BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ubi kayu. Bahan pangan tersebut merupakan pati yang diekstrak dengan air

dokumen-dokumen yang mirip
JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

Fungi/Jamur/Mycota. Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

KAPANG. (By. Yetti Wira Citerawati SY) Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

A. Reproduksi Vegetatif : yaitu reproduksi dengan cara Pertunasan, Pembelahan, Pembelahan tunas dan Sporulasi aseksual B. Reproduksi Seksual : yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobioloigi berasal dari kata Yunani: mikros = renik, bio = hidup atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN

Khamir. Karakteristik Khamir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk

SIFAT-SIFAT FISIOLOGI KAPANG

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. dapat bersimbiosis dengan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Namun pada

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah gambut fibrik adalah tanah gambut mentah dengan ciri-ciri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI

ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI UBI KAYU (TAPIOKA) BERBASIS NERACA MASSA

Latihan uji kompetensi bab Jamur: Bagian I

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KELOMPOK G EUKARYOTA. Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar

Khamir Lebih sering dikenal sebagai ragi/yeast Termasuk kapang, namun berbentuk sel tunggal/uniseluler. Dari kelompok Ascomycetes dan Basidiomycetes T

REKAYASA BIOPROSES ISOLASI, SELEKSI, DAN IDENTIFIKASI MIKROORGANISME (BAKTERI, KAPANG, KHAMIR) Oleh : Kelompok 1

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih

Gambar 1.2: reproduksi Seksual

ISOLASI JAMUR TERBAWA BENIH (Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian) Oleh Tety Maryenti

PENICILLIUM CHRYSOGENUM

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

Pemanfaatan Mikroba dalam Pengawetan Makanan

KADAR BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA (DIENDAPKAN 5 HARI) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

... TAPE. Yuniar Lidyawati ( ) Anita Novalia ( ) Dyan Fitrisari ( )

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu, bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mempunyai lahan gambut terluas ke-empat di dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyebaran ubi kayu atau singkong ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

JAMUR. YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung BAB. 6 :

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

Ciri-Ciri. 1. Molds (fungi filamentus) 2. Yeast (fungi uniselular) 3. Mushrooms (fungi makroskopik)

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

UJI GLUKOSA DAN ORGANOLEPTIK KUE BOLU DARI PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DAN BEKATUL SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

I. PENDAHULUAN. (uniseluler) (Kusnadi dan Aditawati, 2003). Setiap sel tunggal mikroba

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

`BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

7 Manfaat Daun Singkong

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Taman Nasional Berbak merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Singkong (Manihot utilissima) atau yang biasa disebut juga dengan nama

TANAMAN PENGHASIL PATI

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke

MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

OLEH: YULFINA HAYATI

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

METABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Tapioka Tepung tapioka merupakan suatu jenis bahan pangan yang dibuat dari ubi kayu. Bahan pangan tersebut merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi singkong (ketela pohon), kemudian disaring, cairan hasil saringan kemudian diendapkan. Bagian yang mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga diperoleh butiran-butiran pati halus berwarna putih, yang disebut tapioka (Luthana, 2004). Proses pembuatan tepung tapioka melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut : a. pengupasan kulit singkong Pengupasan dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk memisahkan daging singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih singkong berkualitas tinggi dari singkong lainnya. Singkong yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi tapioka dan dijadikan pakan ternak. b. pencucian Pencucian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremasremas singkong yang sudah dikupas di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada singkong. 5

c. pemarutan Parut yang digunakan ada 2 macam yaitu : c.1. Parut manual, dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga manusia sepenuhnya. c.2. Parut semi mekanis, digerakkan dengan generator d. pemerasan/ekstraksi Pemerasan dilakukan dengan 2 cara yaitu : d.1. pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air demikian cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember. d.2. pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur singkong diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan. e. pengendapan Pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 jam. Air di bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan diambil dan dikeringkan.

Gambar 2.1. Tepung hasil endapan yang siap dikeringkan f. pengeringan Sistem pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan dengan cara menjemur tapioka dalam nampan atau widig atau tambir yang diletakkan di atas rak-rak bambu selama 1-2 hari (tergantung dari cuaca). Tepung tapioka yang dihasilkan sebaiknya mengandung kadar air 15-19%. Gambar 2.2. Pengeringan tapioka dengan sinar matahari

dengan cara pati diekstrak dengan air dari umbi singkong (ketela pohon), kemudian disaring, Setelah disaring, bagian cairan dipisahkan dengan ampasnya. Cairan hasil saringan kemudian diendapkan. Bagian yang mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga diperoleh butiran-butiran pati halus berwarna putih, yang disebut tapioka. Tepung singkong diperoleh dengan cara menggiling umbi singkong yang telah dikeringkan (gaplek) dan kemudian diayak hingga diperoleh butiran-butiran kasar dalam ukuran tertentu. Tepung tapioka merupakan produk olahan bahan pangan yang mengandung sumber karbohidrat dan kalori (energi) yang cukup tinggi karena bahan dasarnya adalah ubi singkong. Ubi singkong mengandung energi, Protein, Lemak total, Karbohidrat, Serat pangan, Kalsium, Besi, Magnesium, Fosfor, Kalium, Natrium, Seng, Tembaga, Mangan, Selenium, dan Asam folat (Tabel 1.1). Jenis Karbohidrat yang terkandung dalam tepung tapioka terutama berupa zat tepung atau pati. 2.2 Biologi Kapang 2.2.1 Struktur Kapang Kapang adalah jamur multiseluler dengan tubuh membentuk filamen dan pertumbuhannya dalam bahan pangan yang berkadar gula tinggi serta mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Kapang terdiri dari suatu thalus yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa yang memiliki lebar 5-10

µm. Kumpulan dari hifa disebut misellium (Buckle, 1987; Fardiaz, 1992; Waluyo, 2004). Tiga macam morfologi hifa menurut Pelczar & Chan (1986); Sutejo, ( 1991) yaitu : 1. Hifa aseptat / senosit yaitu hifa yang tidak mempunyai dinding sekat atau septum. 2. Hifa septat dengan sel-sel uninukleat yaitu hifa yang memiliki sekat, dan sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di tengahtengah. 3. Hifa septat dengan sel-sel multinukleat yaitu hifa yang memiliki septum, dan septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang. 2.2.2 Metabolisme Kapang Tepung tapioka banyak mengandung nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan kapang diantaranya karbohidrat, dalam bentuk amilum dan glukosa. Karbohidrat merupakan sumber energi dan karbon yang digunakan untuk pertumbuhan kapang (Pudjiadi, 1994). Energi yang dibutuhkan kapang diperoleh melalui proses respirasi. Karbohidrat yang digunakan dalam proses respirasi berupa glukosa. Proses respirasi memerlukan enzim yang digunakan untuk mempercepat reaksi (Pudjiadi, 1994; Sadikin, 2002).

2.2.3 Klasifikasi Kapang Menurut Pelczar & Chan (1986) dan Dwidjoseputro (1998) kapang diklasifikasikan dalam 4 kelas yaitu: 1. Ascomycetes Ascomycetes memiliki ciri-ciri, miseliumnya berseptum, perkembangbiakan secara vegetatif menggunakan konidia, sedangkan secara generatif menggunakan spora yang dibentuk di dalam askus yang disebut askospora. Contohnya: Neurospora, Aspergillus, dan Penicillium. 2. Phycomycetes Phycomycetes mempunyai hifa yang berbentuk pipa yang tidak bersekat, warna misellium putih, jika tua warna misellium coklat kekuning-kuningan, kebanyakan sporangium berwarna kehitaman. Reproduksi pada beberapa genus dengan cara peleburan ujung-ujung hifa multinukleat yang akhirnya menghasilkan Zigospora. Misalnya Saprolegnia, Mucor, Rhizopus, dan Phytophthora. 3. Basidiomycetes Anggota dari kelas basidiomycetes memproduksi spora seksual pada suatu struktur yang disebut basidiospora. Reproduksi Basidiomycetes secara aseksual dengan pertunasan melalui mikrokonidia atau dengan fragmentasi dari hifa yang bersepta (Volk & Wheeler, 1988). Misalnya Agaricus dan Compestris.

4. Deuteromycetes Deuteromycetes merupakan jamur yang belum diketahui cara pembiakan seksualnya sehingga belum dimasukkan ke salah satu kelas yang telah ditentukan. Misalnya Trichophyton, Microsporum, dan Epidermaphuton. 2.2.4 Reproduksi Kapang Sebagian besar misellium kapang tumbuh di dalam atau di atas permukaan medium pertumbuhan dan berfungsi untuk mengambil zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, Misellium ini dinamakan misellium vegetatif. Pada bagian misellium vegetatif akan diproduksi suatu struktur seperti buah yang memproduksi spora-spora seksual dan aseksual yang digunakan untuk memperbanyak keturunan (Pelczar & Chan, 1986; Sutedjo, 1991; Fardiaz, 1992). Spora seksual dan aseksual yang berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk dalam jumlah besar, berukuran kecil dan ringan, serta tahan terhadap keadaan kering. Spora tersebut mudah beterbangan di udara dan tumbuh menjadi misellium pada tempat yang cocok. Sistem reproduksi kapang berdasarkan Kaul (1997) dan Pelczar & Chan (1986) : a. Reproduksi Aseksual Secara aseksual kapang dapat tumbuh dari sepotong miselium atau pertumbuhan dari spora aseksual. Spora aseksual

kapang diproduksi dalam jumlah banyak, memiliki ukuran ± 10 μm, tahan terhadap keadaan kering, dan ringan. Sistem reproduksi aseksual kapang berdasarkan Pelczar & Chan, (1986); Fardiaz, (1992); Waluyo, (2004) dapat menghasilkan spora-spora aseksual yaitu : 1. Konidiospora atau Konidium Konidium yang kecil merupakan sel tunggal (spora), dibentuk di sisi atau ujung hifa. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium, sedangkan yang besar dan bersel banyak disebut makrokonidium. Konidium dibentuk di ujung atau di sisi hifa. Misalnya Penicillum, Aspergillus, Alternaria, dan Neurospora. 2. Sporangiospora atau Sporangium Sporangiospora merupakan spora yang terbentuk di suatu kantung yang disebut sporangium di ujung sporangiospora, merupakan sel tunggal. Di dalam sporangium terdapat protoplasma yang akan berubah menjadi spora. Misalnya Rhizopus dan Mucor. 3. Oidium atau Arthrospora Arthrospora merupakan spora bersel satu yang terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa yang dibentuk di pucuk dari kaki hifa, merupakan sel tunggal. Misalnya Coccidiocdes.

4. Klamidiospora Klamidiospora merupakan sel tunggal, dinding sel tebal sangat resisten terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik atau hifa yang membengkok dan menyimpan makanan. Misalnya Candida. 5. Blastospora Blastospora merupakan tunas atau kuncup dari spora yang dibentuk di pucuk dari sel somatik hifa atau pucuk dari beberapa tipe sel dari spora atau sel-sel khamir. Misalnya Candida 6. Zoospora Zoospora merupakan sel tunggal, sporangiospora yang mempunyai flagela yang dapat bergerak, sedangkan yang tidak mempunyai flagela disebut aplanospora. Misalnya Saprolegina. a. Reproduksi Seksual Kebanyakan spora seksual kapang timbul pada struktur spesifik yang disebut fruiting bodies. Reproduksi seksual kapang berakhir dengan penyatuan dua inti (dua hifa) yang menghasilkan gamet-gamet. Reproduksi seksual dimulai dari spora seksual, dan

kapang yang memiliki spora seksual disebut kapang sempurna (perfect mold). Menurut Pelczar & Chan (1986); Dwidjosapoetro (1998); Waluyo (2004) tipe-tipe spora seksual antara lain : a. Askospora Spora aseksual yang diproduksi oleh ascomycetes disebut askospora, merupakan sel tunggal yang terdapat di dalam suatu askus atau di dalam kantung. Kadang-kadang terbentuk seperti polong-polongan. Misalnya Neurospora. b. Basidiospora Anggota dari kelas basidiomycetes memproduksi spora seksual pada sel yang terbentuk di atas srtuktur berbentuk gada (basidium/ basidiospora). Misalnya Agaricus. c. Zigospora merupakan spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi. Misalnya Rhizopus. d. Oospora merupakan sel yang terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut Oogonium (1-20 atau lebih per Oogonium). Misalnya Saprolegnia.

Spora-spora biasanya disebarkan oleh angin, setiap spora mampu tumbuh menjadi suatu kapang dewasa jika mendapat lingkungan yang cocok. Kadang-kadang kapang memproduksi spora secara seksual dengan gabungan antara dua hifa yang menghasilkan gamet (Sutedjo, 1991). 2.2.5 Deskripsi Fisiologi Kapang Sifat-sifat fisiologi kapang berdasarkan Kaul (1997), Makfoeld (1993), Buckle (1987), Fardiaz (1992), dan Waluyo (2004) sebagai berikut : 1. Kebutuhan air Pada umumnya pertumbuhan kapang dipengaruhi oleh aktivitas air Water activity (aw) minimal untuk pertumbuhan lebih rendah dibandingkan dengan khamir dan bakteri. Aktivitas air yaitu nilai optimum air yang dapat dipergunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Kebanyakan kapang tumbuh pada nilai aw 0,80. 2. Suhu pertumbuhan Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu ruang. Suhu optimum pertumbuhan kebanyakan kapang adalah 25-30 C. Beberapa kapang dapat bersifat psikrofil yaitu dapat tumbuh baik pada suhu rendah dan bersifat termofil yaitu dapat tumbuh baik pada suhu tinggi, misalnya Aspergillus.

3. Kebutuhan Oksigen dan ph (Derajat Keasaman) Semua kapang bersifat aerobik, yaitu membutuhkan oksigen (O 2 ) untuk pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat tumbuh pada kisaran ph yang luas, yaitu ph 2 sampai 9, tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau ph rendah yaitu sekitar 5 sampai 6,5. 4. Nutrisi Kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik, misalnya amilase, pektinase, proteinase, dan lipase. Oleh karena itu, kapang dapat tumbuh pada makanan yang mengandung pati, pectin, protein, atau lipid. 5. Komponen penghambat Beberapa kapang mengeluarkan komponen yang dapat menghambat organisme lainnya. Komponen ini disebut antibiotik, misalnya penisilin yang dihasilkan oleh Penicillium chrysogenum dan clavasin yang diproduksi oleh Aspergillus clavatus. Beberapa komponen yang lain bersifat fungistatik atau mikostatik yaitu menghambat pertumbuhan kapang, seperti asam sorbat, propionat, dan asetat. Komponen tersebut juga bisa membunuh kapang.

2.3 Isolasi dan Identifikasi kapang 2.3.1 Isolasi kapang Isolasi kapang dapat dilakukan dengan metode direct isolation dan dilution metods. Direct isolation yaitu dengan meletakkan sampel pada permukaan medium uji, sedangkan dilution metods dilakukan dengan membuat sampel menjadi suspensi dalam air steril (Raper & Fennel, 1965; Samson dkk, 1995). 2.3.2 Identifikasi kapang Pengamatan ciri makroskopis dan mikroskopis kapang, kemudian dibandingkan dengan buku kunci identifikasi dari (Raper & Fennel (1965) dan Samson, dkk (1995). Ciri-ciri makroskopisnya meliputi struktur morfologi dan struktur reproduksi yaitu hifa (bersekat atau tidak bersekat), alat reproduksi (aseksual atau seksual meliputi permukaan spora, jenis spora, dan bentuk spora), bentuk dan ukuran alat pendukung spora (sterigmata, kolumela, dan vesikel) dan ukuran (diameter), panjang dan permukaan alat-alat tempat dihasilkannya spora. Ciri-ciri mikroskopis meliputi warna koloni, diameter koloni, daerah pertumbuhan miselium (growing zone), tekstur koloni, daerah lingkaran konsentrasi (zonation), ada tidaknya sklerotia dan celah radial koloni (radial furraw).