BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam. : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigitan serangga dan eksim scabies (Anonim, 2008). Fluosinolon asetonid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai infeksi virus pada manusia disebabkan oleh virus herpes. Infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk tabung pipih atau siskuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang seluruh orang pernah

TINJAUAN PUSTAKAA Sifat. Fisikokimia. berikut: Rumus struktur : Nama Kimia. Rumus Molekul. : C 6 H 12 NNaO. Berat Molekul.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nistatin sebagai obat antijamur poliena secara alami berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Betametason (Bm) dan Deksklorfeniramin Maleat (Dk) adalah kombinasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat influenza. PCT merupakan analgesik-antipiretik, dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau food additives adalah senyawa

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut British Pharmacopeia (2009), sifat fisikokimia domperidone

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Trichomoniasis vaginalis, Amoebiasi dan Giardasis. Metronidazol bekerja efektif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

PENDAHULUAN. Semua orang selalu menginginkan kehidupan yang dijalani adalah kehidupan

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen POM RI, 1995).

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau diagnosis suatu penyakit, kelainan fisik, atau gejala-gejalanya pada manusia

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASAM ASETILSALISILAT DALAM SEDIAAN OBAT MEMANFAATKAN SINAR REFLEKTAN TERUKUR DARI BERCAK YANG DIHASILKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

BAB I PENDAHULUAN. tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan proteinprotein

4 Hasil dan Pembahasan

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akrilamida (sinonim: 2-propenamida, etilen karboksi amida, akrilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suspensi Kotrimoksazol mengandung Sulfametoksazol C 10 H 11 N 3 O 3 S dan. Rumus struktur : H 2 N SO 2 NH N.

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam dasar yang sesuai. Sediaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada preparat kulit terutama untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih (Andriyani, 2011). Dosis asam retinoat dalam sediaan topikal yaitu 0,025 0,1% (Draelos dan Thaman, 2006). Asam retinoat dapat menimbulkan risiko berbahaya antara lain dapat menimbulkan peradangan pada kulit seperti rasa terbakar, menyengat, kemerahan, eritema dan pengerasan kulit. Potensi sebagai zat karsinogen dibuktikan melalui penggunaan asam retinoat pada mencit albino dan mencit berpigmen terbukti dapat meningkatkan potensi karsinogen akibat radiasi UV-A dan UV-B (National Toxicology Program, 2012). Asam retinoat juga memiliki efek samping sebagai zat teratogen atau menyebabkan cacat pada janin (Puspitadewi dan Retno, 2008). Penetapan kadar asam retinoat memerlukan metode analisis yang tepat untuk diaplikasikan dalam bentuk sediaannya untuk keperluan kontrol kualitas dalam kosmetik. Beberapa metode telah dikembangkan untuk menentukan kadar asam retinoat salah satunya adalah Kromatografi 1

2 Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Penelitian analisis asam retinoat menggunakan KCKT dalam sediaan krim pemutih yang dijual bebas di wilayah Purwokerto pernah dilakukan oleh Rahayu (2014) dengan fase gerak yang digunakan metanol : air : asam asetat glasial (85:15:0,5) v/v/v, kolom C18, dimensi kolom 15 cm x 4,6 mm, detektor UV-VIS 353 nm, kecepatan alir 1,4 ml/menit, volume injeksi 20 μl. Metode KCKT yang digunakan telah memenuhi parameter linearitas, LOD dan LOQ serta akurasi. Analisis asam retinoat pada krim pemutih wajah menggunakan KLT dan KCKT telah dilakukan oleh Nastiti (2016). Pada KLT menggunakan campuran fase gerak n-heksan : aseton (6:4) tetapi menghasilkan pemisahan yang kurang baik. Pada KCKT menggunakan campuran fase gerak metanol : air : asam asetat glasial (90:10:0,5) v/v/v, fase diam kolom C18, dengan detektor UV pada 353 nm, dan laju alir 1,4 ml/menit, serta volume injeksi 20 µl. Metode KCKT yang digunakan telah memenuhi parameter presisi, linieritas, LOD dan LOQ. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan validasi metode penetapan kadar asam retinoat menggunakan KCKT serta aplikasinya dalam sediaan krim malam. Validasi metode meliputi parameter presisi, akurasi, linieritas, sensitivitas (LOD dan LOQ) dan selektivitas. Fase diam yang digunakan adalah kolom C18, sementara fase gerak berupa campuran metanol, air dan asam asetat glasial dengan perbandingan sesuai dengan hasil optimasi.

3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat disusun perumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah metode penetapan kadar asam retinoat menggunakan KCKT dengan fase diam C18 dan fase gerak campuran metanol, air dan asam asetat glasial dapat dilakukan? 2. Apakah uji validasi metode pada poin 1 memenuhi syarat presisi, akurasi, linieritas, sensitivitas dan selektivitas? 3. Apakah metode yang telah divalidasi tersebut dapat diaplikasikan dalam sediaan krim malam? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Melakukan penetapan kadar asam retinoat menggunakan KCKT dengan fase diam C18 dan fase gerak campuran metanol, air dan asam asetat glasial. 2. Melakukan validasi metode penetapan kadar asam retinoat menggunakan KCKT dengan parameter validasi meliputi presisi, akurasi, linieritas, sensitivitas dan selektivitas. 3. Mengaplikasikan metode yang telah divalidasi pada sediaan krim malam.

4 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan menghasilkan metode penetapan kadar asam retinoat menggunakan KCKT yang dapat diaplikasikan dalam sediaan krim malam. 1. Asam Retinoat E. Tinjauan Pustaka Asam retinoat adalah senyawa aktif turunan vitamin A dalam bentuk asam yang dibentuk dari all-trans retinol (retinoid dalam bentuk alkohol). Asam retinoat juga dikenal dengan sebutan tretinoin (all-trans retinoic acid) yang digunakan dalam terapi jerawat (Combs, 2008). Struktur kimia asam retinoat dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut : Gambar 1. Asam Retinoat (Anonim, 1995) Asam retinoat memiliki rumus molekul C 20 H 28 O 2. Berat Molekul 300,44. Pemerian asam retinoat berupa serbuk hablur, kuning sampai jingga muda. Asam retinoat tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform (Anonim, 1995).

5 Penggunaan tretinoin sebagai obat keras hanya boleh dilakukan dengan resep dokter. Namun kenyataannya ditemukan dijual bebas kosmetik yang mengandung tretinoin (Badan POM, 2006). Asam retinoat atau tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit yang sensitif, seperti kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas serta jika pemakaian yang berlebihan khususnya pada wanita yang sedang hamil dapat menyebabkan cacat pada janin yang dikandungnya (Badan POM, 2008). Dosis asam retinoat dalam sediaan topikal yaitu 0,025 0,1% (Draelos dan Thaman, 2006). 2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu menganalisis berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran (Ditjen POM, 1995). Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan dan pemurnian senyawa obat serta untuk analisis kuantitatif senyawa obat dalam sediaan farmasetika. KCKT juga dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif senyawa obat dengan mendasarkan pada parameter waktu retensi senyawa obat standar dan senyawa obat dalam

6 sampel. Keterbatasan penggunaan KCKT adalah jika sampelnya sangat kompleks, karena resolusi atau daya pisah yang baik sulit diperoleh (Gandjar dan Rohman, 2012). Kelebihan metode KCKT antara lain : mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran, kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi, dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis dan resolusi yang baik (Putra, 2004). Skema KCKT dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini : Gambar 2. Skema KCKT Komponen-komponen penting dari KCKT sebagai berikut : a. Wadah Fase Gerak Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung

7 fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis (Gandjar dan Rohman, 2007). b. Pompa Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni : pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 ml/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 ml/ menit (Gandjar dan Rohman, 2007). c. Injektor Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel internal atau eksternal. Pada saat pengisian sampel, sampel digelontor melewati keluk sampel dan kelebihannya

8 dikeluarkan ke pembuang. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir melewati keluk sampel dan menggelontor sampel ke kolom (Gandjar dan Rohman, 2007). d. Kolom Kolom merupakan jantung kromatografi. Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pemilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok : 1) Kolom analitik : garis tengah dalam 2 6 mm. Panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan partikel biasanya panjang kolom 50 100 cm. Untuk kemasan mikropartikel berpori, biasanya 10 30 cm. 2) Kolom preparatif : umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 100 cm. Kolom umumnya dibuat dari stainless steel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Kemasan kolom tergantung pada mode KCKT yang digunakan (Johnson dan Stevenson, 1991). e. Detektor Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan dalam aliran yang keluar dari kolom.

9 Detektor-detektor yang baik memiliki sensitivitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapan/respon untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh (Putra, 2007). f. Fase Diam Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Oktadesil Silane (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Solut-solut yang polar, terutama yang bersifat basa, akan memberikan puncak yang mengekor (tailing peak) pada penggunaan fase diam silika fase terikat (Gandjar dan Rohman, 2007). g. Fase Gerak Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam,

10 dan sifat komponen-komponen sampel (Johnson dan Stevenson, 1991). Berdasarkan jenis fase gerak dan fase diamnya, jenis pemisahan KCKT dibedakan atas : 1) Kromatografi Fase Normal Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat polar, misalnya silika gel, alumina, sedangkan fase geraknya bersifat non polar seperti heksan. 2) Kromatografi Fase Terbalik Pada kromatografi fase terbalik, fase diamnya bersifat non polar, yang banyak dipakai adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan oktilsilan (C8). Sedangkan fase geraknya bersifat polar, seperti air, metanol dan asetonitril (Gandjar dan Rohman, 2007). 3. Validasi Validasi merupakan metode yang dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis (Harmita, 2004). Validasi adalah suatu pembuktian terhadap suatu parameter berdasarkan hasil laboratorium bahwa parameter tersebut memenuhi syarat untuk penggunaannya (Gandjar dan Rohman, 2007).

11 Beberapa parameter analisis dalam validasi metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagai berikut : a. Presisi (Ketelitian) Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relatif atau relative standard deviation (RSD) dari sejumlah sampel (Gandjar dan Rohman, 2012). Suatu metode dikatakan mempunyai presisi yang baik apabila nilai RSD lebih kecil dari 2% (< 2 %) (Harmita, 2004). Parameter presisi ini meliputi : 1) Keterulangan yaitu ketepatan (precision) pada kondisi percobaan yang sama baik orangnya, peralatan, tempat maupun waktunya 2) Presisi antara yaitu pada kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya, peralatan, tempat maupun waktunya 3) Reprodusibilitas yang merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium lain. Dokumentasi presisi mencakup simpangan baku, simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) (Gandjar dan Rohman, 2007). b. Akurasi (Ketepatan) Akurasi adalah ketepatan prosedur analisis yang menyatakan kedekatan antara suatu nilai yang sebenarnya atau nilai referensi dengan nilai yang ditemukan (ICH, 2005).

12 Akurasi ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) dan metode penambahan baku (standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar sebenarnya dari analit yang ditambahkan. Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis kemudian sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (Harmita, 2004). Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (Harmita, 2004). Nilai akurasi adalah kurang lebih 98 102%. Jika nilai akurasi diluar kisaran, maka analisis harus diinvestigasi (Gandjar dan Rohman, 2012). c. Linieritas Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linieritas

13 suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x). Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep dan koefisien korelasinya (r) (Gandjar dan Rohman, 2012). Dalam suatu metode analisis, kriteria nilai r yang didapat harus lebih besar dari 0,99 (Miller dan Miller, 2005). d. Sensitivitas Limit of Detection (LOD) merupakan parameter yang menunjukkan batas deteksi dari metode analisis yang merupakan jumlah terkecil dari analit yang terkandung dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak memerlukan angka kuantitatif yang tepat (ICH, 2005). Limit of Quantitation (LOQ) adalah parameter yang menunjukkan jumlah terkecil dari analit yang terkandung dalam sampel yang dapat dikuantifikasi secara presisi dan akurat. Parameter ini digunakan untuk pengujian kuantitatif analit dengan jumlah kecil yang terkandung dalam sampel dan digunakan untuk pengukuran cemaran serta produk degradasi (ICH, 2005). Nilai LOD diperoleh dari persamaan Y = Y B + 3 S B.

14 Nilai LOQ diperoleh dari persamaan Y = Y B + 10 S B. Semakin kecil nilai LOD dan LOQ maka semakin peka pula suatu metode. e. Selektivitas (Spesifisitas) Spesifisitas adalah kemampuan suatu metode analisis untuk mengukur analit secara akurat dan spesifik bila analit berada bersama dengan komponen lain dalam matriks sampel seperti pengotor, produk degradasi dan komponen matriks. Spesifisitas dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) (Harmita, 2004). Spesifisitas dapat ditentukan melalui nilai resolusinya (R). Resolusi dikatakan memenuhi syarat jika nilai R 2,00 (Snyder dan Kirkland, 1997). 4. Krim Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua yaitu krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi. Umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik (Anief, 2000). Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Ditjen POM, 1995). Pada kulit kering, pada keadaan kelembaban udara sangat rendah, penguapan air dari kulit sangat tinggi, kulit orang tua, atau

15 kelainan kulit tertentu yang menyebabkan kulit menjadi kering dan kasar, krim dapat mengurangi kekeringan kulit dan mengurangi penguapan kulit dengan cara menutupinya (Wasitaatmadja, 1997). F. Landasan Teori Asam retinoat memiliki cincin aromatik, ikatan rangkap terkonjugasi dan auksokrom anion O sehingga dapat dideteksi dengan detektor UV (Nastiti, 2016). Penelitian tentang KCKT untuk analisis asam retinoat dalam sediaan krim pemutih yang dijual bebas di wilayah Purwokerto pernah dilakukan oleh Rahayu (2014) dengan fase gerak yang digunakan metanol : air : asam asetat glasial (85:15:0,5 v/v/v), kolom C18, panjang gelombang maksimal 353 nm. Hasil penelitian telah memenuhi parameter linearitas, LOD dan LOQ serta akurasi. Nastiti (2016) melakukan analisis asam retinoat pada krim pemutih wajah menggunakan KLT dan KCKT. Pada KCKT menggunakan campuran fase gerak metanol : air : asam asetat glasial (90:10:0,5 v/v/v), fase diam kolom C18, dengan detektor UV pada 353 nm. Metode KCKT yang dihasilkan telah memenuhi parameter presisi, linieritas, LOD dan LOQ.

16 G. Hipotesis 1. Metode penetapan kadar asam retinoat dapat dilakukan menggunakan KCKT dengan fase diam C18 dan fase gerak campuran metanol, air dan asam asetat glasial. 2. Metode penetapan kadar asam retinoat tersebut memenuhi syarat validasi dengan parameter validasi meliputi presisi, akurasi, linieritas, sensitivitas dan selektivitas. 3. Metode yang telah divalidasi tersebut dapat diaplikasikan pada sediaan krim malam.