteri Eschericia Coli dm fecal Coli yang terdapat dalam air tanah. Biosand filter merupakan proses penyaringan atau penjernihan air dimana air yang akan diolah dilewatkan pada media pasir dengan kecepatan rendah karena dipengaruhi diameter butiran pasir yang lebih kecil dan lapisan biofilm yang berada di permukaan pasir sehingga dapat menurunkan kandungan bakteriologis.

56 Setelah di dapat data analisa awal lokasi penelitian, maka reaktor biosand filter mulai dijalankan sesuai dengan variasi ketinggian yang di inginkan. Analisa pertama menggunakan variasi ketinggian media 40:15:15 cm, selanjutnya analisa yang kedua dengan variasi ketinggian media 50:10:10 cm dan kemudian analisa ketiga variasi ketinggian media 60:5:5 cm. Setiap variasi ketinggian, menggunakan perlakuan yang sama yaitu pengambilan sampel dilakuan setelah biofilm terbentuk dengan 2 kali perulangan. Nilai efesiensi biosand filter dipengaruhi waktu pengambilan sampel. Semakin lama waktu pengambilan sampel maka nilai efesiensi semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena aliran air dalam biosand filter mengalir secara kosntan yang memberi pemasukan oksigen ke biofilm, sehingga sebagian besar E. Coli akan mati karena meningkatnya kompetisi di permukaan media. Adapun nilai efisiensi variasi ketinggian media 40:15:15 cm, 50:10:10 cm, dan 60:5:5 cm, dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Gambar 4.8 sampai dengan Gambar 4.13 dibawah ini.

57 Efesiensi E.Coli variasi ketinggian media 40:15:15 cm 100 97-97 98 v8 o- ^~s,w* 80 C 60 &> ce at wm «40 Uji Efesiensi E.Coli ke-1 -Uji Efesiensi E.Coli ke-2 z 20 Inlet Outlet 1jam Outlet 1jam Outlet 1jam pertama kedua ketiga Pengambilan Sampel (jam) Gambar 4.8 Nilai Efesiensi E.Coli variasi ketinggian media 40:15:15 cm Efesiensi Fecal Coli variasi ketinggian media 40:15:15 cm 100 ^^ -e ^ 80.^, xei S 60 tn w M S3 z 40 70 0?* * -t Inlet Outlet 1 Outlet 1 Outlet 1 jam jam kedua jam ketiga pertama Uji Efesiensi Fecal Coli ke-1 -Uji Efesiensi Fecal Coli ke- 2 Pengambilan sampel (jam) Gambar 4.9 Nilai Efesiensi Fecal Coli variasi ketinggian media 40:15:15

58 Efesiensi E.Coli variasi ketinggian media 50:10:10 cm 100 80 c 'vi Uk 40 S3 Uji Efesiensi E.Coli ke- 1 Uji Efesiensi E.Coli ke- 2 20 Inlet Outlet 1 Outlet 1 Outlet 1 jam jam kedua jam ketiga pertama Pengambilan Sampel (jam) Gambar 4.10 Nilai efesiensi E.Coli Ketinggian Media 50:10:10 cm Efesiensi Fecal Coli variasi ketinggian media 50:10:10 cm 100 98 % 80 «b9/.22 60 40 45 Uji Efesiensi Fecal Colike-1 Uji Efesiensi Fecal Coli ke-2 Z 20 Inlet Outlet 1 Outlet 1 Outlet 1 jam jam kedua jam ketiga pertama Pengambilan Sampel (jam) Gambar 4.11 Nilai efesiensi Fecal Coli Ketinggian Media 50:10:10 cm

59 Efesiensi E.Coli variasi ketinggian media 60:5:5 cm 100 80 s <s 60 40 - Uji Efesiensi E.Coli ke- -Uji Efesiensi E.Coli ke- 9 z 20 Inlet Outlet 1 jam Outlet 1 jam Outlet 1 jam pertama kedua ketiga Pengambilan Sampel (jam) Gambar 4.12 Nilai efesiensi E.Coli variasi ketinggian media 60:5:5 cm Efesiensi Fecal Coli variasi ketinggian media 60:5:5 cm 100 94 80 92 1 60 '35 u 40 ke-1 ke-2 z 20 Inlet Outlet 1 Outlet 1 Outlet I jam jam kedua jam ketiga pertama Pengambilan Sampel(jam) Gambar 4.13 Nilai efesiensi Fecal Coli variasi ketinggian media 60:5:5 cm

60 Berdasarkan hasil uji laboratorium, pada ketinggian media 40:15:15 cm menunjukan bahwa biosandfilter mampu menurunkan kandungan bakteri E.Coli dan Fecal Coli sebesar 97 % - 98 % (lampiran 5). Hal ini memperkuat hasil penelitan sebelumnya yang menyebutkan bahwa biosand filter mampu menurunkan bakteri Eschericia Coli dan fecal Coli sebesar 95-100 % (Basu & Cleary, 2004). Selanjutnya ketinggian media 50:10:10 cm didapat hasil bahwa reaktor biosandfilter mampu menurunkan kandungan bakteri E.coli sebesar 45 % - 91 % dan fecal coli sebesar 45 %- 98% (lampiran 5 ). Sedangkan ketinggian media 60:5:5 cm diperoleh hasil bahwa biosand filter mampu menurunkan kandungan Eschericia Coli sebesar 86 %- 96 %dan Fecal Coli sebesar 58 %- 98 % ( lampiran 5). Mekanisme penurunan E.coli dmfecal Coli pada biosandfilter mengalami proses predasi /predator, yang mana mikroorganime mengkonsumsi bakteri dan patogen-patogen lain di air yang pastinya jumlah bakteri tersebut lebih banyak dibandingkan dari E.coli dm fecal coli. Sehingga, E.Coli dm fecal coli akan lenyap atau terserang oleh mikroorganisme predasi/ predator tersebut sehingga keberadaan E.coli dm fecal coli berkurang. Adapun bakteri yang bersifat predator adalah protozoa, amouba, dan invertebrata. Sifat dari mikroorganisme predasi diantaranya protozoa, amouba, invertebrata, alga, bakteri patogen dan non patogen hidup di tempat yang basah dan banyak mengandung zat organik seperti air.

61 Pembiakan bakteri terjadi setiap 15-30 menit menyebabkan biofilm yang ada dipermukaan media lebih besar menurunkan kandungan bakteri Eschericia Coli dan Coli tinja.. Selain mengalami proses predasi /predator keberadaan E.coli dan Fecal Coli berkurang karena kematian secara alami atau Inaktivasi. Karena adanya kompetisi dalam memperebutkan makanan, maka mikroorganisme yang jumlahnya lebih sedikit akan kalah dalam kompetisi, sehingga akan mati. E.coli dan fecal coli adalah bagian dari penyusun biofilm, maka akan kalah dengan mikroorganisme lainya yang ada di biofilm tersebut. Penumbukan partikel - partikel padatan pada permukaan biosand filter dapat menyebabkan penyumbatan sehingga biosand filter tidak dapat bekerja secara optimal. Akhirnya biosand filter dianggap telah menunjukkan titik jenuh. Hal ini dapat dilihat dengan penurunan jumlah bakteri Eschericia Coli dan fecal Coli pada satu jam pertama sampai dengan satujam kedua, sedangkan pada satu jam ketiga jumlah bakteri Eschericia Coli dan fecal Coli lebih besar dari satu jam kedua seperti teriihat pada Gambar 4.10, Gambar 4.11, Gambar 4.12 dan Gambar 4.13. Kondisi ini menandakan meningkatnya kompetisi dan penumpukan zat-zat organik yang ada dipermukaan biosand filter tempat biofilm berada. Dengan bertambahnya waktu pengoperasian maka akan semakin bertambah juga tinggi muka air yang berada di atas permukaan media pasir. Sehingga pada biosandfilter terjadi clogging (penyumabatan).. Menurut Brault & Monod (1991) penyumbatan pada celah-celah media pasir mengakibatkan terjadinya kenaikan kehilangan

62 tekanan. Penyumbatan ini dapat menimbulkan terjadinya kondisi anaerobic pada lingkungan permukaan pasir, sehingga dapat menyebabkan bakteri - bakteri yang terdapat dalam biofilm reaktor biosandfilter akan mati. Apabila ruang antara butir penuh maka media penyaring akan jenuh dan tidak mampu meloloskan air baku lagi. Sehingga media penyaring tersebut perlu dilakukan pencucian. Selain pencucian kembali media penyaring pada biosand filter, salah satu alternatif untuk mangatasi terjadinya clogging pada biosandfilter perlu dilakukan pengadukan secara perlahan-lahan pada permukaan media dimana lapisan biofilm berada. Selanjutnya air yang berada diatas media pasir dengan ketinggian 5 cm, diambil sekitar 2 cm. Hal ini diharapkan penyumbatan tidak terjadi lagi pada permukaan pasir. 4.4 Perbandingan antar variasi ketinggian berdasarkan data uji laboratorium Berdasarkan hasil nilai efesiensi untuk seluruh percobaan ketinggian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pada penelitian ini variasi ketebalan media tersebut mampu menurunkan kandungan bakteri E. Coli dmfecal Coli. Setelah mengetahui nilai efesiensi dari masing - masing ketinggian, maka untuk lebih jelas perbandingan antar ketinggian yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat pada Gambar 4.14 sampai dengan Gambar 4.17 di bawah ini:

63 Perbandingan Variasi Ketinggian media untuk E.Coli 1 C W Z 00 97 8 ^8 L *6 " A^- 80 60 40 20 If / 77 ; -Efesiensi E.Coli ketinggian 40:15:15 cm -Efesiensi E.Coli ketinggian 50:10:10 cm -Efesiensi E.Coli ketinggian 60:5:5 cm n Inlet Outlet 1jam Outlet 1jam Outlet 1jam pertama kedua ketiga Pengambilan sampel (jam) Gambar 4.14 Grafik Perbandingan variasi ketinggian E.Coli ke- I Perbandingan Variasi Ketinggian media untuk E.Coli II 100 C? 80 1 60 jo & W 40 Z 20 - Efesiensi E.Coli Ketinggian 40:15:15 cm -* Efesiensi E.Coli ketinggian 50:10:10 cm * Efesiensi E.Coli 0 Inlet Outlet 1 Outlet 1 Outlet 1 jam jam kedua jam ketiga pertama Pengambilan Sampel (jam) Gambar 4.15 Grafik Perbandingan variasi ketinggian E.Coli ke-ii

64 Perbandingan Variasi Ketinggian media untuk Fecal Coli I 100 80 3 60 jo "tn < W 40 * 20 - Efesiensi Fecal Coli ketinggian 40:15:15 cm -* Efesiensi Fecal Coli ketinggian 50:10:10 cm -A-- Efesiensi Fecal Coli ketinggian 60:5:5 cm Inlet Outlet 1jam Outlet 1jam Outlet 1jam pertama kedua ketiga Pengambilan Sampel (jam) Gambar 4.16 Grafik Perbandingan variasi ketinggian Fecal Coli Ke-I 100 Perbandingan Variasi Ketinggian media untuk Fecal Coli II 80 - Efesiensi Fecal Coli ketinggian 40:15:15 cm e jo w z 60 40 20 - Efesiensi Fecal Coli ketinggian 50:10:10 cm -fc Efesiensi Fecal Coli ketinggian 60:5:5 cm Inlet Outlet 1jam Outlet 1jam Outlet 1 jam pertama kedua ketiga Pengambilan sampel (jam) Gambar 4.17 Grafik Perbandingan variasi ketinggian Fecal Coli ke-11

65 Baerdasarkan Gambar 4.14 sampai dengan Gambar 4.17 dapat dilihat perbandingan variasi ketinggian antara ketinggian 40:15:15 cm, 50:10:10 cm, dan 60:5:5 cm. Dari variasi tersebut tidak mengalami perbedaan nilai efesiensi secara jauh. Hal ini dikarenakan luas permukaan biofilm pada biosand filter berukuran sama (30 x 30 cm). Sehingga untuk ketiga ketinggian ini cukup efektif dalam menurunkan kandungan bakeri e.coli dmfecal coli pada biosand filter. Namun akan lebih efektif apabila variasi bukan pada ketinggian, melainkan pada luas permukaan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan biofilm yang berperan besar dalam menurunkan kandungan bakteri E.Coli dmfecal Coli pada biosandfilter.