V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

BEBERAPA JENIS BAHAN SARANG DAN PERILAKU BERSARANG BURUNG SERITI (Collocalia esculenta) DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

3,35 3,96 Jumlah

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L

AssAlAmu AlAyku m wr.wb

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Burung Walet Karakteristik Burung Walet

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

Ilmu Pengetahuan Alam

GAMBARAN UMUM TENTANG PERDAGANGAN SARANG BURUNG WALET INDONESIA. Ani Mardiastuti

MATERI DAN METODE. Materi

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Curah hujan tinggi, tanah masam & rawa bergambut. Curah hujan mm/tahun, dataran bergunung aktif. Dataran tinggi beriklim basah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JMSC Tingkat SD/MI2017

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

Our Biome 0 HUTAN CONIFER 0 HUTAN MUSIM BERIKLIM SEDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

Disusun oleh Malang Eyes Lapwing, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur. berbatasan langsung dengan garis pantai Laut Jawa. Kabupaten Lampung Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 21. KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 21.2

A. Struktur Akar dan Fungsinya

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

BAB II TELAAH TEORI Kajian Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matahari dan Kehidupan Kita

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

ANALISIS DAN SINTESIS

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

TINJAUAN PUSTAKA Burung Walet ( Collocalia fuciphaga) Habitat Burung Walet

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

MATERI DAN METODE. Materi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

E U C A L Y P T U S A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

EKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cynodon dactylon (L.) Pers.

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakkan dan Jumlah Sarang Seriti. Dari hasil perhitungan jumlah sarang seriti yang ada di bawah jembatan dan di dalam gua diperoleh bahwa jumlah sarang di J I sebanyak 121 sarang dan di J II berjumlah 130 sarang tersebar di sirip-sirip kayu. Jumlah sarang seriti di G I sebanyak 212 sarang dan di G II berjumlah 206 sarang menyebar pada dinding gua. Jumlah sarang seriti dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah sarang di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan. (Periode pengamatan Maret Agustus 2006) Lokasi sarang J I J II G I G II Petak Jumlah Petak Jumlah Petak Jumlah Petak Jumlah a 41 a 46 a 42 a 41 b 40 b 43 b 42 b 40 c 40 c 41 c 40 c 40 d 41 d 42 e 48 e 45 Jumlah 121 130 212 206 (J I) jembatan I, (J II) jembatan II, (G I) gua I, dan (G II) gua II. Penyebaran sarang seriti di lokasi jembatan I di Pulau Bacan dapat diketahui dengan menggunakan statistik non-parametrik khi-kuadrat, dengan tarif kepercayaan 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sarang seriti di J I yang terletak pada sirip-sirip kayu di setiap petak penyebarannya merata (X² = 0.016; db = 5; P > 0.05). Perhitungan penyebaran sarang seriti dengan khi-kuadrat (Lampiran 1). Sebagian besar sarang seriti di jembatan I terletak di pojok petak (sarang pojok). Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok dan sarang pojok tidak merata (X² = 15.02; db = 1; P < 0.05). Perhitungan penyebaran sarang mangkok dan sarang pojok dengan khi-kuadrat (Lampiran 1). Penyebaran sarang seriti di lokasi jembatan II di Pulau Bacan dapat diketahui dengan menggunakan statistik non-parametrik khi-kuadrat, dengan 22

tarif kepercayaan 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sarang seriti di J II yang terletak pada sirip-sirip kayu di setiap petak penyebarannya tidak merata (X² = 0.2922; db = 5; P > 0.05). Perhitungan penyebaran sarang seriti dengan khi-kuadrat (Lampiran 2). Sebagian besar sarang seriti di jembatan II terletak di pojok petak (sarang pojok). Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok dan sarang pojok tidak merata (X² = 15.02; db = 1; P < 0.05). Perhitungan penyebaran sarang mangkok dan sarang pojok dengan khikuadrat (Lampiran 2). Penyebaran sarang seriti di lokasi gua I di Pulau Kasiruta (Ruta) dapat diketahui dengan menggunakan statistik non-parametrik khi-kuadrat, dengan taraf kepercayaan 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sarang seriti di G I yang terletak pada sirip-sirip kayu di setiap petak penyebarannya tidak merata (X² = 676.974; db = 5; P < 0.05). Perhitungan penyebaran sarang seriti dengan khi-kuadrat (Lampiran 3). Dalam gua I terdapat sarang mangkok yang terletak di dinding gua. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok merata (X² = 0.0020; db = 1;P > 0.05). Perhitungan penyebaran sarang mangkok dengan khi-kuadrat (Lampiran 3). Penyebaran sarang seriti di lokasi gua II di Pulau Kasiruta (Ruta) dapat diketahui dengan menggunakan statistik non-parametrik khi-kuadrat dengan taraf kepercayaan 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sarang seriti di G II yang terletak pada sirip-sirip kayu di setiap petak penyebarannya tidak merata (X² = 390.006; db = 5; P < 0.05). Perhitungan penyebaran sarang seriti dengan khi-kuadrat (Lampiran 4). Dalam gua II terdapat sarang mangkok yang terletak di dinding gua. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok merata (X² = 0.00011; db = 1;P > 0.05). Perhitungan penyebaran sarang mangkok dengan khi-kuadrat (Lampiran 4). Berdasarkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban di lokasi jembatan dan gua yang diukur pada waktu pagi, siang dan sore hari diperoleh antara lain adalah suhu di lokasi jembatan I antara 23.6ºC - 26.6ºC, sedangkan 23

kelembaban antara 62.0% - 85.0%. Suhu di lokasi jembatan II antara 23.8ºC - 26.7ºC, sedangkan kelembaban antara 63.0% - 86.0%. Suhu di lokasi gua I antara 25.0ºC-27.0ºC, sedangkan kelembaban antara 91.8% - 92.0%. Suhu di lokasi gua II antara 24.0ºC - 26.9ºC, sedangkan kelembaban antara 90.5% - 92.0% (Lampiran 17). b. Struktur dan Bentuk Sarang Seriti. Dari hasil pengukuran fisik sarang mangkok di lokasi jembatan dan gua diperoleh bahwa sarang mangkok di J I berukuran kecil dan sarang mangkok di J II berukuran besar, sedangkan sarang mangkok yang terdapat di G I berukuran besar dan sarang mangkok di G II berukuran kecil. Hasil pengukuran fisik sarang mangkok di jembatan dan gua (Tabel 2). Tabel 2. Ukuran fisik (rata-rata total ± SD) sarang mangkok di lokasi Jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan (Periode pengamatan Maret Agustus 2006). Lokasi sarang Variabel J I (n=10) J II (n=10) G I (n=10) G II (n=10) Panjang sarang (cm) 7,3 ± 0,2 7,8 ± 0,4 6,9 ± 0,4 7,2 ± 0,4 Lebar sarang (cm) 4,5 ± 0,3 4,8 ± 0,5 4,7 ± 0,5 4,7 ± 0,6 Tinggi sarang (cm) 4,1 ± 0,3 4,6 ± 0,2 3,6 ± 0,4 3,1 ± 0,4 Kedalaman sarang (cm) 3,8 ± 0,3 4,1 ± 0,2 3,5 ± 0,5 2,9 ± 0,4 Bibir sarang (cm) 0,5 ± 0,0 0,5 ± 0,1 0,5 ± 0,1 0,5 ± 0,0 (J I) jembatan I, (J II) jembatan II, (G I) gua I, dan (G II) gua II. Dari hasil pengukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan I berukuran kecil, sedangkan sarang pojok di jembatan II berukuran besar. Hasil pengukuran fisik sarang pojok di lokasi jembatan I dan jembatan II (Tabel 3). Tabel 3. Ukuran fisik (rata-rata total ± SD) sarang pojok di lokasi jembatan di Pulau Bacan. (Periode pengamatan Maret Agustus 2006). Variabel Lokasi sarang J I J II Panjang sarang (cm) 6,5 ± 0,4 6,6 ± 0,7 Lebar sarang (cm) 4,1 ± 0,4 4,0 ± 0,2 Tinggi sarang (cm) 3,5 ± 0,7 * 3,5 ± 1,2 Kedalaman sarang (cm) 3,3 ± 0,5 3,1 ± 0,9 Bibir sarang (cm) * 0,4 ± 6,8 0,4 ± 0,1 * Berbeda secara ukuran fisik pada rata-rata ± SD, (J I) jembatan I, (J II) jembatan II. 24

Ukuran fisik sarang seriti dari tinggi sarang (0,4 ± 6,8) dan bibir sarang (3,5 ± 1,2) berbeda, sedangkan panjang, lebar, dan kedalaman sarang seriti tidak terdapat perbedaan. Hasil pengamatan dari kondisi fisik sarang mangkok diperoleh bahwa sarang mangkok yang terdapat di jembatan I dan jembatan II berukuran kecil, kering, dan kurang tebal. Sedangkan sarang mangkok yang terdapat di gua I dan gua II berukuran besar, basah, sedikit kering, dan agak tebal (Gambar 8). (a) (b) (c) (d) Gambar 8. Sarang mangkok (a) Jembatan I, (b) Jembatan II, (c) Gua I, dan (d) Gua II di Kabupaten Halmahera Selatan (Periode pengamatan Maret Agustus 2006). Keterangan : Bar = 2 cm. Sarang pojok di jembatan I berukuran sedikit besar, dibandingkan jembatan II yang berukuran agak kecil. Bentuk sarang pojok di jembatan I dan jembatan II adalah berbentuk segitiga (Gambar 9). 25

(a) (b) Gambar 9. (a) sarang pojok jembatan I dan (b) sarang pojok jembatan II di Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan (Periode pengamatan Maret-Agustus 2006). Keterangan : Bar = 2 cm c. Jenis Bahan Penyusun Sarang Seriti. Jenis bahan penyusun sarang seriti dari 10 sarang yang diamati pada lokasi J I dan J II diperoleh hasil bahwa jenis bahan penyusun sarang seriti dari bahan lumut yang memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan dari jenis bahan penyusun sarang seriti lainnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis bahan penyusun sarang seriti di jembatan I dan jembatan II di Pulau Bacan (Periode pengamatan Maret Agustus 2006). Lokasi sarang Jenis bahan sarang J I (n=10) J II (n=10) a b c a b c Lumut 7 6 7 6 6 5 Rumput 2 1-1 1 - Lumut & ijuk - 1 - - - 1 Lumut & rumput 1 2 3 3 3 4 - : sampel bahan sarang tidak di peroleh. (a) petak 1, (b) petak 2, dan (c) petak 3. (J I) jembatan I, (J II) jembatan II. Jenis bahan penyusun sarang seriti dari 10 sarang yang diamati pada lokasi G I dan G II diperoleh hasil bahwa jenis bahan penyusun sarang seriti dari bahan lumut, serta lumut dan rumput yang memiliki jumlah lebih banyak dapat dilihat pada Tabel 5. 26

Tabel 5. Jenis bahan penyusun sarang di gua I (G I) dan gua II (G II) di Pulau Kasiruta (Ruta) (Periode pengamatan Maret Agustus 2006) Lokasi srang Jenis bahan sarang G I (n=10) G II (n=10) a b c d e a b c d e Lumut 1 3 3 1 2 3 4 5 4 3 Rumput 1 1 1 1 1 2 3 2 2 2 Lumut & ijuk - 1 - - 1 - - - - - Lumut & rumput 5 2 4 4 2 3 2 3 3 3 Rumput & ijuk - 1-1 1 - - - - - Lumut, ijuk, rumput 2 2 2 2 2 2 1-1 2 Lumut, serpihan daun, bulu burung 1 - - - - - - - - - Serpihan daun, bulu burung, ijuk - - - 1 - - - - - - Rumput, ijuk, serpihan daun - - - - 1 - - - - - - : sampel bahan sarang tidak di peroleh. (a) petak 1, (b) petak 2, dan (c) petak 3. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa jenis bahan sarang seriti yang di jumpai pada lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan diantaranya terdiri atas lumut, rumput, ijuk, serpihan daun, dan bulu burung. Jenis bahan penyusun sarang seriti yang terdapat di lokasi jembatan dan gua yang jumlahnya paling banyak adalah jenis bahan sarang dari lumut tanpa campuran bahan tumbuhan lainnya, serta bahan sarang campuran dari lumut dan rumput. Hasil identifikasi jenis bahan sarang burung seriti diantara lokasi jembatan dan gua diperoleh bahwa jenis lumut di jembatan I berjumlah 6 spesies dan jembatan II sebanyak 9 spesies, serta gua I sebanyak 12 spesies dan gua II sebanyak 10 spesies. Jenis rumput di jembatan I berjumlah 3 spesies dan jembatan II sebanyak 3 spesies, sedangkan gua I berjumlah 4 spesies dan gua II sebanyak 4 spesies. Jenis serpihan daun di lokasi gua I sebanyak 2 spesies dan gua II berjumlah 1 spesies. Sedangkan bahan sarang lainnya adalah ijuk terdapat di lokasi jembatan dan gua, sedangkan bulu burung hanya dijumpai di lokasi gua (Tabel 6). 27

Tabel 6. Jenis bahan penyusun sarang seriti di lokasi jembatan dan gua di Kabupaten Halmahera Selatan yang teridentifikasi. Jenis bahan sarang Lokasi Sarang Nama Lokal Nama Latin J I J II G I G II Lumut gantung Meterium sp - - - Lumut rambut Pogonatium sp - Lumut paku hijau keabuabuan Thuidium glaucinoides Lejenea Plychanthus striatus - Schiffneriolejeunea tumida - - Lejenea Spruceanthus polymorphus Lumut tapak Calyptothecium wrightii Lumut tanduk Herpetineuron toccoae Lumut tapak Homalia trichomanoides - - - Lumut berbulu lembut Oedicladium fragile - - Lumut tumpul Homaliodendron microdendron - Lumut hati berjari Kurzia gonyotricha Lumut payung leher angsa Campylopus umbellatus - - - Rumput rawa Leersia hesandra Rumput menahun Oplismenus burmanni - - Rumput geganjuran Paspalum commersonii Rumput bermuda Cynodon dactylon Jenis paku-pakuan Lindsaea doryphora - - - Daun dan dahan pisang Musa paradisiaca L - - Ijuk - Bulu burung - - - = teridentifikasi, - tidak teridentifikasi. Hasil identifikasi diperoleh bahwa sarang seriti dari bahan penyusun lumut terdapat 13 spesies sedangkan rumput 4 spesies dan serpihan daun 2 spesies, serta bahan-bahan sarang lainnya sebagai bahan tambahan. Jenis bahan sarang seriti di gua memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan di lokasi jembatan. Jenis bahan sarang seriti yang teramati adalah lumut, rumput, serpihan daun, ijuk dan bulu burung (Gambar 10a). Bahan-bahan penyusun sarang seriti direkatkan dengan air liur yang diproduksi sendiri oleh burung seriti. Sarang seriti yang terdapat di gua mempunyai air liur berwarna kecoklat-coklatan sedangkan sarang seriti yang terdapat di jembatan memiliki air liur berwarna sedikit coklat keputih-putihan. Hasil pengamatan diperoleh bahwa air liur sebelum direndam dan sesudah direndam memiliki warna yang tidak berubah (Gambar 10b). 28

(a) (b) Gambar 10. Jenis bahan penyusun sarang burung seriti di Kabupaten Halmahera Selatan, (a) bahan sarang tumbuh-tumbuhan dan (b) air liur seriti Keterangan : Bar = 1 cm B. Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). Perilaku bersarang burung seriti diamati selama 24 hari (288 jam). Pengamatan perilaku dilakukan pada lokasi jembatan I Pulau Bacan dan gua I di Pulau Kasiruta (Ruta) Kabupaten Halmahera Selatan. 1. Bersarang. Pasangan burung seriti membutuhkan sarang untuk meletakkan telurnya. Kedua pasangan seriti terbang bersama, hinggap berjejeran pada suatu tempat dimana sarang akan di bangun, aktivitas seriti bersarang biasanya dilakukan adalah : - Keluar masuk sarang Seriti terbang keluar masuk sarang dan mulai membawa rerumputan atau bahan sarang lainnya. Terbang keluar sarang, biasanya dilakukan seriti makin sering pada hari terang dan kembali masuk ke sarang sambil membawa beberapa bahan penyusun sarang untuk membangun sarang dan makanan untuk anak-anaknya. Dalam satu hari pasangan seriti bisa pulang pergi dalam beberapa kali. - Penyambutan Burung seriti biasanya memiliki panggilan khusus sehingga keduanya dapat saling mengenali pasangannya. Jika salah satu pasangan seriti 29

meninggalkan sarang, maka saat kembali ke sarang pasangan seriti mengeluarkan suara (berirama mencicit) yang kemudian di jawab oleh pasangan seriti yang berada di sarang. Pada umumnya pasangan seriti (betina) yang berada di sarang mengeluarkan suara saat menyambut pasangan seriti (jantan) ketika kembali ke sarang. - Pengoperan bahan sarang Pasangan seriti akan mengoper bahan sarang pada pasangannya di dalam sarang melalui paruh ke paruh, setelah itu pasangan seriti akan pergi lagi, kemudian setelah pasangan seriti kembali lagi ke sarang disambut oleh pasangan seriti di dalam sarang, setelah itu bahan sarang mulai dioper lagi ke pasangannya. Pada umumnya pasangan seriti dalam sehari dapat pulang-pergi beberapa kali, lalu bahan sarang dioper dan seterusnya. - Menyusun/merapikan sarang Bahan sarang seriti yang telah diambil oleh pasangan seriti dikumpul, barulah seriti akan menyusun atau merapikan bahan sarang tersebut dengan pasangannya secara bersama-sama. - Merekatkan air liur (saliva) Dalam mengoleskan air liur dilakukan oleh kedua pasangan seriti secara bergantian. Seriti membangun sarang secara bersama-sama, tetapi seriti secara bergantian mengoleskan paruhnya ke kiri dan ke kanan dengan mengeluarkan air liurnya sebagai bahan pokok untuk membuat sarang. 2. Aktivitas Bersarang Burung Seriti. Hasil dari pengamatan total dalam sehari dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pagi (06.00-10.00), siang (10.00-14.00), dan sore (14.00-18.00) di lakukan di lokasi jembatan di Pulau Bacan dan gua di Pulau Kasiruta (Ruta) Kabupaten Halmahera Selatan. Dari aktivitas burung seriti bersarang yang teramati adalah saat seriti terbang keluar masuk sarang, penyambutan, operan bahan sarang, menyusun atau merapikan sarang, melumuri atau merekatkan air liur dilakukan lebih banyak pada waktu pagi, siang, dan sore hari, sedangkan waktu istirahat lebih banyak pada sore hari. Aktivitas yang diamati saat seriti mulai membuat sarang. Aktivitas burung seriti bersarang di lokasi jembatan Pulau Bacan (Tabel 7-9). 30

Tabel 7. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di lokasi jembatan Pulau Bacan, Maret Agustus 2006. Waktu Pengamatan Aktivitas 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1 Oper bahan sarang 1 1 1 1 Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1 Melumuri air liur 1 1 1 1 Istirahat 0 0 0 0 1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas Tabel 8. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di lokasi jembatan Pulau Bacan, Maret Agustus 2006. Waktu pengamatan Aktivitas 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1 Oper bahan sarang 1 1 1 1 Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1 Melumuri air liur 1 1 1 1 Istirahat 0 0 0 1 1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas Tabel 9. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di lokasi jembatan Pulau Bacan, Maret Agustus 2006. Waktu pengamatan Aktivitas 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1 Oper bahan sarang 1 1 1 1 Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1 Melumuri air liur 1 1 1 1 Istirahat 0 0 1 1 1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas Burung seriti memerlukan tempat untuk bersarang yang cukup tenang tanpa gangguan dan kondisi tempat yang sangat lembab, untuk beristirahat mengerami telur atau berkembangbiak. Aktivitas burung seriti bersarang di lokasi gua (Tabel 10 12). 31

Tabel 10. Aktivitas burung seriti bersarang pagi hari di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta), Maret Agustus 2006. Waktu pengamatan Aktivitas 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1 Oper bahan sarang 1 1 1 1 Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1 Melumuri air liur 1 1 1 1 Istirahat 0 0 0 0 1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas Tabel 11. Aktivitas burung seriti bersarang siang hari di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta), Maret Agustus 2006. Waktu pengamatan Aktivitas 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1 Oper bahan sarang 1 1 1 1 Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1 Melumuri air liur 1 1 1 1 Istirahat 0 1 0 1 1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas Tabel 12. Aktivitas burung seriti bersarang sore hari di lokasi gua Pulau Kasiruta (Ruta), Maret Agustus 2006. Waktu pengamatan Aktivitas 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 Keluar-masuk sarang 1 1 1 1 Penyambutan 1 1 1 1 Oper bahan sarang 1 1 1 1 Menyusun/merapikan sarang 1 1 1 1 Melumuri air liur 1 1 1 1 Istirahat 0 1 1 1 1 = ada aktivitas dan 0 = tidak ada aktivitas 32

B. Pembahasan 1. Sarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). a. Peletakan dan Jumlah Sarang Seriti. Burung seriti dapat terbang pada waktu terang, karena mengandalkan penglihatanya saja sehingga dalam meletakkan sarang pun burung seriti lebih memilih tempat terang. Sarang seriti dibuat sangat berdekatan sehingga jarak antara sarang yang satu dengan sarang lainnya saling berdempetan (Whendrato et al., 1989). Berdasarkan hasil pengamatan pola peletakkan sarang seriti diperoleh bahwa di bawah jembatan burung seriti meletakkan sarang pada sirip-sirip kayu, baik itu di bagian tengah maupun di bagian pojok sirip. Di dalam gua burung seriti meletakkan sarang pada celah-celah batu di dinding gua. Diasumsikan bahwa seriti cenderung menyukai sudut sirip di jembatan dan celah-celah batu di dinding gua sebagai tempat untuk meletakkan sarang. Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi jembatan I merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1, sedangkan petak 2 dan petak 3 sarangnya terlihat sedikit. Karena pada petak 2 dan petak 3 kurang gelap dan lembab atau banyak terdapat cahaya matahari yang masuk menerangi siripsirip di petak tersebut (petak 2 dan 3). Perbandingan jumlah sarang mangkok dan sarang pojok di jembatan I dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 16 untuk sarang pojok dan 14 untuk sarang mangkok. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang pojok 0.48 m dan untuk sarang mangkok 0,42 m. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang pojok dan sarang mangkok tidak merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang pojok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian pojok sirip kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan bagian tengah sirip (Whendrato et al., 1989). Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi jembatan II tidak merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1 dan petak 2 serta jumlah sarang seriti lebih banyak (petak 1 dan petak 2), sedangkan petak 3 jumlah 33

sarang terlihat sedikit. Karena pada petak 3 kurang gelap dan lembab atau banyak terdapat cahaya matahari yang masuk menerangi sirip-sirip di petak 3. Perbandingan jumlah sarang mangkok dan sarang pojok di jembatan II dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 14 untuk sarang pojok dan 16 untuk sarang mangkok. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang pojok 0.42 m dan untuk sarang mangkok 0,48 m. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang pojok dan sarang mangkok tidak merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang pojok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian pojok sirip kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan bagian tengah sirip (Whendrato et al., 1989). Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi gua I tidak merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1, petak 2 dan petak 5, serta jumlah sarang lebih banyak (petak 5, petak 1 dan petak 2), sedangkan petak 3 dan petak 4 jumlah sarang sedikit. Karena pada petak 3 kurang gelap dan lembab, sedangkan petak 4 sangat gelap dan dinding gua terlihat sangat basah. Jumlah sarang mangkok di gua I dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 40 sarang. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang mangkok 0,45 m. Dari hasil perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang mangkok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian dinding gua I kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit (Suyanto 1983). Penyebaran sarang di masing-masing petak pada lokasi gua II tidak merata karena sarang seriti banyak dibuat di petak 1, petak 4 dan petak 5, serta jumlah sarang lebih banyak (petak 5, petak 1 dan petak 4), sedangkan petak 2 dan petak 3 jumlah sarang sedikit. Karena pada petak 2 dan petak 3 kurang gelap atau kurang lembab dan dinding gua terlihat sangat basah. Jumlah sarang mangkok di gua II dari 10 sarang terambil sangat besar yaitu 35 sarang. Jika dibandingkan dengan area yang digunakan seriti untuk menempelkan sarang dimana area yang tersedia untuk sarang mangkok 0,38 m. Dari hasil 34

perhitungan statistik diketahui bahwa penyebaran sarang mangkok merata. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa sarang mangkok lebih disukai oleh seriti. Hal ini diduga karena bagian dinding gua II kondisi udaranya lebih stabil disebabkan pengaruh angin yang masuk lebih sedikit (Suyanto 1983). Pengukuran suhu dan kelembaban di jembatan dan gua (Lampiran 17), diperoleh bahwa perbedaan suhu dan kelembaban antara jembatan I dan jembatan II terutama pagi, siang, dan sore hari sedikit ideal yaitu, di J I dan J II suhu berkisar antara 23.6ºC - 26.8ºC dengan kelembaban antara 62.0% - 86.0%, hal ini disebabkan bahwa di jembatan I dan jembatan II kurang gelap, kurang lembab, dan banyak terdapat cahaya matahari masuk. Sedangkan perbedaan suhu dan kelembaban di gua I dan gua II terutama pagi, siang dan sore hari terlalu besar atau ideal yaitu, di G I dan G II suhu berkisar antara 24.0ºC - 27.0ºC dengan kelembaban antara 90.0% 92.0%. Hal ini disebabkan adalah bahwa di gua I dan gua II gelap, tidak terdapat sinar matahari masuk, dan sangat lembab atau basah. Dapat diasumsikan bahwa di gua memiliki kondisi suhu dan kelembaban lebih tinggi dari pada di jembatan yang kurang, serta di gua berdekatan dengan daerah perairan atau pantai yang sangat lembab. Menurut Nugroho (1996) burung seriti mempunyai tempat perhunian (habitat mikro) yang relatif sama dalam arti sedikit berbeda diantaranya adalah suhu udara ideal untuk seriti 23ºC - 30ºC sedangkan kelembaban udara 60% - 80%. Iklim di dalam gua umumnya memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi dan relatif stabil, karena itu organisme yang hidup di dalamnya harus menyesuaikan diri dengan kadar oksigen yang rendah, temperatur dan kelembaban yang tinggi, keadaan yang gelap dan sedikit makanan (Suyanto 1983). Kondisi lingkungan di luar dan di dalam lokasi jembatan I diantaranya adalah terdapat pohon-pohon dan berdekatan dengan kebun atau hutan tanaman, di bawah jembatan terdapat sungai kecil yang mengalir keluar, pondok kecil, bentuk fisik jembatan sedikit rendah dan lebar (Lampiran 25). Kondisi lingkungan di luar dan di dalam lokasi jembatan II diantaranya adalah terdapat banyak pohon-pohon yang menutupi jembatan dan berdekatan dengan 35

kebun atau hutan tanaman, di bawah jembatan terdapat sungai kecil yang mengalir keluar, batu-batuan sungai yang besar, bentuk fisik jembatan sedikit tinggi dan kurang lebar (Lampiran 25). Kondisi lingkungan di luar dan di dalam lokasi gua I diantaranya adalah terletak paling dekat dengan air laut atau pantai karang yang memiliki batuan karang, di mulut gua tertutup oleh akar pohon, banyak terdapat tumbuhtumbuhan besar dan kecil, di dalam gua terdapat batuan dinding gua basah, lantai gua tanah basah dan kering, serta bentuk fisik gua sedikit besar (Lampiran 25). Kondisi lingkungan di luar dan di dalam lokasi gua II diantaranya adalah terletak berdekatan dengan gua I, di mulut gua tertutup oleh akar pohon, diluar gua terdapat tumbuhan besar dan kecil, di dalam gua terdapat batuan dinding gua basah dan kering, lantai gua tanah basah dan kering, berkerikil kecil, dan bentuk fisik gua kecil (Lampiran 25). b. Struktur dan Bentuk Sarang Seriti Sarang seriti di jembatan terdapat sarang mangkok dan sarang pojok berbentuk segitiga. Sedangkan sarang seriti di gua terdapat sarang mangkok. Dari hasil pengamatan bahwa sarang mangkok lebih banyak terdapat pada lokasi gua dibandingkan di jembatan. Sarang mangkok yang terdapat di jembatan berukuran kecil sedangkan sarang mangkok di gua berukuran besar dan tebal. Hal ini disebabkan bahwa sarang seriti di gua yang berukuran besar dan tebal karena air liur dan bahan penyusun sarang lebih banyak dibandingkan sarang seriti di jembatan yang bahan penyusun sarang sedikit. Sarang yang dibuat oleh seriti besar-besar dan tebal berfungsi sebagai tempat untuk burung seriti berlindung, beristirahat, berkembangbiak, mengerami anaknya dan menjaga atau merawat anaknya (Marzuki et al., 2002). Bentuk sarang seriti yang dibuat tidak sempurna dan kecil-kecil berfungsi sebagai tempat bergantung atau tempat beristirahat. Seandainya sarang seriti tersebut tidak di panen maka pasangan seriti menggunakan sarang itu untuk membesarkan anak-anaknya (Whendrato et al., 1989). Sarang pojok banyak di jumpai di lokasi jembatan karena kondisi fisik lokasi jembatan banyak terdapat sudut-sudut yang berupa sirip kayu atau papan dan bentuk fisik jembatan persegi panjang. Sedangkan kondisi fisik 36

lokasi gua banyak terdapat dinding yang berlubang berupa celah-celah batu dan bentuk fisik di gua bundar atau tidak terdapat sudut, sehingga di lokasi gua tidak dijumpai sarang pojok. Ukuran sarang pojok sebagian besar sama tetapi tinggi dan bibir sarang sedikit berbeda. c. Jenis Bahan Penyusun Sarang Burung Seriti Bahan sarang burung seriti di dominasi dari beberapa jenis tumbuhan. Dari hasil pengamatan terhadap sarang seriti baik sarang mangkok dan sarang pojok diketahui bahwa sarang seriti dikelompokkan menjadi dua, yaitu sarang yang dibuat hanya dari satu jenis bahan seperti lumut, rumput, sedangkan sarang yang dibuat dari campuran bahan sebagai bahan tambahan lainnya seperti ijuk, bulu burung dan serpihan daun (Soeharto dan Mardiastuti 2003). Bahan penyusun sarang seriti direkatkan dengan air liur yang diproduksikan oleh burung seriti, sampai sarang berbentuk sebuah sarang mangkok yang dapat digunakan seriti untuk bertelur dan membesarkan anak-anaknya. Sarang-sarang ini diletakkan oleh seriti pada sirip-sirip kayu dan celah-celah batu. Sarang burung seriti yang berada di jembatan dan gua umumnya tersusun dari bahan-bahan lumut, rumput, ijuk, serpihan daun dan bulu burung. Sarang burung seriti terbuat dari lumut, rumput, pakis-pakisan, cemara, biji-bijian, dan tumbuh-tumbuhan lainnya, sebagai materi penyusun sarang seriti yang direkatkan dengan air liur (Mackinnon et al., 1993 ; Francis 1987). Sarang seriti yang terdapat di lokasi gua banyak tersusun dari bahan-bahan lumut, rumput dan campuran bahan-bahan berupa ijuk, serpihan daun dan bulu burung. Pada lokasi jembatan sarang seriti tersusun lebih banyak dari lumut, rumput, dan ijuk. Bahan-bahan sarang seriti dari hasil pengamatan diperoleh bahwa bahan sarang seriti yang lebih banyak tersusun dari lumut tanpa campuran bahan tumbuhan lainnya, serta campuran bahan dari lumut dan rumput, baik itu sarang seriti di jembatan ataupun di gua. Bahan penyusun sarang seriti banyak terdapat disekitar lokasi bersarang burung seriti. Berdasarkan hasil pengamatan melalui identifikasi bahwa jenis bahan sarang burung seriti di lokasi jembatan dan gua berbeda diantaranya adalah jenis lumut di lokasi jembatan dapat juga dijumpai di lokasi gua, namun ada 37

beberapa jenis lumut di lokasi gua tidak dijumpai di lokasi jembatan. Diasumsikan bahwa banyaknya lumut di lokasi gua karena kondisi lingkungan di gua lebih lembab atau basah. Tumbuhan lumut banyak tumbuh di daerah yang lembab dan ada sebagian yang ditemukan di daerah kering (Gradstein 2003). Jenis bahan sarang seriti rumput di lokasi jembatan dan gua memiliki jumlah hampir sama, serpihan daun dan bulu burung banyak terdapat di lokasi gua, serta bahan sarang dari ijuk banyak terdapat di lokasi jembatan dan gua. 2. Perilaku Bersarang Burung Seriti (Collocalia esculenta). Perilaku mahluk hidup menunjukkan adaptasi terhadap lingkungan tempat hidup suatu spesies sehingga pada perilaku yang sama terdapat perbedaan yang khas, khususnya pada individu-individu dalam satu spesies maupun dengan spesies yang berbeda (Soetjipta 1993). Burung seriti yang terbang keluar masuk sarang dan kembali dengan membawa bahan sarang untuk membangun sarang, penyambutan yang di lakukan oleh pasangan burung seriti ketika datang ke sarang sambil membawa bahan sarang dengan cara mengeluarkan suara atau mencicit dengan berirama untuk memberikan tanda, bahwa pasangannya telah datang. Setelah itu bahan sarang dioperkan ke pasangannya yang berada di dalam sarang melalui paruh ke paruh. Membangun sarang dilakukan oleh pasangan burung seriti (jantan dan betina) secara bersama-sama. Bahan sarang seriti tersebut dirapikan dan disusun, setelah itu secara bergantian pasangan burung seriti melumuri bahan sarang yang telah tersusun dengan air liurnya, kadang-kadang seriti melakukan istirahat sejenak sambil melihat anaknya. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa aktivitas bersarang burung seriti di lokasi jembatan dan gua tidak sama, baik di waktu pagi, siang dan sore hari. Selang waktu yang sangat berbeda dapat mempengaruhi pembuatan sarang oleh seriti. Aktivitas bersarang di jembatan dan gua, bila dilihat dari waktu antara pagi, siang dan sore hari hampir sama. Sedangkan waktu istirahat yang dilakukan seriti lebih sering dengan jam yang berbeda. Whendrato et al., (1989) dalam perilaku bersarang, pasangan seriti baru yang akan membuat sarang, mempunyai ciri-ciri antara lain suka terbang 38

bersama, hinggap berjejeran didekat tempat dimana mereka akan membangun sarang, sering terbang keluar masuk tempat sarang yang diminati untuk penghuniannya, frekuensi keluar masuk tempat bersarang makin sering dan mulai membawa rerumputan atau bahan-bahan sarang lainnya untuk membangun sarang. Dalam pembuatan sarang ini juga sangat dipengaruhi oleh keadaan musim, apabila terlalu banyak hujan atau cuaca terlalu panas dapat menghambat proses pembuatan sarang oleh seriti, sehingga pada musim-musim seperti ini sarang seriti bisa mencapai umur 2 bulan hingga berbentuk mangkok, bahkan kondisi seperti ini dapat memungkinkan seriti untuk meninggalkan tempat sarang dalam sementara waktu selama musim tersebut (Whendrato et al., 1989; Budiman 2002b ; Yamin dan Sukma 2002). 39