IV METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI SEMANGKA (Citrullus Vulgaris, Scard) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU. By :

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB III METODEPENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cigedug merupakan salah satu sentra produksi kentang yang mengalami peningkatan luas lahan kentang terbesar sebesar 16,62 persen dari tahun 2007 2011 di Kabupaten Garut (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut 2012). Desa Cigedug merupakan desa terbesar yang memproduksi kentang di Kecamatan Cigedug pada tahun 2011 (BP3K Kecamatan Cigedug 2012). Pengambilan data dilakukan pada 7 Mei sampai dengan 31 Mei 2012. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), pencatatan, wawancara langsung dengan petani kentang varietas Granola (noncontract farming) dan varietas Atlantic (contract farming), vendor (ketua kelompok tani) PT Indofood Fritolay Makmur, pengawas kegiatan usahatani (agrofield) kentang varietas Atlantic PT Indofood Fritolay Makmur, dan pihak penyuluh pertanian lapang (PPL) untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang dilakukan oleh para petani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic. Data primer yang diperoleh meliputi data karakteristik petani dan data usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic. Data karakteristik petani yang digunakan meliputi nama, usia, alamat, pendidikan, pengalaman usahatani, status kepemilikan lahan, dan gambaran umum usahatani. Gambaran umum kegiatan usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic dilihat dari berbagai tahap kegiatan budidaya dalam memproduksi kentang varietas Granola dan varietas Atlantic, jumlah penggunaan benih, penggunaan pupuk baik organik (kandang) maupun anorganik (kimia), penggunaan tenaga kerja, dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani kentang per musim tanam.

Data sekunder digunakan dalam mendukung dan mempertajam analisis yang dikumpulkan dari instansi dan dinas terkait, seperti Badan Pusat Stastistik Kabupaten Garut, Direktorat Jendral Hortikultura, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, Lembaga Sumber Informasi IPB, penelitian terdahulu, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini. 4.3. Jumlah Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani kentang varietas Granola dan 30 petani varietas Atlantic karena jumlah sampel tersebut dianggap dapat menggambarkan kondisi usahatani kentang varietas Granola dan Atlantic di Desa Cigedug. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampel tidak acak (nonrandom sampling), yaitu teknik snowball sampling dikarenakan keterbatasan kondisi lapang yang belum terdapat data petani yang menanam kentang varietas Granola dan varietas Atlantic di Desa Cigedug. Penulis dibantu oleh pembimbing lapang yang mengetahui kondisi masyarakat Desa Cigedug untuk memilih responden yang menanam kentang varietas Granola dan Atlantic. Kemudian, responden tersebut menunjukkan responden lain yang menanam kentang varietas Granola ataupun Atlantic. Pemilihan responden tersebut merupakan pihak yang dianggap paling baik dalam memberikan informasi dan dapat menjelaskan mengenai usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic. Pengumpulan data primer, peneliti menggunakan metode observasi (pengamatan langsung), metode kuesioner (angket) yang diisi langsung oleh peneliti dengan hasil yang diperoleh dari proses wawancara dengan pihak responden, dan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi lain yang dibutuhkan di luar pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Pengamatan langsung dilakukan dengan turun lapang beberapa kegiatan dalam budidaya kentang varietas Granola dan varietas Atlantic di lokasi penelitian. Pengumpulan data sekunder, peneliti berkunjung langsung ke dinas atau instansi tekait, seperti Badan Pusat Statistik, BP3K Kecamatan Cigedug, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut yang kemudian melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. 35

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif untuk melihat keragaan dan gambaran usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic di daerah penelitian dan untuk mendukung data kuantitatif. Sementara itu, analisis data secara kuantitatif antara lain analisis pendapatan usahatani, R/C rasio untuk membandingkan efisiensi pendapatan kedua varietas tersebut, dan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kentang. Data yang dianalisis secara kuantitatif akan diolah dengan bantuan software Microsoft Office Excel 2007 dan MINITAB 14. 4.4.1. Analisis Pendapatan Usahatani Hernanto (1989) menjelaskan bahwa pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan atas biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan. Secara matematis, perhitungan penerimaan total, biaya, dan pendapatan menurut Soekartawi (1995) dirumuskan sebagai berikut : TR = P y. Y TC = FC + VC Pd = TR - TC dimana : TR P y Y TC FC VC Pd = Total penerimaan usahatani (Rp) = Harga output (Rp) = Jumlah output (kg) = Total biaya usahatani (Rp) = Total biaya tetap (Rp) = Total biaya variabel (Rp) = Pendapatan (Rp) Kriteria yang digunakan adalah: TR > TC, maka usaha untung TR = TC, maka usaha impas TR < TC, maka usaha rugi 36

Analisis R/C rasio merupakan alat analisis dalam usahatani yang berfungsi untuk mengukur efisiensi dari kegiatan usahatani yang dilaksanakan dengan membandingkan nilai output terhadap nilai inputnya atau dengan kata lain membandingkan penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahataninya. Adapun rumus R/C rasio atas biaya tunai menurut Soekartawi (1995) adalah sebagai berikut: R Penerimaan Tunai atas Biaya Tunai = C Biaya Tunai Sedangkan rumus R/C rasio atas biaya total adalah sebagai berikut: R Total Penerimaan atas Biaya Total = C Total Biaya Analisis R/C rasio dilakukan untuk mengetahui besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu kegiatan usahatani. Jika rasio R/C bernilai lebih dari satu (R/C > 1), maka usahatani layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika rasio R/C bernilai kurang dari satu (R/C < 1), maka usahatani tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Namun, apabila rasio R/C sama dengan satu (R/C = 1), maka usahatani tersebut impas, tidak memberikan keuntungan maupun kerugian. Tabel 4. Ringkasan Perhitungan Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani A Penerimaan tunai Harga x hasil panen yang dijual (kg) B Penerimaan yang Harga x hasil panen yang dikonsumsi atau dihitungkan dijadikan benih (kg) C Total penerimaan A + B a. Biaya sarana produksi: - Benih, pupuk kandang, pupuk kimia, D Biaya tunai obat-obatan b. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) c. Pajak d. Sewa lahan E Biaya diperhitungkan a. Benih b. Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) c. Lahan milik sendiri d. Penyusutan peralatan F Total biaya D + E G Pendapatan atas biaya tunai A D H Pendapatan atas biaya total C F I R/C atas biaya tunai A/D J R/C atas biaya total C/F 37

Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai dan disumsikan tidak laku apabila dijual. Metode yang digunakan adalah metode garis lurus (straight line method). Metode garis lurus menggunakan dasar pemikiran bahwa benda yang dipergunakan dalam usahatani menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya. Secara matematis penyusutan tersebut dirumuskan menurut Suratiyah (2006) sebagai berikut: Penyusutan per tahun = Cost Nilai sisa Umur ekonomis 4.4.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kentang Soekartawi (2005) menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output). Variabel Y digambarkan sebagai hasil produksi dan variabel X i adalah faktor produksi i, maka besarnya Y dipengaruhi oleh besarnya X 1, X 2, X 3,..., X m yang digunakan pada fungsi tersebut. Hubungan faktor produksi dan produksi tersebut mengikuti kaidah tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns) untuk semua variabel X, dimana tiap tambahan unit faktor produksi akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan faktor produksi tersebut (Soekartawi 1986). Oleh karena itu, model fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb- Douglas. Faktor produksi Cobb-Douglas harus memenuhi beberapa persyaratan (Soekartawi 1990), diantaranya: 1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab nilai logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui. 2) Memerlukan asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Hal ini menggambarkan jika fungsi Cobb-Douglas yang akan dipakai dalam suatu bentuk persamaan dan bila diperlukan analisa yang mempunyai lebih dari satu model, maka model tersebut terlertak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis model tersebut. 3) Perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada faktor kesalahan (u) Pengidentifikasin variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam proses produktivitas kentang. Faktor- 38

faktor yang dipakai dalam penelitian ini antara lain jumlah benih, dummy varietas, pupuk kandang, unsur Nitrogen, unsur Fosfat, unsur Kalium, fungisida, insektisida, perekat, dan tenaga kerja yang dihitung per hektar. Pendugaan faktor tersebut berdasarkan pada penggunaan input yang sering digunakan dalam usahatani kentang di lokasi penelitian. Di samping itu, penentuan variabel dapat dilihat pada hasil penelitian terdahulu, seperti pada penelitian Andarwati (2011) yang menggunakan variabel faktor produksi kentang antara lain benih, pupuk organik, unsur N, unsur P, unsur S, fungisida, insektisida, dan tenaga kerja yang dihitung per hektar. Pada penelitian ini, penggunaan pupuk kimia pada model fungsi produksi berdasarkan unsur kandungan yang diaplikasikan, seperti ZA yang mengandung unsur Nitrogen, TSP yang mengandung unsur Fosfat, KCl yang mengandung Kalium, dan pupuk NPK (Mutiara dan Phonska) yang mengandung unsur Nitrogen, Fosfat, dan Kalium yang dihitung per hektar. Pengaplikasian pestisida setiap petani sebagian besar merek dagangnya berbeda antara petani yang satu dengan petani yang lainnya. Namun, penggunaan tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu memberantas ataupun mengurangi hama-penyakit yang menyerang pada tanaman kentang. Hama yang menyerang seperti, Liriomyza huidobrensis yang dikenal petani dengan sebutan aro, Myzus persicae (kutu daun), Thrips (hama bodas), dan Phthorimaea operculella (penggorok umbi). Sementara itu, penyakit yang sering menyerang yang disebabkan cendawan seperti, Phytophthora infestans yang menyebabkan penyakit busuk daun dan Fusarium penyebab tanaman layu. Pada musim hujan, semua petani menggunakan perekat yang berguna untuk meratakan dan mempercepat penyerapan pestisida yang disemprotkan, sehingga kandungan pestisida tersebut tidak semua terbawa air hujan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka model fungsi produksi Cobb- Douglas untuk usahatani kentang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: b1 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10 Y = b 0 X 1 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 e u + b2x2 Fungsi Cobb-Douglas tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk linear logaritma untuk memudahkan pendugaaan terhadap fungsi produksi tersebut, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: 39

Ln Y = ln b 0 + b 1 ln X 1 + b 3 ln X 3 + b 4 ln X 4 + b 5 ln X 5 + b 6 ln X 6 + b 7 ln X 7 + b 8 ln X 8 + b 9 ln X 9 + b 10 ln X 10 + u + b 2 X 2 Keterangan: Y = Produktivitas kentang (ton/ha) b 0 = Intersept b 1, b 2, b 3,..., b 6 = Parameter variabel u = Unsur sisa (galat) X 1 = Benih (kg/ha) X 2 = Dummy Varietas, dimana 1 = varietas Granola dan 0 = varietas Atlantic X 3 = Pupuk kandang (kg/ha) X 4 = Unsur N (kg/ha) X 5 = Unsur P (kg/ha) X 6 = Unsur K (kg/ha) X 7 = Fungisida (kg/ha) X 8 = Insektisida (liter/ha) X 9 = Perekat (liter/ha) = Tenaga kerja (HOK/ha) X 10 Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square (OLS)). Metode ini terlebih dahulu diuji dengan uji F, uji t, dan R-sq. Kemudian, kelayakan model tersebut akan diuji berdasarkan asumsi OLS yang meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji otokorelasi, dan normalitas error. Apabila asumsi tersebut dapat terpenuhi maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan penduga tak bias linear terbaik (BLUE) (Gujarati 2006a). Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel bebas. Sebuah model dinyatakan terbebas dari masalah multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) di bawah 10 (Lind et al. 2007). Asumsi OLS lainnya adalah bersifat homoskedastisitas yang berarti semua memiliki varians yang sama. Pengujian ini dapat menggunakan uji grafis residu yang melihat ada atau tidaknya pola sistematis antara e 2 i dan X. Apabila tidak ada pola yang sistematis maka dapat dikatakan sifat homoskedastisitas terpenuhi (Gujarati 2006b). Model yang dibangun juga harus terbebas dari masalah otokorelasi. Hal ini diketahui berdasarkan statistik nilai Durbin-Watson seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3. Otokorelasi ini didefinisikan sebagai korelasi di antara anggota 40

observasi yang diurut menurut waktu (seperti data deret berkala) atau ruang (seperti lintas-sektoral) (Gujarati 2006b). Bukti otokorelasi positif Daerah meragukan Tidak ada otokorelasi positif atau negatif Daerah meragukan Bukti otokorelasi negatif 0 dl du 2 4-dU 4-dL 4 Gambar 3. Daerah Statistik d Durbin-Watson Sumber : Gujarati (2006b) d 4.4.3. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan pengujian-pengujian yang dilakukan dalam pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi, antara lain: 1) Pengujian terhadap model penduga Pengujian ini untuk mengetahui apakah faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produktivitas kentang. Menurut Gujarati (2006a), pengujian hipotesis secara statistik adalah sebagai berikut: Hipotesis: H 0 : b 1 = b 2 =... = b 10 = 0 H 1 : salah satu dari b ada 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F: F hitung = Keterangan: k n R 2 (k 1) 1 R 2 (n k) = jumlah variabel termasuk intercept = jumlah pengamatan atau responden Kriteria uji: Tolak H 0 Terima H 0 = F hitung > F tabel(k-1, n-k) pada taraf nyata α = F hitung < F tabel(k-1, n-k) pada taraf nyata α Apabila tolak H 0 berarti secara bersama-sama variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi, namun apabila terima H 0 maka variabel yang digunakan secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Setelah itu dihitung besarnya koefisien determinasi (R 2 ) untuk mengukur tingkat 41

kesesuaian model dugaan, yang merupakan ukuran deskriptif tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya. Koefisien regresi mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model dan sisanya (1-R 2 ) dijelaskan oleh komponen error. Semakin tinggi nilai R 2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel tidak bebas (Y) atau dengan kata lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin tinggi. Menurut Gujarati (2006a) koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut: R 2 = jumlah kuadrat regresi jumlah kuadrat total 2) Pengujian untuk masing-masing faktor produksi Pengujian untuk masing-masing faktor produksi yaitu dengan menggunakan uji-t. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah setiap faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produktivitas kentangpengaruh nyata dari setiap faktor produksi (X) yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas (Y). Menurut Gujarati (2006a), hipotesis pengujian secara statistik adalah sebagai berikut: Hipotesis: H 0 : b i = 0 H 1 : b i 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji t: Dimana: b i t hitung = b i 0 se b i t tabel = se (b i ) n k Kriteria uji: Tolak H 0 Terima H 0 t (n k) = koefisien regresi = standard error dari koefisien regresi = jumlah pengamatan (sampel) = jumlah koefisien regresi dugaan termasuk konstanta = t hitung > t tabel pada taraf nyata α (berpengaruh nyata) = t hitung < t tabel pada taraf nyata α (tidak berpengaruh nyata) Jika tolak H 0 artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dari nilai (produksi) dalam model dan sebaliknya bila terima H 0 maka 42

variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi). Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P, dengan kriteria sebagai berikut: a) P-value < α, maka variabel yang diuji (faktor produksi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi) b) P-value > α, maka variabel yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis yang diajukan terhadap setiap faktor produksi adalah seluruh faktor produksi berpengaruh positif terhadap tingkat produksi kentang per hektar. Kondisi ini diperkirakan karena seluruh komponen faktor produksi tersebut merupakan kebutuhan dalam kegiatan produksi kentang. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: a) Benih (X 1 ) b 1 > 0 artinya semakin banyak benih yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi produksi kentang yang b) Dummy Varietas (X 2 ) Menganggap nilai 1 untuk kentang varietas Granola dan 0 untuk kentang varietas Atlantic, dimana petani yang menanam varietas Granola memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi dari pada petani yang menanam varietas Atlantic. c) Pupuk kandang (X 3 ) b 3 > 0 artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi produksi kentang yang d) Unsur N (X 4 ) b 4 > 0 artinya semakin banyak unsur Nitrogen yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang e) Unsur P (X 5 ) b 5 > 0 artinya semakin banyak unsur Phosphor yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang 43

f) Unsur K (X 6 ) b 6 > 0 artinya semakin banyak unsur Kalium yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang g) Fungisida (X 7 ) b 7 > 0 artinya semakin banyak fungisida yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang h) Insektisida (X 8 ) b 8 > 0 artinya semakin banyak insektisida yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang i) Perekat (X 9 ) b 9 > 0 artinya semakin banyak perekat yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang j) Tenaga kerja (X 10 ) b 10 > 0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi kentang yang 4.5. Definisi Operasional Pada penelitian ini, variabel yang diamati adalah data dan informasi usahatani kentang varietas Granola dan varietas Atlantic yang diusahakan oleh petani di Desa Cigedug. Variabel tersebut terlebih dahulu didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada pengertian di bawah ini: 1) Produktivitas kentang adalah total produksi pada sebidang tanah dengan luasan tertentu dalam periode tanam dan diukur dalam satuan ton per hektar (ton/ha). 2) Benih adalah jumlah benih kentang yang digunakan oleh petani luasan lahan tertentu dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram per hektar (kg/ha). 44

3) Pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan selama proses produksi dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram per hektar (kg/ha). 4) Unsur N adalah jumlah unsur Nitrogen yang digunakan dalam satu periode produksi dalam satuan kilogram per hektar (kg/ha). 5) Unsur P adalah jumlah unsur Fosfat yang digunakan dalam satu periode produksi dalam satuan kilogram per hektar (kg/ha). 6) Unsur K adalah jumlah unsur Kalium yang digunakan dalam satu periode produksi dalam satuan kilogram per hektar (kg/ha). 7) Fungisida adalah jumlah obat yang digunakan untuk membasmi ataupun mengurangi serangan hama dan penyakit dalam proses produksi kentang dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram per hektar (kg/ha). 8) Insektisida adalah jumlah obat yang digunakan untuk membasmi ataupun mengurangi serangan hama dalam proses produksi kentang dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan liter per hektar (lt/ha). 9) Perekat adalah jumlah obat yang digunakan untuk meratakan dan mempercepat penyerapan pestisida yang disemprotkan dalam proses produksi kentang dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan liter per hektar (lt/ha). 10) Tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi dalam satu periode tanam, baik yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan diukur dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK). Biaya tenaga kerja dianalisis berdasarkan tingkat upah per HOK yang berlaku di lokasi penelitian. 11) Biaya total adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, yang meliputi biaya tunai dan biaya diperhitungkan dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 12) Biaya tunai adalah besaranya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 45

13) Biaya diperhitungkan adalah biaya faktor produksi milik sendiri yang digunakan dalam usahatani. Biaya ini sebenarnya tidak dibayarkan secara tunai hanya diperhitungkan saja untuk melihat pendapatan petani bila faktor produksi milik sendiri dibayar dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya diperhitungkan terdiri dari benih, biaya penyusutan, nilai tenaga kerja dalam keluarga, dan sewa lahan. 14) Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan karena adanya penyusutan alat-alat pertanian yang dihitung dengan metode garis lurus dan dihitung dengan menggunakan satuan rupiah (Rp). 15) Harga produk adalah harga jual rata-rata kentang varietas Granola dan varietas Atlantic yang diterima oleh petani dalam setiap kali panen dan diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). 16) Harga input adalah harga rata-rata dari setiap faktor produksi (input) yang diperoleh petani dalam satuan rupiah (Rp) 17) Penerimaan tunai adalah nilai produksi kentang yang dijual petani dalam satu kali panen yang dikalikan dengan harga jual kentang yang diterima petani dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 18) Penerimaan diperhitungkan adalah nilai produksi kentang yang digunakan petani tetapi tidak dijual dalam satu kali panen yang dikalikan dengan harga jual kentang yang diterima petani dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). 19) Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan biaya tunai usahatani kentang dalam satuan rupiah (Rp). 20) Pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan biaya total usahatani kentang dalam satuan rupiah (Rp). 46