BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS KINERJA TRANSPORTASI DI KOTA SOREANG BERDASARKAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN INDIKATOR EKONOMI DALAM TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN (Studi Kasus : Kota Soreang) TUGAS AKHIR. Oleh : LYDIA

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

PERANAN ANGKUTAN PLAT HITAM DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi. Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB II TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG BERKELANJUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

BAB I PENDAHULUAN. angkutan. Terminal mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan seluruh potensi daerah guna mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah berkenaan dengan hubungan tempat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan rasa aman kepada pengguna jasa angkutan umum di dalam melakukan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

PENGARUH BANGKITAN PERGERAKAN PADA GUNA LAHAN KOMERSIAL TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN DI PUSAT KOTA WONOGIRI TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

KARAKTERISTIK BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN PENDUDUK PADA JALUR PERENCANAAN KERETA KOMUTER LAWANG-KEPANJEN DI MALANG RAYA

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi pada zaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

BAB VI RINGKASAN TEMUAN, KONTRIBUSI TEORITIK, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN PENELITIAN LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang direfleksikan dalam menilai kinerja transportasi di Kota Soreang. Kelemahan dan saran studi lanjutan juga akan diberikan pada bagian akhir bab ini. 5.1 Temuan Studi Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai berbagai temuan studi yang diperoleh selama studi ini berlangsung. Beberapa temuan studi yang didapat antara lain : Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa transportasi berkelanjutan merupakan pengembangan perkotaan dan sistem transportasinya secara berkelanjutan dalam tiga aspek yaitu lingkungan, ekonomi dan sosial, dengan tidak merugikan generasi yang akan datang. Sedangkan keberlanjutan transportasi dalam aspek ekonomi adalah transportasi yang terjangkau, beroperasi secara efisien, mampu menyediakan berbagai alternatif pilihan moda transportasi dan mendukung laju pertumbuhan ekonomi dan dapat menjamin pemenuhan biaya transportasi melalui pembebanan ongkos yang layak bagi masyarakat pengguna sarana transportasi. Jenis indikator yang digunakan adalah indikator kinerja (performance indicators) yang digunakan untuk menilai kinerja sektor transportasi di Kota Soreang. Indikator-indikator yang diturunkan dari konsep tersebut tergolong ke dalam 5 kategori utama, yaitu : o Tingkat ekonomi masyarakat dilihat berdasarkan indikator : PDRB per kapita, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran o Supply dan Demand terdiri atas indikator : Ketersediaan moda transportasi, kapasitas dan kondisi jaringan jalan, dan kapasitas terminal

o Tingkat aksesibilitas meliputi indikator : Akses ke basic services, akses mendapatkan pelayanan transportasi dan mixed use guna lahan o Tingkat aktivitas transportasi yang dilihat berdasarkan indikator : Rata-rata frekuensi pergerakan harian, waktu tempuh dan jarak perjalanan o Biaya transportasi yang terdiri atas indikator : Alokasi income untuk sektor transportasi, travel cost (ongkos perjalanan) dan facility & crash cost (harga bahan bakar, tarif parkir, pajak dan biaya pemeliharaan/perbaikan kendaraan). Berdasarkan hasil analisis crosstab (tabulasi silang), dapat dilihat keberadaan hubungan/asosiasi antar indikator khususnya berdasarkan persepsi masyarakat yang dirasa mempunyai keterkaitan yang logis. Indikator yang memiliki asosiasi hanya antara ketersediaan angkutan penumpang menuju akses ke sekolah, antara travel cost dengan rata-rata pergerakan harian masyarakat dan antara ketersediaan angkutan penumpang dan rata-rata frekuensi pergerakan harian masyarakat. Indikator-indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan ini direfleksikan dalam menilai kinerja transportasi di Kota Soreang berdasarkan tolok ukur tertentu yang terangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel V.1 Temuan Studi Kinerja Sektor Transportasi di Kota Soreang Berdasarkan Indikator Ekonomi Dalam Transportasi Berkelanjutan Kategori/Dimensi Indikator Temuan Studi Kondisi Ekonomi Masyarakat Supply dan Demand Besarnya PDRB per kapita Tingkat kemiskinan Tingkat pengangguran Ketersediaan moda transportasi Kapasitas jaringan jalan Tingkat PDRB di dua kecamatan di Kota Soreang mengalami peningkatan pada tahun terakhir. Terjadinya peningkatan ini seiring dengan tumbuh dan berkembangnya sektor industri yang pada umumnya bergerak di bidang konveksi dengan skala kecil dan menengah. Angka kemiskinan pada tahun 2000-2005 mengalami penurunan hampir di semua desa di Kota Soreang. Penurunan angka ini terjadi sebesar 3.5 % yang secara umum juga disebabkan oleh berkembangnya sektor industri. Sama halnya dengan kemiskinan, tingkat pengangguran juga mengalami penurunan di Kota Soreang. Tingkat penurunan terjadi sebesar 12.5 %. Terjadinya penurunan jumlah pengangguran ini selain karena terbukanya peluang kerja dengan adanya perkembangan sektor industri, juga disebabkan oleh ketertarikan masyarakat untuk menyediakan jasa ojeg seiring dengan bertambahnya permintaan untuk moda transportasi ini. Kondisi ini masih cukup memprihatinkan karena peralihan profesi yang terjadi masih belum mengarah ke aspek yang lebih potensial untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Untuk pergerakan internal, saat ini masih belum tersedia angkutan penumpang yang cukup. Angkutan yang tersedia masih sebatas ojeg, delman dan becak, sementara angkot belum tersedia untuk rute ini. Sedangkan untuk pergerakan eksternal, angkutan penumpang telah tersedia dan mencukupi jumlahnya Di samping itu, moda transportasi untuk mengangkut barang juga telah tersedia dan mencukupi jumlahnya. Dilihat dari segi ukuran lebarnya, jaringan jalan yang ada saat ini sudah cukup untuk menampung kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Namun, kapasitas jaringan jalan yang tersedia saat ini masih dirasa belum memadai/memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini dilatar belakangi oleh masih rendahnya kapasitas jaringan jalan untuk dilewati oleh kendaraan-kendaraan besar.

Aksesibilitas Kondisi jaringan jalan Kapasitas terminal Akses ke basic service (tempat kerja, sekolah, pasar, pusat kesehatan ) Akses untuk mendapatkan pelayanan transportasi Kondisi jaringan jalan di Kota Soreang masih belum memiliki kualitas yang baik. Hal ini terlihat dari masih lebih besarnya persentase jaringan jalan yang rusak dibandingkan dengan yang berada dalam kondisi baik. Jaringan jalan dengan kondisi baik hanya kelas jalan propinsi saja, namun kelas jalan ini bukan jaringan jalan yang dominan di Kota Soreang. Sementara jaringan jalan desa dan kabupaten masih membutuhkan perbaikan karena kondisi yang cukup buruk. Terminal yang ada di Kota Soreang tergolong terminal tipe B. Saat ini terminal yang aktif berfungsi adalah terminal yang berada di Pasar Soreang, namun kapasitas terminal belum mampu menampung aktivitas bongkar muat penumpang dan barang /belum memadai. Sementara itu terminal yang telah dibangun di Jalan Cipeer, Desa Cingcin tidak difungsikan dengan baik. Secara umum, aksesibilitas ke tempat kerja, sekolah, pasar dan pusat kesehatan di Kota Soreang cukup baik. Hal ini lebih disebabkan karena fasilitas utama seperti sekolah, pasar dan pusat kesehatan telah tersebar cukup merata, sehingga masyarakat tidak menemui kesulitan yang cukup berarti untuk mengaksesnya. Telah terdapat kemudahan untuk mendapatkan pelayanan transportasi dalam melakukan pergerakan internal karena pada umumnya disekitar tempat tinggal penduduk telah terdapat pangkalan ojeg, delman atau becak yang dapat diakses langsung. Kenyataan ini sedikit dapat mengurangi dampak tidak tersedianya angkot untuk pergerakan internal di Kota Soreang. Tidak demikian halnya dengan pergerakan eksternal. Karena akses untuk mendapatkan pelayanan transportasi dalam melakukan pergerakan eksternal masih tidak mudah. Hal ini disebabkan oleh jalur angkot menuju luar Kota Soreang tidak dapat diakses langsung oleh masyarakat. Sehingga terlebih dahulu dibutuhkan angkutan penghubung dari tempat tinggal untuk menjangkau terminal / jalur yang dilewati angkot tersebut. Dengan kata lain terdapat ketidak efektifan masyarakat dalam melakukan pergerakan eksternal yang juga akan menambah cost dalam melakukan perjalanan. Mixed use lahan Di Kota Soreang, telah terdapat mixed use lahan namun tidak merata terjadi di semua daerah. Mixed use dengan skala cukup besar terjadi di Desa Pamekaran. Hampir semua fasilitas utama terdapat pada lokasi yang berdekatan sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Mixed use lahan juga ditemui di Desa Soreang dan Desa Cingcin. Namun di desa lainnya, lahan dengan fungsi campuran tidak begitu terlihat. Terdapatnya guna lahan campuran ini didasarkan atas arahan rencana tata ruang Kota Soreang yang berorientasi pada pengembangan fasilitas yang bersifat aglomerasi.

Aktivitas Transportasi (Transport Activities) Biaya Transportasi (Transport Cost) Rata-rata frekuensi perjalanan Rata-rata waktu perjalanan Jarak perjalanan Sumber : Hasil Analisis, 2008 Alokasi income untuk transportasi Travel Cost (ongkos/biaya perjalanan) Facility & Crash Cost (biaya parkir, harga bahan bakar, pajak biaya pemeliharaan/perbaikan kendaraan) Masyarakat Kota Soreang memiliki karakteristik aktivitas transportasi yang cukup intensif terutama menuju tempat kerja. Rata-rata frekuensi pergerakan harian adalah 2 kali. Untuk pergerakan internal masyarakat tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, jarak perjalanan yang relatif jauh, tidak dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki sehingga membutuhkan ketersediaan moda angkutan. Sedangkan untuk pergerakan eksternal (yang dikhususkan menuju Kota Bandung), masyarakat membutuhkan waktu yang relatif lama karena masih buruknya kualitas jaringan jalan koridor Soreang-Bandung dan banyaknya tundaan akibat terjadinya kemacetan. Jarak tempuh juga lebih jaun dari jarak rata-rata (18 km) sehingga membutuhkan dukungan sarana dengan kualitas baik. Sekitar 15.36 % dari total pendapatan dikeluarkan masyarakat Kota Soreang untuk sektor transportasi. Besarnya alokasi income yang dikeluarkan untuk sektor transportasi masih dinilai proporsional oleh masyarakat. Ongkos angkutan cukup terjangkau bagi masyarakat di Kota Soreang tetapi tingkat keterjangkauan tidak dominan. Tidak terjangkaunya ongkos transportasi ini pada umumnya disebabkan oleh rendahnya penghasilan dan tidak efektifnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat bila ingin melakukan pergerakan eksternal. Karena ongkos juga harus dikeluarkan untuk angkutan penghubung dari tempat tinggal untuk menjangkau angkot yang akan digunakan. Facility & Crash Cost masih terjangkau oleh masyarakat. Alasan keterjangkauan masyarakat didasarkan pada keefisienan dan besarnya manfaat yang diperoleh dari penggunaan kendaraan pribadi dibandingkan dengan angkutan umum. Tak hanya efektif dalam hal biaya, tetapi juga waktu perjalanan. Karena itu masyarakat merasa bahwa facility & crash cost yang harus dikeluarkan hanya sebagai suatu bentuk konsekuensi yang harus ditanggung untuk mendapatkan keefisienan dalam perjalanan dan bukan sebagai beban.

5.2 Kesimpulan Kota Soreang merupakan kawasan perkotaan yang sedang tumbuh berkembang dan masih berada dalam proses transisi dari kawasan pedesaan. Sehingga aktivitas masyarakat yang terjadi tidak sekompleks masyarakat perkotaan pada umumnya. Walaupun demikian, dibutuhkan kinerja transportasi yang dapat mendukung aktivitas masyarakat agar taraf perekonomian dapat meningkat seiring dengan pertumbuhan kota yang tengah terjadi. Untuk sektor transportasi yang ada, bila dilihat berdasarkan indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan dapat disimpulkan bahwa transportasi yang ada di Kota Soreang masih belum memiliki kinerja yang baik dan belum mengarah kepada konsep keberlanjutan. Arahan kepada keberlanjutan dalam sektor ekonomi hanya terlihat dari kemudahan akses yang dirasakan masyarakat menuju basic services (pasar, sekolah, tempat kerja dan pusat kesehatan) yang telah terdapat hampir di semua desa dan telah terdapatnya pembangunan yang bertumpu pada mixed use lahan sesuai dengan rencana pengembangan kawasan perkotaan yang dimiliki. Hal ini secara tidak langsung akan mampu menekan biaya transportasi yang harus dikeluarkan masyarakat dalam melakukan perjalanan. Sehingga terdapat efisiensi dan efektifitas dalam pergerakan yang akan dilakukan. Kesiapan Kota Soreang untuk memiliki transportasi yang mengarah kepada keberlanjutan juga didukung oleh kondisi perekonomian masyarakat yang cenderung mengalami peningkatan pada tiap tahunnya yang ditandai dengan meningkatnya jumlah PDRB per kapita dan menurunnya tingkat kemiskinan dan pengangguran. Kondisi ini juga berdampak pada kesanggupan masyarakat dalam menanggung biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan aktivitas transportasi. Sementara itu, belum baiknya kinerja transportasi yang ada di Kota Soreang ditandai dengan masih buruknya tingkat ketersediaan sarana dan infrastruktur transportasi yaitu moda angkutan, jaringan jalan dan terminal. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat ketiga elemen tersebut merupakan elemen dasar yang sangat dibutuhkan dalam mendukung kelancaran pergerakan yang akan dilakukan. Moda transportasi yang tersedia saat ini baru mampu mencukupi untuk kebutuhan pergerakan eksternal, namun akses untuk memperolehnya masih sangat kurang disebabkan oleh jalur angkot menuju luar Kota Soreang tidak dapat diakses langsung oleh masyarakat. Sehingga terlebih dahulu dibutuhkan angkutan penghubung dari tempat tinggal untuk menjangkau terminal

/jalur yang dilewati angkot tersebut. Dengan kata lain terdapat ketidak efektifan masyarakat dalam melakukan pergerakan eksternal yang juga akan menambah cost dalam melakukan perjalanan. Sedangkan untuk pergerakan internal, belum terdapat trayek angkutan umum untuk melayani rute ini. Sehingga masyarakat masih mengandalkan angkutan yang tersedia berupa ojeg, delman dan becak yang memiliki kapasitas yang sangat kecil. Kondisi seperti ini akan tambah buruk seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan semakin kompleksnya aktivitas yang akan dilakukan masyarakat di Kota Soreang. Kondisi dan kapasitas jaringan jalan dan terminal yang masih belum memadai juga memperburuk kinerja transportasi di Kota Soreang. Hal ini terlihat dari masih banyaknya jumlah jaringan jalan yang rusak dan belum mampu menampung kendaraan-kendaraan besar yang lewat. Kondisi seperti ini jelas sangat menghambat arus barang dan jasa di Kota Soreang yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor perekonomian. Di samping itu, terminal yang tersedia saat ini masih belum mampu berfungsi optimal. Sebenarnya terdapat dua terminal tipe B di Kota Soreang yaitu yang berada di Pasar Soreang dan di Jalan Cipeer. Namun hanya satu yang berfungsi dan belum mampu menampung aktivitas bongkar muat penumpang dan barang karena keterbatasan kapasitas yang dimiliki. 5.3 Rekomendasi Pentingnya penerapan konsep transportasi yang berkelanjutan juga harus menjadi perhatian utama bagi seluruh daerah perkotaan yang ada termasuk Kota Soreang. Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah dilakukan untuk menilai kinerja transportasi di Kota Soreang berdasarkan beberapa indikator yang digunakan dapat dirumuskan rekomendasi yang akan dibahas pada bagian di bawah ini. Ditemukannya berbagai permasalahan dalam sektor transportasi di Kota Soreang pada studi ini, mengharuskan pemerintah setempat yang berwenang untuk melakukan upaya pembenahan agar aktivitas transportasi masyarakat dapat berjalan lancar dan sektor transportasi dapat mengarah pada konsep berkelanjutan. Dasar-dasar pertimbangan perencanaan yang merupakan rekomendasi hasil studi ini adalah : a. Ditinjau dari aspek ekonomi masyarakat, pemerintah perlu untuk ambil bagian dalam mendukung pertumbuhan sektor industri yang tengah

berkembang di Kota Soreang. Bisa dilakukan dengan pemberian kredit yang lunak dengan prosedur yang tidak memberatkan. Hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan perkapita, menekan angka kemiskinan dan membuka lapangan kerja yang dapat menekan tingkat pengangguran. Kondisi ini pada akhirnya dapat menunjang kesiapan masyarakat dalam mewujudkan transportasi yang berkelanjutan dalam aspek ekonomi. b. Ditinjau dari ketersediaan sarana dan infrastruktur transportasi, perhatian pemerintah harus lebih besar dalam hal ini. Untuk ketersediaan moda transportasi, pembenahan dapat dilakukan dengan pengadaan trayek untuk melayani pergerakan internal, atau dengan pengaturan trayek angkutan agar dapat menjangkau seluruh desa di Kota Soreang sehingga lebih mudah untuk diakses. Sementara itu, berkaitan dengan ketersediaan jaringan jalan, pemerintah perlu melakukan perbaikan jalanjalan yang rusak dengan konstruksi yang lebih bagus untuk meningkatkan tingkat aksessibilitas dan pergerakan arus barang dan jasa. Sedangkan berhubungan dengan terminal, perlu dilakukan penataan dan pengaktifan kembali terminal yang berada di Jalan Cipeer, Desa Cingcin mengingat kapasitas terminal yang ada di Pasar Soreang tidak mencukupi lagi kapasitasnya. Keberadaan pangkalan-pangkalan tidak resmi yang terkesan tidak teratur karena mengikuti kebutuhan masyarakat, juga perlu ditata dengan kerja sama instansi terkait dengan pemerintah tingkat desa. Pembenahan ini perlu dilakukan mengingat aktivitas transportasi masyarakat Kota Soreang memiliki intensitas yang cukup tinggi. Di samping itu juga karena transportasi yang telah memiliki sarana pendukung yang memadai akan mengarah pada konsep berkelanjutan. c. Untuk aspek aksesibilitas, pemerintah perlu konsisten untuk tetap mengarahkan pemanfaatan ruang yang lebih bersifat campuran (mixed use) dengan memanfaatkan lahan perkotaan yang tersedia. Dengan demikian penyediaan fasilitas dapat lebih efektif, pemanfaatan lahan menjadi lebih optimal, dan menekan ongkos transportasi yang harus dikeluarkan masyarakat.

5.4 Kelemahan Studi Studi ini memiliki kekurangan-kekurangan karena beberapa keterbatasan yang dimiliki peneliti dan kendala-kendala yang dihadapi saat melakukan studi ini. Kelemahan studi dalam kajian ini adalah sebagai berikut : a. Pembahasan konsep transportasi berkelanjutan dalam studi ini hanya difokuskan pada aspek ekonomi saja. Sementara cakupan transportasi berkelanjutan sangat luas yang juga menyangkut aspek lingkungan dan sosial. Sehingga keselarasan tiga pilar konsep berkelanjutan ini tidak dapat dilihat. Di samping itu, tingkat keberlanjutan transportasi juga tidak dapat terlihat karena bahasan ini hanya meliputi bagian yang sangat kecil dari transportasi perkotaan yang berkelanjutan secara keseluruhan. b. Tidak terdapatnya indikator dan tolak ukur yang baku yang dapat dijadikan standar untuk direfleksikan dalam menilai kinerja transportasi perkotaan. Sehingga berimplikasi pada ketidakakuratan dalam memberikan penilaian terhadap kondisi transportasi yang ideal. c. Penggunaan indikator yang masih kurang dalam mengukur dimensidimensi analisis yang digunakan. Hal ini menyebabkan kurang mendalamnya pembahasan mengenai kinerja transportasi secara keseluruhan di Kota Soreang. Kurangnya indikator ini dikarenakan adanya keterbatasan data yang dapat digunakan pada unit desa yang diperoleh dari pemerintah setempat. Seringkali data yang terkumpul tidak memiliki kesamaan basis data dan tahun sehingga sulit untuk digunakan untuk melihat konteks Kota Soreang secara keseluruhan. d. Penggunaan indikator yang hanya melihat dari sudut pandang user concern, dan tidak melihat dari business dan government concern. e. Penggunaan indikator yang hanya bersifat kualitatif, dan tidak menggunakan indikator yang lebih terukur (kuantitatif) sehingga berpengaruh terhadap penilaian dan identifikasi permasalahan transportasi yang ada di Kota Soreang. f. Basis analisis yang dilakukan bersifat perseptual yang mempengaruhi keakuratan dan ketajaman persepsi yang diberikan. Adakalanya masyarakat memberikan persepsi yang bertolak belakang dengan kenyataan yang ditemui di lapangan.

5.5 Saran Studi Lanjutan Studi ini hanya mengidentifikasi kinerja sektor transportasi dengan pendekatan konsep transportasi berkelanjutan dalam aspek ekonomi saja. Studi lanjutan yang dapat dilakukan adalah : a. Kajian keberlanjutan transportasi kota dengan pendekatan dan sudut pandang yang berbeda, misalnya mengkaji keberlanjutan transportasi kota dengan pendekatan prinsip-prinsip daya dukung lingkungan atau keberlanjutan sosial di Kota Soreang. b. Studi yang mengidentifikasi kinerja transportasi dengan menggunakan indikator yang lebih terukur. Sehingga indikasi keberlanjutan akan lebih terlihat. c. Melakukan kajian yang merefleksikan indikator transportasi berkelanjutan di kawasan perkotaan yang lebih besar. Hal ini akan memperlihatkan fenomena permasalahan dan aktivitas yang lebih kompleks lagi dibandingkan kota yang tengah tumbuh berkembang seperti Soreang.