BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek penelitian Penelitian ini menggunakan obyek penelitian perusahaan-perusahaan rokok yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan aktivitas perusahaan pada periode penelitian yaitu dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2017. Berikut ini adalah nama-nama perusahaan rokok yang dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini per 31 Desember 2009 sampai 2017, sebagai berikut : Daftar Perusahaan Rokok di BEI 1 PT. Bentoel International Investama Tbk RMBA 2 PT. Gudang Garam Tbk GGRM 3 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 1. PT. Bentoel International Investama Tbk PT. Bentoel Internasional Investama Tbk. (IDX: RMBA) adalah perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia. Perusahaan ini berpusat di Jakarta dan Malang. Pada 17 Juni 2009, perusahaan ini diakuisisi oleh British American Tobacco, 27
perusahaan rokok terbesar kedua di dunia dengan saham 85%. Kemudian, pada 25 Agustus 2009, BAT menaikkan kepemilikan saham Bentoel Group hingga 99%. Pada awal tahun 2010, BAT Indonesia resmi bergabung dengan Bentoel. Namun, pada 7 September 2011, BAT resmi menjual 13% saham Bentoel ke pihak UBS cabang London. Sejarah dari Bentoel Group diawali pada tahun 1930 ketika Ong Hok Liong menjalani industri rokok rumah miliknya yang bernama Strootjes Fabriek Ong Hok Liong. Pada akhir tahun 1960-an, Bentoel Group menjadi perusahaan pertama di Indonesia untuk memproduksi rokok kretek filter buatan mesin dan membungkus kotak rokoknya dengan plastik. Inovasi-inovasi ini kemudian menjadi standard pada industri tembakau nasional. Pada tahun 1990 perusahaan Bentoel menjadi perusahaan publik terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Rajawali Group mengambil alih pengelolaan dari perusahaan Bentoel pada tahun 1991. Kemudian pada tahun 2000, perusahaan Bentoel mengubah nama perusahaan menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Pada tahun 2009 British American Tobacco mengakuisisi PT Bentoel Internasional Investama Tbk. PT Bentoel Internasional Investama Tbk kemudian bergabung dengan PT BAT Indonesia Tbk pada tahun 2010, dengan tetap mempertahankan nama Bentoel. Beberapa produk rokok Bentoel international : Star Mild, Neo Mild, Uno Mild, Sejati, Bintang Buana, Joged, Rawit, prins 1p, country, Tali Jagad, Ardath. 28
2. PT. Gudang garam Tbk PT. Gudang Garam Tbk. (IDX: GGRM) adalah sebuah merek/perusahaan produsen rokok populer asal Indonesia. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo, perusahaan rokok ini merupakan peringkat kelima tertua dan terbesar di Indonesia (setelah Djarum) dalam produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar 514 are di Kediri, Jawa Timur. Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie. Sebelum mendirikan perusahaan ini, di saat berumur sekitar dua puluh tahun, Ing Hwie mendapat tawaran bekerja dari pamannya di pabrik rokok Cap 93 yang merupakan salah satu pabrik rokok terkenal di Jawa Timur pada waktu itu. Berkat kerja keras dan kerajinannya dia mendapatkan promosi dan akhirnya menduduki posisi direktur di perusahaan tersebut. Pada tahun 1956 Ing Hwie meninggalkan Cap 93. Dia membeli tanah di Kediri dan memulai produksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot dengan merek Inghwie. Setelah dua tahun berjalan Ing Hwie mengganti nama perusahaannya menjadi Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam. PT. Gudang Garam, Tbk tidak mendistribusikan secara langsung melainkan melalui PT. Surya Madistrindo lalu kepada pedagang eceran kemudian baru ke konsumen atau produsen. 29
Berikut Beberapa produk rokok Gudang Garam : Gudang Garam Merah, Gudang Garam Djaja, Taman Sriwedari Klobot Manis, Gudang Garam International, Gudang Garam Surya 12, Gudang Garam Surya 12 Premium, Gudang Garam Surya 16, Gudang Garam Surya 16 Exclusive, Gudang Garam Surya Professional, Gudang Garam Mild (GG Mild, bertujuan untuk menggantikan Gudang Garam Nusantara karena GG Nusantara tidak lagi dijual di Indonesia melainkan di Malaysia, Brunei, dan Jepang), Gudang Garam Surya Signature, Gudang Garam Surya Signature Menthol, Gudang Garan Surya Signature Mild, Surya PROfessional Mild, Gudang Garam Surya Slims, Gudang Garam Surya Slims Menthol, Gudang Garam Surya Slims White Edition, Gudang Garam Halim, Nusa. 3. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk PT HM Sampoerna Tbk. / PT Hanjaya Mandala Sampoerna (IDX: HMSP) adalah perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Kantor pusatnya berada di Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan ini sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki keluarga Sampoerna, namun sejak Mei 2005 kepemilikan mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris International, perusahaan rokok terbesar di dunia dari Amerika Serikat, mengakhiri tradisi keluarga yang melebihi 90 tahun. Beberapa merek rokok terkenal dari Sampoerna adalah Dji Sam Soe dan A Mild. Dji Sam Soe adalah merek lama yang telah bertahan sejak masa awal 30
perusahaan tersebut. Selain itu, perusahaan ini juga terkenal karena iklannya yang kreatif di media massa. Pada tahun 1913, Liem Seeng Tee dan istrinya Siem Tjiang Nio, imigran Tionghoa dari Fujian, Tiongkok memulai kegiatan produksi rokok secara komersial sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri rumah tangga ini diresmikan secara resmi dengan nama NVBM Handel Maatschapij Sampoerna. Perusahaan ini meraih kesuksesan dengan merek Dji Sam Soe pada tahun 1930-an hingga kedatangan Jepang pada tahun 1942 yang memporak-porandakan bisnis tersebut. Setelah masa tersebut, putra Liem, Aga Sampoerna mengambil alih kepemimpinan dan membangkitkan kembali perusahaan tersebut dengan manajemen yang lebih modern. Nama perusahaan juga berubah seperti namanya yang sekarang ini. Selain itu, melihat kepopuleran rokok cengkeh di Indonesia, dia memutuskan untuk hanya memproduksi rokok kretek saja. PT HM Sampoerna Tbk. resmi didirikan pada tahun 1963. Generasi berikutnya, Putera Sampoerna adalah generasi yang membawa HM Sampoerna melangkah lebih jauh dengan terobosan-terobosan yang dilakukannya, seperti perkenalan rokok bernikotin rendah, A Mild dan perluasan bisnis melalui kepemilikan di perusahaan supermarket Alfa, dan untuk suatu saat, dalam bidang perbankan. Pada tahun 2000, putra Putera, Michael, masuk ke jajaran direksi dan 31
menjabat sebagai CEO. Pada Mei 2005, perusahaan ini kemudian diakuisisi oleh Philip Morris International. Berikut ini beberapa produk rokok HM Sampoerna : Dji Sam Soe, merek rokok kretek pertama yang disebut "Raja Kretek" sejak 1913. Sampoerna Kretek, merek rokok kretek yang pertama kali diluncurkan di Bali tahun 1968. A Mild, merek rokok low tar and nicotine (LTLN) yang tertinggi penjualannya yang pertama kali diluncurkan tahun 1988. U Mild, merek rokok LTLN yang ditujukan sebagai fighting brand bagi A Mild. Marlboro, merek rokok putih nomor satu di Dunia 3.2 Desain Penelitian Metode penilitian yang digunakan pada penulisan ini adalah metode penelitian deskriptif, dimana metode ini dalam melakukan penelitiannya yaitu dapat memberikan gambaran tentang keadaan obyek yang diteliti dan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis Altman (Z-Score), yang bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. 3.3 Variabel dan Skala Pengukuran Variabel dalam penelitian ini dari model yang digunakan yaitu yang dikemukakan oleh Adam M 7 Taufik M, jurnal ekonomi dan Auditing. ( 2005,189-190) yaitu : 32
Variabel X (X1..X5) X1 X5 merupakan rasio keuangan yang dipergunakan dalam perhitungna Z- Score, dimana raasio keuangan terdiri dari : 1. X 1 = Net Working Capital to Total Asset Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total aktiva. Modal kerja bersih diperoleh dengan dengan cara aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang negativ kemungkinan besar akan menghadapi masalah alam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup unuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya. 2. X 2 = Retained Earnings to Total Asset Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Dengan kata lain laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan 33
dalam bentuk deviden kepada para pemegang saham. Pada perusahaan, laba ditahan terjadi karena pemegang saham mengizinkan perusahaan tersebut untuk menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai deviden. Dengan demikian, laba ditahan yang dilaporkandalam neraca bukan kas dan tidak tersedia untuk pembayaran deviden atau yang lainnya. 3. X 3 = Earning Before interest and Tax to Total Asset Rasio ini menunjukkan kemepuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak. 4. X 4 = Market Value of Equity to Book Value Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar modal sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga saham per lembar saham biasa. Sedangkan nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan kewajiban jangka panjang. 5. X 5 = Sales to Total Asset Rasio ini menunjukkan apakah peruahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan 34
efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan pendapatan laba. 3.4 Definisi Operasional variable berikut : Adapun definisi operasional yang digunakan pada penelian ini adalah sebagai 3.4.1 Modal Kerja Yaitu dimaksudkan semua aktiva (harta-harta) yang hanya satu kali terpakai dalam proses produksi yang termasuk kedalam modal kerja antara lain bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi serta piutang-piutang yang seketika ditagih. Modal kerja = Aktiva Lancar Hutang Lancar 3.4.2 Laba Ditahan Merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai deviden. Karena merupakan bentuk pembiayaan intern, biasanya digunakan untuk pembiayaan investasi dimasa mendatang dalam rangka pertumbuhan perusahaan. Laba yang ditahan biasanya oleh perusahaan untuk mengembangkan usaha misalnya digunakan untuk membeli aktiva baru tanpa perlu meminjam atau menjual saham baru. Laba Ditahan = laba Bersih Deviden 35
3.4.3 Laba Sebelum Bunga dan pajak Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba setelah dikurangi biaya-biaya operasi atau pendapatan sebelum pajak diperoleh sesudah semua biaya operasi biaya dikurangi dari total penerimaan. 3.4.4 Total Aktiva Adalah rasio untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Perputaran total aktiva = penjualan / Total aktiva rata-rata Total aktiva rata-rata = Total aktiva awal + TA akhir 3.4.5 Total Hutang Hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik jangka pendek maupun berjangka panjang. Kreditor cenderung lebih menyukai debt ratio rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik. 3.4.6 Penjualan Adalah penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang dagangan atau penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai barang pertimbangan. Pendapatan dapat diperoleh saat penjualan, karena terjadi pertukaran, harga jual dapat ditetapkan dan bebannya diketahui. Dalam kegiatan penjualan akan melibatkan debitur atau disebut 36
juga pembeli serta barang-barang jasa yang diberikan dan dibayar oleh debitur tersebut dengan cara tunai atau kredit. 3.4.7 Harga Pasar dari Ekuitas pemilik Harga pasar sama dengan harga yang berlaku untuk setiap emiten ekuitas biasanya tergantung dari perkembangan permintaan dan penawaran terhadap suatu ekuitas (saham). Nilai Pasar Moda Sendiri = Jumlah saham yang beredar X harga pasar per lembar saham biasa 3.5 Metode Pengumpulan Data Sumber data penelitian ini mengunakan sumber data sekunder yang diperoleh dari BEI (Bursa Efek Indonesia) berupa neraca perusahaan 2009-2012 dan laporan laba rugi perusahaan 2009-2012 melalui situs resmi Indonesia Stock Exchange (www.idx.co.id) dan IDX Statistik. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sektor industri manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode pengamatan 2009-2017 khusus untuk perusahaan rokok. Perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode pengamatan tahun 2009-2017 yaitu : (1) PT. Bentoel International Tbk. (2) PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (3) PT. Gudang Garam Tbk. Peneliti ingin melihat kesehatan ketiga perusahaan rokok tersebut yang memiliki proporsi yang 37
sama. Antara lain: (a) jenis perusahaan yang sama, yaitu sama-sama perusahaan dalam bidang rokok, (b) rutin terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan tahun 2009-2017. Metode yang diterapkan pada penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research).. penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi literatur yaitu membaca, mempelajari literatur-literatur, meneliti dan mengkaji serta mengumpulkan data tentang laporan keuangan dari perusahaan rokok yang tercatat di BEI pada tahun 2009-2017. 3.6 Metode Analisis Data Penelitian ini akan menggunakan analisa potensi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman sebagai alat analisis datanya. Untuk analisis potensi kebangkrutan atau untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan pada perusahaan rokok menggunakan metode yang ditemukan Altman ini maka kita akan memprediksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan rokok di BEI. Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasiorasio keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Perhitungan Z- Score dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut : Z-Score = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0,006 X4 + 0,999 X5 38
Atau yang lebih sering digunakan adalah : Z = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 + 1.0 X5 X 1 = Modal kerja / Total Aktiva (dalam %) X 2 = Laba ditahan / Total Aktiva (dalam %) X 3 = Laba sebelum bunga dan pajak / Total Aktiva (dalam %) X 4 = Nilai pasar modal sendiri / Nilai Buku Hutang (dalam %) X 5 = Penjualan / Total Aktiva (kali) Kondisi dapat dilihat dari nilai Z- Score nya, jika ; 1. Z < 1,81 berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi. 2. Z 1,81-2,99 maka perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (Grey Area). Jadi pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak. 3. Z > 2,99 Perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan bangkrut sangat kecil. 39