BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang pertama kali menemukan dan menyelidiki karet atau elastic gum ialah Pietro

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet adalah daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai faktor. Faktor faktor tersebut selain faktor yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. fisika dan daya tahan karet dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang

Mulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Industri Karet Adanya penemuan teknologi dibidang perkaretan menjadikan industri karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asap cair adalah hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010]

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga

TUGAS AKHIR STUDI PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PRES MOLD KARET ALAM UNTUK KOMPONEN SEPEDA MOTOR

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

ANALISA PERBANDINGAN KONSENTRASI ZAT MENGUAP DALAM CRUMB RUBBER MUTU SIR 20 DAN CRUMB RUBBER MUTU SIR 3WF KARYA ILMIAH YUNITA HANDAYANI

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Struktur Aldehid. Tatanama Aldehida. a. IUPAC Nama aldehida dinerikan dengan mengganti akhiran a pada nama alkana dengan al.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. METODOLOGI PENELITIAN

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah yang cukup panjang. Apalagi setelah ditemukan beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka ikut berkempbang pada industri yang mengolah getah karet menjadi bahan yang berguna untuk kehidupan manusia. Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai Benua Baru. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon pohon itu hidup secara liar hutan hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang orang Amerika asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantul pantulkan. Bola Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut. (Tim Penulis PS., 1999) Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa mempublikasikan penemuan Michele de Cuneo. Saat publikasi bersamaan dengan diperkenalkannya permainan bola yang

dipantulkan yang merupakan permainan tradisional bangsa Indian Aztec. Permainan ini selanjutnya berkembang menjadi permainan tenis seperti yang dikenal sekarang. Pengenalan bahan baku karet ini kemudian berlanjut di daerah Seville pada tahun 1524. Raja Charles V memperkenalkan permainan tenis yang menggunakan bola karet sebagai permainan dari Dunia Baru dengan mengundang beberapa pejabat Negara tetangga. Salah seorang diplomat Italia, Andrea Navagioro ikut menyaksikan. Dalam bukunya yang ditulis dan diterbitkan di Daratan Eropa, Andrea Navagioro menggambarkan bola dari bahan karet sebagai bahan yang bening dan lentur. Beranjak dari sini, karet mulai menarik perhatian banyak ahli untuk diteliti. (Goutara, dkk., 1976) Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari hari. Dengan peralatan dan pengetahuan yang masih serba terbatas, ilmuwan di zaman dahulu memisahkan karet menjadi tiga unsure. Unsur unsur tersebut adalah susu, lilin, serta bahan yang ringan dan bening. Pada tahun 1601 karet ditulis tersendiri dalam sebuah buku oleh Antonio Herrera. Kemudian, Tim Perancis dari Academie Rovale de Sciences melakukan ekspedisi pertama ke daerah Amerika Selatan yang diketahui memiliki banyak karet liar. Tim yang terdiri dari Charles Martie de la Condomine, Pierre Bouguer, dan Louis Goden ini melakukan penelitiannya pada tahun 1735. Ekspedisi pertama kemudian diikuti ekspedisi berikutnya menuju ke Artic Circle. Kedua ekspedisi tersebut bertujuan untuk mengetahui mengapa karet dapat berbentuk bulat

sebab pengenalan karet pertama kali memang dalam bentuk bola. Untuk itu, tim tersebut harus menelusuri daerah asalnya sehingga dapat mengetahui hal yang sesungguhnya tentang karet. Walaupun sudah dilakukan dua kali ekspedisi, tetapi hanya Ekspedisi Peru yang banyak memberi tambahan pengetahuan mengenai karet. Dengan bantuan penduduk asli, Tim Ekspedisi Peru menelusuri daerah tempat tumbuhnya tanaman karet. Mereka berhasil menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya. Cara baru yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. (Siswoputranto, P.S., 1981) Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanaman Hevea. Hasil laporan Ekspedisi Peru ditulis dalam buku oleh Freshneau tahun 1749 dengan menyebut nama tersebut. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1751, De La Condomine membuat usulan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman Hevea ini. Pengenalan pohon Hevea membuka langkah awal yang sangat pesat kea rah zaman penggunaan karet untuk berbagai keperluan. Cara pelukaan untuk memperoleh getah karet memang jauh lebih efisien dari pada cara tebang langsung. Lagipula dengan cara ini tanaman karet bisa diambil getahnya berkali kali. (Santoso, A.G., dkk., 1986) 2.2. Perkembangan Industri Karet Indonesia

Indonesia yang sejak sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1965 merupakan negara penghasil karet alam terbesar, pernah menganggap bahwa : Rubber is de kruk waarop wij drijven (karet adalah gabus dimana kita berapung). Walaupun sejak tahun 1957 kedudukan kita sebagai produsen nomor wahid direbut oleh Malaysia hingga sekarang, predikat pentingnya karet bagi perekonomian Indonesia masih tetap menonjol setelah komoditi migas dan kayu. Sebagai tanaman yang banyak dibutuhkan untuk bahan industri, karet banyak diusahakan mulai dari luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter persegi hingga mencapai luasan ribuan kilometer persegi. Secara umum pengusahaan perkebunan karet di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa kelompok seperti dibawah ini : 1. Perkebunan besar negara atau yang diusahakan oleh pihak pemerintah, biasanya oleh PTP (Perseroan Terbatas Perkebunan). 2. Perkebunan besar yang diusahakan oleh swasta. 3. Perkebunan yang diusahakan oleh rakyat. Kendatipun demikian, karet yang mampu menghidupi hampir 1,5 juta penduduk ini boleh dikatakan sebagai tanaman rakyat karena lebih dari 80% areal penanaman karet diusahakan oleh rakyat. Selain industri karet alam, belakangan ini karet Indonesia mulai mengacu pada karet sintetis. Meskipun sebenarnya Indonesia bukan negara penghasil minyak bumi terpaksa mencoba mengembangkan produk karet sintetis, terutama untuk jenis Syrene Butadien Rubber (SBR). Jenis

ini dikembangkan untuk mengimbangi peningkatan impor. SBR digunakan untuk industri ban, terutama untuk lapisan luarnya. Produksi karet sintetis Indonesia masih berskala kecil. Walaupun masih berskala kecil, tetapi industri perkaretan Indonesia saat ini sudah semakin maju dan diproduksinya dua jenis karet yang laris di pasaran. (Spillane, J.J., 1989). 2.3. Klasifikasi Karet Adapun jenis karet yang terdapat pada sistem olahan terbagi atas karet alam dan karet sintetis. Dimana karet alam merupakan hasil yang terdapat pada pohon karet (Havea Brasiliensis) berupa lateks, sedangkan karet sintetis merupakan karet hasil olahan dari pabrik seperti SBR, IIR, dan lain sebagainya. Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Adapun kelebihan kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah : 1. memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, 2. memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, 3. mempunyai daya aus yang tinggi 4. tidak mudah panas (low heat build up), dan 5. memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance).

Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. (Tim Penulis PS., 1999) 2.4. Karet Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzene. Akan tetapi bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi sedikit belerang (sekitar 20%) ia menjadi bersambung silang dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya. Karet yang divulkanisasi bersifat regas ketika diregang yakni melunak karena rantainya pecah-pecah dan kusut. Namun, karet yang tervulkanisasi jauh lebih tahan renggang. Kelarutannya berkurang dengan semakin banyaknya sambung silang dan bahan regang. Kelarutannya berkurang dengan semakin banyaknya sambung silang dan bahan tervukanisasi hanya menggembung sedikit jika disimpan dalam pelarut. H 3 C H H 3 C CH 2 n C=C C=C H 2 C CH 2 n H 2 C H Cis 1,4 Poliisopren (Karet Alam) Trans 1,4 Poliisopren (Gutta Perca)

Berat molekul karet alam rata-rata 10.000 40.000. Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan C-C di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis. Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralatan, air hujan dan lain-lain. Mikroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks akan menjadi asam-asam yang berantai molekul pendek sehingga dapat terjadi penurunan ph. Bila penurunan ph mencapai 4,5 5,5 maka akan terjadi proses koagulasi. Sifat-sifat mekanisme karet alam yang baik dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum, seperti sol sepatu atau bahan kendaraan. Ciri khusus yang membedakan karet alam dengan karet benda lain adalah kelembutan, fleksibel dan elastisitas. Komposisi lateks dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun (M.A. Cowd., 1991) 2.4.1. Karet Alam

Karet alam atau karet mentah memiliki sifat fleksibel harganya relative ringan tapi daya sambung atau daya rekatnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan karet sintetis bila dibuat perekat. Karet alam tidak bisa dipakai untuk menyambung plastik. Perekatnya yang dibuat dari karet alam ini tidak tahan terhadap bahan pelarut, minyak, bahan oksidasi, dan sinar ultraviolet, mudah sekali rusak bila terkena panas. Tahan terhadap panas pada suhu 35 o -40 o C sebelum divulkanisir. Jika divulkanisir akan tahan terhadap panas 70 o C. Karet alam larut dengan baik pada pelarut hidrokarbon. Perekat ini berguna untuk benda yang ringan seperti kain, karet busa. Mengelupas pada beban 3 kg/cm 2 pada suhu kamar. Bila karet alam ini divulkanisir ia akan menjadi tahan panas dan kekuatan mengelupas sampai 6 kg/m 2. Salah satu keunggulan dari solusi karet alam tidak beracun, pelarut yang dipakai tidak menyengat tajam dihidung dan tidak mudah terbakar, viskositas dari solusi ini kira-kira 25%. Kelemahan karet alam terletak pada keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan pasar. Saat pasar membutuhkan pasokan tinggi para produsen karet tidak bisa menggenjot produksinya dalam waktu singkat sehingga harganya cenderung lebih tinggi. (Didit Heru Setiawan dan Agus Andoko,2008) Semua jenis karet alam adalah polimer tinggi dan mempunyai sususnan kimia yang berbeda dan kemungkinan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis (rubberiness). Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapt digantikan oleh karet sintetis. Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam dibandingkan dengan karet sintetis yaitu :

a. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna. b. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah. c. Tidak mudah panas (low heat build up). d. Mempunyai daya arus yang tinggi. e. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resitence). Penggunaan karet alam dalam pembuatan barang-barang karet nonban hanya terbatas pada barang-barang karet yang bukan oil-extended dan heat resistence (tahan terhadap panas). Karet alam merupakan general purpose rubber sebagaimana halnya karet sintetis jenis SBR (Styrene Butadiena Rubber), lebih banyak digunakan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor, khususnya ban-ban berat (heavy duty tires) seperti ban pesawat terbang, truk dan bis yang berat serta ban radial. (Ompusunggu, M., 1987) 2.4.1.1. Jenis-jenis Karet Alam Jenis karet alam yang dikenal luas adalah : 1. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar).

2. Karet bongkah atau block rubber. 3. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepes, estate brown crepes, compo crepes, thin brwon crepes remmils, thick blanket crepes ambers, falt bark crepes, pure smoke blanket crepes dan off crepes). 4. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber. 5. Karet siap olah atau tyre rubber (karet ban). 6. Karet reklim. 7. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. (Ompusunggu, M., 1987) Tabel 2.1. Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering Komponen Komponen dalam lateks segar (%) Komponen dalam lateks kering (%) Karet hidrokarbon 36 92 94 Protein 1.4 2.5 3.5 Karbohidrat 1.6 - Lipida 16 2.5 3.2 Persenyawaan organic lain 0.4 - Persenyawaan anorganik 0.5 0.1 0.5 Air 58.5 0.3 1.0 Sumber : Dipetik dan dikompilasi dari Martono, M. Rubber Technology. Edisi ke-3.

New York : Van Nostrand Reinhold, 1987. Pada saat penyimpanan, kekerasan karet alam bertambah. Penambahan kekerasan diindikasikan oleh nilai viskositas Mooney-nya. Viskositas Mooney merupakan suatu pengujian terhadap viskositas dari karet. Semakin tinggi nilai viskositas Mooney maka semakin tahan karet terhadap regangan (strain). Pengerasan pada saat penyimpanan disebabkan reaksi sambung silang dari jumlah kecil gugus aldehid yang terdapat dalam molekul karet. (Indra Surya., 2006) 2.4.1.2. Manfaat Karet Alam Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, rol karet, bantalan karet, karpet berlapis karet, karet spons, benang karet dan bahan-bahan pembungkus logam. (Spillane, J.J., 1989) 2.4.2. Lateks

Lateks ialah cairan berwarna putih yang keluar dari pembuluh pohon karet bila dilukai. Pembuluh karet adalah suatu sel raksasa yang mempunyai banyak inti sel sehingga lateks ini juga disebut protoplasma. Lateks juga didefinisikan sebagai system fosfolipida yang terdispersi dalam serum. Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan karet remah. Bahan baku lateks (Havea Brasiliensis) adalah sistem koloid yang kompleks, terdiri dari partikel karet dan zat lain yang terdispersi dalam cairan. Standar mutu lateks pekat dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.2. Standar Mutu Lateks No. Parameter Lateks pusingan (Centifuged Latex) Lateks dadih (Creamed Latex) 1. Jumlah padatan 61,5% 64,0% 2. Kadar karet kering(kkk) minimum 60,0% 62,0% 3. Perbedaan angka butir 1 dan 2 2,0% 2,0% maksimum 4. Kadar amoniak (berdasarkan jumlah 1,6% 1,6% air yang terdapat dalam lateks pekat) minimum 5. Viskositas maksimum pada suhu 50 50 25 o C 6. Endapan dari berat basah maksimum 0,10% 0,10% 7. Kadar koagulum dari jumlah padatan 0,08% 0,08%

maksimum 8. Bilangan KOH (bilangan hidroksida) 0,80 0,80 maksimum 9. Kemantapan mekanik minimum 475 detik 475 detik 10. Persentase kadar tembaga dari 0,001% 0,001% jumlah padatan maksimum 11. Persentase kadar mangan dari 0,001% 0,001% jumlah padatan maksimum 12. Warna Tidak biru, tidak kelabu Tidak biru, tidak kelabu 13. Bau setelah dinetralkan dengan asam borat Tidak boleh berbau busuk Tidak boleh berbau busuk Sumber : Thio Goan Loo.1980. (Tim Penulis PS., 1999) 2.4.3. Karet Remah Karet remah atau crumb rubber adalah produk karet alam yang relative baru. Dalam perdagangan dikenal dengan sebutan karet sperelatif baru, karena penentuan kualitas atau penjenisannya dilaksanakan secara teknis dengan analisa yang teliti di laboratorium dan dengan menggunakan perlengkapan analisis yang mutakhir.

Dengan pengolahn karet remah diperoleh beberapa keuntungan yaitu proses pengolahannya lebih cepat, produk lebih bersih dan lebih seragam dan penyajiannya lebih menarik. Karet spesifikasi teknis adalah jenis produk karet : a. Yang diperdagangkan dengan spesifikasi mutu teknis dengan bermacam-macam karakteristik antara lain : SIR 5 CV, SIR 5 LV, SIR 5 L, SIR 5, SIR 10, SIR 20 dan SIR 50. b. Yang diperdagangkan dengan bentuk bongkah berukuran 28 x 14 x 6,5 inci 3 atau 70 cm x 35 x 16,25 cm dengan bobot 33,3 kg, 34 kg, dan 35 kg per bongkah, terbungkus rapi dengan plastik polietin setebal 0,03 mm dengan titik pelunakan 108 o C, berat jenis (specific gravity) 0,92 dan bebas dari macam-macam pelapis (coating). Berbagai bahan olahan karet dapat diolah menjadi karet remah. Dalam pengolahan karet remah digolongkan dua macam bahan baku, yaitu lateks kebun dan lump serta gumpalan mutu rendah. Proses pengolahan karet remah dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam processing. (Setyamidjaja, D., 1993) 2.4.3.1. Penentuan Kualitas Karet Remah Tiap jenis kualitas karet remah mempunyai standar tertentu. Klasifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara-cara baru dengan penggolongan berdasarkan ciri-ciri teknis. Yang menjadi dasar spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam karet yang berpengaruh terhadap sifat akhir produk yang dibuat dari karet.

Unsur-unsur dalam penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah : 1. Kadar kotoran (dirt content) Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriterium terpenting dalam spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan barang-barang dari karet. 2. Kadar abu (ash content) Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen terhadap penambahan bahan-bahan pengisi kedalam karet pada waktu pengolahan. 3. Kadar zat menguap (volatile content) Penentuan kadar zat menguap ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa karet yang disajikan cukup kering. Selain penentuan ketiga bahan tersebut di atas, masih dianalisis juga kadar tembaga, mangan, dan nitrogen. Pada akhirnya hasil spesifikasi teknis disimpulkan dalam suatu standar yaitu Standar Indonesia Rubber (SIR). (Hofmann, W., 1989) 2.4.3.2. Standard Indonesian Rubber Standard Indonesian Rubber (SIR) adalah produk karet alam yang baik processing ataupun penentuan kualitasnya, dilakukan secara spesifikasi teknis. Ketentuan-ketentuan tentang SIR mulanya

didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 147/Kep/V/1969 yang isinya berupa ketentuan-ketentuan yang menyangkut SIR yang kriterianya tercantum pada tabel. Tabel 2.3. Standar Spesifikasi SIR Spesifikasi SIR 5 SIR 20 SIR 35 SIR 50 Kadar Kotoran 0,05 0,20 0,35 0,50 Kadar Abu 0,50 0,75 1,00 1,25 Kadar Zat Menguap 1,00 1,00 1,00 1,00 Untuk tiap golongan SIR tersebut harus ditentukan nilai Plastisity Retention Index (PRI)-nya dan digolongkan dengan menggunakan symbol huruf H, M, dan S. H menunjukkan nilai PRI-nya sebesar 80; M untuk nilai PRI-nya antara 60-79; dan S untuk nilai PRI-nya antara 30-59. Karet remah dengan nilai PRI kurang dari 30 tidak boleh dimasukkan kedalam anggota golongan SIR. PRI adalah ukuran terhadap tahan usangnya karet dan juga sebagai penunjuk mudah tidaknya karet tersebut dilunakkan dalam gilingan pelunak. Makin tinggi nilai PRI makin tinggi pula kualitas karet tersebut. Untuk menentukan nilai PRI digunakan alat yang disebut Wallace Plasatemeter. (Mubyarto, dan Awan Setya Dewanta., 1991) Dengan perkembangnya penelitian dewasa ini sebagai dasar penetuan SIR dipakai Surat Keputusan Menteri Perdagangan tahun 1972.

Tabel 2.4. Spesifikasi karet SIR yang diubah (revised) sesuai SK Menperdeg No. 230/Kp/X/1972 Spesifikasi Standar Indonesia Rubber (SIR) 5 CV 5 LV 5 L 5 10 20 50 Kadar Kotoran (%,maks.) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,10 0,20 0,50 Kadar abu (%,Maks.) 0,05 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50 Kadar zat menguap (%,maks.) 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 PRI (min.) - - 60 60 50 40 30 Po (min.) - - 30 30 30 30 30 Indeks maks.) warna(lovibond, - - 6 - - - - ASH-T (maks.) 8 8 - - - - - Sari aseton - 6 8 - - - - - Warna kode Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning Dengan demikian hingga saat ini, semua karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti yang ditetapkan dalam surat keputusan Menpardag tersebut. Untuk mengamankan kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapat pengawasan 4 macam laboratorium, yaitu laboratorium standard, laboratorium control, laboratorium komersial, dan laboratorium pabrik. Semua sarana penentu kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari Negara produsen karet bongkah selain Indonesia yang memiliki standar sendir-

sendiri, seperti Standard Malaysian Rubber (SMR) dari Malaysia, Standard Singapore Rubber (SSR) dari Singapura, dan sebagainya. (Stevens., 2001) 2.5. Karet Alam Siklik Teknologi siklisasi karet alam yang pertama kali ditemukan adalah siklisasi karet alam padat, diikuti siklisasi pada larutan karet yang terakhir pada lateks pekat. Siklisasi karet padat merupakan metode pembuatan karet alam siklik, metode siklisasi larutan karet berkembang hingga tahap komersil, karena mampu menghasilkan produk yang tinggi dan mudah larut dalam pelarut karet. 2.5.1. Siklisasi Karet Alam Padat Siklisasi karet alam padat dilakukan dengan mencampurkan karet alam padat dengan 10 bagian katalis asam pada gilingan rol ganda atau pada mesin pencampur, kemudian dipanaskan pada suhu 125-145ºC selama 1 4 jam. Jika katalis asam digunakan dalam bentuk cair, maka sebelum ditambahkan pada karet terlebih dahulu dicampur dengan bahan inert.

Karet alam siklis yang dihasilkan umumnya sukar larut dalam pelarut karet, atau sedikit larut dengan viskositas larutan yang relatif tinggi. Digunakan sebagai bahan baku perekat, penempel karet pada logam atau pada permukaan halus lainnya. 2.5.2. Siklisasi Larutan Karet Alam Karet alam siklis yang diperoleh dengan metode ini biasanya berupa bubuk putih hingga kuning kemerahan mempunyai viskositas larutan yang relatif rendah dan sangat memuaskan jika digunakan sebagai bahan baku pelarut, tinta cetak, cat tahan bahan kimia. Katalis asam yang sering digunakan seperti asam fluoborat, boron triklorida, dan phosfor. Pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan karet yang akan disiklisasi adalah fenol, yang mengandung sejumlah kecil katalis asam. Setelah siklisasi sempurna akan diperoleh karet alam siklis yang mempunyai berat molekul yang rendah, sehingga mudah larut dalam berbagai pelarut karet menghasilkan larutan dengan viskositas rendah dan kandungan resin yang tinggi. 2.5.3. Siklisasi Lateks Alam Metode siklisasi ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1947 oleh Rubber Striching Belanda. Metode siklisasi pada lateks dikembangkan dengan pertimbangan mahalnya biaya pelarut yang diperlukan pada metode ini.

Pada metode siklisasi ini, asam sulfat pekat atau asam sulfonat yang digunakan sebagai katalis ditambahkan pada lateks alam yang sebelumnya telah dipekatkan dan telah dibubuhi bahan pengawet. Pada suhu 100ºC siklisasi lateks dengan minimal 70% (w/w) asam sulfonat pekat akan sempurna setelah berlangsung selama 2 jam seteleah disiklisasi selesai, campuran lateks dituangkan kedalam alkohol berair atau dituangkan kedalam air mendidih hingga berbentuk flukolat yang halus. Setelah disaring, dicuci dan dikeringkan diperoleh karet siklo berupa serbuk yang sangat halus. Yang akan melunak pada suhu 130ºC. Karet siklis ini mudah didespersikan dalam air sehingga berpeluang untuk memperkeras barang jadi atau busa dari lateks pekat. Salah satu produk yang spesifik dari siklisasi lateks pekat ini adalah masterbat siklo, yaitu campuran karet alam siklis dan karet alam dengan perbandingan 50/50 (w/w). Produk ini dihasilkan dengan cara menambahkan lateks alam yang sudah distabilkan dengan bahan pengawet, pada lateks pekat yang sudah disiklisasi, lalu dituangkan pada air mendidih untuk memisahkan hasilnya. Masterbat siklo ini biasanya digunakan dalam industri sol sepatu, industri rol karet dan industri cetakan bahan jadi karet tahan benturan. Metode siklisasi pada lateks pernah dikembangkan di Malaysia dan Indonesia, tetapi tidak berkembang karena karet alam siklis yang dihasilkan sukar larut dalam pelarut karet dan warnanya gelap, sehingga hanya dapat digunakan sebagai bahan pengisi barang jadi karet. Selain dari segi harga, produk tersebut tidak mampu bersaing dengan karet sintetis sejenis, yang saat itu harganya jauh lebih murah. Alasan lain tidak berkembangnya metode siklisasi ini adalah besarnya jumlah asam sulfat yang diperlukan, sehingga masalah bagi lingkungan.

2.5.4. Pengolahan Karet Alam Siklik Apabila karet alam yang telah dicampurkan dengan katalis asam (acidic catalyst) dipanaskan, maka struktur molekulnya akan berubah menjadi struktur bahan seperti resin. Perubahan tersebut terjadi karena karet alam mengalami modifikasi kimia, tanpa masuknya senyawa baru, sehingga digolongkan kedalam modifikasi tipe 1. Perubahan struktur molekul karet alam dinamai siklisasi, karena struktur molekulnya telah mengalami perubahan dari rantai lurus menjadi rantai siklik. Secara teknis, karet alam siklik dapat dibuat dengan 4 metode yang berbeda antara lain : 1. Memanaskan karet alam. 2. Mereduksi hidro halogen dari karet hidro klorida (reductive the hydro halogenation). 3. Mereaksikan karet dengan senyawa halida dari logam amfoter. 4. Memanaskan campuran karet alam dan katalis asam pada suhu antara 50-150ºC. Jika reaksi siklisasi berlangsung sempurna maka resin yang diperoleh dari keempat metode tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu berupa produk dengan variasi titik leleh antara 90-120ºC densitas sekitar 0,992 gr/ml dan indeks refraksi antara 1,53 1,54³. (Sumarmadji., 2003) 2.6. Resiprene 35

Resiprene 35 adalah resin karet siklisasi yang berasal dari karet alam dan memiliki viskositas yang relatif tinggi. Resiprene 35 dipasok sebagai solid pasir dan juga dalam larutan aromatik. Resiprene 35 memiliki resistensi saponifikasi dan pengikat zat kimia yang dapat digunakan dalam kombinasi dengan modifikasi untuk pelapis yang tahan lebih lama, umumnya untuk aplikasi pada baja sebuah beton, karena kelarutannya dalam pelarut hidrokarbon alifatik dan kompatibilitas dengan minyak begitu tinggi pada sifat resinnya. Resiprene 35 benar-benar larut dalam hidrokarbon alifatik, memiliki titik didih yang tinggi pada pelarut minyak, mengandung mineral minyak, larut juga dalam pelarut aromatik, pelarut diklorinasi, dan memiliki solubility baik dalam pelarut alifatik dan minyak sayur dan solubilty terbatas dalam Butil asetat. Resiprene 35 tidak larut dalam Alkohol dan MEK. Mempunyai kompatibilitas yang baik dengan: semua mineral, aspal, resin maleat, resin fenolik, resincumarone, resin alkid, dan diphenil diklorinasi. Sifat fisik resiprene 35: non hydrosable, tidak beracun, struktur mengkilap dan sangat keras, tahan air, kimia resistensi, kelarutan yang baik dalam pelarut alifatik dan aromatik, mudah mengering, serta memiliki resistensi panasyang baik. Adapun manfaat dari resiprene 35 itu sendiri yaitu : 1. Sebagai pembuatan cat khusus dengan kimia yang baik dan tahan panas, serta sebagai tinta cetak. 2. Digunakan dengan karet alam dan isosianat yang dapat memberikan primer yang sangat baik untuk polypropylene pada film dalam pembuatan pita perekat yang sensitif terhadap tekanan. 3. Sebagai lapisan pelindung. 4. Sebagai cat laut. 5. Sebagai komposisi cat cermin. 6. Sebagai perekat. 7. Pelapis beton / kolam renang.

(http://www.resineitaliane.com/docs/data_sheet_eng_resiprene35.pdf) 2.7. Bilangan Asam Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lmak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut. Keterangan : BA VKOH : Bilangan Asam (mgkoh/g) : Volume KOH (ml) NKOH : Normalitas KOH (N) Mr KOH : Berat Molekul KOH (g/mol) m : Berat Sampel (g) Di samping bilangan asam kadang-kadang dinyatakan juga dalam derajat asam atau kadar asam. (Ketaren., 1986)