BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

DAMPAK KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan kariogenik menjadi makanan kegemaran anak karena bentuknya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

PENELITIAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH. Di SDN 1 Gabel Kecamatan Sumoroto Kabupaten Ponorogo

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB 1 PENDAHULUAN. berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun. Penyakit yang sering

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA MURID SDN 1 RAHA KABUPATEN MUNA. Ratna Umi Nurlila Dosen STIKES Mandala Waluya Kota Kendari

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang dihasilkan dari interaksi bakteri. Karies gigi dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

BAB I PENDAHULUAN. luas penyebaranya, diperkirakan 90% lebih banyak melanda anak anak

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit,

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

dengan cara metode pendidikan kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. karena madrasah anak dimulai dari rumah (Hairuddin, 2014). Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

PENGARUH PERAN ORANG TUA TENTANG PERAWATAN GIGI TERHADAP TERJADINYA KARIES DENTIS PADA ANAK PRA SEKOLAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak yang berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun, masa bersekolah dalam periode ini sudah menampakkan kepekaan untuk belajar sesuai dengan sifat ingin tahu anak. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal. Adapun untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal maka upaya dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2000). Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak gigi. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan 1

2 gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007). Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Machfoedz dan Zein, 2005). Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Data menunjukkan sekitar 80 persen penduduk Indonesia memiliki gigi rusak karena berbagai sebab. Namun yang paling banyak ditemui adalah karies atau gigi berlubang dan periodental atau kerusakan jaringan akar gigi (Mangoenprasodjo, 2004). Menurut Achmad (2004), pada hampir setiap mulut orang Indonesia akan ditemukan dua hingga tiga gigi berlubang. Karies gigi dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dan merupakan penyakit gigi yang paling banyak diderita oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi dibanding umur 45 tahun keatas, umur 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-69,5% umur 45 tahun keatas 53,3% dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif (Depkes, 2000).

3 Notoatmodjo cit Fankari (2005), menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa. Anak usia antara 6-12 tahun atau anak usia sekolah masih kurang mengetahui dan mengerti memelihara kebersihan gigi dan mulut, terbukti pada angka nasional untuk karies gigi usia 12 tahun mencapai 76,62% dengan indeks DMF-T (Decay Missing Filled-Teeth) rata-rata 2,21 (Depkes, 2006). Makanan kariogenik menjadi makanan kegemaran anak karena bentuknya yang menarik, dan rasanya yang lezat atau enak (suwelo, 1992). Makanan jenis bolu, coklat, permen, dan sebagainya bersifat lunak sehingga mudah menempel di permukaan gigi yang bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan email gigi (Moestopo, 1993). Berdasarkan hasil studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011 menunjukkan angka kejadian masalah kesehatan gigi dan mulut mengalami kenaikan yang signifikan terjadi pada anak usia 3-5 tahun sebesar 81,2 %. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan, bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 60-80% dari populasi, serta menempati peringkat ke-6 sebagai penyakit yang paling banyak diderita.

4 Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80% - 90% dimana diantaranya adalah golongan anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 sebesar 30% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada bulan Desember 2015 di Sekolah Dasar Negeri 3 Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah didapatkan data jumlah siswa siswi kelas III hingga kelas VI adalah 164 siswa. Dari 164 siswa tersebut peneliti menemukan 125 siswa menderita karies gigi atau gigi berlubang. Jumlah tersebut cukup tinggi karena lebih dari 50% siswa di SDN 3 Kracak menderita karies gigi atau gigi berlubang. Siswa-siswi yang mengalami karies gigi tersebut mengaku sering mengkonsumsi makanan atau jajanan yang manis karena rasanya yang enak. Makanan kariogenik (makanan penyebab karies gigi) banyak tersedia di kantin atau warung sekitar sekolah sehingga para siswa dapat dengan mudah mengkonsumsi makanan peenyebab karies gigi atau makanan kariogenik tersebut. Berdasarkan Laporan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas I Ajibarang, jumlah siswa siswi SD Negeri 3 Kracak yang pernah diperiksa kesehetan gigi dan mulutnya adalah sebanyak 104 siswa yang terdiri dari siswa kelas 1 dan kelas 2. Dari data tersebut jumlah siswa dengan kasus karies adalah 100 orang (96,15%).

5 Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti suatu permasalahan yaitu hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan tingkat keparahan karies gigi di Sekolah Dasar Negeri 3 Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi bahwa angka kejadian karies gigi pada anak berdasarkan data bidang Pemberdayaan dan Jaminan Pemeliharaan Dinas Kesehatan Jawa Tengah, lebih kurang dari 74% anak bermasalah dengan gigi. Prevalensi kejadian karies gigi pada anak di Jawa Tengah sebesar 41,3%. Hasil observasi yang dilakukan pada 164 siswa di Sekolah Dasar Negeri 3 Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas didapatkan data siswa yang memiliki karies gigi atau gigi berlubang yaitu sebanyak 125 siswa. Banyak faktor yang menyebabkan karies gigi, diantaranya mengkonsumsi makanan kariogenik. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian: Adakah hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan tingkat keparahan karies gigi di Sekolah Dasar Negeri 3 Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan tingkat keparahan karies gigi di Sekolah Dasar Negeri 3 Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui konsumsi makanan kariogenik siswa Sekolah Dasar Negeri 3 Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. b. Mengetahui tingkat keparahan karies gigi siswa Sekolah Dasar Negeri 3 Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. c. Menemukan hubungan konsumsi makanan kariogenik terhadap tingkat keparahan karies gigi di Sekolah Dasar Negeri 3 Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi instansi kesehatan Kepada petugas kesehatan agar meningkatkan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui program UKGS, seperti: cara menyikat gigi yang baik dan benar serta memilih makanan jajanan yang baik maupun yang harus dihindari untuk menjaga kesehatan gigi, dan apabila ditemukan siswa yang menderita karies gigi berat sebaiknya diberi rujukan ke puskesmas.

7 2. Bagi institusi sekolah Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk lebih meningkatkan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah yang biasa disingkat UKGS, di lingkungan sekolah masing-masing dan sekolah dapat menyediakan kantin sekolah yang sehat dan bersih. 3. Bagi populasi penelitian Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan terhadap masalah yang terkait dengan karies gigi terutama mengenai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta jajanan yang sehat. 4. Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang karies gigi serta dapat dipergunakan sebagai sarana komunikasi dan acuan untuk penelitian berikutnya. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian tentang hubungan hubungan konsumsi makanan kariogenik terhadap tingkat keparahan karies gigi sebelumnya adalah : Penelitian dari Sri Utami (2013) berjudul Hubungan Antara Plak Gigi Dengan Tingkat Keparahan Karies Gigi Anak Usia Prasekolah Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah 583 anak-anak usia 4-6 tahun yang bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK) di Kabupaten Sleman. Teknik sampling yang

8 digunakan adalah simple random sampling, dengan pengambilan subyek penelitian secara acak proporsional. Tingkat keparahan kariesdiukur dengan menggunakan indeks dmf-s dan plak gigi diukur dengan menggunakan indeks plak O Leary. Analisis data menggunakan uji logistic regression. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa usia 5 tahun merupakan usia anak yang paling banyak menderita karies gigi kategori parah (52,3%) dan pada anak laki-laki (50,8%). Nilai OR adalah 3,3 (p=0,000, 95% CI=2,134-4,824). Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel dependen yaitu tingkat keparahan karies gigi. Perbedaannya adalah penelitian di atas menggunakan variabel plak gigi dengan responden dan tempat penelitian yang berbeda. 2. Penelitian dari Masriadi Tamrin, dkk (2013) berjudul Dampak Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Anak Sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskritif Analitik dengan rancangan Cross Sectional, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SDN 271 Saparu, pengambilan sampel menggunakan tehnik Non Probability Sampling yaitu Accidental Sampling, didapatkan 30 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Hasilnya diolah menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan a= 0,05. Hasil bivariat

9 menunjukkan bahwa konsumsi makanan kariogenik (p= 0,004), kebiasaan menyikat gigi (p = 0,002). Persamaan dengan penelitian ini adalah pada responden yaitu siswa Sekolah Dasar dan variabel bebas yaitu konsumsi makanan karogenik. Perbedaannya adalah pada waktu dan tempat penelitian. 3. Penelitian dari Christian Rompis, dkk (2016) berjudul Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi anak dengan tingkat keparahan karies anak TK di Kota Tahuna. Jenis penelitan ini analitik dengan rancangan potong lintang. Jumlah sampel yang diambil dari beberapa TK di Kota Tahuna sebanyak 65 anak. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner dan lembar pemeriksaan def-t. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi anak di Kota Tahuna kategori baik 93,8% sedangkan kategori buruk 6,1 %. Pemeriksaan tingkat keparahan karies gigi mendapatkan kategori keparahan rendah 4,61%, kategori keparahan sedang 26,1%, kategori keparahan tinggi 60%, dan kategori keparahan sangat tinggi 9,23%. Hasil analisis menggunakan uji korelasi koefisien kontingensi mendapatkan hasil signifikansi 0,270 (> p = 0,05), yang menunjukkan hubungan yang terjadi lemah. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat yaitumtingkat keparahan karies gigi.

10 Perbedaannya, penelitian di atas menggunakan menggunakan responden anak Taman Kanak-kanak serta waktu dan tempat penelitiannya berbeda. 4. Penelitian dari Jacky Ch. Lintang (2015) berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Tingkat Keparahan Karies Gigi Siswa SDN Tumaluntung Minahasa Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak kelas V SDN Tumaluntung Minahasa Utara, dengan jumlah sampel sebanyak 45 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan indeks karies.hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dengan tingkat keparahan karies gigi (r=0,372). Persamaan dengan penelitian di atas adalah pada variabel terikat yaitu tingkat keparahan karies gigi dan respondennya sama yaitu siswa SD. Perbedaannya yaitu pada waktu dan tempat penelitian. 5. Penelitian oleh Lilik Hidayanti tentang Hubungan Karakteristik Keluarga dan Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar Semarang tahun 2005 menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara kebiasaan mengkonsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi. Dikarenakan makanan yang bersifat lengket dan frekuensi konsumsi makanan kariogenik menyebabkan ph yang rendah di dalam mulut

11 dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan penurunan remineralisasi. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada respondennya yaitu siswa Sekolah Dasar dan pada variabel bebas dan terikat yaitu konsumsi makanan kariogenik dan tingkat keparahan karies gigi. Perbedaannya adalah pada penelitian di atas terdapat variabel karakteristik keluarga serta waktu dan tempat penelitian yang berbeda.