BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN ARUS PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT NOAA DAN METODE MAXIMUM CROSS CORRELATION

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam studi ini meliputi :

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Diagram TS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK DAN VARIABILITAS BULANAN ANGIN PERMUKAAN DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. INFORMASI METEOROLOGI

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

Gambar 1. Pola sirkulasi arus global. (

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

DI PERAIRAN SELAT BALI

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

DI PERAIRAN SELAT BALI

Evaluasi Pengukuran Angin dan Arus Laut Pada Data Sentinel-1, Data Bmkg, dan Data In-Situ (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

METEOROLOGI LAUT. Sirkulasi Umum Atmosfer dan Angin. M. Arif Zainul Fuad

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

PEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

Musim Hujan. Musim Kemarau

KAJIAN DINAMIKA SUHU PERMUKAAN LAUT GLOBAL MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH MICROWAVE

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

EVALUASI PENGUKURAN ANGIN DAN ARUS LAUT PADA DATA SENTINEL-1, DATA BMKG, DAN DATA IN-SITU (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

Pelatihan-osn.com C. Siklus Wilson D. Palung samudera C. Campuran B. Salinitas air laut C. Rendah C. Menerima banyak cahaya matahari A.

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

DEPRESI DAN SIKLON PENGARUHI CUACA INDONESIA

BADAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP CUACA BURUK DI INDONESIA. Drs. Achmad Zakir, AhMG Mia Khusnul Khotimah, AhMG

Hubungan Upwelling dengan Jumlah Tangkapan Ikan Cakalang Pada Musim Timur Di Perairan Tamperan, Pacitan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pola Angin Musiman di Perairan Malang Selatan, Jawa Timur

Studi Analisa Pergerakan Arus Laut Permukaan Dengan Menggunakan Data Satelit Altimetri Jason-2 Periode (Studi Kasus : Perairan Indonesia)

KAJIAN KEDALAMAN MIXED LAYER DAN TERMOKLIN KAITANNYA DENGAN MONSUN DI PERAIRAN SELATAN PULAU JAWA

KONDISI OSEANOGRAFI DI SELAT SUNDA DAN SELATAN JAWA BARAT PADA MONSUN BARAT 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

Tahun Pasifik Barat Hindia Selatan Teluk Benggala Total

Angin Meridional. Analisis Spektrum

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai ARUS LAUT. Oleh. Nama : NIM :

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

V. HASIL. clan di mulut utara Selat Bali berkisar

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

POKOK BAHASAN : ANGIN

Arah Dan Kecepatan Angin Musiman Serta Kaitannya Dengan Sebaran Suhu Permukaan Laut Di Selatan Pangandaran Jawa Barat

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daerah Kajian Daerah yang akan dikaji dalam penelitian adalah perairan Jawa bagian selatan yang ditetapkan berada di antara 6,5º 12º LS dan 102º 114,5º BT, seperti dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Daerah Studi (di dalam kotak merah) Perairan selatan Jawa memiliki batas-batas sebagai berikut : Di sebelah utara berbatasan dengan Pulau Jawa Di sebelah selatan, timur, dan barat berada di Samudera Hindia Perairan tersebut berbatasan langsung dengan daratan, sehingga daerah perairan yang berada dekat dengan pesisir selatan Pulau Jawa mendapat pengaruh yang cukup signifikan dari berbagai aktivitas yang dilakukan di pesisir. Namun demikian, yang paling mempengaruhi perairan selatan Jawa adalah keberadaan 4 1

Samudera Hindia. Terdapat beberapa sirkulasi arus yang bersifat global yang berada di sekitar perairan tersebut. Salah satunya adalah South Equatorial Current (SEC) yang terutama dipengaruhi oleh angin pasat tenggara. Arus ini arahnya cenderung selalu menuju ke barat. Sumber suplai massa air SEC didominasi oleh massa air dari perairan selatan, seperti Laut Timor dan perairan sebelah barat laut Australia. Selain itu, pola arus lain adalah South Java Current (SJC) yang bergerak sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dengan kecepatan ratarata sebesar 0,3 0,6 m/s pada musim monsun barat dan timur dan kecepatannya mencapai dua sampai tiga kali lebih besar dibandingkan pada saat musim transisi (Tomczack, 2002). Siklus aliran musiman dari SJC dipengaruhi oleh perubahan angin monsun dan variasi fluks air tawar dari daratan (Quadfasel, 2002). Keberadaan monsun juga menyebabkan suatu sirkulasi musiman yang khas dari arus permukaan di perairan selatan Jawa yang masih terletak dekat dengan pantai. Pada musim monsun barat, maka pola arus bergerak dari barat ke timur, sedangkan saaat musim monsun timur cenderung bergerak dari timur ke barat (Wyrtki, 1961) Karakteristik lain dari perairan selatan Jawa adalah terjadinya fenomena upwelling secara musiman yang biasanya terjadi saat musim monsun timur, sekitar bulan Juni sampai Oktober. Angin sejajar pantai yang bertiup dari Benua Australia menyebabkan pergerakan massa air ke arah lepas pantai di sepanjang perairan selatan Jawa. 4 2

4.2 Hasil dan Pembahasan Tabel 4.1 Tabel Kecepatan, Arah, dan Error Arus Permukaan TOPEX dan NOAA (Arus dengan Metode MCC) Bulan Tanggal Waktu TOPEX NOAA R_Error (%) Δt Av_arah ( ) Av_kec (cm/s) Av_arah ( ) Av_kec (cm/s) Arah Kec (jam) Januari 23, 24 17:27-09:04 202.955 27.106 181.89 22.817 10.379 15.823 15.7 Februari 1, 2 09:02-08:48 216.646 17.926 167.138 15.978 22.852 10.867 23.8 April 12 08:58 14:48 188.671 34.152 162.153 46.33 14.055 35.658 5.8 Mei 1 08:14 17:07 173.067 32.043 113.359 30.936 34.521 3.455 8.9 Juni 7 08:37-16:54 135.347 31.405 165.882 40.658 22.561 29.463 8.3 Juli 5 09:17-17:03 116.251 35.940 153.214 42.132 31.796 17.230 7.8 September 27 09:34-17:29 136.608 43.461 164.528 40.219 20.438 7.460 7.9 Oktober 9 08:39-15:06 151.611 47.616 181.339 55.237 19.608 16.005 6.5 November 1 08:43-16:24 181.450 33.115 156.231 44.012 13.898 32.905 7.7 Keterangan : Av_arah = rata-rata arah arus Av_kec = rata-rata kecepatan arus 4.2.1 Arus Permukaan dengan Metode MCC Pada Saat Monsun Barat Untuk musim barat, penentuan arus permukaan dengan MCC diperoleh dari data bulan Januari dan Februari. Penentuan arus dengan MCC untuk awal musim barat, yaitu Desember tidak dapat dilakukan karena keterbatasan data dan adanya gangguan tutupan awan pada daerah kajian. 4 3

4.2.1.1 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan Januari Pada bulan Januari, didapatkan satu data arus permukaan MCC yang memiliki periode waktu 23 Januari 2006 pukul 17:27 sampai dengan 24 Januari 2006 pukul 09:04. Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar 15,823 % dan 10,379 %. Hasil layout arus permukaan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada gambar berikut ini. (a) (b) Gambar 4.2 (a) Arus Permukaan MCC 23 Januari 2006; 17:27 sampai 24 Januari 2006: 09:04 dan (b) Arus TOPEX 24 Januari 2006 4 4

Gambar 4.3 Pola Angin Permukaan 24 Januari 2006 di Daerah Studi Gambar 4.4 Pola Angin Permukaan 23 Januari 2006 (Daerah Studi di dalam Kotak Merah) 4 5

Gambar 4.5 Pola Angin Permukaan 24 Januari 2006 (Daerah Studi di dalam Kotak Merah) Pola arus permukaan dengan MCC (Gambar 4.2 (a)) menunjukkan pola yang relatif sama dengan arus dari TOPEX (Gambar 4.2 (b)) dengan kecenderungan arah menuju barat daya pada daerah kajian dengan lintang kurang dari 11 LS. Hal tersebut diperkirakan disebabkan oleh pola angin permukaan pada sekitar tanggal pengamatan (Gambar 4.3-4.5 dan Gambar L.1 di lampiran) yang cenderung bertiup ke arah barat, baik di daerah kajian maupun di sepanjang perairan selatan Pulau Jawa. Hal tersebut menjelaskan pergerakan arus yang menuju ke barat meskipun pada bulan Januari seharusnya sedang terjadi monsun barat (yang dapat menimbulkan gerakan arus dari barat ke timur). Namun demikian, pada lintang yang lebih besar dari 11 LS terlihat pada arus dengan MCC bahwa terdapat pola arus yang cenderung mengarah ke tenggara. Pola angin di bagian utara daerah kajian cenderung mengarah ke barat, sehingga arus permukaan oleh gaya Coriolis akan mengalami pembelokan ke barat daya, namun demikian semakin tinggi lintang maka pengaruh Coriolis makin besar sehingga pola angin di selatan daerah kajian yang mengarah ke barat daya (Gambar 4.3) menyebabkan pergerakan arus ke arah selatan dan tenggara. Kecepatan angin di 4 6

wilayah timur laut pengamatan tampak lebih besar dibandingkan daerah lain dengan rata-rata kecepatan arus hasil MCC sekitar 40 cm/s akibat efek angin permukaan pada daerah tersebut yang memiliki kecepatan lebih besar dibandingkan daerah lainnya, yaitu sekitar 8,5 m/s (Gambar 4.3). 4.2.1.2 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan Februari Pada bulan Februari, didapatkan satu data arus permukaan hasil MCC yang memiliki periode waktu 1 Februari 2006 pukul 09:02 sampai dengan 2 Februari 2006 pukul 08:48. Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar 10,867 % dan 22,852 %. Hasil layout arus permukaan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.6. (a) (b) Gambar 4.6 (a) Arus Permukaan Hasil MCC 1 Februari 2006; 09:02 sampai 2 Februari 2006: 08:48 dan (b) Arus TOPEX 1 Februari 2006 4 7

Gambar 4.7 Pola Angin Permukaan 1 Februari 2006 di Daerah Studi Gambar 4.8 Pola Angin Permukaan 1 Februari 2006 4 8

Gambar 4.9 Pola Angin Permukaan 2 Februari 2006 Pola arus hasil MCC (Gambar 4.6 (a)) secara keseluruhan menunjukkan pola yang sama dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.6 (b)) dengan arah cenderung menuju ke barat dan barat daya kecuali untuk di bagian selatan daerah kajian yang pola arusnya mengarah ke selatan dan tenggara. Kecenderungan pola arus ke arah barat diperkirakan disebabkan oleh kondisi angin permukaan yang pada saat itu dominan bertiup ke arah barat dan barat daya (Gambar 4.7). Bulan Februari adalah musim monsun barat, namun demikian angin lokal pada waktu pengamatan bertiup dari arah timur ke barat (Gambar 4.8-4.9). Hal tersebut menyebabkan terjadinya pergerakan arus ke barat dan barat daya yang disebabkan oleh gaya Coriolis. Sedangkan di bagian selatan daerah kajian terdapat pergerakan arus ke selatan dan tenggara karena pola angin di bagian tersebut cenderung bergerak ke barat daya (Gambar 4.7), sehingga gaya Coriolis membelokkan arus ke tenggara. 4 9

4.2.2 Arus Permukaan Hasil MCC Pada Saat Monsun Peralihan Barat-Timur Hasil pengolahan data pada musim ini menghasilkan arus permukaan dengan metode MCC yang diwakili oleh data pada bulan April dan Mei. 4.2.2.1 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan April Pada bulan April, didapatkan satu data arus permukaan hasil MCC yang memiliki periode waktu 12 April 2006 pukul 08:58 sampai dengan pukul 14:48. Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar 35,658 % dan 14,055 %. Hasil layout arus permukaan hasil MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.10. Gambar 4.10 (a) Arus Permukaan Hasil MCC 12 April 2006; 08:58 14:48 dan (b) Arus TOPEX 12 April 2006 4 10

Gambar 4.11 Pola Angin Permukaan 11 April 2006 Gambar 4.12 Pola Angin Permukaan 12 April 2006 4 11

Gambar 4.13 Arus Permukaan Rata-rata Bulan Januari (1959-2002) (Sumber: Putri, 2005) Pola arus permukaan dengan MCC (Gambar 4.10 (a)) relatif sama dengan pola arus dari TOPEX (Gambar 4.10 (b)) di mana di bagian utara daerah kajian terdapat pergerakan arus ke barat daya sedangkan di bagian selatan daerah kajian mengarah ke selatan dan tenggara. Pola arus dengan MCC di bagian utara sesuai dengan pola arus hasil model Putri (2005) pada Gambar 4.13 di mana terdapat pergerakan arus ke arah barat dan barat daya yang diperkirakan merupakan efek dari pola arus regional. Sedangkan di selatan pola arus permukaan cenderung dipengaruhi oleh pola angin permukaan lokal di mana pada hari yang sama bertiup ke arah tenggara. 4.2.2.2 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan Mei Pada bulan Mei, didapatkan satu data arus permukaan hasil MCC yang memiliki periode waktu 1 Mei 2006 pukul 08:14 sampai dengan pukul 17:07. Error dari 4 12

rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar 3,455 % dan 34,522 %. Hasil layout arus permukaan dengan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.14. Gambar 4.14 (a) Arus Permukaan Hasil MCC 1 Mei 2006; 08:14 17:07 dan (b) Arus TOPEX 1 Mei 2006 Gambar 4.15 Pola Angin Permukaan 30 April 2006 4 13

Gambar 4.16 Pola Angin Permukaan 1 Mei 2006 Hasil arus dengan MCC (Gambar 4.14 (a)) menghasilkan error cukup besar terhadap arus dari TOPEX (Gambar 4.14 (b)) untuk rata-rata arah yakni sekitar 34 % di mana arah dari arus TOPEX cenderung ke selatan sedangkan pola arus hasil MCC cenderung ke timur dan tenggara. Pola arus hasil MCC tersebut secara keseluruhan didukung oleh pola angin permukaan yang bertiup ke tenggara di daerah kajian dan sepanjang perairan selatan Pulau Jawa selama rentang waktu studi (Gambar 4.15-4.16) 4.2.3 Arus Permukaan Hasil MCC Pada Saat Monsun Timur Hasil pengolahan data pada musim ini menghasilkan arus permukaan dengan metode MCC yang diwakili oleh bulan Juni dan Juli. 4 14

4.2.3.1 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan Juni Pada bulan Juni, didapatkan satu data arus permukaan hasil MCC yang memiliki periode waktu 7 Juni 2006 pukul 08:37 sampai dengan pukul 16:54. Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar 29,463 % dan 22,561 %. Hasil layout arus permukaan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.17. (a) (b) Gambar 4.17 (a) Arus Permukaan Hasil MCC 7 Juni 2006; 08:37 16:54 dan (b) Arus TOPEX 7 Juni 2006 4 15

Gambar 4.18 Pola Angin Permukaan 7 Juni 2006 di Daerah Studi Gambar 4.19 Pola Angin Permukaan 7 Juni 2006 4 16

Gambar 4.20 Arus Permukaan Rata-rata Bulan Juni (1959-2002) (Sumber: Putri, 2005) Pola arus permukaan dengan MCC (Gambar 4.17 (a)) pada umumnya sama dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.17 (b)) di mana untuk daerah kajian dengan lintang lebih besar dari 9 LS arahnya cenderung ke timur. Kecenderungan tersebut bertentangan dengan pola umum, di mana biasanya arus permukaan akan mengikuti arah angin monsun tenggara saat bulan Juni. Namun jika kita melihat pola angin permukaan di daerah studi dan sepanjang perairan selatan Pulau Jawa pada tanggal 6 dan 7 Juni 2006 (Gambar L.2 di lampiran, Gambar 4.18-4.19), dapat diketahui bahwa perbedaan dengan pola arus umum tersebut beralasan karena kondisi angin lokal pada saat itu bertiup cenderung ke tenggara dengan kecepatan yang relatif cukup besar, yaitu sekitar 12 m/detik. Angin tersebut menyebabkan terjadinya pergerakan arus yang dibelokkan ke timur dan timur laut oleh gaya Coriolis. Sedangkan arus permukaan dengan MCC untuk daerah kajian yang terletak di lintang kurang dari 9 LS atau yang lebih dekat dengan daratan 4 17

memiliki pola arus ke barat yang diperkirakan merupakan South Java Current (SJC) di mana SJC tersebut memiliki pola yang cenderung mengikuti pergantian monsun dan hal ini sesuai dengan hasil model Putri (2005) pada Gambar 4.20, sehingga disinyalir bahwa di daerah tersebut pola arus lebih didominasi oleh pengaruh pola arus regional. Kecepatan angin pada daerah tersebut lebih kecil (rata-rata sekitar 7,5 m/detik) dibandingkan dengan kecepatan angin di bagian selatan daerah kajian yang menyebabkan pengaruh SJC di bagian utara lebih besar dibandingkan dengan pengaruh angin permukaan. 4.2.3.2 Pola Arus Permukaan MCC Bulan Juli Pada bulan Juli, didapatkan satu data arus permukaan dengan MCC yang memiliki periode waktu 5 Juli 2006 pukul 09:17 sampai dengan pukul 17:03. Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masingmasing sebesar 17,230 % dan 31,796 %. Hasil layout arus permukaan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.21. (a) (b) Gambar 4.21 (a) Arus Permukaan MCC 5 Juli 2006; 09:17 17:03 dan (b) Arus TOPEX 5 Juli 2006 4 18

Gambar 4.22 Pola Angin Permukaan 5 Juli 2006 di Daerah Studi Gambar 4.23 Pola Angin Permukaan 5 Juli 2006 4 19

Gambar 4.24 Arus Permukaan Rata-rata Bulan Juli (1959-2002) (Sumber: Putri, 2005) Pola arus permukaan MCC pada tanggal 5 Juli 2006 (Gambar 4.21 (a)) relatif sama dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.21 (b)) dengan arah cenderung menuju timur dan timur laut pada lintang yang lebih besar dari 8 LS. Hal itu disebabkan oleh kondisi angin permukaan lokal pada saat sekitar waktu pengamatan (Gambar 4.22-4.23, dan Gambar L.3 di lampiran) cenderung bertiup ke arah tenggara baik di daerah kajian maupun di sepanjang perairan selatan Pulau Jawa. Angin permukaan akan menyebabkan pergerakan arus yang mengarah ke timur dan timur laut akibat pembelokan oleh gaya Coriolis. Pengaruh SJC terlihat pada bagian utara daerah kajian yang dekat dengan garis pantai di mana terdapat gerakan rotasi menuju ke arah barat. Pada lintang yang lebih rendah, terdapat kesamaan pola arus hasil olahan dengan pola arus dari Putri (2005), (Gambar 4.24), di mana di bagian barat laut terdapat pergerakan arus ke arah selatan kemudian di timur laut pada hasil pengolahan dengan MCC terlihat gerakan rotasi ke arah garis pantai yang pada model Putri (2005) tidak dapat terlihat yang 4 20

mungkin disebabkan oleh ketelitian atau resolusi model yang lebih besar dibandingkan dengan resolusi arus hasil MCC. 4.2.4 Arus Permukaan MCC Pada Saat Transisi Monsun Timur-Barat Pola arus permukaan MCC untuk monsun transisi ini diwakili oleh hasil pengolahani bulan September, Oktober, dan November. 4.2.4.1 Pola Arus Permukaan MCC Bulan September Pada bulan September, didapatkan satu data arus permukaan dengan metode MCC yang memiliki periode waktu 27 September 2006 pukul 09:34 sampai dengan pukul 17:29. Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar 7,460 % dan 20,438 %. Hasil layout arus permukaan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.25. (a) (b) Gambar 4.25 (a) Arus Permukaan MCC 27 September 2006; 09:34 17:29 dan (b) Arus TOPEX 27 September 2006 4 21

(a) (b) Gambar 4.26 (a) Pola Angin Permukaan 27 September 2006 dan (b) Pola Angin Permukaan 28 September 2006 di Daerah Studi Gambar 4.27 Pola Angin Permukaan 27 September 2006 4 22

Gambar 4.28 Pola Angin Permukaan 28 September 2006 Pola arus permukaan dengan MCC (Gambar 4.25 (a)) memiliki pola yang relatif sama dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.25 (b)) dengan arah dominan menuju timur dan tenggara pada lintang lebih besar dari 10 LS. Hal tersebut didominasi oleh pengaruh angin permukaan yang cenderung mengarah ke tenggara di daerah kajian (Gambar 4.26 (a) dan (b)) maupun di sepanjang perairan selatan Pulau Jawa (Gambar 4.27-4.28 dan Gambar L.4 di lampiran). Tiupan angin ke tenggara membangkitkan pergerakan arus ke tenggara dan timur yang dipengaruhi oleh gaya Coriolis. 4.2.4.2 Pola Arus Permukaan MCC Bulan Oktober Pola arus permukaan MCC bulan Oktober diwakili oleh arus MCC yang memiliki periode 9 Oktober 2006 pukul 08:39 sampai dengan pukul 15:06. Error dari ratarata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar 16,005 % dan 19,608 %. Hasil layout arus permukaan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.29. 4 23

(a) (b) Gambar 4.29 (a) Arus Permukaan MCC 9 Oktober 2006; 08:39 15:06 dan (b) Arus TOPEX 9 Oktober 2006 Gambar 4.30 Pola Angin Permukaan 9 Oktober 2006 di Daerah Studi 4 24

Gambar 4.31 Pola Angin Permukaan 8 Oktober 2006 Gambar 4.32 Pola Angin Permukaan 9 Oktober 2006 4 25

Gambar 4.33 Arus Permukaan Rata-rata Bulan Oktober (1959-2002) (Sumber: Putri, 2005) Pola arus permukaan MCC (Gambar 4.29 (a)) relatif sesuai dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.29 (b)) yang dominan bergerak ke arah timur untuk daerah kajian dengan lintang di atas 10 LS sedangkan pada daerah di bawah lintang tersebut pola arus cenderung menuju barat. Pola arus pada lintang yang lebih tinggi dipengaruhi oleh pola angin permukaan (Gambar 4.30) yang bergerak menuju arah timur dan tenggara dan akibat gaya Coriolis membangkitkan gerakan arus ke timur. Namun di bagian lintang rendah terdapat kecenderungan pola arus ke arah barat yang sesuai dengan model Putri (2005) seperti ditunjukkan pada Gambar 4.33, sehingga disinyalir pada daerah ini pola arus lebih didominasi oleh pengaruh pola arus regional. Kecepatan arus MCC juga terlihat dipengaruhi oleh angin permukaan, di mana untuk daerah kajian di bagian selatan (lintang lebih besar dari 11 LS) memiliki rata-rata kecepatan yang lebih kecil (sekitar 25 cm/s) karena rata-rata kecepatan angin juga relatif kecil (1,5 m/s) dibandingkan dengan 4 26

daerah kajian di bagian utara (lintang kurang dari 11 LS), dengan rata-rata kecepatan arus sekitar 50 cm/s dan rata-rata kecepatan angin sekitar 4 m/s. 4.2.4.3 Pola Arus Permukaan MCC Bulan November Pada bulan ini, pola arus MCC diwakili oleh pola arus permukaan MCC periode 1 November 2006 pukul 08:43 sampai dengan pukul 16:24 yang terletak di antara 7,05-9,75 LS dan 110,6-113,3 B. Hasil layout arus permukaan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.34. Gambar 4.34 (a) Arus Permukaan MCC 1 November 2006; 08:43 16:24 dan (b) Arus TOPEX 1 November 2006 4 27

Gambar 4.35 Pola Angin Permukaan 1 November 2006 di Daerah Studi Terlihat bahwa pola arus hasil MCC (Gambar 4.34 (a)) relatif sama dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.34 (b)) di mana error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar 32,905 % dan 13,898 %. Arus MCC di daerah kajian yang berada pada lintang yang lebih besar dari 8,5 LS arahnya cenderung ke timur, sedangkan untuk lintang yang lebih kecil dari 8,5 LS memiliki pola yang mengarah ke barat. Untuk daerah kajian bagian selatan diperkirakan dipengaruhi oleh pola angin permukaan yang terletak pada lintang yang sama (Gambar 4.35) memiliki pola arah ke timur disertai pembelokan ke arah timur laut di bagian timur yang menyebabkan arah arus MCC membelok ke timur laut menuju utara akibat gaya Coriolis. Sedangkan pola arus MCC di bagian utara daerah kajian mengarah ke barat yang diakibatkan oleh pergerakan angin permukaan yang makin mengarah ke utara (Gambar L.6 di lampiran) yang menggerakkan arus ke barat. 4 28

4.2.5 Hasil Penentuan Arus dengan Metode MCC Pada Daerah Upwelling dan Daerah Dekat Pantai Hasil penentuan arus dengan MCC pada bulan Juni (Gambar 4.17 (a)) memperlihatkan adanya pergerakan ke barat di daerah dekat pantai yang disinyalir sebagai SJC dan memperlihatkan bahwa metode MCC ini memungkinkan untuk digunakan dalam penentuan arus permukaan di perairan dekat pantai. Namun demikian, rata-rata kesalahan arus hasil MCC pada bulan Juni dan Juli relatif besar (Tabel 4.1) jika dibandingkan dengan bulan lainnya yang mungkin disebabkan oleh adanya upwelling. Upwelling di perairan selatan Pulau Jawa mulai terbentuk pada saat musim timur dimulai, yaitu sekitar bulan Juni. Dimana pada saat itu bertiup angin monsun timur sepanjang pantai yang menyebabkan transpor Ekman ke arah lepas pantai. Adanya peristiwa tersebut membuat pergerakan vertikal massa air lebih dominan dibandingkan adveksi horisontal permukaan yang menjadi asumsi dasar bagi penggunaan metode MCC, sehingga arus hasil MCC menghasilkan vektor arus permukaan yang tidak begitu baik. 4.2.6 Kelebihan dan Kekurangan dari Penggunaan Metode MCC dengan Citra Satelit NOAA dalam Penentuan Arus Permukaan Penentuan arus permukaan dengan menggunakan data citra satelit NOAA dan metode MCC ini menghasilkan suatu gambaran tentang arus permukaan yang memiliki resolusi yang lebih detail dibandingkan dengan data arus TOPEX. Resolusi yang dihasilkan mengikuti resolusi NOAA, yaitu 1,1 km seperti dapat dilihat pada Gambar 4.36 (perbandingan resolusi arus permukaan hasil TOPEX dan NOAA sebesar 27,75 : 1,1 km). Hal itu menyebabkan metode MCC ini dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan arus yang sifatnya lokal. 4 29

Gambar 4.36 Perbandingan Resolusi Antara Arus dari TOPEX (Vektor Warna Merah) dengan Arus Hasil MCC (Vektor Warna Hitam) Namun demikian, pada studi ini masih terdapat daerah kosong (blank) yang disebabkan oleh adanya gangguan berupa tutupan awan yang merupakan kelemahan sensor termal satelit NOAA. Pada citra satelit NOAA, tampakan suhu permukaan laut tidak akan terdeteksi bila terdapat tutupan awan, sehingga piksel kosong tersebut tidak dapat diolah lebih lanjut dalam penentuan arus permukaan. Selain itu, faktor tutupan awan juga mempengaruhi luasan daerah kajian yang dapat tercakup dalam satu hari pengamatan arus karena kita hanya bisa mengolah daerah yang relatif bersih dari awan. Hal tersebut pada akhirnya berpengaruh terhadap jumlah atau banyaknya data yang dapat diproses dan dalam studi ini hal tersebut mengakibatkan arus hasil MCC belum dapat dianalisis lebih lanjut untuk menentukan variasi pola arus umum dan untuk melengkapi atau memperdetail arus dari TOPEX seperti yang dilakukan pada penelitian Emery, et al., (2000), tetapi telah dapat melihat pola arus permukaan harian yang dibandingkan dengan arus TOPEX dengan melihat pengaruh angin permukaan lokal. 4 30