BAB I PENDAHULUAN. karena madrasah anak dimulai dari rumah (Hairuddin, 2014). Berdasarkan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orangtua memiliki peran dalam pembentukan karakter anak, karena madrasah anak dimulai dari rumah (Hairuddin, 2014). Berdasarkan teori Blum (1974), status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan. Peran serta orangtua sangat diperlukan didalam membimbing, memberikan perhatian, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak kelak dapat memelihara kebersihan giginya (Gultom, 2009). Orangtua memiliki pengaruh yang penting pada anak (Tantursiyah, 2009). Pada hakekatnya orangtua diharapkan mampu berperan untuk mewujudkan keluarga yang harmonis dan bahagia. Kehidupan yang diwarnai oleh rasa sayang maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong menolong, kejujuran, saling memercayai, saling membina pengertian dan damai dalam rumah tangga (Soetjiningsih, 2005). Tak sedikit pula kehidupan rumah tangga yang memiliki masalah terhadap pengasuhan anak. Penyandang masalah sosial anak di Indonesia justru makin mencemaskan baik kualitatif maupun kuantitatif (Suyanto, 2010). 1

2 2 Orangtua yang tidak mampu merawat anaknya karena permasalahan keluarga seperti perceraian merupakan suatu masalah sosial. Kondisi masalah sosial harus mendapat empati dan perhatian dari segala bidang, baik mahasiswa maupun instansi terkait (Suyanto, 2010). Anak yang tidak diasuh oleh orangtuanya dengan baik akan diasuh oleh balai (PSAA, 2015). Anak penyandang masalah sosial perlu mendapat perhatian khusus dan pembinaan. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki Balai Rehabilitasi Sosial dan Pengasuhan Anak (BRSPA) yang merupakan UPTD Dinas Sosial DIY. Balai tersebut merupakan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan alternatif pengasuhan, perlindungan dan pelayanan sosial bagi anak (PSAA, 2015). BRSPA memiliki anak asuh dengan latar belakang masalah yang berbeda. Latar belakang yang berbeda tersebut antara lain adalah masalah dalam kepengasuhan akibat perceraian orangtua, korban trafficking maupun korban kekerasan (PSAA, 2015). Sumber masalah dari kondisi biologis penyandang masalah sosial saat ini lebih banyak dilihat dari kondisi kesehatan (Soetomo, 2008). Kondisi kesehatan dinyatakan sebagai salah satu faktor yang dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia (Mulyanto, 2013). Kesehatan yang rendah dapat mengakibatkan kemampuan untuk merespon berbagai peluang untuk meningkatkan kondisi kehidupannya dan menurunnnya produktivitas kerja (Retnaningtyas, 2005). Kenyataan ini menunjukkan

3 3 betapa pentingnya kesehatan khususnya bagi anak (Unicef-Indonesia, 2012). Menurut WHO tahun 2012, penyakit rongga mulut yang sering dihadapi oleh anak-anak umumnya adalah penyakit gigi berlubang (karies gigi) dan penyakit periodontal. Sejumlah 60-90% anak-anak sekolah di seluruh dunia mengalami karies gigi dan penyakit periodontal dijumpai pada 5-20 % usia dewasa muda. Penyakit periodontal hanya dapat mengenai gingiva (gingivitis) atau dapat menyerang struktur yang lebih dalam (periodontitis). Penyebab lokal terjadinya gingivitis diantaranya deposit plak dan kalkulus di atas permukaan gigi, makanan yang terselip dan gigi yang berlubang (Carranza, 2012). Plak merupakan akumulasi deposit lunak yang membentuk biofilm, menempel pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnyapada rongga mulut seperti gigi tiruan atau restorasi (Carranza, 2012). Plak biasa ditemukan pada bagian occlusal pits, fissures, margin servikal gigi dan di periodontal pocket (Felton dan Alison, 2009). Plak berperan penting terhadap terjadinya penyakit periodontal dan karies. Akumulasi bakteri pada plak tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan (Chetrus, 2013). Plak dapat dihilangkan dengan menyikat gigi. Perilaku menggosok gigi berhubungan dengan skor plak. Faktor yang paling berhubungan terhadap skor plak adalah pengetahuan tentang menggosok gigi, ph saliva, praktik menggosok gigi dan sikap tentang menggosok gigi (Wiradona, 2013).

4 4 Pengetahuan dan sikap anak tidak lepas dari kehadiran orangtua. Menurut Riyanti (2005) bahwa pengetahuan orangtua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Kawuryan (2004) menjelaskan bahwa dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut secara tidak langsung akan menjaga kesehatan gigi dan mulut dan pada akhirnya dapat mencegah terjadinya karies gigi. Sebagai kaum muslim maka kita wajib memberi perhatian pada anak khususnya anak yatim, sebagaimana di dalam Al- Quran Surah Ad- Dhuha : Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan. (Adh-Dhuha: 6-8) Rasulullah SAW bersabda akan pentingnya peran orangtua, yang artinya: Kewajiban orangtua kepada anaknya adalah memberi nama yang baik, mendidik sopan santun dan mengajari tulis menulis, renang, memanah, memberi makan dengan makanan yang baik serta mengawinkannya apabila ia telah mencapai dewasa. (HR. Muslim). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah, yaitu apakah terdapat perbedaan indeks plak antara anak asuhan keluarga dengan anak asuhan balai?

5 5 C. Tujuan Mengetahui perbedaan indeks plak antara anak asuhan keluarga dan anak asuhan balai. D. Manfaat 1. Bagi ilmu pengetahuan a. Untuk menambah pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada anak di Yogyakarta. b. Untuk mengetahui kondisi kesehatan gigi dan mulut pada anak yang dikaitkan dengan fenomena sosial. 2. Bagi Balai Rehabilitasi Sosial dan Pengasuhan Anak Yogyakarta a. Sebagai masukan untuk bahan penyuluhan tentang kebersihan gigi dan mulut di BRSPA. b. Sebagai data terkait kesehatan gigi dan mulut anak asuh. c. Menerapkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada proses pendidikan kepengasuhan di BRSPA. d. Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi bagi anak asuh di BRSPA. 3. Bagi Prodi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil penelitian dapat menjadi data dasar kesehatan gigi dan mulut siswa yang dapat menjadi bahan rujukan ke rumah sakit gigi dan mulut pendidikan UMY.

6 6 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian oleh Irmanita Wiradona, Bagoes Widjanarko dan Syamsulhuda B.M. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh perilaku menggosok gigi terhadap skor plak pada siswa Kelas IV dan V di SD Wilayah Kecamatan Gajahmungkur. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode survey dan desain potong lintang (cross sectional). Sampel adalah siswa Kelas IV dan V yang berasal dari 14 SDN di wilayah Kecamatan Gajahmungkur sebanyak 400 siswa dilakukan secara propotional random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, pemeriksaan dan observasi. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi square dan multivariat dengan Uji Regresi Logistic. Hasil penelitian skor Plak Gigi siswa kelas IV dan V di SD Kecamatan Gajahmungkur Semarang masih buruk. Analisis bivariat terdapat terdapat 6 variabel yang mempunyai hubungan dengan skor plak yaitu pengetahuan tentang menggosok gigi(p=0,001), sikap tentang menggosok gigi (p=0,001), praktik menggosok gigi (p=0,001), peran orang tua (p=0,001), sarana menggosok gigi (p=0,001), dan ph saliva > 6,8 (p=0,001). Hasil uji Regresi Logistik yang dilakukan terhadap 4 variabel yang berpotensi terhadap skor plak terdapat satu variabel yang paling berpengaruh yaitu pengetahuan tentang menggosok gigi dengan OR: 7,88 (CI 95%: 4,39 14,1). Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah metode dan desain penelitian.

7 7 2. Penelitian oleh Fetiara Nur annisa Erfa Eddy dan Hanna Mutiara. Karies merupakan masalah gigi yang paling sering ditemukan pada anak usia sekolah dasar. Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi yang merupakan proses demineralisasi progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang sebenarnya dapat dicegah. Penyebab dari karies ini adalah adanya aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan. Orang tua sangat berperan dalam membentuk perilaku anak. Sikap dan perilaku orang tua, terutama ibu, dalam pemeliharaan kesehatan gigi memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku anak. Walaupun masih memiliki gigi sulung, orang tua harus memberikan perhatian serius pada anak. Pertumbuhan gigi permanen anak ditentukan oleh kondisi gigi sulung anak. Namun, masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa gigi sulung hanya sementara dan akan digantikan oleh gigi permanen, sehingga mereka sering menganggap bahwa kerusakan pada gigi sulung bukan merupakan suatu masalah. Berdasarkan hal tersebut, peranan orang tua dalam memelihara kesehatan gigi merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan karies pada anak. Perbedaan penelitian teresebut dengan yang peneliti lakukan adalah meneliti mengenai perbedaan kondisi peranan orangtua terhadap kondisi plak anak. Penelitian yang peneliti lakukan menggunakan metode observasional analitik dengan desaincross sectional study.