BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai

GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI KB PRIA DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN TERJUN MEDAN MARELAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB V PEMBAHASAN. Pembahasan penelitian ini meliputi hasil analisis univariat yaitu pengetahuan ibu

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

23,3 50,0 26,7 100,0

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

4. Komposisi penduduk menurut Mata pencaharian penduduk. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat 8 perkiraan laju pertumbuhan penduduk dengan. mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jenawi, dan Kecamatan Karangpandan di Kabupaten Karanganyar. Pemilihan. menikah, dan sukarela dalam mengikuti penelitian.

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

BPM. Oleh : FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. maka dampak buruk akan segera terjadi. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB III METODE PENELITIAN. secara obyektif (Notoatmodjo, 2005, p.138). tertentu (Notoatmodjo, 2005, p.140)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI AGUSTIAN SASMITA NIM I

PARTISIPASI SUAMI DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAMPUNG JOGONEGARAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

Masyarakat Universitas Diponegoro 2. Staf Pengajar Peminatan Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan. Masyarakat Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

Fajarina Lathu A INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

Transkripsi:

40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang memiliki jumlah penduduk 4.460 jiwa. Terdapat 1.248 kepala keluarga dan terdiri dari lima RW. Jumlah pasangan usia subur ada 806 pasangan dan jumlah akseptor KB ada 757 akseptor. Di RW empat menempati urutan tertinggi dengan jumlah akseptor terbanyak yaitu 201 akseptor. Dusun Mangunsari (RW 4) di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Ngijo, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Kebun Manis (RW 3), sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pakintelan dan sebelah barat berbatasan dengan Dusun Mranggen atau RW 5 (Topografi Kelurahan Mangunsari, 2014). B. Hasil dan Pembahasan Univariat Penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Suami dan Dukungan Istri tentang Pemilihan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) Di RW 4 Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2014 dengan sampel sebanyak 37 responden. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi.

41 1. Karakteristik responden di RW 04 Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Suami Umur Frekuensi Persentase (%) < 30 tahun 1 2,7 30-50 Tahun 25 67,6 > 50 tahun 11 29,7 Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar umur responden suami antara 30-50 tahun yaitu 25 orang (67,6%) dan paling sedikit umur kurang dari 30 tahun yaitu hanya 1 orang (2,7%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Istri Umur Frekuensi Persentase (%) < 30 tahun 4 10,8 30-50Tahun 32 86,5 > 50 tahun 1 2,8 Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar umur responden istri antara 30-50 tahun yaitu sebanyak 32 orang (86,5%) dan paling sedikit berumur kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 4 orang (10,8%). Umur dapat mempengaruhi pengetahuan karena dengan bertambahnya umur akan terjadi perubahan pada aspek psikologis sehingga taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa (Mubarak, 2011).

42 b. Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Suami Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Perguruan Tinggi 7 18,9 SMA 13 35,1 SMP 9 24,3 SD 8 21,7 Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden suami yaitu berpendidikan SMA sebanyak 13 orang (35,1%) dan paling sedikit berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu 7 orang (18,9%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Istri Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Perguruan Tinggi 8 21,6 SMA 8 21,6 SMP 11 29,7 SD 10 27,0 Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden istri yaitu berpendidikan SMP sebanyak 12 orang (29,7%), paling sedikit berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi (21,6%). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menambah pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang kontrasepsi MOP. Selain itu rumor yang berkembang di masyarakat tentang kontrasepsi MOP juga mempengaruhi rendahnya akseptor MOP (BKKBN, 2010).

43 Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang makin mudah menerima informasi dan semakin luas pengetahuannya. c. Pekerjaan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Suami Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) PNS 4 10,8 Swasta 26 70,3 Wiraswasta 4 10,8 Pekerja lepas 3 8,1 Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden suami yaitu swasta sebanyak 26 orang- (70,3%) dan paling sedikit mempunyai pekerjaan PNS yaitu 4 orang (10.8%). Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Istri Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) PNS 1 2,7 Swasta 20 54,1 Wiraswasta 3 8,1 Pekerja lepas 2 5,4 Ibu rumah tangga 11 29,7 Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden istri yaitu swasta sebanyak 20 orang (54,1%) dan paling sedikit berpendidikan Perguruan Tinggi yaitu 1 orang (2,7%).

44 Menurut Mubarak (2011), lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman yang dapat diperoleh dari rekan kerja dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang kontrasepsi MOP. d. Lama nikah Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Nikah Lama Nikah Frekuensi Persentase (%) <10 Tahun 6 16,3 10-20 Tahun 18 48,6 >30 Tahun 13 35,1 Berdasarkan tabel 4.7 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar lama pernikahan responden (pasangan suami istri) antara 10-20 tahun yaitu sebanyak 18 pasangan (48,6%) dan paling sedikit lama pernikahan responden yaitu kurang dari 10 tahun sebanyak 6 pasangan (16,2%). e. Jenis alat kontrasepsi Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi Jenis Alat Kontrasepsi Frekuensi Persentase (%) IUD 19 51,4 Implan 12 32,4 MOW 6 16,2 Berdasarkan tabel 4.8 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar alat kontrasepsi yang digunakan responden (istri) yaitu IUD sebanyak 19 orang (51,4%) dan paling sedikit menggunakan metode kontrasepsi MOW yaitu 6 orang (16,2%).

45 f. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%) 2 26 70,3 >2 11 29,7 Berdasarkan tabel 4.9 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar jumlah anak responden (pasangan suami istri) 1-2 anak yaitu sebanyak 26 pasangan (70,3%). 2. Distribusi frekuensi pengetahuan suami tentang kontrasepsi MOP Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Suami Tentang Kontrasepsi MOP Pengetahuan Suami Frekuensi Persentase (%) Baik 4 10,8 Cukup 8 21,6 Kurang 25 67,6 Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan bahwa mayoritas responden suami mempunyai pengetahuan kurang tentang kontrasepsi MOP yaitu sebanyak 25 orang (67,6%). Hal ini dapat terjadi karena kebanyakan responden berpendapat bahwa untuk kebutuhan kontrasepsi adalah tanggungjawab dan kewajiban sang istri sehingga mereka tidak berminat untuk menjadi akseptor MOP. Selain itu, kurangnya penyuluhan dan sosialisasi dari tenaga kesehatan tentang kontrasepsi MOP di masyarakat juga menyebabkan rendahnya akseptor MOP. Menurut Mubarak (2011) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi. Sebagian besar umur suami antara 30-50 tahun,

46 mayoritas pendidikannya adalah SMA dan bekerja sebagai karyawan swasta, sehingga pengetahuan mereka tentang MOP kurang karena tidak ada minat untuk mencari informasi dan tidak ada pengalaman dari rekan kerjanya. Belum membudayanya penggunaan MOP disebabkan karena kondisi lingkungan sosial, masyarakat dan keluarga yang menganggap partisipasi pria dalam ber-kb tidak penting. Selain itu juga kurangnya informasi tentang metode kontrasepsi untuk pria khususnya MOP. Penelitian ini di dukung oleh penelitian Maulida Nur Sa adati (2013) yang berjudul Gambaran Pengetahuan dan Pemilihan Kontrasepsi Pria pada Pasangan Usia Subur di Desa Karangawen, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 39 orang (43,3%). Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena ketidaktahuan responden tentang kontrasepsi MOP, kurangnya penyuluhan dari kader dan ketidak aktifan responden dalam mencari informasi. Selain itu juga didukung oleh penelitian Dewi Mushoffa (2013) dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Vasektomi di RT 4 Desa Mranggen Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak yang menunjukkan sebagian besar pengetahuan ibu tentang kontrasepsi MOP kurang yaitu sebanyak 24 responden (53,3%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan berasal dari panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba (Fitriani, 2011).

47 Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan non formal. Seseorang yang berpendidikan rendah bukan berarti orang tersebut berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2012). 3. Distribusi frekuensi dukungan istri tentang pemilihan kontrasepsi MOP Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Dukungan Istri Tentang Pemilihan Kontrasepsi MOP Dukungan Istri Frekuensi Persentase (%) Mendukung 16 43,2 Tidak mendukung 21 56,8 Berdasarkan tabel 4.11 hasil penelitian menunjukkan sebagian besar istri tidak mendukung apabila suaminya memilih kontrasepsi MOP yaitu sebanyak 21 orang (56,8%). Kebanyakan responden berpendapat bahwa kontrasepsi MOP adalah pilihan terakhir karena mereka belum yakin dengan jumlah keturunan yang diinginkan di masa mendatang. Selama sang istri masih mau dan mampu untuk ber-kb, mereka tidak mendukung suami jika menjadi akseptor MOP karena khawatir dengan kesetiaan suaminya. Menurut Taylor (1997) dalam Ratna (2010) dukungan keluarga adalah sebuah pertukaran interpersonal, seseorang memberikan bantuan kepada anggota keluarganya. Keduanya saling bertukar informasi,

48 sehingga melibatkan emosi untuk saling memberikan dukungan berupa saran maupun materi. Penelitian ini didikung oleh penelitian Loecy El Sera (2013) dengan judul Hubungan Pengetahuan dengan Kesediaan Menggunakan Kontrasepsi Metode Operatif Pria (MOP) Pada Pria Usia Reproduktif di Dusun Dawung, Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak yang menunjukkan sebagian besar responden suami tidak mau menggunakan kontrasepsi MOP yaitu sebanyak 54 orang (69,2%) dengan alasan tidak tahu tentang kontrasepsi MOP, tidak siap dan tidak mendapat dukungan dari istri. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya responden suami yang pengetahuannya kurang juga tidak mendapat dukungan dari istri untuk menjadi akseptor MOP. Jurnal yang mendukung penelitian ini yaitu Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga dengan Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng oleh Wahyuni, dkk menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan partisipasi pria dalam vasektomi yaitu semakin tinggi dukungan maka semakin tinggi partisipasi pria dalam vasektomi.

49 C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat diperbaiki oleh peneliti selanjutnya, antara lain: 1. Pelaksanaan penelitian memerlukan waktu yang cukup lama melebihi target dikarenakan sebagian besar responden bekerja sehingga waktu penelitian terbatas pada sore dan malam hari ketika pasangan suami istri sudah berada di rumah. 2. Penelitian ini belum bisa mewakili seluruh Desa Mangunsari karena populasi dan sampelnya hanya di wilayah RW IV. 3. Penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan suami dan dukungan istri tentang kontrasepsi MOP, namun tidak diketahui hubungan maupun pengaruhnya terhadap pemilihan kontrasepsi MOP.